• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN, KONSEP DAN PRINSIP GEOGRAFI

N/A
N/A
Leli yanti

Academic year: 2024

Membagikan "PENDEKATAN, KONSEP DAN PRINSIP GEOGRAFI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN, KONSEP DAN PRINSIP GEOGRAFI Tujuan pembelajaran hari ini:

 Memahami Konsep dan Prinsip Geografi

 Mendeskripsikan Pendekatan Geografi

Jadi setelah kita belajar hari ini ibu harap kalian sudah paham apa itu konsep geografi, apa itu prinsip geografi dan kalian juga bisa menjelaskan dengan baik mengenai pendekatan geografi. Nah seperti yang sudah kalian baca dimateri yang sudah ibu berikan pada pertemuan sebelumnya disitu ada pengertian geografi. Karena sebelum kita mempelajari geografi kita harus tahu dulu dong apa itu geografi. Nah geografi adalah ilmu yang mempelajari bumi dan segala fenomena serta hubungan antar fenomena yang ada di dalamnya. Jadi segala sesuatu yang ada didalam bumi baik itu yang biotik maupun abiotik yang wujudnya padat, cair, maupun gas di darat maupun yang ada di air yang ada di udara semau itu dikaji dalam geografi baik hubungan satu sama yang lain kemudian hasil interaksinya itu menghasilkan suatu pengaruh satu sama lain. Nah pengaruhnya seperti apa, pengaruh dari satu fenomena dengan fenomena yang lain juga menghasilkan pengaruh lainnya. Jadi itu yang dikaji dalam ilmu geografi dengan menggunakan pendekatan, konsep dan prinsip geografi. Ini yang akan kita bahas sekarang.

1. Pendekatan

Pendekatan geografi merupakan suatu metode atau cara (analisis) untuk memahami berbagai gejala dan fenomena geosfer, khususnya interaksi antara manusia dan lingkungannya.

Pendekatan yang digunakan dalam kajian geografi sebagai berikut.

 Pendekatan Keruangan

Pendekatan keruangan mendasarkan sudut pandangnya pada persamaan dan perbedaan struktur, pola, dan proses dalam suatu ruang. Struktur keruangan berkaitan dengan unsur pembentuk ruang, yaitu kenampakan titik, garis, dan area. Pendekatan keruangan dapat dilakukan melalui analisis sebagai berikut.

1. Analisis topik, yaitu menganalisis dampak suatu fenomena terhadap ruang, misalnya fenomena perubahan iklim.

2. Analisis aktivitas manusia, yaitu analisis dengan mendeskripsikan aktivitas manusia dalam suatu ruang. Sebagai contoh, sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pegunungan bercocok tanam karena lahan pegunungan relatif subur.

3. Analisis wilayah, yaitu memandang persebaran fenomena geosfer di permukaan Bumi tidak merata.

 Pendekatan Kelingkungan

Pendekatan kelingkungan menekankan lingkup kajiannya pada hubungan antara organisme hidup dan lingkungannya. Manusia membutuhkan ruang untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tersebut mendesak manusia untuk

(2)

memanfaatkan lingkungan sekitarnya. Kegiatan pemanfaatan manusia berakibat pada perubahan kondisi alam.

 Pendekatan Kompleks Wilayah

Pendekatan kompleks wilayah membandingkan berbagai wilayah melalui sudut pandang keruangan dan kelingkungan. Pendekatan ini menganggap wilayah sebagai suatu sistem. Jika terjadi satu fenomena pada salah satu wilayah, wilayah lain akan terkena dampaknya, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif merupakan dampak yang menunjang kehidupan manusia. Sementara itu, dampak negatif merupakan dampak yang dapat merugikan bagi kehidupan manusia. Hampir setiap tahun, wilayah Jakarta dan sekitarnya dilanda banjir pada puncak musim hujan. Mengapa setiap tahun Jakarta dilanda banjir? Fenomena ini dapat dikaji menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Peran daerah lain, khususnya Bogor menyumbang limpasan air menuju Jakarta. Banjir di Jakarta merupakan salah satu fenomena yang menunjukkan wilayah sebagai sistem yang dapat Anda pelajari dalam pendekatan kompleks wilayah.

2. Konsep

Konsep geografi merupakan perencanaan yang dilakukan untuk mengetahui sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh suatu fenomena geosfer. Adapun beberapa konsep geografi sebagai berikut.

1. Konsep Lokasi

Lokasi merupakan pembahasan utama dalam konsep geografi. Konsep lokasi sebagai awal dari melakukan perencanaan terhadap fenomena geosfer. Pertanyaan awal yang ditanyakan seseorang jika terjadi suatu fenomena geosfer, misalnya longsor. Di mana lokasi terjadinya longsor? Oleh karena itu, konsep lokasi ini menjadi ciri khusus ilmu geografi. Melalui lokasi, kamu dapat mengetahui letak suatu kejadian atau fenomena.

