PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
11 Lia Hutasoit, "Empat Kasus Kekerasan Seksual Disorot Sepanjang 2021", diakses 1 Januari 2022 dari https://www.idntimes.com/news/indonesia/lia-hutasoit-1/empat-kases-kekerasan-seksual-yang -bertanda-bersama/4. Kasus kekerasan seksual menjadi masalah serius karena cenderung menimbulkan stres akibat pengalaman traumatis yang dialami korban. Gangguan stres yang dialami korban kekerasan seksual sering disebut Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Salah satu layanan psikologis yang menangani korban kekerasan seksual adalah Rumah Hijau (RH) Consulting Mataram.
Rumusan masalah
Sehingga peneliti dalam penelitian ini ingin mengetahui pelayanan dan program apa saja yang diberikan oleh Green House (RH) Consulting Mataram dalam penanganan dan pemulihan korban kekerasan seksual yang mengalami trauma psikososial yang berjudul “Pemulihan Trauma Psikososial Pada Perempuan Korban Kekerasan Seksual di Rumah Kaca (RH) ) Konsultasi Mataram”.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Telaah Pustaka
18 Khusnul Fadilah, “Pemulihan Trauma Psikososial pada Perempuan Korban Kekerasan Seksual di Yayasan Pulih”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2018), hal. Subjek penelitian adalah 3 orang wanita dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan seksual di masa mudanya. 20 Hyu Sisca, Clara Moningka, “Resilience of Young Adult Women Experiencing Childhood Sexual Violence,” Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil): Vol.
Serta mengetahui lebih dalam tentang faktor penghambat dan pendukung dalam pemulihan dari trauma psikososial korban kekerasan seksual.
Kerangka Teori
Pemulihan dapat dilakukan kepada siapa saja yang membutuhkan penyembuhan atas gangguannya, termasuk korban kekerasan seksual. Restitusi bagi korban kekerasan seksual menurut Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 pasal 1 yang menyebutkan bahwa. Bentuk konseling yang sering digunakan dalam menangani kasus kekerasan seksual terhadap korban adalah konseling individual karena konseling ini dianggap dapat mempermudah proses pemulihan korban kekerasan seksual.
Menurut Adrina, kekerasan seksual atau pelecehan seksual merupakan bentuk perhatian seksual, baik secara lisan, tulisan, maupun fisik kepada perempuan.
Metode Penelitian
- Sistematika Pembahasan
Moleong, penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang dan perilaku yang diamati.42 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan yang benar-benar memahami masalah yang akan diteliti. Dua jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer (data dasar) dan data sekunder (data pendukung). Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah para psikolog Rumah Hijau (RH) Consulting Mataram yaitu AA Sagung Ratih Damayanti, M.Psi dan Nur Indah Agustini, M.Psi serta staf dari RH Consulting Mataram Saleh Hambali, S.sos.
Data primer tidak dikumpulkan dari klien karena kebijakan Konsultan Kesehatan Reproduksi Mataram yang memiliki aturan kerahasiaan terkait data klien. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dan informasi dengan mengajukan pertanyaan kepada psikolog di Rumah Hijau (RH) Consulting Mataram, dalam penanganan pemulihan trauma psikososial korban kekerasan seksual. Dalam menerapkan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan, risalah rapat, catatan harian, dll.48 Dokumentasi dalam penelitian ini adalah data kasus kekerasan seksual di Green House (RH).
Mataram Consulting dan rekaman serta foto hasil wawancara yang dilakukan penyidik dengan informan yaitu Psikolog Rumah Hijau Consulting (RH) Mataram. Menarik kesimpulan Pada tahap ini, peneliti membandingkan data yang diperoleh dengan data hasil wawancara dengan subjek uji dan informan untuk menarik kesimpulan.50. Dalam pembahasan penelitian ini secara sistematis, peneliti menggunakan metode rice yang bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam menyusun disertasinya.
Oleh karena itu, terdapat empat bagian dalam penelitian ini yaitu pendahuluan, penyajian data dan temuan, dan kesimpulan. Pada BAB III terdapat bagian yang memuat rumusan masalah yang muncul di bidang ini yaitu dengan judul “Pemulihan Trauma Psikososial dari Kekerasan Pasca Kekerasan terhadap Perempuan di Konsultasi Green House (RH) Mataram”.
