Dental
Health
Education
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik
Instruktur: drg. Richa R. A., MM.
PEDODONSIA RSGM IIK BHAKTI WIYATA KEDIRI
1. M. Arinanda
(40619053)
2. Nisa Yuliastri (40619061)
3. Noor Azizah Siskawati (40619062)
4. Olivia Nadia Putri (40619063)
5. Prasiwi Shaulia A.S (40619066)
Dental Health
Education
Pemeriksa an
Subjektif
Pemeriksaan Subjektif
Nama penderita: untuk membedakan pasien 1 dengan pasien lainnya.
Tanggal lahir/umur: untuk mengetahui pertumbuhkembangan dari gigi/memperkirakan urutan erupsi gigi dan berhubungan dengan rencana perawatan.
Alamat: untuk mengetahui keadaan social pasien dan keluarga pasien serta
memudahkan operator menghubungi pasien apabila tidak dapat dijangkau dengan media elektronik.
No. Telepon: untuk memudahkan operator menghubungi pasien.
Jenis kelamin: berhubungan dengan macam perawatan yang akan dilakukan.
Orang tua/pengantar: untuk menggali informasi pasien yang membantu saat anamnesa agar bisa ditegakkan diagnosanya.
Anamnesa
cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien (auto anamnesa) atau pada orang tua pasien (allo anamnesa). Pada hal tersebut sebanyak 80% dapat menegakkan diagnosa yang didapatkan dari anamnesa.
(Anie K., dkk. 2010)
ANAMNESA
Keluhan Utama
Riwayat Medik
Riwayat Dental
Riwayat
Keluarga
1. Keluhan Utama
Chief complaint atau keluhan utama adalah alasan
pasien untuk dilakukan pemeriksaan. Umumnya
suatu keluhan utama berhubungan dengan rasa
sakit, pembengkakan. Adapun alasannya, keluhan
utama pasien merupakan titik permulaan yang
terbaik untuk mendapatkan suatu diagnosis yang
tepat. Pada chief complaint ini biasanya ditanyakan
tentang penyakit yang diderita dan lokasinya.
2. Riwayat Medik
Pasien pernah dilakukan tindakan atau perawatan di
klinik ataupun dirumah sakit dengan gejala umum
seperti demam dan gejala umum lainnya.
3. Riwayat Dental
Pasien pernah datang ke dokter gigi atau tidak,
karena akan mempengaruhi seorang dokter gigi
dalam mengambil keputusan dalam Tindakan
perawatan pada pasien yaitu seperti pasien rutin
dating ke dokter gigi, pernah melakukan
penambalan gigi sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga
Berhubungan dengan Riwayat penyakit keluarga, seperti orang tua pernah berkunjung pada klinik dokter gigi atau datang ke rumah sakit untuk memeriksakan keluhannya.
(Anie K., dkk. 2010)
Pemeriksaan Objektif
Ekstra Oral
Intra Oral
Pemeriksaan Ekstraoral
1. Pemeriksaan Simetris wajah
Asimetris wajah patologis pada anak – anak sering disebabkan karena infeksi atau trauma.
Pada pemeriksaan ini melalui cara inspeksi dan palpasi.
2. Pemeriksaan Kepala
Tujuan pemeriksaan kepala adalah mengetahui bentuk dan fungsi kepala yang diawali dengan inspeksi kemudian palpasi.
3. Pemeriksaan TMJ (Temporomandibular Joint)
Sendi temporomandibular (temporomandibular joint/TMJ) merupakan komponen penting dari sistem mastikasi yang bertanggung jawab dalam proses mastikasi, penelanan, dan berbicara. Pemeriksaan TMJ dapat dilakukan degan beberapa cara yaitu inspeksi, palpasi dan auskultasi.
Pemeriksaan Ekstraoral
4. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital terdiri atas pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan darah dan suhu. Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dalam menilai fisiologis dari sistem tubuh secara keseluruhan.
