• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Muhammadiyah tentang Moderasi Beragama (Studi Kasus di Kabupaten Mamuju Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pemikiran Muhammadiyah tentang Moderasi Beragama (Studi Kasus di Kabupaten Mamuju Tengah)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PEMIKIRAN MUHAMMADIYAH TENTANG MODERASI BERAGAMA (STUDI KASUS DI KABUPATEN MAMUJU TENGAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar

Oleh:

LISMARDIANA RESKI NIM: 30100118003

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lismardiana Reski

NIM : 30100118003

Tempat/Tgl. Lahir : Karondang, 14 Maret 2000 Jurusan/ Prodi : Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat

Judul : Pemikiran Muhammadiyah tentang Moderasi Beragama (Studi Kasus di Kabupaten Mamuju Tengah) Menyatakan bahwa penulisan skripsi ini benar adalah hasil karya saya sendiri. Pernyataan ini dibuat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terbukti ditemukan adanya duplikat, tiruan, plagiat, maka saya siap menganggung segala risikonya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran sebagai bentuk tanggung jawab formal untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Gowa, 20 Juni 2022 Penyusun,

Lismardiana Reski

(30100118003)

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

ِِىْيِحَّشنا ٍِِ ًْٰحَّشنا ِِ ّٰالل ِِىْغِت

Alhamdulillahirabbil‟alamin, dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan penguasa alam yang meridhai dan mengabulkan segala do‟a, Tuhan yang senantiasa menyertai dalam tiap hembusan nafas serta Tuhan yang senantiasa mencurahkan segenap kasih dan sayang-Nya. Karena hanya atas izin dan karunia-Nya lah sehingga skripsi ini dapat dibuat dan terselesaikan. Tidak lupa pula salawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw. Rasulullah yang senantiasa menjadi suri tauladan serta membawa risalah sebagai panutan umat manusia yang telah menyelamatkan manusia dari zaman kebodohan.

Suatu kesyukuran yang sangat besar penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemikiran Muhammadiyah Tentang Moderasi Beragama (Studi Kasus di Kabupaten Mamuju Tengah)”, yang merupakan syarat mutlak dalam menyelesaikan studi pada tingkat strata satu (S1) di jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan.

Namun, berkat kerja keras dan kesungguhan serta do‟a, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang yang telah berkontribusi selama penyusunan skripsi ini.

Penulis hanturkan penghargaan istimewa dan ucapan terima kasih serta mendedikasikan skripsi ini untuk insan yang sangat berarti dalam hidup penulis.

Teruntuk kedua orang tua, ayahanda dan ibunda tercinta yakni M. Yunus dan

(5)

v

Hasriani yang telah menjadi orang tua terhebat, menjadi pembimbing dan penyemangat, yang disetiap hembusan nafasnya tersisip do‟a dan cinta untuk penulis. Juga kepada kedua kakak penulis, yakni M. Yunasri Ridho dan Yusni Irdah, kedua adik penulis, yakni Nugrah Wati Al-Magfirah dan Reski Amelia Ramadhani, kakak ipar Kak Rahma Awalia serta keponakan tercinta Alif Ananda Abyansyah Tosagena, juga kepada seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih atas do‟a, kasih sayang, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan. Untaian kata dalam tulisan ini adalah bukti cinta yang penulis dedikasikan untuk segenap keluarga yang telah memberikan uluran tangan dan bantuan moril maupun materil selama penulis menempuh masa studi.

Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah membimbing dan memberi semangat sehingga kegiatan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A, Ph.D selaku Rektor, beserta Wakil Rektor I, II, III, dan IV serta seluruh staf UIN Alauddin Makassar.

2. Dr. Muhsin, M.Th.I selaku Dekan, beserta Wakil Dekan I, II, dan III serta seluruh staf Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar.

3. Dr. Hj. Rahmi D, M.Ag selaku Pembimbing I serta selaku Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, nasehat serta bimbingan kepada penulis hingga penyelesaian akhir studi.

4. Dr. H. Ibrahim, M.Pd selaku Pembimbing II yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, nasehat serta bimbingan kepada penulis hingga penyelesaian akhir studi.

(6)

vi

5. Dr. Muhaemin, M. Th.I, M.Ed selaku Penguji I serta selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, yang senantiasa mengoreksi, memberikan arahan-arahan serta masukan yang sangat berarti bagi penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Dr. Abdullah, S.Ag. M.Ag selaku Penguji II serta selaku Wakil Dekan III yang senantiasa mengoreksi, memberikan arahan-arahan serta masukan yang sangat berarti bagi penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

7. Muh. Abdi Goncing, M.Phil selaku Sekretaris Jurusan yang telah banyak memberikan banyak informasi serta arahan kepada penulis selama proses penyelesaian studi.

8. Dosen-dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, terkhusus dosen Prodi Akidah dan Filsafat Islam yang telah banyak membantu dan berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam menambah serta memperluas wawasan penulis.

9. Kepala perpustakaan UIN Alauddin Makassar dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat beserta seluruh stafnya yang telah banyak membantu dan mempermudah penulis dalam mengumpulkan referensi.

10. Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah serta Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Mamuju Tengah yang telah bersedia menjadi informan dan telah meluangkan waktu untuk berbagi informasi dan pengetahuan terkait penelitian dalam skripsi ini.

11. Keluarga besar Akidah dan Filsafat Islam, terkhusus angkatan 2018 (Alexandria) yang telah memberikan rasa kekeluargaan dan kebersamaan selama menjalani proses pendidikan di kampus.

(7)

vii

12. Keluarga besar AFI 01, yang telah menjadi keluarga penuh cinta selama menjalani pendidikan di kampus. Terima kasih atas kekeluargaan, kebersamaan, suka duka, motivasi serta dukungan di setiap langkah dalam menggapai impian.

13. Keluarga kecil UKM LIMA Washilah tanpa terkecuali, yang telah menjadi rumah kedua selama penulis menjalani proses pendidikan. Banyak cinta, cerita dan rasa kekeluargaan yang sangat berarti dan menjadi dukungan bagi penulis selama ini.

14. Seluruh lembaga/organisasi yang menjadi tempat belajar bagi penulis.

Terima kasih atas ilmu dan pengalaman serta kekeluargaan selama penulis menjalani pendidikan ini sampai selesai.

15. Teruntuk teman-teman dan semua pihak yang belum sempat penulis sebutkan, terima kasih atas semua saran dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

16. Yang paling istimewa, teruntuk diri sendiri, terima kasih sudah berjuang dengan sepenuh hati walaupun terkadang lelah dan banyak rintangan yang dihadapi selama menjalani pendidikan ini.

Penulis senantiasa menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga melalui kesempatan ini pula penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari segenap pembaca demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan mempersembahkan skripsi ini untuk semua orang yang penulis sayangi serta penghargaan yang setinggi- tingginya untuk semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga

(8)

viii

skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Aamiin.

Gowa, 20 Juni 2022 Penulis

Lismardiana Reski

(9)

ix DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PERNGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iiv

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 10

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Kajian Pustaka ... 12

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 17

A. Moderasi Beragama ... 17

B. Muhammadiyah... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 36

B. Pendekatan Penelitian ... 37

C. Sumber Data ... 38

D. Metode Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian... 40

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

B. Makna Moderasi Beragama Menurut Tokoh Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah ... 48

(10)

x

C. Implementasi Moderasi Beragama oleh Organisasi Muhammadiyah

di Kabupaten Mamuju Tengah ... 54

D. Moderasi Beragama Bagi Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah... 63

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Implikasi Penelitian ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

PEDOMAN WAWANCARA ... 73

DAFTAR INFORMAN ... 74

RIWAYAT PENULIS ... 78

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Batas Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah ... 42 Tabel 1.2. Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tengah ... 43 Tabel 1.3. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Mamuju Tengah ... 44 Tabel 1.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Mamuju Tengah ... 44 Tabel 1.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan di

Kabupaten Mamuju Tengah ... 45 Tabel 1.6. Jumlah Penganut Agama di Kabupaten Mamuju Tengah ... 45

(12)

xii ABSTRAK

Nama : Lismardiana Reski NIM : 30100118003

Judul : Pemikiran Muhammadiyah tentang Moderasi Beragama (Studi Kasus di Kabupaten Mamuju Tengah)

Skripsi yang berjudul “Pemikiran Muhammadiyah tentang Moderasi Beragama (Studi Kasus di Kabupaten Mamuju Tengah)” dijabarkan dalam tiga permasalahan yaitu: 1) Bagaimana makna moderasi beragama menurut tokoh Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah? 2) Bagaimana implementasi moderasi beragama oleh Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah? 3) Bagaimana manfaat moderasi beragama bagi Muhammadiyah dimasyarakat Kabupaten Mamuju Tengah?

