• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN BUDAYA LITERASI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 JEMBER SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN BUDAYA LITERASI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 JEMBER SKRIPSI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN BUDAYA LITERASI

PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 JEMBER

SKRIPSI

Oleh:

Nastiti Sri Hastuti NIM : T20171394

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JANUARI 2022

(2)

i

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN BUDAYA LITERASI

PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 JEMBER

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islan Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Nastiti Sri Hastuti NIM : T20171394

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JANUARI 2022

(3)

i

(4)

ii

(5)

iii

(6)

iv

(7)

v ABSTRAK

Nastiti Sri Hastuti, 2022 : Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Budaya Literasi Peserta Didik di SMP Negeri 11 Jember.

Kata Kunci : Peran Guru PAI; Budaya Literasi

Budaya literasi yang ada tidak serta-merta menjadikan bangsa ini memiliki eksistensi literasi yang membanggakan. Beberapa penelitian mengungkap bahwa budaya literasi bangsa ini masih rendah. Berbagai asumsi berkaitan dengan alasan rendahnya literasi muncul, salah satunya pengaruh media audio-visual. Pengaruh tersebut tentu perlu diatasi melalui cara-cara yang tepat. Budaya membaca dan menulis tentu tidak diharapkan punah dan buku-buku berangsur-angsur hilang. Eksistensi audio-visual menjadi salah satu permasalahan berkaiatan dengan berkurangnya kegiatan membaca menulis berbagai pengalaman hidup atau pun pemikiran dalam bentuk teks. Teks yang dimaksudkan tentu berisi lambang-lambang bahasa yang berarti.

Fokus penelitian ini adalah : 1) Bagaimana peran guru PAI sebagai teladan dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember ? 2) Bagaimana peran guru PAI sebagai mediator dan fasilitator dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember ?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penentuan sumber data atau subjek penelitian dilakukan dengan Purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan observasi non partisipan, wawancara semi-terstruktur, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah kondensasi data, penyajian data (data display), serta kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan : 1) Peran guru PAI sebagai teladan dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember adalah bahwa dalam program literasi di sekolah, guru seharusnya menjadi teladan bagi siswa, khususnya dalam hal membaca. Jika guru menginginkan siswanya membaca, keteladanan dalam hal membaca harus terus diaurakan. 2) Peran guru PAI sebagai mediator dan fasilitator dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember adalah a) Menyediakan fasilitas yang memadai b) Menyediakan literatur yang relevan, c) Menciptakan kondisi sosial emosional yang bermanfaat dalam proses pembelajaran. Maka peran guru PAI dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember belum optimal.

Dikarenakan ada beberapa sarana dan prasarana yang belum memadai untuk meningkatkan budaya literasi di SMP Negeri 11 Jember.

(8)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Istilah ... 11

F. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 14

A. Penelitian Terdahulu ... 14

B. Kajian Teori ... 18

1. Peran Guru ... 18

a. Pengertian Guru ... 18

(9)

vii

b. Tugas Guru ... 20

c. Peran Guru ... 21

2. Budaya Literasi ... 24

a. Pengertian Budaya Literasi ... 24

b. Ruang Lingkup Literasi ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Subyek Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Analisis Data ... 35

F. Keabsahan Data ... 37

G. Tahap-tahap Penelitian ... 38

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 41

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 41

B. Penyajian Data dan Analisis ... 45

C. Pembahasan Temuan ... 56

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 68 1. Pernyataan Keaslian Tulisan

(10)

viii 2. Matrik Penelitian

3. Instrumen Penelitian 4. Dokumentasi

5. Jurnal Penelitian 6. Surat Izin Penelitian 7. Surat Selesai Penelitian 8. Biodata Penulis

(11)

xii

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal Hal

2.1 Penelitian Terdahulu ... 16 3.1 Subyek Penelitian ... 31 4.1 Hasil Temuan ... 55

(12)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal Hal

4.1 Buku Jurnal Peserta Didik SMP Negeri 11 Jember ... 72 4.2 Pelaksanaan Program Literasi SMP Negeri 11 Jember ... 73 4.3 Pojok Literasi SMP Negeri 11 Jember ... 74

