• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUKTIAN PERKARA DALAM PUTUSAN BEBAS TERHADAP PELAKU PERSETUBUHAN ANAK (Analisis Putusan Nomor 185/Pid.Sus/2019/PN.Mdl)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PEMBUKTIAN PERKARA DALAM PUTUSAN BEBAS TERHADAP PELAKU PERSETUBUHAN ANAK (Analisis Putusan Nomor 185/Pid.Sus/2019/PN.Mdl)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana tata cara pembuktian bebasnya pelaku tindak pidana janji berdasarkan putusan no. 185/Pid.Sus/2019/. Apa pertimbangan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku tindak pidana persetubuhan dengan anak berdasarkan putusan nomor 185/Pid.Sus/2019/PN.Mdl.

Faedah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik beberapa masalah yang nantinya akan menjadi batasan pembahasan penelitian ini.

Tujuan Penelitian

Pembebasan dapat diberikan jika dakwaan tidak dapat memenuhi asas pembuktian menurut undang-undang. Pembebasan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan pengadilan lainnya dan tidak dapat diganggu gugat. Sekalipun seseorang yang disangka atau didakwa melakukan tindak pidana dapat dibebaskan dalam putusan hakim.

Pembebasan dapat diberikan jika surat dakwaan tidak dapat memenuhi asas pembuktian menurut undang-undang secara negatif. Proses pembuktian bebas terhadap pelaku persetubuhan berdasarkan putusan nomor 185/Pid.Sus/2019/PN.Mdl. Pertimbangan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku tindak pidana anak berdasarkan putusan nomor 185/Pid.Sus/2019/PN.Mdl.

Putusan bebas terhadap pelaku kejahatan seksual anak biasanya didasarkan pada sejumlah pertimbangan yang dibuat oleh majelis hakim. 34; hakim harus memutuskan bebas, jika terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya.”

Definisi Operasioanal

Keaslian Penelitian

Metode Penelitian

  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Sifat Penelitian
  • Sumber Data
  • Alat Pengumpul Data
  • Analisis Data

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Anak

Anak adalah tunas, potensi dan generasi baru untuk meneruskan cita-cita bangsa, ada peran dan strategi serta ada ciri dan ciri khusus yang menjamin kelangsungan bangsa dan negara di masa depan. Oleh karena itu, agar setiap anak dapat melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya di kemudian hari, setiap anak harus memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial, serta berakhlak mulia. . perlu dilakukan upaya untuk melindungi dan mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terpenuhinya hak-haknya dan adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Anak adalah bagian dari generasi baru sebagai salah satu sumber daya manusia yang potensial dan penerus cita-cita perang bangsa yang mempunyai peran strategis dan mempunyai ciri dan ciri khusus, anak memerlukan pembinaan dan perlindungan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial. .

Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal yang kekal dan saleh lebih baik dibalas oleh Tuhanmu dan lebih baik sebagai harapan. Rumusan dalam berbagai undang-undang yang berkaitan dengan anak tidak memberikan pengertian tentang persepsi terhadap anak, melainkan rumusan tersebut merupakan pembatasan atas perbuatan tertentu, kepentingan tertentu dan tujuan tertentu. 4 Tahun 1979 tentang Perlindungan Anak dirumuskan : “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin”.

Bahwa dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 3 Tahun 1997 untuk Pengadilan Anak, pengertian anak dijelaskan sebagai berikut: “Anak adalah orang yang dalam hal anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun”. tahun tetapi belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun dan tidak pernah. Menurut Pasal 1 ayat (5) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, anak didefinisikan sebagai: 'Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan jika itu untuk kepentingannya.' Pengertian anak berdasarkan Pasal 45 KUHP dapat disimpulkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

Anak juga merupakan bagian integral dari kelangsungan hidup manusia dan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Untuk dapat memikul tanggung jawab atas kelangsungan bangsa dan negara, setiap anak harus mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental maupun sosial. Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya generasi baru, yang merupakan kelanjutan dari cita-cita perang bangsa dan sumber daya manusia untuk pembangunan nasional.

