• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman Nilai-Nilai Ketauhidan Pada Anak Melalui Metode Pembelajaran Bercerita di SDIT Bina Anak Islam Krapyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penanaman Nilai-Nilai Ketauhidan Pada Anak Melalui Metode Pembelajaran Bercerita di SDIT Bina Anak Islam Krapyak"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

Skripsi ini saya persembahkan untuk Almamater saya tercinta : Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Menanamkan nilai-nilai tauhid pada anak melalui metode pembelajaran bercerita di SDIT Bina Islam Anak Krapyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis penggunaan metode pembelajaran storytelling dalam penanaman nilai tauhid pada anak yang dilakukan di SDIT Bina Anak Islam Krapyak.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penyelenggaraan pendidikan agama Islam berjalan sesuai dengan harapan, yaitu terwujudnya generasi yang al-Qur’an, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta akhlak Islam. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah menyetujui dan menerima tugas akhir ini. Pendidikan agama Islam merupakan upaya mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran Islam, bersifat inklusif, rasional dan filosofis untuk menghargai orang lain dalam hubungan kerukunan dan kerjasama antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan bangsa ( UU) No .2 Tahun 1989).1 Dalam arti lain, pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai suatu program terencana untuk mempersiapkan peserta didik untuk mengetahui, memahami, menghayati dan mengimani ajaran agama Islam dan diikuti dengan bimbingan untuk menghormati pemeluk agama lain. dalam kaitannya dengan kerukunan antar umat beragama, untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.2.

Menanamkan nilai-nilai ajaran Islam khususnya pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Metode yang konvensional namun sangat efektif bagi anak adalah metode belajar sambil bercerita. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sana dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti metode pembelajaran bercerita untuk penanaman nilai-nilai tauhid yang dilakukan oleh guru pendidikan.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Seorang guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Kajian Pustaka

Anak

Anak (jamak: anak-anak) adalah laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum melewati masa pubertas. 25 Berdasarkan Undang-Undang Peradilan Anak. Anak adalah perseorangan dalam hal anak nakal yang telah mencapai umur 8 tahun (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Berdasarkan pengertian di atas, yang penulis maksudkan dengan anak adalah seseorang yang berada pada kelompok umur 0-18 tahun dan belum menikah.

Namun definisi ini akan berbeda dengan definisi anak yang mengacu pada kebalikan dari orang tua. Karena dalam pengertian ini, walaupun ia sudah dewasa, ia tetaplah anak orang tuanya. Sedangkan menurut Johan Amos Comenius, perkembangan usia anak sedikit berbeda yaitu antara usia 0 hingga 24 tahun.

Tahun pertama usia 0-6 tahun merupakan masa sekolah ibu, karena hampir seluruh upaya bimbingan pendidikan (plus perawatan dan pemeliharaan) berlangsung di dalam keluarga. Pada usia 12 hingga 18 tahun, anak-anak mulai belajar bahasa Latin, sebagai bahasa budaya yang dianggap terkaya dan terkaya. Masa sekolah latin ini kemudian disusul masa universitas, dimana generasi muda mengalami proses pembudayaan dengan mengapresiasi nilai-nilai keilmuan, selain mempelajari berbagai jenis ilmu.28.

Metode Pembelajaran

Dengan metode ini siswa dapat mendengarkan cerita yang disampaikan guru kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut.30 Dalam pengertian lain metode bercerita adalah menceritakan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada siswa. Cerita merupakan salah satu bentuk karya sastra yang hanya dapat dibaca atau didengar oleh orang yang tidak dapat membaca.32. Metode atau sejarah Qishash ini dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain Al Quran, Hadits, Kisah Nabi, Para Sahabat dan Tokoh Ulama besar seperti

Artinya: Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka ada hikmahnya bagi orang-orang yang berakal. Berdasarkan pengertian di atas, maka metode pengajaran bercerita adalah seperangkat metode pengajaran bercerita yang dilaksanakan oleh guru dalam menyampaikan materi tertentu kepada siswa guna meningkatkan keterampilan dan pengetahuan siswa. Siswa akan senang mengikuti pembelajaran dengan cerita yang dibaca dan didengarkannya, sehingga nilai-nilai pelajaran dapat mudah dipahami dengan menggambarkan sifat dan fisik tokoh, latar, dan lingkungan.

