• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Identitas Bangsa, Relevansi Terhadap Nilai-Nilai Pancasila

N/A
N/A
Rizky Utomo

Academic year: 2024

Membagikan "Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Identitas Bangsa, Relevansi Terhadap Nilai-Nilai Pancasila"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI IDENTITAS BANGSA, RELEVANSI TERHADAP

NILAI-NILAI PANCASILA

Disusun oleh:

Rizky Setyaji Wahyu Utomo (122107017)

PROGAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA

CIKARANG

2024

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang kaya akan keragaman suku, agama, ras, dan bahasa, memberikan keunikan yang tak dimiliki negara lain.

Namun, keberagaman ini juga bisa menjadi dua mata pisau jika tidak diatur dengan baik dan optimal.

Pendidikan kewarganegaraan sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan para peserta didik tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara serta bagaimana menjadi warga negara yang baik sesuai dengan asa negara.

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia didasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang mendalam. Secara umum, tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membentuk karakter dan kepribadian yang baik pada warga negara, sekaligus meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban individual dalam masyarakat.

Ada beberapa aspek penting yang terkait dengan esensi Pendidikan Kewarganegaraan menurut nilai-nilai Pancasila. Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan juga mengajarkan prinsip demokrasi politik dan pengetahuan lain yang memberikan dampak positif kepada peserta didik untuk dapat menganalisis, berpikir kritis, dan bertindak secara demokratis sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Melalui pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat membentuk karakter bangsa yang santun, beretika, dan bermartabat. Misi dari pendidikan kewarganegaraan meliputi pendidikan karakter, pendidikan demokrasi, pendidikan hukum, dan pembentukan moral yang positif di berbagai tingkatan pendidikan (Dewi, D.A. & Ulfiah, Z. 2021).

Menurut Sardiman (dalam Munthe et al., 2023), belajar melibatkan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Slameto (2003) menguraikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha individu untuk mengalami perubahan tingkah laku baru secara menyeluruh, yang merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Proses pembelajaran melibatkan aktivitas guru dan siswa yang saling berhubungan dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi timbal balik antara guru dan siswa merupakan aspek

(3)

krusial dalam proses belajar mengajar, dengan adanya kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar, saling mendukung satu sama lain. Pendidikan memainkan peran penting dalam pengembangan pribadi seseorang, dengan dukungan dari segala aspek yang memiliki potensi untuk mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan seperti kognitif, afektif, dan psikomotorik (Usmaedi et al., 2021). Di Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan berakar pada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi esensial dan wajib dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam menghadapi era society 5.0, pendidikan di Indonesia perlu mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan serta membangun karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik. Pendidikan di Indonesia perlu mengembangkan kompetensi- kompetensi tersebut agar bisa menghadapi era society 5.0 dengan sukses dan memastikan masa depan yang cerah bagi Indonesia. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi esensi Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan nilai Pancasila.

Pendekatan diskusi mencakup integrasi nilai Pancasila dalam kurikulum pendidikan dan implementasinya dalam praktek di lapangan.

2. Rumusan Masalah

2.1. Apa pengertian dan ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan menurut Pancasila?

2.2. Bagaimana tujuan pendidikan kewarganegaraan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?

2.3. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam implementasi pendidikan kewarganegaraan berbasis Pancasila di sekolah?

2.4. Bagaimana peran guru dalam mendukung pendidikan kewarganegaraan yang berlandaskan Pancasila?

2.5. Apa dampak dari pendidikan kewarganegaraan terhadap perilaku sosial dan politik siswa?

(4)

3. Tujuan

3.1. Untuk memberikan pemahaman mendalam tentang konsep dasar pendidikan kewarganegaraan dalam konteks nilai-nilai Pancasila

3.2. Untuk menggaris bawahi pentingnya pendidikan kewarganegaraan dalam menciptakan individu yang memiliki kesadaran akan identitas nasional dan tanggung jawab sosial.

3.3. Untuk menemukan solusi terhadap masalah yang ada dalam implementasi pendidikan kewarganegaraan agar lebih efektif dan relevan.