5. Pemeriksaan Bibi
6. Pemeriksaan Kelenjar Saliva
7. Pemeriksaan Limfonodi
Fungsi pemeriksaan kelenjar limfe karena kelenjar limfe memegang peran penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Beberapa kelenjar yang dilakukan pemeriksaan:
1. Submental 2. Submandibula 3. Parotid
4. Tonsilar
5. Preaurikuler
6. Posterior aurikuler 7. Occipital
8. Superficial cervical 9. Deep cervical
10. Posterior cervical
11. Supracravicular
Pemeriksaan Intraoral
a. Keadaan Jaringan Lunak
1. Pemeriksaan Gingiva: melihat warna, tekstur serta kontur gingiva.
2. Pemeriksaan Mukosa dan Lidah
Melihat warna, struktur, dan tekstur serta melihat apakah terdapat suatu lesi.
b. Keadaan Gigi 1. Tes Vitalitas Gigi
Pada beberapa keadaan dibutuhkan pemeriksaan vitalitas gigi, misalnya gigi dengan keadaan:
Sesudah mengalami trauma Perubahan warna
Kavitas yang dalam atau penyebab abses Gigi penyebab kista atau pembengkakan lain
Pemeriksaan Intraoral
a) Test Thermal
Dilakukan pada 1/3 bagian servikal gigi.
- Test dingin
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi pulpa
Menggunakan cotton pallet yang disemprotkan chlorethly sampe berbentuk salju - Tes Panas
Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa Menggunakan gutta-percha yang dipanaskan b) Tes kavitas :
Mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi
Prosedur kerja : dengan melubangi gigi, apabila respons sakit (vital), apabila tidak ada respons sakit maka dilanjutkan dengan test jarum miller.
Pemeriksaan Intraoral
c) Tes jarum miller
Pad gigi yg terdapat perforasi akibat karies/tes kavitas
Prosedur Kerja : memasukkan miller hingga ke saluran akar (Panjang gigi rata-rata) (-) non vital/ tdk nyeri
(+) vital/ terasa nyeri
d) Vitalistester/ Test elektrik.
Prosedur kerja : Gigi dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi dikeringkan disentuh menggunakan alat EPT bukal/labial (tidak boleh mengenai jar. Lunak)
Pemeriksaan Intraoral
2. Test perkusi
Tes perkusi berguna untuk melihat kelainan jaringan periodontal pada gigi tersebut.
3. Tes druk
Tes druk berguna untuk melihat kelainan jaringan periapikal pada gigi tersebut.
4. Test Mobilitas
Mobilitas untuk mengecek adanya kegoyangan pada gigi, Cara mengecek derajat mobilitas dengan menahan gigi dengan kedua handle instrumen kemudian gigi tersebut di gerakan.Klasifikasi derajat mobilitas :
Derajat 0: tidak ada kegoyangan.
Derajat 1: gigi bergerak dalam arah horizontal (labiolingual) tapi belum melebihi dari 1 mm.
Derajat 2: gigi bergerak dalam arah horizontal (labiolingual) sampai 1 mm
Derajat 3: gigi bergerak dalam arah horizontal (labiolingual) melebihi dari 1 mm Derajat 4: gigi bergerak dalam arah vertikal (ke atas dan bawah ke arah aksial) dan horizontal (labiolingual)
Pemeriksaan OHI-S
Secara klinis tingkat kebersihan mulut dinilai dengan kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S).
Kriteria ini dinilai berdasarkan keadaan endapan lunak atau debris dan karang gigi kalkulus.
a) Indeks debris (DI) yang digunakan adalah : 0 = tidak ada debris lunak
1 = terdapat selapis debris lunak menutupi tidak lebih dari1/3 permukaan gigi
2 = terdapat selapis debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi
3 = terdapat selapis debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.\
b) Indeks kalkulus (CI) yang digunakan adalah : 0 = tidak ada kalkulus
1 = kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari ⅓ permukaan gigi
2 = kalkulus supragingiva menutupi lebih dari ⅓ permukaan gigi tetapi tidak lebih dari ⅔
permukaan gigi atau kalkulus subgingival berupa bercak hitam di sekitar leher gigi atau terdapat keduanya
3 = kalkulus supragingiva menutupi lebih dari ⅔ permukaan gigi atau kalkulus subgingiva berupa cincin hitam di sekitar leher gigi atau terdapat keduanya.
(Basuni, dkk, 2014)
Rumus OHI-S = DI + CI
Pemeriksaan OHI-S
Kriteria skor OHI-S adalah sebagai berikut:
Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-1,2;
Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3-3,0;
Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 3,1–6,0.