Konsep lokasi dibedakan sebagai berikut.

a. Lokasi absolut, merupakan letak tetap dan tidak berpindah. Lokasi absolut memiliki letak tetap karena dasar penentuannya menggunakan letak garis lintang dan garis bujur.

Contohnya, Indonesia terletak pada 6o LU–11o LS dan 95o BT–141o BT.

b. Lokasi relatif, merupakan letak objek dilihat dari objek lain di sekitarnya. Lokasi relatif bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai dengan kondisi objek di sekitarnya. Contohnya, Indonesia terletak di antara benua Asia dan benua Australia.

2. Konsep Jarak

Jarak sangat berhubungan dengan lokasi. Jarak merupakan ruang antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Dalam hitungannya, jarak dapat dihitung melalui panjang dan waktu. Konsep jarak memiliki peran penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Adapun konsep jarak sebagai berikut.

(3)

a. Jarak mutlak, yaitu ruang dari dua objek di Bumi yang diukur berdasarkan ukuran panjang dengan satuan seperti mil atau kilometer. Jarak mutlak bersifat tetap dan tidak berubah. Contohnya, jarak Bandung ke Jakarta adalah 150 km.

b. Jarak relatif, yaitu ruang dari dua objek yang dikur berdasarkan satuan waktu. Jarak relatif ini dapat berubah sewaktu-waktu karena faktor kemajuan teknologi transportasi.

Contohnya, jarak ke suatu wilayah menjadi makin dekat karena adanya pesawat terbang, pembuatan jalan bebas hambatan, dan pembangunan jaluer kereta api.

3. Konsep Keterjangkauan

Pada saat ini, konsep keterjangkauan tidak hanya berkaitan dengan jarak tempuh. Akan tetapi, konsep ini berkembang menuju keterkaitan dengan sarana transportasi. Daerah yang menjadi pusat aktivitas, mudah dijangkau karena sarana transportasi yang memadai.

Sementara itu, daerah terpencil sulit dijangkau karena sarana transportasi yang kurang memadai untuk mencapai daerah tersebut. Perbedaan karakteristik ini disebut keterjangkauan. Selain itu, kondisi geografis dan jaringan komunikasi suatu daerah juga menjadi kajian dalam konsep keterjangkauan.

4. Konsep Pola

Konsep pola mengkaji bentuk, struktur, dan persebaran fenomena di permukaan Bumi.

Kegiatan manusia dalam memanfaatkan alam menyebabkan terjadinya fenomena geosfer.

Fenomena tersebut dapat bersifat fisik dan sosial budaya. Fenomena fisik antara lain aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan fauna. Fenomena sosial budaya seperti permukiman, persebaran penduduk, dan mata pencarian. Melalui feomena tersebut terbentuk pola tertentu di permukaan Bumi. Dalam penerapannya, fenomena fisik sangat memengaruhi pola spasial di permukaan Bumi. Berdasarkan bentuknya, pola spasial dibedakan menjadi tiga yaitu pola menyebar, pola memanjang, dan pola mengelompok.

5. Konsep Morfologi

Permukaan Bumi memiliki bentuk yang beragam seperti perbukitan, lembah, gunung, daratan, dan perairan. Bentuk permukaan Bumi yang beragam ini dipelajari dalam konsep morfologi. Morfologi menampilkan bentuk permukaan Bumi sebagai hasil proses alam akibat tenaga endogen dan eksogen. Bentuk lahan dalam morfologi berpengaruh terhadap penggunaan lahan, ketebalan tanah, ketersediaan air, dan persebaran vegetasi.

Contohnya, Kota Bandung terletak di dataran tinggi, sedangkan Kota Jakarta terletak di dataran rendah.

6. Konsep Aglomerasi

Fenomena di permukaan Bumi memiliki kecenderungan untuk mengelompok.

Pengelompokan ini disebut aglomerasi. Konsep ini berjalan sesuai dengan perkembangan kehidupan yang senantiasa terjadi pengelompokan secara alami. Pengelompokan ini dapat dilihat pada fenomena fisik dan sosial. Aglomerasi pada fenomena fisik seperti pada

(4)

bahan tambang yang mengelompok di daerah tertentu. Misalnya, tambah emas dan tembaga di Papua dan tambang batu bara di Kalimantan dan Sumatra. Aglomerasi pada fenomena sosial seperti pola permukiman penduduk. Misalnya, daerah perkotaan memiliki kecenderungan mengelompok dengan orang yan sama secara sosial. Sementara itu, daerah perdesaan memiliki kecenderungan mengelompok di tanah yang subur dan dekat dengan sumber mata air.