3.4. Untuk mengeksplorasi berbagai pendekatan pengajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa.

3.5. Untuk menilai sejauh mana pendidikan kewarganegaraan dapat memengaruhi sikap dan tindakan siswa di masyarakat serta partisipasi mereka dalam kehidupan politik.

BAB II

4. Pembahasan

4.1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) didefinisikan sebagai upaya pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik tentang hubungan antara warga negara dan negara, serta untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan kesadaran berbangsa. Menurut Darmadi (2010), tujuan utama dari PKn adalah membentuk generasi muda yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, serta memiliki karakter yang baik. \n\nBerdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, PKn difokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak serta kewajibannya sesuai dengan nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945. PKn bertujuan untuk menciptakan warga negara yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia berdasarkan nilai-nilai

(5)

Pancasila serta UUD 1945. Tujuannya meliputi pembentukan sikap patriotisme dan tanggung jawab sosial. \n\nPendidikan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa akan hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara serta pentingnya berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan demokrasi. PKn juga dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa terhadap isu-isu sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.

\n\nSelain itu, PKn bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi dalam diri siswa agar mereka dapat turut serta dalam proses pengambilan keputusan di masyarakat secara aktif.

4.2. Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan

PKn berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang mencakup: Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengajarkan pentingnya keyakinan dan pengakuan terhadap Tuhan. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Menekankan perlunya sikap saling menghormati dan memperlakukan orang lain dengan adil. Persatuan Indonesia: Mendorong rasa kebersamaan di antara berbagai suku, agama, dan budaya di Indonesia. - Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan: Mengajarkan pentingnya demokrasi dan partisipasi aktif dalam pemerintahan. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Menekankan perlunya keadilan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat.

4.3. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) merupakan pembelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).

Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang

(6)

terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan PPKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah- Direktorat Umum (Wahab, 2011). Hakekat Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tersebut merupakan Pendidikan Pancasila dan unsur-unsur yang dapat mengembangkan jiwa dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda Pancasila secara formal mendasari kegiatan negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada hakekatnya Pendidikan mengandung tiga (3) unsur utama yaitu: 1) Mendidik untuk "Membentuk kepribadian yang dapat mengerti memahami nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945", menampakkan sikap pribadi kepada seseorang yang mengajar untuk menanamkan kemampuan berpengetahuan kepada Pancasila dan UUD 1945. 2) Melatih untuk memupuk keterampilan kepada seseorang yang dilatih untuk dapat mengerti dan memahami nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 serta

mempraktekkan kemampuannya dalam kehidupan

bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Hakikat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tidak terlepas dari: 1) "Effective Education', yaitu merupakan pendidikan yang mengembangkan dan membina sikap. Mulai dari tingkatan yang belum tahu terhadap sesuatu nilai sampal pada menyadari dan melakukan nilai moral itu dalam tingkah laku kehidupan sehari- hari. 2) Budimansyah (2014) mengatakan bahwa perkembangan

(7)

sikap seseorang meliputi berapa tahap antara lain sebagai berikut: a) Anomous: Pada tahap ini sikap seseorang "tidak tahu terhadap sesuatu yang dianggap baik dan buruk la melakukan sesuatu hanya atas dasar dorongan naluri semata. b) Heteronomous: Pada tahap ini, seseorang sudah mempunyai sikap tertentu tetapi masih "bunglon". Artinya masih bersikap ikut-ikutan, belum mempunyai pendapat yang mandiri.

Seseorang melakukan sesuatu kegiatan hanya karena senang mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain yang ada di sekelilingnya. c) Socionomous: Pada tahap ini seorang peserta didik melakukan sesuatu karena kesadaran dan keyakinan dirinya bahwa sesuatu itu perlu dan baik untuk dilaksanakan, sebagai pola hidupnya. Pada tahap ini seseorang sudah sadar betul apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukannya.