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan filosofis, pendekatan teologis, dan pendekatan fenomenologi. Sumber dan jenis data penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui wawancara kepada tokoh Muhammadiyah sebagai informan. Dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang diterapkan pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan melakukan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan secara deduktif.

Hasil penelitian ini yaitu: 1) Makna moderasi beragama menurut tokoh Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah sebagai sikap dengan mengutamakan esensi dari ajaran sebuah agama yang mengajarkan kebaikan seperti keadilan, persatuan, toleransi atau penerimaan atas setiap perbedaan Di berbagai kalangan masyarakat tanpa melihat latar belakangnya. 2) Implementasi moderasi beragama di tengah masyarakat oleh Muhammadiyah Mamuju Tengah dilakukan melalui gerakan dakwah, gerakan pendidikan, dan gerakan sosial. 3) Manfaat yang diperoleh dari penerapan moderasi beragama di tengah masyarakat Mamuju Tengah yaitu mengatasi konflik yang timbul baik internal umat beragama maupun antara umat beragama.

Implikasi dari hasil penelitian ini, penulis mencoba memberikan saran- saran seperti: 1) disarankan kepada Muhammadiyah agar membumikan makna dan nilai moderasi beragama. 2) kepada masyarakat baik Mamuju Tengah baik internal maupun ekstrenal agar membumikan makna dan nilai moderasi beragama.

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Moderasi beragama secara umum adalah perilaku seimbang dalam melaksanakan ajaran suatu agama, baik dalam lingkup sesama penganut agama tersebut, maupun dengan yang berbeda keyakinan.1 Moderasi beragama dalam agama Islam dikenal dengan kata wasathiyah yang berarti tengah. Wasathiyah merupakan pemikiran, ajaran atau suatu paham yang menuntun umatnya supaya memiliki sikap adil, pertengahan, tidak berat sebelah, maju, dan proporsional. Paham keislaman ini sering dianggap dengan istilah “moderat” pada seluruh dimensi kehidupan.

Moderasi berasal dari Bahasa Arab yaitu wasathiyyah. Al-Wasathiyyah menurut bahasa berakar pada istilah wasath, yang dapat didefiniskan sebagai sawa‟un, yakni berada di tengah antara dua batas, yaitu adil, dan di pertengahan.2 Seseorang yang punya sikap adil akan ada di antara dua ujung sesuatu. Dapat juga diartikan washatan sebagai menjaga sikap tanpa adanya kesepakatan bahkan melalaikan garis kebenaran suatu agama. Paham keislaman ini sering dianggap dengan istilah “moderat” pada seluruh dimensi kehidupan.3 Wasathiyah adalah suatu kajian substansial yang pokok pada kerangka pertumbuhan dan kemajuan adab serta hubungan, wasathiyah

1 Muhammad Qasim, Membangun Moderasi Beragama Umat Melalui Integrasi Keilmuan, (Gowa: Alauddin University Press, 2020), h. 40.

2 Nurul Sakinah, Moderasi Beragama dalam Perspektif Mufasir Nusantara (Kajian Tafsir QS. Al-Baqarah [2]: 143), Skripsi (Surabaya: Fak. Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel, 2021), h. 19.

3 Khairan Muhammad Arif, Moderasi Islam [Tela‟ah Komprehensif Pemikiran Wasathiyah Islam, Perspektif Al-Qur‟an dan As-Sunnah, Menuju Islam Rahmatan Li Al-Alamin], (Cipayung: Pustaka Ikadi, 2020), h. 9.

(14)

2

menjadi gagasan keilmuan umat Islam dan para peneliti untuk dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari manusia.4 Konsep seperti ini menjadi sangat penting untuk menjalankan suatu isu yang biasa terjadi dalam suatu bangsa yang multietnis, hal tersebut menyebabkan konsep wasathiyah menjadi suatu topik yang diabadikan dalam QS. al-Baqarah/2:143.

Wasathiyah merupakan salah satu keistimewaan Islam yakni kondisi yang akan melindungi seseorang dari perbuatan yang berlebihan dan meminimalisir hal yang dilarang Allah swt. Karakteristik wasathiyah penganut agama Islam adalah suatu keistimewaan oleh Allah swt, diberikan dengan spesifik ketika menjalankan syariat terus menerus yang sudah ditata oleh agama Islam, karenanya umat agama Islam menjadi penganut agama yang terpilih dan terbaik.5 Maka dari itu, dapat disimpulkan wasathiyah yang kerap disebut sebagai moderasi merupakan satu kondisi yang mulia yang dapat menjaga seseorang yang cenderung menuju di antara dua tindakan ekstrem, yakni tindakan berlebih-lebihan dan tindakan tidak melebihkan yang telah ditentukan Allah swt.

Agama Islam yaitu sebuah ajaran yang senantiasa mengajarkan akan pentingnya hidup yang damai, orang-orang diharapkan untuk membangun masyarakat yang beradab, terbuka, demokratis, toleran dan cinta akan damai.6 Oleh karena itu Islam pasti sesuai dengan peradaban manusia. Namun, di balik misi-misi kebaikan yang dibawa agama itu masih banyak praktik atau tingkah

4 Firman Abdullah Karim Amrullah, Ummatan Wasathan Perspektif Sayyid Qutb dan Ibnu Asyur, Skripsi (Surabaya: Fak. Ushuluddin dan Filsafat, 2021), h. 15.

5 Firman Abdullah Karim Amrullah, Ummatan Wasathan Perspektif Sayyid Qutb dan Ibnu Asyur, Skripsi, h. 16.

6 Farhan Triana Rahman, Moderasi Beragama Menurut Sayyid Qutb (Kajian Sosio Historis Penafsiran Sayyid Qutb Pada QS Al-Baqarah Ayat: 143 Dalam Kitab FiZhilali al- Qur‟an), Skripsi (Surakarta: Fak. Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2021), h.2.

(15)

3

laku para penganut agama yang jauh dari misi keagamaan tersebut.

Ekstremisme, radikalisme, terorisme, liberalisme, fundamentalisme, dan intoleransi sudah banyak menghinggapi umat beragama. Sikap-sikap tersebut telah mengguncang dunia. Berbagai tindak kejahatan ataupun kekerasan sering didengar dan disaksikan di lingkungan dan masyarakat sekitar, baik di dunia nyata atau di dunia maya. Isu-isu yang sering diberitakan dan hangat dibicarakan khalayak ramai maupun media massa yaitu tindakan terorisme.

Terorisme tidak pernah lepas dengan tindakan teror, kekerasan, ekstrimitas, dan intimidasi sehingga seringkali menimbulkan kerugian baik berupa kerugian materi maupun jatuhnya korban.

Sejarah tindakan kekerasan yang kerap terjadi dalam kehidupan sehari- hari ini seringkali membawa nama agama. Agama menjadi kekuatan yang dahsyat melebihi kekuatan politik, sosial, dan budaya. Banyak orang menghalalkan tindakan radikalisme dengan mengatasnamakan agama.7 Radikalisme dengan mengatasnamakan agama seringkali terlihat dan terdengar dalam bentuk teror, pengeboman, kekerasan, kejahatan, dan lain- lain, semuanya dibalut dengan nama agama. Agama menjadi alat untuk dijadikan alasan munculnya terorisme. Agama akibatnya mendapatkan imbas yang negatif dan menjadi catatan buruk dalam catatan sejarah.