7. Konsep Nilai Guna

Konsep nilai guna melihat kondisi geografis suatu wilayah memiliki manfaat untuk kehidupan manusia. Berdasarkan topografinya, wilayah memiliki nilai guna sebagai berikut.

a. Dataran rendah digunakan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan.

b. Dataran tinggi digunakan untuk kegiatan perkebunan dan pertanian tanaman holtikultura.

c. Pegunungan dan pantai, dikembangkan untuk kawasan wisata dan rekreasi. Penerapan konsep nilai guna dalam bidang pariwisata bersifat relatif, tergantung oleh penggunanya.

Sebagai contoh, jeram tidak istimewa bagi masyarakat sekitar aliran sungai berarus deras.

Akan tetapi, bagi masyarakat daerah lain, jeram memiliki nilai guna tinggi. Jeram dapat dimanfaatkan sebagai komoditas yang dapat dijual untuk arena rekreasi.

8. Konsep Interaksi dan Interdendensi

Setiap daerah di permukaan Bumi memiliki potensi dan sumber daya yang berbeda-beda.

Satu daerah dengan daerah lain memiliki hasil produksi yang berbeda juga. Selain itu, satu daerah tidak dapat memenuhi keberagaman kebutuhan penduduknya. Untuk memenuhi kebutuhan hasil pertanian, kota mendatangkan dari desa. Sebaliknya, desa mendatangkan hasil industri dari kota. Fenomena saling membutuhkan antardaerah menimbulkan adanya interaksi dan interdendensi. Dalam geografi, interaksi merupakan hubungan geografis antardaerah. Interaksi tersebut semakin lama menimbulkan interdendensi (saling ketergantungan). Hubungan antardaerah sangat dipengaruhi oleh jarak. Makin jauh jarak antardaerah, makin kecil interaksinya.

9. Konsep Diferensiasi Area

Fenomena di permukaan Bumi secara tidak langsung mengalami persebaran, baik fenomena fisik maupun sosial. Konsep diferensiasi area membandingkan persebaran fenomena untuk menunjukkan adanya perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain karena tiap wilayah memiliki karakteristik yang unik. Perbedaan fisik dapat dilihat dari tingkat kesuburan tanah. Perbedaan kondisi fisik dapat menyebabkan perbedaan kondisi sosial masyarakat. Daerah pesisir, mata pencarian sebagian besar penduduknya sebagai nelayan. Sementara itu, mata pencarian penduduk dataran rendah sebagian besar adalah petani. Dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan kondisi fisik juga memengaruhi jenis

(5)

pakaian. Pakaian dengan bahan tebal digunakan penduduk di dataran tinggi, sedangkan pakaian dengan bahan tipis digunakan penduduk dataran rendah.

10. Konsep Keterkaitan Ruang

Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai fenomena geosfer baik fenomena alam, biotik, sosial. Dalam konteks keruangan, terjadi interaksi sebab-akibat antardaerah yang disebut konsep keterkaitan ruang. Konsep keterkaitan ruang terjadi terhadap daerah yang berdekatan. Selain itu, ada yang memberi dampak dan terdampak. Misalnya, lalu lintas di sekitar Jakarta pada waktu tertentu macet yang disebabkan oleh mobilitas pekerja penglaju yang berasal dari daerah sekitar Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi

Referensi

Dokumen terkait

Kelima belas konsep dasar tersebut adalah regional (regional concept), ruang kehidupan (life layer), manusia sebagai makhluk dominan (man ecological dominant),

persamaan/perbedaan jenis  tumbuhan antara satu  wilayah dengan wilayah  yang lain, guru dapat  menganalisis factor  penyebabnya .

 Bumi sebagai tempat tinggal Bumi sebagai tempat tinggal  Hubungan manusia dengan Hubungan manusia dengan. lingkungannya (interaksi)

a.. 1) Geografi matematik, yaitu astronomi (ilmu falak), ilmu yang objeknya mempelajari benda-benda langit, bumi sebagai satelit, matahari sebagai bintang-bintang

Lokasi relatif yaitu lokasi suatu tempat yang dilihat dari wilayah lain..

Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena alam. Salah satu contoh kasus fenomena atau gejala alam adalah gempa bumi di wilayah Daerah Istimewa

Dalam hal persebaran unsur-unsur bahasa Madura di daerah peisir Probolinggo, tidak dijumpai adanya wilayah-wilayah.. persebaran yang secara tegas dan konsisten berlaku untuk

Contoh dari prinsip ini adalah kekeringan yang terjadi akibat dampak fenomena La Nina, fenomena banjir yang terjadi akibat penebangan hutan pada wilayah hulu, dan tsunami di suatu