Artinya seseorang itu sudah punya pendirian sendiri yang tetap. d) Aotonomus: Pada tahap ini seseorang sudah mencapai tingkat kedewasaan, sehingga seseorang melakukan sesuatu itu sudah melalui proses pemikiran yang matang, dan sadar akan sebab akibat dari perbuatan yang dilakukannya itu.

4.4. Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan

Implementasi nilai-nilai Pancasila pada Siswa Sekolah Dasar merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan kepribadian generasi muda.

Purba et al (2024) menyebutkan beberapa ahli menyelidiki rendahnya implementasi ini dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi. Di bawah ini adalah diskusi para ahli mengenai hal ini. • Kurikulum dan Metode Pengajaran Menurut kajian Suyadi dan Widodo (dalam Purba et al 2024), pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila seringkali terabaikan dalam kurikulum yang terlalu fokus pada aspek akademik.

Kurikulum sekolah dasar sering kali berfokus pada prestasi akademik, sedangkan pendidikan karakter, termasuk nilai-nilai Pancasila, tidak terlalu diprioritaskan. Kurikulum seperti ini cenderung mengukur keberhasilan siswa melalui nilai dan ujian, mengabaikan aspek penting lainnya seperti moral dan etika. Hal ini menghambat internalisasi nilai-nilai Pancasila karena siswa tidak diberikan kesempatan untuk berinteraksi dan merasakan

(8)

nilai-nilai Pancasila secara langsung. • Kurangnya pelatihan ini mempengaruhi kualitas pengajaran pendidikan karakter. Guru Kedua Teladan Komalasari dan Saripuddin dalam (Purba et al 2024) menyoroti pentingnya peran guru sebagai teladan dalam menghayati nilai-nilai Pancasila. Peran penting guru sebagai pendidik pada lembaga pendidikan dasar dan menengah sudah jelas, dan dapat dikatakan bahwa kedudukan guru tidak dapat digantikan oleh siapapun. Mereka menemukan bahwa kurangnya teladan guru dalam kehidupan sehari-hari menjadi salah satu penyebab rendahnya penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar. Jika guru tidak memberikan contoh yang baik dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa tidak akan memiliki contoh nyata yang bisa ditiru. • Lingkungan Sekolah dan Sosial. Menurut Muliatin et al. (Purba et al 2024), lingkungan sekolah yang tidak mendukung penerapan nilai-nilai Pancasila, seperti kurangnya kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada pendidikan karakter, kecil kemungkinannya untuk mendukung. penerapan nilai-nilai Pancasila, hal ini dapat mengganggu proses internalisasi gagasan. Selain itu, pengaruh negatif dari lingkungan sosial di luar sekolah juga mempengaruhi perilaku siswa.

Nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan di sekolah dasar dengan mengajarkan mata pelajaran kewarganegaraan di sekolah dasar. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membantu Anda menjadi warga negara yang baik. Pembelajaran kewarganegaraan di sekolah dasar mengajarkan siswa tentang hak dan tanggung jawabnya. Tujuan pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar adalah untuk mengetahui, memahami dan menerapkan seluruh nilai-nilai Pancasila. • Keterbatasan Sarana dan Prasarana Suyadi dan Widodo (Purba et al 2024) juga menemukan bahwa keterbatasan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pembelajaran nilai- nilai Pancasila menghambat implementasi nilai nilai tersebut di sekolah dasar hambatan besar. Minimnya fasilitas pendukung pembelajaran nilai- nilai Pancasila menjadi kendala utama. Tanpa peralatan yang memadai seperti buku yang relevan, media pembelajaran interaktif, dan fasilitas kegiatan ekstrakurikuler, sulit bagi sekolah untuk menerapkan pendidikan

(9)

karakter yang efektif. Media pembelajaran interaktif seperti bahan pelajaran, video edukasi, dan aplikasi digital bisa sangat membantu dalam membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah dipahami..