Anak adalah aset bangsa, masa depan bangsa dan negara di masa depan ada di tangan anak saat ini. Umumnya orang beranggapan bahwa masa kanak-kanak adalah masa hidup yang panjang. Bagi kehidupan anak-anak, masa kanak-kanak sering dianggap tidak ada habisnya, sehingga mereka tidak bisa menunggu saat yang dirindukan, yaitu pengakuan masyarakat bahwa mereka bukan lagi anak-anak, melainkan orang dewasa.

Tinjauan Umum Persetubuhan Terhadap Anak

Anger Rape adalah pelecehan seksual yang ditandai dengan seksualitas sebagai sarana untuk mengekspresikan dan melepaskan perasaan marah dan dendam yang terpendam. Eksploitasi Perkosaan adalah perkosaan yang menunjukkan bahwa setiap kesempatan untuk melakukan hubungan seksual diperoleh laki-laki dengan mengeksploitasi yang bertentangan dengan posisi perempuan yang bergantung padanya secara ekonomi dan sosial. Berbicara secara psikologis, kejahatan perkosaan melibatkan lebih banyak masalah kontrol dan kebencian daripada keinginan.

Dampak kekerasan seksual yang dialami korban terhadap fisik, psikis dan kehidupan pribadi dan sosialnya. Kekerasan seksual adalah segala bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah pada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasarannya, sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti rasa malu, marah, benci, pelanggaran dan sebagainya pada diri individu yang menjadi sasaran. untuk pelecehan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengklasifikasikan perkosaan sebagai kejahatan yang layak, dan kekerasan seksual yang dilakukan terhadap anak diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Perlindungan Anak.

Termasuk kekerasan seksual, yaitu kekerasan yang dilakukan suami terhadap istrinya semata-mata karena ingin memuaskan hasrat biologisnya. Dengan demikian, perbuatan zina dianggap sebagai kejahatan di mata hukum positif dan hanya dapat dihukum jika melanggar kehormatan perkawinan. Perbuatan kekerasan seksual berupa kekerasan fisik dengan/atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan rasa sakit, luka atau kerusakan 38.

Seperti komentar verbal, lelucon pornografi seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau tindakan lain yang meminta perhatian seksual yang tidak diinginkan korban, melecehkan dan/atau menghina korban. Artinya, praktik hubungan seksual dilakukan dengan cara-cara kekerasan, bertentangan dengan ajaran dan nilai-nilai agama serta bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelecehan seksual adalah istilah yang mengacu pada perilaku seksual yang menyimpang atau hubungan seksual yang menyimpang.

Selain kondisi psikologis, terdapat juga faktor yang mendorong terjadinya tindak pidana perkosaan yaitu pengaruh lingkungan yang buruk, bacaan pornografi, gambar porno, film porno dan VCD yang banyak beredar di masyarakat. Peredaran buku, gambar, film dan VCD pornografi dapat mendorong dan mempengaruhi orang yang membaca dan menontonnya, sehingga banyak terjadi tindak pidana pemerkosaan. Faktor atau penyebab terjadinya tindak pidana perkosaan berkaitan dengan kedudukan korban dalam hubungannya dengan pelaku, artinya korban dan pelaku sebelumnya memiliki intensitas hubungan tertentu antara korban dan pelaku. pelaku.

Tinjauan Umum Putusan Bebas

Pengaturan hukum mengenai pembebasan di Indonesia tertuang dalam Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang mana. Putusan bebas adalah putusan atas perbuatan seseorang yang oleh penuntut umum dituduh sebagai perbuatan atau tindak pidana, tetapi tidak dapat dibuktikan secara sah dan meyakinkan di muka pengadilan. Jadi, jika alat bukti yang ditentukan dalam KUHAP tidak dapat dibuktikan atau tidak sesuai dengan dakwaan, maka hakim dapat memberikan putusan bebas.