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini telah menjadi sorotan dan perbincangan tidak hanya di kalangan pemerintah tetapi sudah sampai seluruh lapisan masyarakat. Kondisi tersebut terjadi karena ada sebagian guru belum bisa mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dalam pendidikan, sehingga hal tersebut berdampak pada lemahnya proses dan pelaksanaan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ada sebagian guru yang kurang dapat memotivasi peserta didiknya untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir. Selain itu, dalam pembelajaran ada sebagian guru yang masih mengedepankan pada metode ceramah dan menghafal. Sehingga proses pembelajaran tidak efektif, sebab proses pembelajaran yang seperti itu dapat menghambat kreativitas peserta didik dalam mengembangkan potensi dan kemampuan berpikirnya.1

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan, sebab melalui pendidikan seseorang dapat menggali bakat dan mengembangkan seluruh potensi serta membentuk kepribadian anak.

Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

1Agus Gunawan, ―Efektifitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Model Discovery Learning Di Kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015‖ (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015), 1.

(14)

2

kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.2 Menurut Ki Hajar Dewantara, pengertian pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak peserta didik agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.3

Dalam Islam menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, hadits tersebut berbunyi sebagai berikut :

ْنَع ٍيرِظْنِش ُنْب ُيرِثَك اَنَ ثَّدَح َناَمْيَلُس ُنْب ُصْفَح اَنَ ثَّدَح ٍراَّمَع ُنْب ُماَشِه اَنَ ثَّدَح ِنْب ِدَّمَُمُ

َع ٌةَضيِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َلاَق َلاَق ٍكِلاَم ِنْب ِسَنَأ ْنَع َنيِيرِس ىَل

َو َؤُلْؤُّللاَو َرَهْوَْلْا ِريِزاَنَْلْا ِدِّلَقُمَك ِهِلْهَأ ِْيرَغ َدْنِع ِمْلِعْلا ُعِضاَوَو ٍمِلْسُم ِّلُك َبَهَّذلا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."4

Salah satu pendidikan yang berperan penting dalam kehidupan manusia adalah Pendidikan Agama Islam, karena Pendidikan Agama Islam adalah salah satu pelajaran yang mengajarkan bagaimana siswa bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama islam. Hal lain yang juga penting adalah,

2 DPR RI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, 2003.

3 Emilda Sulasmi, Manajemen Dan Kepemimpinan (Depok: RajaGrafindo Persada, 2020), 202.

4 Arbain Nurdin dan M. Uzaer Damairi, Hadits Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Hadits Nabi, ed. Nurul Zainab (Yogyakarta: Lintas Nalar, 2021), 25.

(15)

Pendidikan Agama Islam memberikan pelajaran dasar dan tuntutan yang kaitannya dengan ibadah Hablum MinAllah dan hubungan dengan sesama manusia (Hablum Minannas).5

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan suatu pelajaran penting, akan tetapi tidak sedikit minat peserta didik dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam sekarang ini cenderung kurang. Hal tersebut terjadi karena ada sebagian guru yang kurang dapat mengkonstektualkan materi yang disampaikan. Sehingga pembelajaran menjadi pasif yaitu, guru menjelaskan dan siswa mendengarkan, guru bertanya dan siswa menjawab dan seterusnya. Selain itu juga materi yang disampaikan akan kurang bermakna bagi peserta didik, karena materi yang disampaikan guru kurang menarik sehingga motivasi siswa berkurang dalam belajar.

Guru PAI dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai pengajar dan mendorong peserta didik untuk memperoleh nilai, tingkah lalu, dan ilmu yang bermanfaat. Oleh karena itu pihak sekolah benar-benar menyeleksi kemampuan gru dalam mengajar sehingga nantinya akan menghasilkan peserta didik yag kompeten, berilmu dan bertaqwa. Peran guru PAI sangat penting dan berpengaruh dalam menciptakan interaksi dalam pembelajaran terhadap peserta didik sehingga mampu menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan dan mampu memberikan pemahaman kepada peserta didik secara jelas.