Lalu apakah yang menyebabkan terjadinya berbagai tindakan kekerasan tersebut? Timbulnya gerakan-gerakan radikal ini disebabkan oleh paham yang terlampau ekstrem dan adanya kalangan fanatik dan puritan dalam suatu paham.8 Perbedaan doktrin, suku serta ras yang berbeda,

7 Dede Rodin, “Islam dan Radikalisme: Telaah Atas Ayat-Ayat “Kekerasan” dalam Al- Qur‟an”, ADDIN, No. 1 (2016): hal. 31.

8 A Faiz Yunus, Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya Terhadap Agama Islam, Universitas Indonesia, No. 1 (2017): hal. 77.

(16)

4

perbedaan budaya, dan adanya mayoritas dan minoritas dalam sebuah masyarakat inilah yang menjadi penyebab adanya tindakan kekerasan antar umat beragama. Hadirnya ajaran-ajaran religiusitas transnasional yang membawa ajaran-ajaran ekstrem telah mengancam bahkan merusak model beragama yang ramah, juga merusak sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak kita dapati dalam masyarakat luas konflk-konflik yang berujung pada tindakan kekerasan ini yang disebabkan oleh perbedaan agama, di mana agama di sini menjadi sebuah tembok yang membatasi ruang dan gerak yang berisi keharmonisan dan kerukunan dalam masyarakat. Dampak besar yang dihasilkan dengan adanya konflik tersebut adalah rusak dan retaknya sebuah hubungan baik dalam keluarga, masyarakat, bahkan sebuah negara pun hanya karena perbedaan agama, keyakinan, ataupun paham keagamaan.9

Setelah mengetahui penyebab dari tindakan radikal yang marak terjadi di tengah umat beragama, juga perlu mencari dan mengetahui cara mengatasi hal-hal tersebut. Di tengah ketegangan dan kekakuan masyarakat dalam menjalani agama masing-masing, perlu untuk memiliki pola keberagamaan yang dapat menjadi penengah atau pencair suasana tegang dan kaku tersebut.

Lalu pola keberagamaan seperti apa yang perlu dilakukan dan dibutuhkan?

Moderasi beragama. Moderasi beragama bukan lagi hal baru yang diperbincangkan oleh umat Islam maupun umat agama lain di Indonesia. Pola keberagamaan dengan cara moderasi (washatiyah) beragama sangat perlu diterapkan dalam kehidupan masyarakat beragama.

9 A Faiz Yunus, Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya Terhadap Agama Islam, h. 78.

(17)

5

Allah swt membicarakan tentang moderasi beragama dalam beberapa ayat al-Qur‟an, salah satunya yakni pada QS. al-Baqarah/2:143.

ِ ِطاَُّناًَِهَعِ َءۤاَذَهُشِاْىَُْىُكَتِّنِاًطَعَّوًِةَّيُاِ ْىُكُْٰهَعَجِ َكِن ٰزَكَو ىُعَّشناِ ٌَ ْىُكَيَو

ِْىُكْيَهَع ل

ِ ِاًذْيِهَش

Terjemahnya:

Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia. Dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.10

Quraish Shihab dalam bukunya menyimpulkan dari beberapa pendapat para pakar bahwa washatiyyah merupakan adanya keseimbangan di berbagai masalah kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi, hal tersebut harus disertai usaha untuk menyinkronkan diri dengan situasi yang ada di depan berlandaskan pada petunjuk agama serta kondisi objektif yang berdasarkan fakta yang dialami.11 Wasathiyyah tidak hanya menyajikan dua kutub kemudian memilih sesuatu yang ada di tengahnya. Wasathiyyah juga merupakan keseimbangan yang tidak lepas dari prinsip “tidak kekurangan ataupun kelebihan”, namun di saat yang sama hal itu bukan berarti sikap menjauh dari situasi genting atau lari dari sebuah tanggung jawab. Karena, agama Islam mengajarkan kecenderungan pada kebenaran dengan aktif dan penuh hikmah.

Di tengah perjuangan melawan berbagai paham keagamaan yang bersifat sangat ekstrem seperti suatu kelompok yang (terlalu) fundamentalis,

10 Kementrian Agama, Mushaf Al-Kamil al-Qur‟an dan Terjemah Dilengkapi Tema Penjelas Kandungan Ayat, (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2002), h. 23.

11 M. Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama, (Ciputat: Lentera Hati, 2020), h. 43.

(18)

6

konservatis, radikalis di sisi yang satu, dan liberalis di sisi yang lain, keberadaan model keagamaan yang moderat menjadi penting dan mendesak untuk diperkuat dan dikembangkan.12 Moderasi beragama diharapkan bukan semata-mata mampu mempersatukan kegentingan di antara kelompok yang berpotensi melahirkan berbagai kegentingan dan konflik, tetapi juga diharapkan bisa menjaga kekayaan sosial umat beragama, baik dalam strata lokal, nasional, hingga skala global. Sikap dalam menerapkan model moderasi beragama dalam menjaga kehormatan adalah dengan saling memperingatkan dalam kebaikan dan menjaga diri dari perbuatan buruk dan terlarang, memiliki penampilan yang sopan, serta santun dalam bersikap.

Muhammadiyah merupakan salah satu gerakan dakwah dalam Islam yang berdiri pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 M di Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah adalah sebuah pergerakan dalam Islam amar ma‟ruf dan nahi mungkar, dengan akidah Islam, dan berpatokan kepada al-Qur‟an dan segala sesuatu yang dinuklilkan Nabi Muhammad saw.13 Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi masyarakat Islam yang bersikap moderat, yakni bersikap tidak berlebih-lebihan dan juga bersikap tidak ekstrem. Muhammadiyah merupakan gerakan yang selalu terbuka terhadap kritik dan masukan pendapat dari berbagai pihak. Dalam menyelesaikan berbagai masalah, Muhammadiyah senantiasa mendengar pendapat dari berbagai perspektif hingga hal itu diharapkan dapat memberikan solusi yang bisa diterima oleh semua pihak.

12 Aksin Wijaya, dkk, Berislam di Jalur Tengah, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2020), h. 131.

13 Nurhayati, dkk, Muhammadiyah dalam Perspektif Sejarah, Organisasi, dan Sistem Nilai, (Yogyakarta: TrustMedia Publishing, 2018), h. 1-2.

(19)

7

Sejak awal berdiri, Muhammadiyah yang menjadi gerakan sosial dalam keagamaan tidak bertujuan untuk menjadi organisasi politik (partai politik), akan tetapi sebagai sebuah organisasi yang bergerak dalam dakwah Islam.14 Muhammadiyah sebagai gerakan sosial agama yang berperan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Muhammadiyah berdiri dalam rangkaian moderatisme dan Islamisme. Menghadapi berbagai masalah terorisme dan radikalisme, Muhammadiyah selalu kritis menghadapi pendekatan yang dicanangkan pemerintah yang menggunakan tindakan- tindakan kekerasan. Namun juga, bukan berarti membenarkan tindakan terorisme yang merupakan suatu pelanggaran besar yakni pelanggaran kemanusiaan.15

Muhammadiyah memiliki visi bagaimana terciptanya masyarakat yang sebenar-benarnya Islam. Adapun misinya adalah barupaya meneguhkan kemurnian tauhid yang berlandaskan pada al-Qur‟an dan Hadis, menyebarkan serta menyuburkan tuntunan Islam dengan berlandaskan al-Qur‟an dan Hadis, serta mewujudkan pribadi Islam di setiap kehidupan individu, keluarga, dan juga warga.16 Dapat kita lihat berdasarkan pada visi dan misi tersebut, Muhammadiyah terus berupaya mengajarkan dan menciptakan masyarakat yang damai di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia. Kemajemukan atau keberagaman masyarakat sosial merupakan sunnatullah yang tidak bisa kita pungkiri adanya. Keberagaman menjadi hal lumrah dalam kehidupan bermasyarakat dan perlu untuk mengimplementasikan dalam kehidupan

14 Zuly Qadir, Muhammadiyah Memperkuat Moderasi Islam Memutus Radikalisme, MAARIF 14 No. 2 (2009): h. 19.

15 Zuly Qadir, Muhammadiyah Memperkuat Moderasi Islam Memutus Radikalisme, h. 20.

16 Nurholis, Sejarah Muhammadiyah dan Pengaruhnya Terhadap Sosial Keagamaan di Kota Bengkulu Tahun 2000-2015, Skripsi (Bengkulu: Fak. Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2020), h. 39.