4.5. Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran strategis dalam membentuk sikap dan perilaku sehari-hari siswa. Dengan memahami nilai-nilai Pancasila, diharapkan siswa dapat menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. PKn juga berfungsi untuk memperkuat rasa nasionalisme di kalangan generasi muda, sehingga mereka dapat berkontribusi positif terhadap pembangunan bangsa. \n\nBeberapa poin dalam peranan pendidikan kewarganegaraan di masyarakat Indonesia antara lain: 1) Memperkuat Identitas Nasional dengan membantu memupuk rasa cinta tanah air melalui pemahaman tentang sejarah, budaya, simbol nasional, dan nilai-nilai Pancasila. 2) Mendorong Partisipasi Demokrasi dengan melibatkan warga negara dalam kehidupan demokrasi, memperkenalkan sistem politik, hak asasi manusia, dan proses pemilihan umum. 3) Membangun Kehidupan Multikultural dengan memperkuat toleransi dan saling pengertian antarwarga dalam konteks keragaman budaya Indonesia.

4) Menanamkan Nilai-Nilai Kemanusiaan seperti persamaan, keadilan, dan solidaritas serta pemahaman hak asasi manusia dan penghormatan terhadap kebebasan individu. 5) Pembentukan Generasi Pemimpin Berkualitas yang memiliki integritas dan kepemimpinan yang baik dengan pemahaman etika dan kepedulian sosial. 6) Pencegahan Ekstremisme melalui pengajaran nilai-nilai kebhinekaan dan penghargaan terhadap perbedaan untuk mencegah radikalisme dan ekstremisme. 7) Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan dalam berpikir kritis, berargumentasi dengan baik, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan politik. 8) Kesadaran Hukum dan Etika dengan memberikan pengetahuan tentang hak-hak, kewajiban, dan nilai-nilai demokrasi untuk meningkatkan kesadaran hukum di masyarakat.

(10)

BAB III 5. Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Pandangan Pancasila bertujuan untuk membentuk karakter warga negara yang unggul melalui pemahaman mendalam tentang hak dan kewajiban mereka. Dengan nilai-nilai Pancasila sebagai pijakan, tujuan pendidikan ini adalah menciptakan individu yang tak hanya pintar tetapi juga berintegritas moral serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara. Prinsip-prinsip Pancasila seperti keadilan sosial, persatuan, ketuhanan yang maha esa, demokrasi, dan kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat membantu membentuk lingkungan pendidikan yang seimbang dan bermutu.

Penerapan nilai-nilai tersebut berperan dalam meningkatkan akses pendidikan yang merata, menciptakan lingkungan belajar yang sejuk dan penuh saling menghargai, serta membentuk karakter siswa yang baik dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat. Peran orang tua, guru, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan pendidikan sangat mendorong peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh. Pendidikan yang memperhatikan kebutuhan peserta didik secara menyeluruh dapat membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih baik dan memiliki wawasan yang lebih luas tentang dunia. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, penting untuk terus mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai pijakan dalam pengembangan pendidikan yang merata dan bermutu.

Diharapkan langkah-langkah ini akan memberikan kontribusi positif dalam peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

6. Penutup

Pendidikan Kewarganegaraan berbasis pada nilai-nilai Pancasila adalah salah satu tiang utama dalam membentuk karakter bangsa. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini, generasi muda dapat memahami serta merasakan secara mendalam nilai-nilai mendasar yang menjadi landasan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk memperkuat Pendidikan Kewarganegaraan, langkah-langkah harus diambil sejak tingkat sekolah dasar agar identitas bangsa dapat tertanam dengan kuat. Proses ini memerlukan komitmen dari

(11)

berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga pengajar, dan seluruh anggota masyarakat. Melalui kolaborasi yang sinergis, diharapkan bahwa nilai-nilai Pancasila akan menjadi pedoman yang menginspirasi generasi penerus dalam menghadapi cobaan globalisasi dan menjaga keutuhan identitas nasional.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyati, A. I., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Bela Negara di Era Teknologi Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Journal on Education, 3(3), 236– 247.

Ariany, F., Rohiyatun, B., & Garnika, E. (2024). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Proses Pembelajaran Di Madrasah Tsanawiyah. Cendekia:

Pengetahuan, 4(1), 47-56.