Rumus OHI-S = DI + CI
Pemeriksa an
Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Dapat berupa pemeriksaan Teknik radiografi Panoramik, Periapikal, dan Oklusal.
Dalam bidang kedokteran gigi anak, guna ronsen foto antara lain:
1. Mendeteksi dan melihat perluasan karies. Karies proksimal sering dijumpai bila gigi molar sulung atau tetap sudah mempunyai kontak sempurna (pada gigi sulung, kontaknya merupakan kontak bidang dan gigi tetap kontak titik). Oleh karena itu bila gigi sudah berkontak dengan sempurna sebaiknya dilakukan pengambilan ronsen foto untuk mendeteksi karies yang sering tidak terlihat dengan mata yang disebut dengan Hidden Caries (karies tersembunyi). Ini digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa.
2. Melihat pertumbuhan dan posisi benih gigi sulung atau tetap.
3. Melihat resobsi akar gigi sulung, ini berhubungan dengan perawatan saluran akar.
(Yanti, dkk, 2009)
Diagnosa
&
Rencana
Perawatan
Diagnosa dan Rencana Perawatan
DIAGNOSA merupakan penentuan suatu penyakit yang ditegakkan dengan mendapatkan data berupa fakta dan tanda/gejala klinis
DIAGNOSA SEMENTARA merupakan diagnosis umum yang dilihat berdasarkan kesan klinis tanpa adanya pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan:
o
Intraoral dan Ektraoral
o
Fotografi, digunakan sebagai pembanding sebelum dan sesudah perawatan dan mengetahui kesimetrisan wajah, profil dan tipe wajah px
o
Analisa radiografi dan sefalometri, mempelajari pertumbuhan, mendiagnosa, dan menentukan rencana perawatan
FINAL DIAGNOSIS merupakan diagnosa akhir yang sudah terkonfirmasi dengan menganalisa
semua data termasuk pemeriksaan penunjang.
(Goran and Sven, 2009)Diagnosa dan Rencana Perawatan
1. Pulpitis Reversible
Kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang timbul karena adanya stimulus/
rangsangan, dan akan kembali normal ketika stimulus penyebab dihilangkan a. Gambaran Klinis :
Inflamasi pulpa disebabkan karena trauma secara direct/indirect
Dapat berhubungan dengan restorasi (preparasi kavitas)
Respon meningkat o.k rangsangan berupa panas, dingin atau manis
Rasa sakit terlokalisir dan tajam
Nyeri hilang saat rangsangan dihilangkan b. Perawatan :
Restorasi yang adekuat
Diagnosa dan Rencana Perawatan
2. Pulpitis Irreversible
Kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simptomatik atau asimptomatik yang disebabkan oleh stimulus noksius. Merupakan kelanjutan pulpitis reversible yang
mengalami kerusakan secara progresif a. Gambaran Klinis :
Terdapat rasa nyeri spontan dan menusuk, bertahan beberapa menit-jam
Nyeri tidak hilang meskipun stimulus sudah dihilangkan
Biasa timbul ketika terdapat perubahan temperature b. Perawatan :
Pulpotomi/PSA
Diagnosa dan Rencana Perawatan
3. Pulpitis Hiperplastik (Pulpa Polip)
Merupakan pulpitis irreversible kronik yang disertai pertumbuhan jaringan granulasi kearah oklusal
a. Gambaran Klinis :
Karakteristik berupa adanya jaringan granulasi, ditutupi lapisan epitelium
Disebabkan o.k iritasi rendah yang bersifat lama/ terus-menerus
Rasa sakit dan tidak nyaman ketika mastikasi b. Perawatan :
Pulpotomi/PSA, exo
Diagnosa dan Rencana Perawatan
4. Nekrosis Pulpa
Merupakan suatu kondisi dimana kondisi pulpa mati dan gigi menjadi non vital a. Gambaran Klinis :
Gigi yang terlibat asymptomatic
Pada kondisi tertentu dapat disertai abses periapical
Mahkota gigi mengalami perubahan warna b. Perawatan :
pulpektomi/PSA, apabila mahkota masih dapat direstorasi
exo, apabila mahkota tidak dapat dipertahankan
Diagnosa dan Rencana Perawatan
5. Abses Alveolar Akut
Pus yang terlokalisir yang terdapat pada apical akar gigi, infeksi mengenai foramen apikal hingga ke jaringan periradikuler
a. Gambaran Klinis :
Adanya kemerahan/pembengkakan pada gingiva
Drug (+), perkusi (+)
Apabila tidak segera dirawat – osteitis, selulitis, osteomilitis
Demam, malaise, pusing b. Pemeriksaan Radiografis :
Terdapat gambaran radiolusen pada periapikal bertatas diffus c. Perawatan :
Drainase, kemudian dilanjutkan PSA dan restorasi
Diagnosa dan Rencana Perawatan
6. Abses Alveolar Kronis
Abses akut yang berlanjut namun berkembang secara melambat dan pasien tidak ada keluhan.