(20)

8

sehari-hari yaitu saling menghargai, menjaga kedamaian, menghindari sikap fanatik dalam segala hal, dan tetap berpegang teguh pada ajaran agama atau kepercayaan masing-masing.

Kabupaten Mamuju Tengah merupakan satu di antara beberapa kabupaten di Sulawesi Barat yang mempunyai cukup banyak pengikut organisasi Muhammadiyah. Bahkan di Mamuju Tengah sendiri memiliki beberapa lembaga pendidikan yang berlatarkan Muhammadiyah. Di tengah keberagaman suku dan agama masyarakat Mamuju Tengah, organisasi Muhammadiyah tentu dapat menjadi gerakan yang massif untuk mencegah terpecah belahnya umat beragama di Mamuju Tengah. Kabupaten Mamuju Tengah dapat dikatakan sebagai Indonesia kecil, hal tersebut karena di Mamuju Tengah merupakan daerah transmigrasi penduduk yang berbeda suku, ras, budaya serta agama yang berbeda-beda. Mamuju Tengah memiliki penduduk dengan berbagai macam agama dan kepercayaan, di antaranya agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Pluralitas agama dan perbedaan paham keagamaan yang pada akhirnya bisa menimbulkan konflik dapat diatasi seiring berkembangnya pemikiran masyarakat khususnya masyarakat Muhammadiyah dengan menerapkan pola keberagamaan yakni moderasi beragama. Persoalan-persoalan yang muncul di tengah populasi masyarakat yang dilatari oleh perbedaan agama hanya dapat diatasi dengan mengaplikasikan moderasi beragama. Lalu apakah pola keberagamaan ini telah diimplementasikan oleh masyarakat Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah dalam kehidupan sehari-hari? Untuk menjawab dan memastikan hal itu, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengungkapkan secara ilmiah.

(21)

9

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah Abdul Rahman Suhupi mengatakan bahwa moderasi beragama menurut Muhammadiyah adalah menjadi ummatan wasathan, moderasi beragama itu sikap pertengahan, yakni tidak ekstrem ke kiri dan tidak ekstrem ke kanan.

Kabupaten Mamuju Tengah terdiri dari berbagai macam etnis, agama, dan suku itu, sejak awal Muhammadiyah sudah menegaskan bahwa siapapun dia, agama apapun dia, suku apapun dia, Muhammadiyah tetap menerima mereka.

Dengan adanya Muhammadiyah dapat memajukan Islam di Mamuju Tengah, dengan tidak menonjolkan satu suku, semuanya bersatu padu memajukan Islam di Mamuju Tengah paling tidak melalui organisasi masyarakat Muhammadiyah. Muhammadiyah melihat bahwa moderasi beragama di Mamuju Tengah sudah berlangsung, artinya konsep moderasi beragama sudah dilaksanakan oleh pemerintah, baik antar umat beragama dengan umat agama lainnya, atau interen antar umat agama itu sendiri. Misalnya dalam agama Islam melihat, antar umat Muhammadiyah dengan Nahdatul Ulama sebagai organisasi masyarakat yang besar, mereka saling menghormati dan menghargai dan hal ini sudah terjadi khususnya di Kabupaten Mamuju Tengah.17

Berasas pada kerangka pemikiran di atas, penulis memilih untuk melaksanakan penelitian mengenai bagaimana pemikiran Muhammadiyah tentang moderasi beragama, bagaimana pengaplikasian moderasi beragama di Kabupaten Mamuju Tengah, serta bagaimana manfaat yang didapatkan setelah menerapkan moderasi beragama di Kabupaten Mamuju Tengah.

17 Abdul Rahman Suhupi, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah, Wawancara, Makassar, 26 Januari 2022.

(22)

10 B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah pemikiran Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah tentang moderasi beragama, dan bagaimana penerapan serta manfaat moderasi beragama oleh Muhammadiyah tersebut.

Hal ini didasarkan pada kondisi masyarakat di Kabupaten Mamuju Tengah yang majemuk, sehingga menurut penulis sangat penting untuk melakukan penelitian dengan berfokus pada penerapan serta manfaat moderasi beragama oleh Muhammadiyah untuk menjadi solusi di tengah kemajemukan tersebut.

2. Deskripsi Fokus

Untuk mendapatkan gambaran umum maksud dari judul penelitian tersebut, penulis akan menjelaskan beberapa penafsiran yang dianggap perlu sebagai berikut:

a. Moderasi beragama adalah satu gagasan atau ide yang diterapkan dalam mengaplikasikan model keberagamaan di tengah kehidupan sosial. Moderasi beragama yang sebenarnya adalah bagian utama dari gagasan-gagasan keislaman dan kemoderenan. Dengan adanya konsep moderasi beragama ini, moderasi beragama yang merupakan cara beragama yang berada di jalan tengah, di tengah keberagaman agama di Indonesia, model keberagamaan yang mengedepankan perilaku toleransi, sikap saling menghargai dan menghormati, percaya pada kebenaran agama atau mazhab masing-masing, hingga setiap orang dapat menerima keputusan dengan baik dan tanpa harus terjadi tindakan kekerasan, dapat diaplikasikan di tengah keberagaman masyarakat.

(23)

11

b. Muhammadiyah adalah suatu organisasi besar Islam di Indonesia. Kata Muhammadiyah berasal dari nama baginda Muhammad saw oleh karena itu menyebabkan orang-orang mengenal Muhammadiyah selaku pengikut Nabi Muhammad saw. Muhammadiyah menjadi gerakan dakwah Islam dengan berdasarkan al-Qur‟an dan Hadis Nabi.18 Agar lebih mudah dipahami oleh pembaca, penulis membuat kesimpulan dengan menggunakan tabel sebagai berikut:

Matrix Fokus Penelitian

NO. FOKUS PENELITIAN DESKRIPSI FOKUS

1. Makna moderasi beragama menurut Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah

a. Pimpinan Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah b. Majelis Tabligh

Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah

c. Majelis Pendidikan

Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah

2. Penerapan moderasi beragama a. Toleransi b. Moderat 3. Manfaat moderasi beragama

bagi Muhammadiyah Kabupaten Mamuju Tengah

a. Pengertian moderasi beragama

b. Manfaat moderasi beragama

18 Ibnu Abdil Bar Hafiz, Upaya Muhammadiyah dalam Pembinaan Moralitas Remaja di Kecamatan Kotabumi Selatan, Skripsi (Bandar Lampung: Fak. Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung, 2019), h. 20.

(24)

12 C. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang di atas, dapat dibuat kerangka permasalahan yang dalam penelitian ini menjadi fokus penelitian. Berikut rumusan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Bagaimana makna moderasi beragama menurut tokoh Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah?

2. Bagaimana implementasi moderasi beragama oleh organisasi Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah?

3. Bagaimana manfaat moderasi beragama bagi Muhammadiyah dimasyarakat Kabupaten Mamuju Tengah?

D. Kajian Pustaka

Tinjauan pustaka menyimpulkan tentang sebatas pengetahuan peneliti menemukan buku-buku yang terkait, beberapa karya ilmiah dan definisi maupun artikel yang peneliti merasa sedikit banyaknya berhubungan dengan judul yang peneliti angkat dan tentunya akan menjadi referensi dalam penyusunan skripsi kedepannya. Tema terkait moderasi beragama sebenarnya sudah banyak diteliti, namun penelitian yang berfokus pada pemikiran Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah belum ditemukan di antara banyaknya penelitian. Karenanya, peneliti mencoba menelusuri informasi dari berbagai sumber seperti buku dan juga karya tulis ilmiah seperti skripsi dan lain-lain dalam penelitian ini, dengan tujuan memperoleh info mengenai konsep yang terkait dengan topik penelitian ini.

Melakukan penelitian di Kabupaten Mamuju Tengah dengan objek penelitian yaitu para tokoh Muhammadiyah merupakan suatu hal yang menarik. Di mana Muhammadiyah merupakan suatu organisasi yang bergerak

(25)

13

maju dan tentunya orang-orang Muhammadiyah memiliki gagasan bagaimana moderasi beragama itu dan memiliki jawaban tersendiri mengenai tantangan atau dinamika yang timbul dari adanya keragaman dalam kehidupan ini.