5 Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran PAI (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 13.

(16)

4

Guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian tersebut adalah kemampuan menyampaikan pelajaran kepada peserta didik. Peran guru dalam pembelajaran adalah segala bentuk ikutsertaan guru dalam mengajar dan mendidik anak muridnya untuk tercapainya tujuan belajar.6

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan peningkatan minat pada budaya literasi. Budaya literasi merupakan suatu kegiatan dalam kebiasaan berpikir yang diikuti oleh sebuah proses menulis, membaca yang akhirnya dapat menciptakan suatu karya.7 Sejak dimulainya Gerakan Literasi Nasional oleh pemerintah, melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti menggiatkan Gerakan Literasi Nasional. Tujuan umum Gerakan Literasi Nasional adalah menumbuhkembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualiatas hidup.8

Di dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang membahas tentang literasi. Salah satunya terdapat pada QS. Al-Alaq: 96 ayat 1-5, Allah SWT berfirman:

6 Siti Maemunawati dan Muhammad Alif, Peran Guru, Orang Tua, Dan Media Pembelajaran (Banten: 3M Media Karya Serang, 2020), 8.

7 Ni Nyoman Padmadewi dan Luh Putu Artini, Literasi Di Sekolah, Dari Teori Ke Praktik, (Bali:

Nilacakra, 2017), 2.

8 Tim GLN (Gerakan Literasi Nasional) Kemendikbud, Panduan Gerakan Literasi Nasional (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), 5.

(17)



















































Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 96/1-5).

Ajaran Islam yang mulai sangat memperhatikan dalam masalah membaca. QS. Al-Alaq inilah yang merupakan ayat pertama kali yang turun menunjukkan hal tersebut. Kalimat ―baca‖ dalam ayat tersebut di ulang sampai tiga kali dan satu kalimat tentang menulis.

Budaya literasi yang ada tidak serta-merta menjadikan bangsa ini memiliki eksistensi literasi yang membanggakan. Beberapa penelitian mengungkap bahwa budaya literasi bangsa ini masih rendah. Berbagai asumsi berkaitan dengan alasan rendahnya literasi muncul, salah satunya pengaruh media audio-visual. Pengaruh tersebut tentu perlu diatasi melalui cara-cara yang tepat. Budaya membaca dan menulis tentu tidak diharapkan punah dan buku-buku berangsur-angsur hilang. Eksistensi audio-visual menjadi salah satu permasalahan berkaiatan dengan berkurangnya kegiatan membaca menulis berbagai pengalaman hidup atau pun pemikiran dalam bentuk teks. Teks yang dimaksudkan tentu berisi lambang-lambang bahasa yang berarti.

(18)

6

Asumsi berkomunikasi yang dipandang lebih efektif melalui media audiovisual, seharusnya tidak menjadi kendala terhadap perkembangan budaya literasi. Bagaimana jika asumsi keefektifan berkomunikasi justru menunjukkan kemunduran kecerdasan dan daya saing bangsa.

Sebernarnya fenomena ini tidak dapat secara universal ditujukan pada semua bangsa, karena diketahui budaya literasi di beberapa bangsa tergolong tinggi dan terus berkembang. Persoalan ini bukan sekadar fenomena perkembangan zaman, melainkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat di bidang literasi, serta penghargaan terhadap buku-buku yang berisi pengetahuan.