Ariska, P. A. (2018). Peran guru sebagai pembimbing dalam meningkatkan nilai- nilai pancasila pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Pakel Tulungagung Tahun Ajaran 2016-2017. Jurnal Rontal Keilmuan PKn.

Asnawi, M. (2021). Upaya Meningkatkan Pengembangan Nilai–Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan PAIKEM Pada Mata Pelajaran Keagamaan Di Nusantara: Jurnal Pendidikan Indonesia

Ely, N dan Abdu. (2020). Kesiapan Pendidikan Indonesia Menghadapi Era Society 5.0. Jurnal kajian Teknologi Pendidikan, 5 (1), 61-66.

Ghufron, Anik. “Integrasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa Pada Kegiatan Pembelajaran.” Cakrawala Pendidikan 29 (2010): 13–24.

Kurnia, H. (2023). Upaya meningkatkan pendidikan indonesia berdasarkan nilai- nilai pancasila. Jurnal Kewarganegaraan, 7(1), 472-478.

Munthe, A. F., Harahap, M. J., & Fajri, Y. (2023). Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. AMI: Jurnal Pendidikan dan Riset, 1(1), 29-40.

Nawawi, H. (1993). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nur, S., Lusiana, E., & Arifin, S. (2022). DAMPAK BULLYING TERHADAP KEPRIBADIAN DAN PENDIDIKAN SEORANG ANAK.

Purba, D. T., Simarmata, G. L., Gultom, I. A., Giawa, S. J., & Angel, S. M. (2024).

Rendahnya Implementasi Nilai-Nilai Pancasila pada Peserta Didik Di Sekolah Dasar. Jurnal Insan Pendidikan dan Sosial Humaniora, 2(3), 107- 114.

Rahmawati, N. K. D., Mardiyah, R. R., & Wardani, S. Y. (2017). Layanan Bimbingan KElompok untuk Mencegah Degradasi Moral Remaja.

Prosiding SNBK (Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling), 1(1), 134–

144.

(13)

Rusnaini, R., Raharjo, R., Suryaningsih, A., & ... (2021). Intensifikasi profil pelajar pancasila dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi siswa Jurnal Ketahanan Nasional.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.

Suhardiyansyah, M. Y., Budiono, B., & Widodo, R. (2016). Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

Jurnal Civic Hukum, 1(1).

Usmaedi, S., & Mualimah, E. N. (2021). Optimalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa Sekolah Dasar. SUPREMASI: Jurnal Pemikiran, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Hukum Dan Pengajarannya, 16(1), 100-107.

Referensi

Dokumen terkait

adalah Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berperan dalam menanamkan atau menginternalisasikan sembilan Nilai Pendidikan Anti Korupsi di SMK N

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan secara khusus mendidik siswa untuk menjadi warga negara yang baik, karena materi yang diajarkan berupa kaidah-kaidah atau nilai-nilai

Pendidikan Kewarganegaraan membina warga negara untuk berperilaku sesuai dengan nilai moral yang dikembangkan dalam Pancasila, sehingga nilai ini tidak hanya

Pada prinsipnya pengetahuan yang harus diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak dan kewajiban/peran sebagai warga negara dan pengetahuan yang mendasar

Pancasila dan Kewarganegaraan, Pancasila dan Sejarah Perjuangan Bangsa, Pancasila Sebagai Landasan Idiil Bangsa Indonesia dan Sebagai Sumber Hukum dan Hak Asasi Manusia, Nilai

menghargai kewajiban dan hak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila Bekerjasama melaksanakan kewajiban dan memenuhi hak masing-masing dengan penuh percaya diri sebagai anggota

Jurnal Pendidikan Tambusai 9034 Implementasi Nilai-nilai Demokrasi dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Rizki Ramdani1, Dinie Anggraeni Dewi2, Yayang Furi

Dokumen ini menjelaskan hak dan kewajiban warga negara Indonesia berdasarkan nilai-nilai dasar