Pertama, Moderasi Beragama oleh Kementrian Agama RI. Buku ini menjelaskan bagaimana, apa, dan mengapa moderasi beragama. Buku ini bertujuan menjawab berbagai macam pertanyaan-pertanyaan dari berbagai persoalan terkait moderasi beragama itu sendiri. Buku ini menjadi dasar referensi penelitian, agar dalam penelitian ini tidak ada kekeliruan atu pergeseran makna moderasi beragama.

Kedua, Membangun Moderasi Beragama Umat Melalui Integrasi Keilmuan oleh Muhammad Qasim. Dalam buku ini dikatakan bahwa Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, mempunyai tanggung jawab besar atas segala dinamika keagamaan yang terjadi di kawasan ini. Mengenai konsep keanekaragaman, hal ini bukan hanya karena faktor teritorial atau hukum alam, tetapi itu bersifat kodrat.

Pembentukan berbagai macam kelompok beragama, kelompok lintas agama, dan pembentukan lembaga khusus untuk studi dengan fokus moderasi beragama adalah langkah konstruktif dalam menciptakan dan membentuk kehidupan yang damai dalam kerangka moderasi beragama.19 Dalam buku ini menjelaskan bagaimana konsep moderasi beragama dapat menjadi langkah yang baik untuk menciptakan masyarakat yang saling menghargai, toleran, dapat hidup berdampingan dengan kelompok berbeda, dan hidup damai dengan tetap berada dalam bingkai moderasi beragama.

19 Muhammad Qasim, Membangun Moderasi Beragama Umat Melalui Integrasi Keilmuan, (Gowa: Alauddin University Press, 2020), h. 9.

(26)

14

Ketiga, Moderasi Islam dan Kebebasan Beragama (Perspektif Mohamed Yatim dan Thaha Jabir Al-Alwani) oleh Muhammad Arif. Buku ini menjadi salah satu landasan teori dalam penelitian ini. Dalam buku ini menjabarkan bagaimana moderasi (wasathiyah) sebagai salah satu pilar atau tiang utama dalam paham Islam. Selain itu buku ini juga memaparkan berbagai muatan makna washatiyah, karakteristiknya, serta penerapan dan ketentuannya.

Keempat, Wasathiyyah Wawasan Islam Tentang Moderasi Beragama oleh M. Quraish Shihab. M. Quraish Shihab berpendapat bahwa moderasi beragama merupakan keseimbangan dalam semua persoalan hidup baik dunia maupun akhirat, di mana moderasi beragama ini harus selalu disertai usaha menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi berdasar pada arahan agama dan kondisi agama serta kondisi objektif yang sedang dialami. Moderasi beragama tidak hanya menyajikan dua kutub lalu memilih apa yang berada di tengah, moderasi adalah keseimbangan yang disertai dengan prinsip yaitu tidak kurang dan tidak lebih, akan tetapi, pada saat yang sama itu bukanlah sikap menjauh dari situasi sulit atau lari dari sebuah tanggung jawab, sebab agama Islam megajarkan umatnya untuk berpihak pada kebenaran secara aktif dengan penuh hikmah.20

Kelima, Naskah pidato Haedar Nashir, dalam pengukuhan guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada tahun 2019. Dalam naskah pidatonya, Haedar Nashir menyatakan bahwa secara generik, agama pada umumnya lebih spesifik agama Islam di manapun mengemban misi

20 M. Quraish Shihab, Wasathiyyah Wawasan Islam Tentang Moderasi Beragama, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2019), h. 43.

(27)

15

kebaikan, kedamaian, dan rahmat bagi seluruh alam. Agama secara universal penting dan mendasar dalam kehidupan manusia.21

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui makna moderasi beragama menurut tokoh Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah

b. Untuk mengetahui implementasi moderasi beragama oleh organisasi Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah

c. Untuk mengetahui manfaat moderasi beragama bagi Muhammadiyah dimasyarakat Kabupaten Mamuju Tengah

2. Kegunaan Penelitian a. Teoritis

1. Penelitian ini mampu berkontribusi secara teoritis terhadap tumbuh kembangnya khazanah keilmuan Islam.

2. Penelitian ini untuk mengenalkan lebih jauh tentang konsep moderasi beragama menurut pemikiran Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah serta penerapannya di lingkungan sekitar.

3. Skripsi ini juga dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan suatu penelitian.

b. Praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk memperkenalkan kepada masyarakat hakikat moderasi beragama secara luas. Diharapkan konsep moderasi beragama dalam pemikiran Muhammadiyah di Kabupaten Mamuju Tengah mampu menjadi

21 Haedar Nashir, Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan; Perspektif Sosiologi, (Pidato Pengukuhan Guru Besar, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah, 12 Desember 2019), h. 40.

(28)

16

langkah besar untuk menghindari gesekan sosial yang diakibatkan oleh perbedaan agama ataupun cara pandang masalah keagamaan, serta dapat mewujudkan masyarakat yang damai antar umat beragama.

(29)

17 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Moderasi Beragama

1. Pengertian Moderasi Beragama

Moderation adalah freedom from excess, dan moderate adalah make or become less violent or extreme. Dari pengertian kalimat tersebut dipahami bahwa sikap moderasi berarti bebas dari suatu yang berlebihan, menjadikan sesuatu tidak ada unsur kekerasan atau ekstremis.22 Dari pernyataan tersebut dapat diartikan sikap moderat selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem (keterlaluan). Secara umum, moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan berhadapan dengan institusi negara.

Dalam Bahasa Arab moderasi berasal dari kata wasathiyyah. Al- Wasathiyyah menurut bahasa berakar pada kata wasath, yang dapat didefiniskan sebagai sawa‟un, yakni berada di tengah antara dua batas, yaitu adil, dan di pertengahan.23 Dalam Bahasa Latin, moderasi berasal dari kata Moderatio yang berarti ke-sedang-an (tidak berlebihan dan tidak kekurangan).

Kata tersebut juga berarti penguasaan atas diri (dari sikap sangat berlebihan dan kekurangan). Adapun dalam Bahasa Inggris moderasi bersal dari kata

22 Saidurrahman dan Arifinsyah, Pancasila Moderasi Negara dan Agama Sebagai Landasan Moral Bangsa, (Jakarta: Kencana, 2020), h. 217.

23 Nurul Sakinah, Moderasi Beragama dalam Perspektif Mufasir Nusantara (Kajian Tafsir QS. Al-Baqarah [2]: 143), Skripsi (Surabaya: Fak. Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel, 2021), h. 19.

(30)

18

moderation, kata moderation seringkali digunakan dalam pengertian average (rata-rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak).24

Menurut Kamali, seorang guru besar Universitas Islam Antar-Bangsa Kuala Lumpur dan Kepala Institut Kajian Lanjutan Islam Malaysia, mengatakan bahwa wasathiyah merupakan aspek penting Islam, yang sayangnya agak terlupakan oleh banyak umatnya. Padahal, ajaran Islam tentang wasathiyah mengandung banyak ramifikasi dalam berbagai bidang yang menjadi perhatian Islam. Moderasi diajarkan tidak hanya oleh Islam, tetapi juga agama lain.25

Seseorang yang punya sikap adil akan ada di antara dua ujung sesuatu.

Dapat juga diartikan washatan sebagai menjaga sikap tanpa adanya kesepakatan bahkan melalaikan garis kebenaran suatu agama. Paham keislaman ini sering dianggap dengan istilah “moderat” pada seluruh dimensi kehidupan.26 Wasathiyah adalah suatu kajian substansial yang pokok pada kerangka pertumbuhan dan kemajuan adab serta hubungan, wasathiyah menjadi gagasan keilmuan umat Islam dan para peneliti untuk dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari manusia.27

Moderasi Islam merupakan suatu sikap atau pandangan, dimana hal tersebut selalu berusaha berada di tengah dari dua sikap yang bertentangan dan berlebihan sehingga salah satu dari kedua sikap tersebut tidak mengungguli

24 Kementrian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, 2019), h. 15.

25 Azyumardi Azra, Moderasi Islam di Indonesia dari Ajaran, Ibadah, Hingga Perilaku, (Jakarta: Kencana, 2020), h. 22.

26 Khairan Muhammad Arif, Moderasi Islam [Tela‟ah Komprehensif Pemikiran Wasathiyah Islam, Perspektif Al-Qur‟an dan As-Sunnah, Menuju Islam Rahmatan Li Al-Alamin], (Cipayung: Pustaka Ikadi, 2020), h. 9.