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
Gambaran Umum Rumah Hijau (RH) Consulting
Seperti korban kekerasan seksual yang mengalami trauma psikososial yang menyebabkan mereka menarik diri dari lingkungan sosialnya. RH Consulting memiliki program pelayanan dalam menangani korban kekerasan seksual berupa pendampingan dan konsultasi psikologis. Data RH menunjukkan bahwa klien yang pernah menjadi korban kekerasan seksual dapat mencapai pemulihan melalui tahapan emosional yang berbeda.
Klien yang menjadi korban kekerasan seksual di RH Consulting ditangani oleh psikolog berlisensi untuk menangani atau merawat klien. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di Rumah Hijau (RH) Consulting Mataram mengenai pemulihan trauma psikososial pada perempuan korban kekerasan seksual, terdapat beberapa temuan terkait proses pemulihan trauma psikososial pada korban kekerasan seksual. Mba Ratih sebagai psikolog di RH, lebih sering menggunakan teknik client center dalam menangani kasus korban kekerasan seksual.
Seperti kasus kekerasan seksual yang ditangani Ibu Indah sebagai psikolog RH: Orang A awalnya tidak melihatnya sebagai sesuatu yang salah, kekerasan seksual. Analisis tahapan proses pemulihan korban kekerasan seksual Proses pemulihan trauma psikososial bagi korban kekerasan Proses pemulihan trauma psikososial bagi korban kekerasan seksual di Rumah Hijau Consulting Mataram tidak jauh berbeda dengan proses konseling di umum. Salah satu teknik yang digunakan psikolog kesehatan reproduksi dalam menangani korban kekerasan seksual adalah teknik client center, CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dan penguatan positif.
Oleh karena itu, korban kekerasan seksual cenderung menarik diri dari lingkungannya karena takut dikucilkan dalam masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan psikolog di RH, peneliti menganalisis berbagai faktor pendukung dan penghambat dalam proses pemulihan dari trauma psikososial korban kekerasan seksual. Korban kekerasan seksual mengingat bahwa yang terjadi bukanlah kesalahan korban, dan mencari seseorang.
Khusnul Fadilah, “Pemulihan trauma psikososial pada perempuan korban kekerasan seksual di Yayasan Pulih”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2018).
Tahap Proses Pemulihan Korban Kekerasan Seksual
Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pemulihan
Dalam melakukan proses pemulihan korban kekerasan seksual tidak selalu berjalan mulus, terkadang ada hal-hal yang menjadi kendala dalam proses konseling yang mengganggu proses pemulihan korban. Dukungan atau support system dari lingkungan sekitar klien terutama lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung kesembuhan klien, seperti yang dikatakan oleh Ibu Indah sebagai psikolog: keluarga merupakan salah satu support system terbaik untuk penyembuhan korban. Dengan demikian, lingkungan keluarga yang memahami pentingnya konseling seks juga menjadi pendukung dalam proses pemulihan.
Masalah klien yang cukup kompleks dan melelahkan juga menjadi kendala kelancaran proses konseling. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ratih sebagai seorang psikolog, permasalahan mereka cukup kompleks dan menguras tenaga, sehingga mereka lebih rentan terhadap emosi yang labil, yang kadang menyebabkan klien tersebut kurang fokus saat sesi konseling.
PEMBAHASAN
Analisis Tahapan Proses Pemulihan Korban Kekerasan
Berbeda dengan Ibu Indah sebagai psikolog RH yang memilih menggunakan teknik CBT (Cognitive Behavioral Therapy) untuk klien D dan penguatan positif dalam menghadapi klien A. Mba Indah menggunakan teknik CBT pada klien D karena D takut bertemu dan disentuh oleh orang lain. Mengenai tahapan penggunaan teknik CBT ini yaitu pada tahap awal mba Indah membangun hubungan yang baik dengan D, membangun kepercayaan D bahwa dirinya akan dimengerti dan akan sembuh.
Mba Indah juga menjelaskan potensi yang bisa D kembangkan dalam dirinya agar D lebih optimis dengan masa depannya. Dari hasil penyuluhan dapat disimpulkan bahwa teknik CBT yang digunakan mba Indah dalam menangani klien D berhasil, hal ini ditandai dengan perubahan perilaku D yang signifikan. Ibu Indah juga menangani klien A, namun menangani teknik yang berbeda yaitu teknik penguatan positif.