Perawatan :Drainase, kemudian dilanjutkan PSA dan restorasi
(Goran and Sven, 2009)
Rencana Perawata
Fase-Fase n
Rencana perawatan merupakan suatu perencanaan untuk melakukan tindakan terhadap kondisi pasien dengan segala pertimbangan dan dapat memberikan solusi yang terbaik.
Rencana perawatan harus dikonsultasikan dengan orang tua dan meminta persetujuan.
Informasi dr dokter harus mencangkup : - Jenis perawatan sesuai kebutuhan - Waktu yang dibutuhkan
- Estimasi biaya Informed Consent
Merupakan persetujuan orang tua dan anak dalam melakukan perawatan yang diperlukan, resiko dan altenatif perawatan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Rencana Perawatan
Rencana Perawatan
1. Emergency Phase: tujuan utama dan terpenting dari dokter gigi harus meringankan nyeri akut dan gejala akut lainnya pada pasie.
2. Medical Phase: berhubungan dengan riwayat medis pasien dmana pasien dapat dikonsulkan kepada dokter ahli atau dokter spesialis.
3. Preventive Phase: penilaian risiko karies, diet dan pencegahan lainnya seperti pit dan fissure sealant, aplikaso fluoride.
4. Prepatory Phase: manajemen perilaku dan konsultasi dengan berbagai disiplin ilmu kedokteran gigi lainnya untuk penedekatan interdisipliner. Profilaksis oral termasuk dalam fase ini.
5. Corrective Phase: restoratif, endododntik, bedah, perawatan ortodontik, periodontik atau prostodontik.
6. Maintenance Phase: pasien kontrol secara berkala untuk dan tergantung dari variasi deteksi penyakit dapat dimulai dari satu minggu sampai dengan 6 bulan atau bahkan 1 tahun. (Marwah, 2019)
DENTAL HEALTH
EDUCATION
DEFINISI
DHE adalah suatu proses
menginformasikan, memotivasi, dan membantu
orang untuk melakukan, memelihara dan
mempraktikkan gaya hidup sehat.
1. Memberikan informasi 2. Memotivasi
3. Membimbing untuk bertindak atau melakukan hidup sehat (meningkatkan kesehatan gigi dan mulut).
TUJUAN
a. Edukasi pasien, dengan menjelaskan bagaimana terjadinya dan akibatnya gigi berlubang serta cara pencegahan
b. Menjelaskan alat dan bahan, seperti menggunakan sikat kecil berbulu halus pada anak-anak, pemberian pasta gigi berflouride dengan takaran sebiji jagung
c. Menjelaskan dan mendemontrasikan cara menggosok gigi dan waktu yang tepat menggosok gigi dan mendemontrasikan pada pasien
d. Kemudian menjelaskan makanan yang mengandung karsiogenik dan non karsiogenik, seperti mengurangi makan permen, snack, atauoun coklat, lalu perbanyak makan buah dan sayur yang tersedia dia tempat tinggal sekitar.
e. Evaluasi kembali dengan melihat cara menggosok gigi pasien f. Lalukan sesi tanya jawab untuk mengetahui pemahaman pasien
g. Menekankan KIE agar lebih menjaga kesehatan gigi dan mulut dan memeriksakan gigi rutin 6 bulan sekali ke dokter gigi untuk mengontrol kesehatan gigi dan mulut.
(Nowak et al, 2019).