27 Firman Abdullah Karim Amrullah, “Ummatan Wasathan Perspektif Sayyid Qutb dan Ibnu Asyur”, Skripsi (Surabaya: Fak. Ushuluddin dan Filsafat, 2021), h. 15.

(31)

19

baik dalam pikiran maupun sikap seseorang.28 Dapat dikatakan bahwa seorang muslim yang bersikap moderat adalah muslim yang memberikan tiap nilai atau perspektif yang bertentangan pada hal tertentu tidak melebihi takaran yang seharusnya. Beberapa prinsip-prinsip moderasi dalam Islam diantaranya;

Keadilan („Adalah), Keseimbangan (Tawazun), dan Toleransi (Tasamuh).

Moderasi Islam adalah pemahaman Islam moderat, dengan gagasan menentang segala bentuk tindak kekerasan, melawan fanatisme, ekstrimisme, menolak intimidasi, dan terorisme. Moderasi Islam adalah Islam yang toleran, damai, dan santun, tidak menghendaki terjadinya konflik serta tidak memaksakan kehendak. Moderasi adalah sebuah keseimbangan (tawazun) dalam bersikap yang tidak memihak siapapun.29

Moderasi beragama secara umum adalah perilaku seimbang dalam melaksanakan ajaran suatu agama, baik dalam lingkup sesama penganut agama tersebut, maupun dengan yang berbeda keyakinan.30 Moderasi beragama dalam agama Islam dikenal dengan kata wasathiyah yang berarti tengah. Wasathiyah merupakan pemikiran, ajaran atau suatu paham yang menuntun umatnya supaya memiliki sikap adil, pertengahan, tidak berat sebelah, maju, dan proporsional. Paham keislaman ini sering dianggap dengan istilah “moderat” pada seluruh dimensi kehidupan.

2. Prinsip-Prinsip Moderasi Beragama

Prinsip dasar dalam moderasi beragama salah satunya ialah dengan senantiasa menjaga keseimbangan antara dua hal, contohnya keseimbangan

28 Abdullah Munir, dkk, Literasi Moderasi Beragama di Indonesia, (Bengkulu: CV. Zigie Utama, 2020). h. 32.

29 Abdullah Munir, dkk, Literasi Moderasi Beragama di Indonesia, h. 124.

30 Muhammad Qasim, Membangun Moderasi Beragama Umat Melalui Integrasi Keilmuan, (Gowa: Alauddin University Press, 2020), h. 40.

(32)

20

antara wahyu dan akal, antara rohani dan jasmani, antara kewajiban dan hak, antara kemashalatan bersama dan kepentingan individu, antara kesukarelaan dan keharusan, antara ijtihad tokoh agama dan teks agama, antara kenyataan dan gagasan ideal, serta keseimbangan masa depan dan masa lalu.31

Moderasi beragama bukan berarti membaurkan kebenaran dan mengesampingkan identitas diri. Perilaku moderasi tidak menyampingkan kebenaran, kita masih memiliki sikap yang jelas dalam suatu masalah, tentang kebenaran, tentang hukum suatu persoalan. Namun dalam moderasi beragama, lebih menonjol dalam sikap terbuka menerima bahwasanya sebagai masyarakat yang berdaulat, ada saudara sebangsa yang juga memiliki hak sama dalam kerangka kebangsaan. Setiap orang memiliki keyakinan yang berbeda atau agama yang harus dihormati dan akui, karena itu, perlu terus menerus bersikap dan beragama dengan cara moderat.32

Seorang ulama Mesir, Yusuf al-Qardawi berpandangan bahwa umat Islam harus mengambil jalan tengah (moderasi). Pandangan tersebut membuat umat Islam menjadi mudah dalam menjalankan agamanya. Pada hakikatnya, Islam merupakan agama yang memudahkan umat dalam menjalankan perintah- perintah Allah dan Rasul-Nya.33 Adapun prinsip-prinsip dasar beragama yang moderat diantaranya ialah:

31 Kementrian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2019), h. 19.

32 Agus Akhmadi, Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia, Jurnal Diklat Keagamaan, No. 2 (2019): h. 52.

33 Abdullah Munir, dkk, Literasi Moderasi Beragama di Indonesia, (Bengkulu: CV. Zigie Utama, 2020). h. 36.

(33)

21 a. „Adalah (Keadilan)

Berbicara keadilan berarti berbicara tentang suatu ide yang pokok di tengah kehidupan manusia. Keadilan bukan hanya berada di ranah hukum saja, akan tetapi juga masalah ini dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora. Nilai keadilan dalam agama Islam amat dimuliakan, untuk para penegak keadilan akan memperoleh balasan dari Allah tidak hanya di dunia, akan tetapi juga di akhirat kelak.34

Kata adil terdapat dalam beberapa ayat al-Qur‟an, salah satunya yakni pada QS. al-Maidah/5:8.

َِءۤاَذَهُشِِ ِّٰلِلِ ٍَْيِياَّىَقِا ْىَُ ْىُكِا ْىَُُيٰاِ ٍَْيِزَّناِاَهُّيَآٰٰي

ِِطْغِقْناِت ِ

ِ ٍو ْىَقِ ٌُٰاََُشِ ْىُكََُّيِشْجَيِ َلََوِ ۖ

ِ َِ ّٰاللِاىُقَّتاَوِ ي ٰىْقَّتهِنِ ُبَشْقَاَِىُهِ ا ْىُنِذْعِا ِا ْىُنِذْعَتِ َّلََآًِٰٰهَع

ِ ٌَ ْىُهًَْعَتِاًَِتِ ٌۢ شْيِثَخَِ ّٰاللِ ٌَِّا

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.35

b. Tasamuh (Toleransi)

Toleransi adalah suatu perbuatan atau sikap manusia mengikut pada aturan, di mana orang bisa menghargai, menghormati, terhadap perilaku orang lain.

Toleransi dalam ranah agama dan sosial budaya merupakan perilaku dan perbuatan yang menolak adanya diskriminasi terhadap kelompok yang berbeda di tengah masyarakat, misalnya toleransi dalam hal beragama, di

34 Agus Romdlon Saputra, Konsep Keadilan Menurut Al-Qur‟an dan Para Filosof, (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2012), h. 186.

35 Kementrian Agama, Mushaf Al-Kamil al-Qur‟an dan Terjemah Dilengkapi Tema Penjelas Kandungan Ayat, (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2002), h. 109.

(34)

22

mana golongan agama yang mayoritas di tengah masyarakat, memberi wadah untuk golongan agama lain untuk hidup di lingkungannya.36

Berkaitan dengan toleransi, Allah swt berfirman dalam QS. al-Baqarah/2:256.

ِِِّۚيَغْناِ ٍَِيُِذْشُّشناِ ٍََّيَثَّتِْذَقِ ٍِْيِّذناًِِفَِِاَشْكِآِٰ َلَ

Terjemahnya:

Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat.37

Ayat ini menjelaskan bahwa adanya pemaksaan untuk ikut menganut agama Islam sangat tidak dibenarkan. Umat muslim hanya berkewajiban untuk menyampaikan agama Allah dengan baik kepada sesama manusia.

c. I‟tidal (Lurus dan Tegas)

I‟tidal merupakan tindakan dengan memberikan posisi sesuai tempatnya terhadap segala sesuatu, melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban. I‟tidal juga merupakan tindakan dengan menerapkan keadilan dan etika untuk setiap orang.

d. Syura (Muyawarah)

Musyawarah adalah suatu jalan atau upaya untuk menyelesaikan tiap persoalan dengan cara duduk bersama dan berdiskusi satu sama lain agar tercapai sebuah mufakat dengan prinsip kebaikan untuk semua orang adalah segalanya. Dalam hal moderasi, musyawarah menjadi solusi untuk

36 Abu Bakar, Konsep Toleransi dan Kebebasan Beragama, (Riau: UIN Syarif Kasim Riau, 2015), h. 1.

37 Kementrian Agama, Mushaf Al-Kamil al-Qur‟an dan Terjemah Dilengkapi Tema Penjelas Kandungan Ayat, (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2002), h. 43.