Alasan Ibu Indah menggunakan teknik ini pada klien A adalah karena A memiliki pandangan negatif terhadap lingkungan sosialnya, sehingga membuatnya takut untuk berbaur. Adapun tahapan dalam melakukan teknik ini yaitu tahap awal mba Indah mencoba membangun hubungan yang baik dan mempercayai A pada mba Indah bahwa A dapat dipahami dan akan sembuh. Tahapan selanjutnya, Bu Indah mencoba memberikan hipnoterapi untuk menenangkan alam bawah sadar A. Saat A sudah merasa lebih tenang, dia menceritakan masalahnya.
Setelah itu, Ibu Indah memberikan makna positif kepada A terkait potensi yang masih bisa ia kembangkan sehingga memiliki harapan hidup yang lebih baik. Dari hasil konseling Klien A dapat disimpulkan bahwa teknik penguatan positif yang digunakan Ibu Indah berhasil.
Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Proses
Dengan demikian dapat terlihat dengan jelas perbedaan antara klien yang memiliki motivasi untuk sembuh dan klien yang tidak memiliki motivasi. Bagi Rumah Hijau Consulting Mataram diharapkan lebih meningkatkan pelayanan dan terus memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk mencegah kekerasan seksual. Masyarakat diharapkan lebih waspada terhadap pengawasan di rumah dan di lingkungan sosial serta lebih cerdas dalam menyikapi kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi.
Baiq Farida, “Ratusan Anak Jadi Korban, Kasus Kekerasan Seksual di NTB Mengkhawatirkan” diakses pada 23 Januari 2022 dari https://lombokpost.jawapos.com/ntb-worrying/. Hugh Sisca, Clara Moningka, "Ketahanan wanita dewasa muda yang mengalami kekerasan seksual pada masa kanak-kanak." KOMNAS Perempuan, “15 Bentuk Kekerasan Seksual: Sebuah Pengantar” diakses pada 22 Januari 2022 dari https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-reference-pemantauan-detail/15-shape-kekerasan-seksual-a- pengantar.
Masthuriyah Sa'dan, “Kekerasan Seksual di Pengadilan Kiai: Lima Solusi Alternatif,” diakses 1 Januari 2022 dari https://magdalene.co/story/keKerasaan-sexual-di-kandang-kiai-lima-alternate-solusi. Bagaimana cara memberikan terapi atau pendekatan khusus kepada klien di Green House (RH) Consulting Mataram.
PENUTUP
Kesimpulan
Tahapan dan proses pemulihan trauma psikososial pada korban kekerasan di RH Consulting Mataram terdapat beberapa fase yaitu fase awal, fase tengah dan fase akhir. Pada fase pertengahan, psikolog akan fokus pada penggalian informasi atau eksplorasi terkait masalah klien dan pada fase akhir, psikolog akan memberikan penanganan yang paling sesuai dengan masalah klien. Faktor pendukung dan penghambat dalam proses pemulihan adalah faktor pendukung seperti dukungan keluarga klien terhadap kesembuhan klien.
Sedangkan faktor penghambat seperti motivasi klien yang kurang dalam pemulihan dan emosi klien yang labil merupakan akibat dari permasalahan yang cukup kompleks.
Saran
Lebrina Uneputty, »5 Tahun Kasus Tersembunyi Akhirnya Terungkap, 12 Santri Diperkosa Hingga Melahirkan 8 Bayi«, dostopno 1. januarja 2022 s https://bekaci.voice.com/read Tahun-kasus-disimpan-finally-terbongkar- 12-santri -posilil-do-. Lia Hutasoit, “Kaleidoskop 2021: Daftar Kasus Pelecehan Seksual di Perguruan Tinggi”, dostopno 1. januarja 2022 s https://www.idntimes.com/news/indonesia/lia-hutasoit-1/kaleidoskop-2021-register- primer-nadlegovanja -spolno-na-faksu/6. Ni Luh Ade Yurawati, “Studi Yuridis Pemulihan Psikologis Korban Kekerasan Terhadap Perempuan (Studi Kasus di NTB), Jurnal Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Mataram”, Vol.