Pembebasan adalah putusan yang diberikan oleh hakim berupa membebaskan terdakwa dari tindak pidana yang didakwakan kepadanya, apabila dalam surat dakwaan yang diajukan oleh penuntut umum terhadap terdakwa di persidangan tidak terdapat cukup bukti untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang bersangkutan, terdakwa harus secara sah dan meyakinkan menyatakan bahwa ia tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana tersebut dalam surat dakwaan penuntut umum, oleh karena itu terdakwa harus dinyatakan bebas dari segala tuntutan. Pasal 191 ayat (1) KUHAP). Hakim yang menyatakan tidak bersalah dalam praktek pengadilan pada dasarnya menyatakan putusan sebagai berikut. Putusan tidak bersalah juga mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan pengadilan lainnya dan tidak dapat diganggu gugat, kecuali melalui proses banding atau kasasi yang diatur dalam KUHAP.

Sehingga pembebasan itu wajar saja jika diputuskan oleh hakim terhadap pelaku yang diduga sebagai pelaku. Pembebasan biasanya terjadi apabila hakim distrik berpendapat bahwa kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan juga meyakinkan karena tidak adanya unsur perbuatan melawan hukum. 57 Dalam Wayan Jimmy Artana, “Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Bebas Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian yang Dilakukan Oleh Anak (Putusan Nomor: 9/PID.SUS ANAK/2017/PN.AMP)”, dalam Jurnal Analogi Hukum, Vol.1, nomor 2, 2019, halaman 244.

Apabila bukti yang diajukan tidak cukup kuat untuk membuktikan kesalahan pelaku, majelis hakim dapat memutuskan untuk memberikan putusan bebas. Apabila terdapat keraguan dalam penilaian alat bukti atau ketidakpastian penafsiran undang-undang, majelis hakim dapat memutuskan untuk memberikan putusan bebas. Kesalahan proses: Apabila terjadi kesalahan dalam penyidikan atau prosedur persidangan yang dapat mempengaruhi keadilan bagi pelaku, maka majelis hakim dapat memutuskan untuk memberikan putusan bebas.

Apabila terdapat keragu-raguan terhadap fakta yang diajukan oleh penuntut umum atau penyidik, majelis hakim dapat memutuskan untuk memberikan putusan bebas. Ketentuan hukum acara tentang pembebasan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah bahwa terdakwa harus dianggap tidak bersalah apabila tidak dapat dibuktikan secara sah dan meyakinkan bahwa ia melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya. Proses pembuktian bebasnya pelaku tindak pidana kemasyarakatan berdasarkan Putusan Nomor 185/Pid.Sus/2019/PN.Mdl, didasarkan pada asas praduga tak bersalah, dimana terdakwa dianggap tidak bersalah sampai adalah bukti sebaliknya.

Ketentuan hukum acara sedapat mungkin membatasi penggunaan putusan tidak bersalah agar tidak menimbulkan ketidakadilan bagi korban atau masyarakat. Pembebasan hanya dapat diberikan jika terbukti bahwa tersangka atau terdakwa secara hukum tidak bersalah.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pertanggungjawaban pidana pelaku anak yang melakukan perbuatan cabul terhadap anak dalam Putusan PN Nomor:

3.2 Kesesuaian Dasar Pertimbangan Hakim Menjatuhkan Putusan Bebas Terhadap Pelaku Delik Penipuan Dengan Fakta-fakta yang Terbukti dalam Persidangan.. Putusan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap wartawan pelaku tindak pidana pencemaran nama baikdalam

Kedua, dasar pertimbangan hakim menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan surat dalam Putusan Nomor 317/Pid.B/2019/PN.Mtr yakni dengan melihat pertimbangan

Pertimbangan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan pidana pada tindak pidana persetubuhan terhadap anak dalam perkara putusan nomor: 110/Pid.Sus/2015/PN.Skg lebih mengutamakan

Perkara kekerasan seksual yang dilakukan terhadap anak dalam putusan No:677/Pid.sus/2018/PN Cbi , hakim menjatuhkan putusan bebas terhadap pelaku.Dalam putusan disebutkan bahwa

Adapun pertimbangan hakim dalam proses persidangan untuk menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana perjudian dadu Putusan Nomor 63/Pid.B/2016/PN.Kln, tentang tindak

Dasar pertimbangan Hakim judex factie terhadap putusan bebas pelaku tindak pidana perzinahan dalam Perkara Nomor: 89/Pid /2017/PT.Tjk yakni Hakim tingkat pertama