(35)

23

mengurangi dan mencegah prasangka dan pergesekan antara individu ataupun golongan.38

Musyawarah dapat menjadi jalan untuk terjalinnya suatu ikatan persaudaraan dan hubungan yang erat dalam ukhuwah islamiyah, ukhuwah watoniyah, ukhuwah basariyah dan ukhuwah insaniyah.

e. Musawah (Persamaan)

Allah swt berfirman dalam QS. al-Hujurat/49:13.

ٌَِِّاِِۚا ْىُفَساَعَتِنَِمِ ىۤاَثَقَّوِاًتْىُعُشِْىُكُْٰهَعَجَوًِٰثَُْاَّوٍِشَكَرِ ٍِّْيِْىُكُْٰقَهَخِاََِّاُِطاَُّناِاَهُّيَآٰٰي

ِ

ِ شْيِثَخِ ىْيِهَعَِ ّٰاللِ ٌَِّا ِْىُكىٰقْتَاِِ ّٰاللَِذُِْعِْىُكَيَشْكَا

Terjemahnya:

Hai manusia! Sesungguhnya, Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.39

Berdasarkan ayat tersebut, dapat dipahami bahwa semua manusia mempunyai sisi yang sama di antara manusia lainnya. Hanya di mata Tuhanlah manusia memiliki perbedaan berdasarkan amal dan perbuatan yang dikerjakannya.

f. Tawazun (Seimbang)

Seimbang atau keseimbangan merupakan istilah dalam menggambarkan perspektif, sikap, dan loyalitas untuk tetap berpihak pada keadilan, rasa kemanusiaan, dan persamaan.

38 Mustaqim Hasan, Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa, (Lampung: IAI An-Nur Lampung, 2021), h. 119.

39 Kementrian Agama, Mushaf Al-Kamil al-Qur‟an dan Terjemah Dilengkapi Tema Penjelas Kandungan Ayat, (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2002), h. 518.

(36)

24

Mohammad Hashim Kamali menyatakan prinsip keseimbangan (balance) dan prinsip adil (justice) dalam moderasi beragama berarti bahwa seseorang tidak boleh berpandangan ekstrem, melainkan seseorang tersebut harus mencari jalan tengah.40

Selain prinsip, juga terdapat indikator penting dalam menerapkan moderasi beragama. Kementrian Agama RI dalam buku Moderasi Beragama memaparkan beberapa indikator moderasi beragama. Adapun beberapa indikator moderasi beragama yang digunakan tersebut diantaranya: 1) komitmen kebangsaan, hal ini merupakan indikator yang sangat penting untuk melihat cara pandang, sikap, dan praktik beragama seseorang berdampak pada kesetiaan konsensus dasar kebangsaan; 2) toleransi, adalah sikap tidak membatasi ruang dan tidak mengganggu hak orang lain untuk memiliki keyakinan, menjalankan keyakinan dan menyampaikan pendapat; 3) anti kekerasan, maksudnya ialah dalam menjalankan ajaran agama, seseorang hendaknya menghindari berbagai tindakan kekerasan; 4) akomodatif terhadap kebudayaan lokal, hal tersebut bisa digunakan sebagai alat untuk melihat bagaimana jauhnya kesediaan seseorang untuk menerima praktik amaliah keagamaan yang mengakomodasi kebudayaan lokal dan tradisi. Indikator di atas bisa digunakan sebagai pengenal bagaimana kuatnya moderasi beragama yang dilaksanakan seseorang di Indonesia.41

3. Urgensi Moderasi Beragama

Di era globalisasi saat ini, masyarakat Indonesia termasuk umat beragama semakin jenuh dan kecewa terhadap berbagai isu dan perilaku kekerasan mengatasnamakan agama. Fakta terbaru membuktikan, bahwasanya manusia

40 Kementrian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2019), h. 19-20.

41 Kementrian Agama RI, Moderasi Beragama, h. 43-46.

(37)

25

yang merupakan makhluk beragama berada di tengah kondisi yang begitu mengkhawatirkan, seakan “homo homini lupus” (manusia serigala bagi manusia lain). 42

Maksud dari pernyataan di atas adalah secara terang-terangan di depan mata diperlihatkan, di mana-mana terjadi tindakan radikalisme, anarkisme, terorisme, penyerangan terhadap orang yang beribadah, pelarangan memakai hijab atau cadar, serta menghina dan melecehkan ajaran suatu agama.

Perbuatan-perbuatan tersebut memancing konflik dan kegaduhan yang dapat menganggu kedamaian hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Secara umum, agama pada dasarnya lebih spesifik agama Islam di manapun mengemban misi kebaikan, kedamaian, dan rahmat bagi seluruh alam. Agama secara global penting dan mendasar dalam kehidupan manusia.

Khusus Islam, agama tersebut mengusung misi rahmatan lil‟alamin. Dalam agama Islam, setiap umat Islam dituntun untuk berlaku adil, yaitu sikap benar yang nyata dan tidak timpang, termasuk adil kepada siapapun baik yang berbeda agama, ras, suku bangsa, dan golongan.43

Moderasi beragama perlu hadir dalam mengatasi masalah radikalisme.

Maka dari itu, moderasi Islam perlu untuk diposisikan sebagai landasan dan arus utama pendidikan Islam di Indonesia.44 Dalam agama Islam, rujukan utama yang digunakan adalah al-Qur‟an dan hadis. Sumber ajaran yang paling

42 Saidurrahman dan Arifinsyah, Pancasila Moderasi Negara dan Agama Sebagai Landasan Moral Bangsa, (Jakarta: Kencana, 2020), h.212.

43 Haedar Nashir, Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan; Perspektif Sosiologi, (Pidato Pengukuhan Guru Besar, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah, 12 Desember 2019), h. 40-41.

44 A. Jauhar Fuad, Akar Sejarah Moderasi Islam Pada Nahdatul Ulama, Tribakti, No. 1 (2020): hal. 156.

(38)

26

utama dalam Islam adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, untuk diteruskan kepada umatnya. Al-Qur‟an dan hadis merupakan aspek mendasar dalam menerapkan model keberagamaan yakni moderasi beragama.

Dalam buku yang berjudul Moderasi Beragama yang diterbitkan oleh Kementrian Agama RI menjelaskan bagaimana pentingnya dan butuhnya perspektif moderasi beragama khususnya di Indonesia. Secara umum moderasi beragama diperlukan karena kemajemukan dalam beragama itu pasti, mustahil dihilangkan. Gagasan dasar moderasi adalah untuk menemukan persamaan dan bukan memperjelas perbedaan. Apabila dielaborasi lebih jauh, setidaknya ada tiga alasan penting mengapa perlu moderasi beragama, diantaranya untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia, agar peradaban manusia tidak sirna diakibatkan konflik berlatar agama, dan sebagai strategi kebudayaan dalam merawat keindonesiaan.45

Kesadaran akan pentingnya perilaku moderasi beragama sangat perlu dilakukan di setiap segi. Pastinya disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan keadaan masyarakat. Hadirnya enam agama dan berbagai macam aliran kepercayaan akan berdampingan dalam tiap sendi kehidupan beragama dan berbangsa di Indonesia.46

Al-Qardhawi mengatakan bahwa seorang yang moderat (al-wasat) ialah orang yang terus menerus mampu memegang teguh prinsip keadilan dan keseimbangan di setiap langkah dan ucapan di tengah masyarakat plural, hingga terbentuk rasa damai dan toleransi tanpa adanya perbuatan anarkisme

45 Kementrian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2019), h. 8-10.

46 Muhammad Qasim, Membangun Moderasi Beragama Umat Melalui Integrasi Keilmuan, (Gowa: Alauddin University Press, 2020), h. 129.