TAHAPAN DHE
Jenis alat bantu kebersihan mulut yang digunakan untuk menjaga kebersihan mulut adalah:
1. Toothbrush
2. Dentifrices / Pasta gigi 3. Dental floss / Benang gigi 4. Mouth wash
PEMELIHARAAN KEBERSIHAN MULUT
o Sikat gigi berbulu lembut o Diganti setiap 3 bulan sekali
o Model sikat gigi dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien o Menggunakan pasta gigi yang berflouride
PETUNJUK MENGGOSOK GIGI
Teknik Menyikat Gigi
1) Bass/modified Bass technique 2) Scrub technique
3) Modified Stillman technique 4) Charter’s method
5) Roll technique
6) Physiologic method 7) Fones technique
(Nowak et al, 2019).
1. Gunakan flossing yang unwaxed (tidak dilapisi lilin). Floss yang waxed (dilapisi malam / lilin) dapat meninggalkan wax (lilin) pada permukaan gigi yang dapat menghambat penyerapan fluor dari pasta gigi atau pemberian fluor topikal).
2. Potong floss kira-kira 30 – 40 cm panjangnya dan dengan ringan putar ujungnya disekitar jari tengah.
3. Ujung jari atau ibu jari tempat floss tidak lebih dari 2 cm jaraknya, supaya dapat mengendalikan floss dengan baik.
4. Lewatkan floss perlahan-lahan melalui titik kontak dengan menggerakkan floss kearah bukolingual sampai masuk perlahan-lahan. Hindari pemaksaan yang kasar karena dapat membuat trauma pada papilla interdental.
5. Gerakkan floss dengan perlahan-lahan kearah okluso gingival dan buko lingual terhadap tiap permukaan proksimal.
6. Setelah melakukan flossing semua gigi-gigi, kumur mulut dengan kuat untuk mengeluarkan plak dan debris yang berada pada ruang interdental
PETUNJUK FLOSSING
Kebersihan gigi dan mulut yang optimal hanya dapat dicapai dengan bahan antimikroba tertentu, yang dapat termasuk kedalam komposisi pasta gigi atau obat kumur. Namun penggunaan dari obat kumur ini memiliki efek samping diantaranya, yaitu adanya perubahan flora mulut, pewarnaan pada gigi, gusi, dan lidah serta gangguan pengecapan.
1. Obat kumur chlorhexidine digluconate
Bahan yang memiliki sifat antibakterial paling baik adalah chlorhexidine,diguanidohexane dengan sifat antiseptik.
Chlorhexidine memiliki tingkat toksisitas sistemik yang rendah pada manusia dan tidak menyebabkan perubahan teratogenik. Efek samping lokal yang reversible pada penggunaan chlorhexidine adalah pewarnaan coklat pada gigi, lidah, tambalan silikat dan resin, dan sedikit gangguan pada persepsi pengecapan.
2. Obat kumur essential oil
Obat kumur essential oil mengandung thymol, eucalyptol, menthol, dan methyl salicylate. Preparat-preparat tersebut telah dipelajari dan menunjukkan penurunan plak sebesar 20-35% dan penurunan gingivitissebesar 25-35%. Penggunaan obat kumur ini telah lama dan aman digunakan sejak abad ke-19. Produk ini dapat mengandung alkohol (sampai sebesar 24%
tergantung jenis preparat), oleh karena itu, beberapa pasien dan dokter perlu memperhatikan penggunaannya.
(Nowak et al, 2019).
Penggunaan Obat Kumur
Anie K., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Poltekes Tasikmalaya. p. 7
Basuni, Cholil, Deby Kania Tri Putri. 2014. Gambaran Indeks Kebersihan Mulut Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Di Desa Guntung Ujung Kabupaten Banjar. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2(1) Goran K., & Sven P. 2009. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach. UK: Blackwell Publishing Ltd.
Marwah, N. 2019. Textbook of Pediatric Dentistry 4rd Ed. New Delhi: Jaypee. p. 54.
McDonald, Avery. 2016. Dentistry for the Child and Adolescent 10th edition. Elsevier Health Sciences.
Nowak, A.J., Cristensen, J.R., Mabry, T.R., Townsend, J.A., Wells, W.H. 2019. Pediatric Dentistry: Infacy Through Adolescence 6th ed. Philadelphia: Elseiver Inc.
Yanti R., Taqwa D., dan Octiara E. 2009. Pedodonsia Terapan. Medan : FKG USU
DAFTAR PUSTAKA
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik
THANK YOU!
Dental Health
Education