Menurut guru Pendidikan Agama Islam SDIT BAIK, Ustadzah Nur Hidayatul, aula dibagi menjadi tiga, yaitu Persiapan, Pelaksana dan Penutup.36. Konsep Metode Narasi dalam Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam memerlukan metode yang tepat digunakan sebagai alat pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Nabi Muhammad SAW juga ahli dalam bercerita, dalam menyampaikan risalahnya kepada para sahabatnya saat itu beliau sering menggunakan cerita dengan perumpamaan yang ada disekitar manusia seperti binatang, tumbuhan, benda, bintang dan lain sebagainya.

Melalui bercerita, seorang guru juga dapat menanamkan nilai-nilai Tauhid yang lebih dalam kepada siswanya tanpa merasa menggurui.

Sistematika Pembahasan

  • BAB I
  • BAB II
  • BAB III
  • BAB IV

Oleh karena itu, penulis akan menyajikan pembahasan secara sistematis yang terbagi dalam empat bab. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan penerapannya, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika pembahasan. Penyelenggaraan pendidikan agama Islam di SDIT BAIK berjalan sesuai dengan harapan sekolah dan guru pendidikan agama Islam, yaitu terwujudnya generasi yang Qurani, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta akhlak Islami.

Salah satu metode pengajaran yang digunakan oleh guru PAI adalah metode pengajaran bercerita Nabi Nuh Asa. Selain itu guru mengajarkan materi Ulul Azmi dan mengambil kisah Nabi Nuh As pada sesi kedua. Metode pembelajaran bercerita cukup efektif dalam mengajarkan Tauhid, namun perlu pengembangan lebih lanjut.

Melalui kisah Nabi Nuh As, para pelajar semakin tekun beribadah, dan semakin cinta kepada Allah SWT dan rasul-rasul-Nya.

Saran-saran

Kata Penutup

Irsan Wathani, “Pendidikan Fana Menggunakan Metode Mendongeng pada Anak Prasekolah di TK Budi Mulia I Yogyakarta”, skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007. Berisi tentang visi, misi dan tujuan, sejarah dan situasi guru, situasi karyawan, situasi siswa dan infrastruktur di SDIT BAIK. Mengetahui visi, misi dan tujuan, sejarah berdirinya, kondisi guru, kondisi pegawai, kondisi siswa dan sarana prasarana di SDIT BAIK.

Informannya adalah Direktur SDIT BAIK Bantul... pertanyaan yang diajukan antara lain sejarah singkat, Visi dan Misi, Tujuan yang ingin dicapai oleh SDIT BAIK. Misi SDIT BAIK adalah a) Mendasarkan keyakinan Islam pada anak melalui penghormatan terhadap ajaran agama Islam sesuai ajaran Ahlussunah wal Jamaah. Dari wawancara tersebut peneliti dapat mengetahui tentang persiapan pembelajaran PAI dengan metode bercerita yang meliputi penyusunan RPP, materi, media, dan penilaian.

Pada pertemuan kali ini guru mengajarkan materi yang mengandung nilai-nilai tauhid yang diambil dari kisah Nabi Nuh As, meliputi pengertian Tauhid secara umum, pengenalan nama Nabi dan Rasul Ulul Azmi melalui ceramah, tulisan dan metode tanya jawab. Peneliti dapat mengetahui persiapan dan proses serta tahapan pembelajaran PAI Kelas V SDIT BAIK. Peneliti mengamati pembelajaran PAI dengan metode bercerita di SDIT BAIK kelas V yang meliputi tahapan proses pembelajaran dari kegiatan awal, dasar hingga akhir.

Dari observasi tersebut peneliti dapat mengetahui persiapan dan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran sejarah yang dilakukan guru. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan proses pembelajaran PAI yang dilakukan guru dengan metode pembelajaran cerita. Berdasarkan informasi siswa, penggunaan metode cerita dalam pembelajaran PAI memberikan semangat untuk mengikuti pembelajaran PAI dan memudahkan mereka dalam memahami materi.

Siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran PAI dan lebih mudah memahami materi dengan menggunakan metode bercerita. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh data bahwa penggunaan metode pembelajaran cerita dalam pembelajaran PAI mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Metode bercerita juga cukup mudah diterapkan dan siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan.

Daripada hasil temu bual, dapat dilihat bahawa penanaman nilai tauhid dengan kaedah pembelajaran cerita berjalan dengan baik.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dan uji keabsahan datanya dengan triangulasi data yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kitab Syarah

~ nt,!tabl';01tenbn.ca.r.ap.l:1:l!.hema-metlleraebap'penapntl toeannama o.nd blhime,ditollls::;'klranDja.1..1.:.!t moe!ata~Ie bll haUoenlockmer.gambilkao tin, laloemtl1&oer.dioek