(39)

27

dan eksklusivisme.47 Pernyataan tersebut bisa dipahami bahwasanya sikap washatiyah sebagai umat pertengahan, tidak ekstrem kiri dan ekstrem kanan.

Hal ini juga berarti umat yang terbuka, toleran, menggondol yang lain budaya qabulul akhar atau bisa disebut sebagai masyarakat terbuka (open society).

Maka dari itu, diketahui sikap yang setara dengan prinsip-prinsip Islam dan tradisi masyarakat, yaitu seimbang dalam akidah, ibadah, dan akhlak. Sebab, agama itu sendiri sesungguhnya moderat, yang perlu dimoderasi adalah sikap beragama umat dalam menata kehidupannya.48

Allah menciptakan manusia secara seimbang. Sebelum diciptakan, Allah sudah menyampaikan kepada malaikat bahwasanya makhluk ciptaan-Nya akan mendapatkan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini (QS. al- Baqarah/2:30) dimana berfungsi untuk menjaga keseimbangan yang seharusnya mereka lakukan dengan mengindahkan tuntunan-tuntunan-Nya.49 Lalu mengapakah keseimbangan? Jawabannya karena alam tidak akan memberikan manfaat buat makhluk kecuali dengan keseimbangan, tanpa adanya keseimbangan alam akan punah.

Allah berfirman dalam QS. ar-Rahman/55:5-9.

َِّشنَا

ِ ٌٍاَثْغُحِتِ ُشًََقْناَوِ ُظًْ

﴿ ٥

ِ ٌِاَذُجْغَيِ ُشَجَّشناَوِ ُىْجَُّناَّو ِ

﴿ ٦

َِفَسِ َءۤاًََّغناَو ِ

ِاَهَع

ِ ٌَاَضْيًِْناِ َعَضَوَو

﴿ ٧

ِ ٌِاَضْيًِْناًِِفِاْىَغْطَتِ َّلََا ِ

﴿ ٨

ِ َلََوِ ِطْغِقْناِتِ ٌَْصَىْناِاىًُْيِقَاَو ِ

ِ ٌَاَضْيًِْناِاوُشِغ ْخُت

﴿ ٩

47 Saidurrahman dan Arifinsyah, Pancasila Moderasi Negara dan Agama Sebagai Landasan Moral Bangsa, (Jakarta: Kencana, 2020), h. 218

48 Saidurrahman dan Arifinsyah, Pancasila Moderasi Negara dan Agama Sebagai Landasan Moral Bangsa, h. 219.

49 M. Quraish Shihab, Wasathiyyah Wawasan Islam Tentang Moderasi Beragama, (Tangerang: Lentera Hati, 2019), h. 126.

(40)

28 Terjemahnya:

5. matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.

6. dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Kedua-duanya tunduk kepada nya.

7. dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).

8. supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.

9. dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.50

Moderasi beragama tidak hanya terkait status dan peranannya dalam melindungi masyarakat Indonesia dari berbagai paham yang menyalahi secara individual, sampai pada marabahaya yang berpengaruh pada perpecahan bangsa. Akan tetapi moderasi jauh lebih dalam arti kembali pada pengamalan nilai-nilai agama secara menyeluruh, mengenai bagaimana sikap menerima akan keberadaan “identitas lain” yang berbeda. Namun moderasi beragama memicu kita agar tetap berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan orang yang berbeda, dan terus menerus memperbesar keselarasan dalam keragaman yang ada. Menemukan kesamaan hanya akan berhasil dengan pendalaman ajaran agama.51

Dalam pemikiran Islam, moderat berarti mengutamakan sikap toleransi dalam perbedaan. Keterbukaan yang menerima kemajemukan (inklusivisme).

Beragam dalam mazhab ataupun beragam dalam beragama. Perbedaan tidak menghambat untuk terjalinnya kerja sama berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan. Percaya agama Islam yang paling benar, bukan bermakna harus menghina agama lain. Maka akan tercipta kekeluargaan dan persatuan antar

50 Kementrian Agama, Mushaf Al-Kamil al-Qur‟an dan Terjemah Dilengkapi Tema Penjelas Kandungan Ayat, (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2002), h. 532.

51 Muhammad Qasim, Membangun Moderasi Beragama Umat Melalui Integrasi Keilmuan, (Gowa: Alauddin University Press, 2020), h. 156.

(41)

29

agama, seperti yang telah terjadi di Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw.52

Dengan pemahaman yang lemah tentang moderasi beragama, bangsa Indonesia menghadapi intoleransi yang meningkat di masyarakat, bahkan dapat mencapai tingkat teror. Fenomena tersebut membidik dan dirasakan oleh hampir seluruh agama, sehingga dapat mengindikasikan penurunan kualitas hubungan penganut agama. Kehadiran moderasi beragama berdampak kuat pada upaya penanganan isu-isu keagamaan tersebut.53

Moderasi dalam beragama menjadi hal yang penting, moderasi beragama memiliki peran tersendiri dalam melawan perilaku fanatik. Fanatisme bukan hanya menciptakan persoalan sosial di tempat tertentu, melainkan juga bisa mencederai kemajemukan masyarakat yang damai, yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, letak agama sebagai suatu kepercayaan mestinya mempunyai andil dalam membentuk karakter umatnya apabila dilakukan dan dipahami dengan baik. Karena, posisi moderasi beragama merupakan salah satu tonggak inti untuk melawan fanatisme berlebihan, serta terwujudnyanya masyarakat aman, tentram, dan berkeadilan.54

Moderasi beragama adalah kunci terwujudnya toleransi dan kerukunan, baik dalam skala lokal, nasional, ataupun global. Memilih moderasi dan menolak tindakan ekstremisme dan liberalisme dalam beragama merupakan kunci keseimbangan, demi terjaganya peradaban dan terwujudnya perdamaian.

52 Agus Akhmadi, Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia, Jurnal Diklat Keagamaan, No. 2 (2019): h. 49.

53 Yoga Irama dan Liliek Channa AW, Moderasi Beragama Dalam Perspektif Hadis, Mumtaz Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Keislaman, No. 01 (2020): h. 55.

54 Abdullah Munir, dkk, Literasi Moderasi Beragama di Indonesia, (Bengkulu: CV. Zigie Utama, 2020). h. 126.

Gambar

Tabel 1.1. Batas Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah ............................ 42  Tabel 1.2
Tabel 1.1. Batas Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah
Tabel  1.2.  Jumlah  Penduduk,  Laju  Pertumbuhan  Penduduk,  Kepadatan  Penduduk  dan  Rasio  Jenis  Kelamin  Menurut  Kecamatan  di  Kabupaten  Mamuju Tengah
Tabel 1.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Berdasarkan Kelompok Umur di  Kabupaten Mamuju Tengah
+3

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI NILAI PEMBELAJARAN MODERASI BERAGAMA DI SMK MUHAMMADIYAH 2 KOTA MALANG Adalah hasil karya saya dan dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang

1. Pemahaman terhadap Konsep Moderasi Beragama di kalangan mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama UIN Walisongo Semarang angkatan 2018 belum merata disemua

Perkuliahan al-Islam Kemuhammadiyahan di Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong mampu merepresentasikan wujud dari moderasi beragama, itu tercermin dari

Moderasi beragama tidaklah lahir dari ruang yang hampa, ia lahir dari ajaran Islam itu sendiri untuk membangun Islam yang selalu menjunjung tinggi pesan kemanusiaan dan

Melembagakan moderasi beragama berarti menerjemahkan moderasi agama menjadi lembaga, institusi, struktur atau unit yang secara khusus memikirkan strategi untuk

Selain mengamanahkan jabatan kepada setiap pemuka atau tokoh perwakilan setiap agama berdasar pada Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri, FKUB

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1 Menganalisis strategi penanaman nilai- nilai moderasi beragama di MA Bilingual Batu Malang, 2 Menganalisis tentang proses pembentukan sikap

Moderasi beragama adalah pendekatan dalam menjalani keyakinan agama dengan sikap tengah, menghindari ekstremisme, dan mempromosikan toleransi serta penghormatan terhadap perbedaan