Kenyataan lain muncul ketika daya berpikir masyarakat semakin menurun. Seseorang mulai malas memahami lambang-lambang bahasa yang penuh pengertian dan pemahaman, yang terkadang menyajikan alur- alur kompleks. Budaya audio-visual justru sebagian besar menawarkan kemudahan memahami sesuatu dengan penggambaran-penggambaran yang lebih nyata. Pernyataan tersebut bukan bermaksud melawan laju globalisasi, melainkan upaya untuk lebih bijak menghadapi perkembangan zaman itu sendiri.9

Penyebaran informasi di dunia saat ini begitu cepat. Sumber- sumber informasi bisa datang darimana saja. Jumlah informasi yang tercipta di internet, baik dalam jenis numerik, teks, gambar, audio atau video adalah salah satu ciri bahwa di era ini setiap individu memiliki

9 Augustia Rahma Damayantie, ―Literasi Dari Era Ke Era,‖ Jurnal Pendidikan Vol. 3 No. 1 (2015): 5.

(19)

kebebasan untuk membuat sekaligus menyebarkan tanpa harus ada yang memeriksa ulang apakah informasi tersebut layak memenruhi kriteria atau tidak. Seiring berjalannya waktu, arus informasi semakin mudah disebarkan. Begitu pula teknologi yang menghantarkan informasi kian cepat perkembangannya. UNESCO mendefiniskan literasi digital sebagai kecapakan yang tidak hanya melibatkan kemampuan menggunakan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, dan memilki sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital.10 Manfaat literasi digital adalah sebagai berikut11:

1. Menghemat waktu: mencari referensi di internet dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.

2. Lebih hemat biaya: banyak web dan aplikasi gratis di internet yang menawarkan diskon.

3. Memperoleh jaringan: menambah teman baru dari berbagao wilayah dan negara melalui media sosial.

4. Membeyar keputusan yang lebih baik: mencari tahu dan membandingkan harga sebuah produk melalui internet.

5. Belajar lebih cepat dan efisien: mencari arti kata tertentu menggunakan aplikasi KBBI daring.

6. Memperoleh informasi terkini dan cepat.

10 Janner Simarmata, dkk, Literasi Digital (T.P : Yayasan Kita Menulis, 2021) 2.

11 Ibid, 5.

(20)

8

7. Ramah lingkungan: menghemat kertas dengan menggunakan buku elektronik.

8. Memperkaya keterampilan: membuat percobaan sains dengan melihat tutorial yang ada di internet.

Di SMPN 11 Jember, menurut Ibu Khulashah selaku guru PAI pelaksanaan gerakan literasi telah dilakukan sejak tahun 201712. Menurut beliau pelaksanaan literasi di sekolah telah diterapkan oleh semua mata pelajaran, termasuk PAI. Pelaksanaan literasi seperti 15 menit sebelum jam pelajaran peserta didik membaca materi yang akan disampaikan oleh guru. Kemudian guru memberikan peserta didik untuk menanyakan materi mana yang belum mengerti, kemudian guru akan menjelaskan. Setelah jam pelajaran, guru biasanya akan memberikan tugas untuk merangkum materi yang tadi sudah diajarkan. Dikumpulkan dan kemudian menurut Ibu Khalashah akan dijadikan buku untuk diletakkan di pojok literasi sebagai bahan bacaan. Di SMPN 11 Jember biasanya akan mengadakan lomba literasi antar kelas saat memperingati 17 Agustus. Tahun lalu ada yang memenangkan lomba tersebut dan saat ini peserta didiknya telah lulus dari sekolah tersebut.

Saat pandemi tahun lalu yang menyebabkan harus diadakannya pembelajaran jauh jauh SMPN 11 Jember tidak membuat program literasi dikarenakan susah memantau peserta didiknya saat online dan guru tidak mengetahui perkembangan minat baca peserta didiknya. Program literasi

12 Ibu Khulashah, diwawancara oleh penulis, Jember 28 September 2021.

(21)

baru diadakan kembali saat pembelajaran tatap muka berlangsung. Dalam pelaksanaannya, budaya literasi di SMPN 11 Jember banyak peserta didik yang tidak berminat. Ada peserta didik yang main HP sewaktu diberikan tugas untuk membaca, ada yang diam saja sewaktu guru memberikan pertanyaan, dan karena pembelajaran masih tatap muka secara terbatas (luar jaringan) maka di dalam kelas hanya sekitar 6-7 peserta didik dan selebihnya diadakan pembelajaran secara daring (dalam jaringan).

Mengacu pada pemaran diatas peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai ―Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Budaya Literasi Peserta Didik di SMP Negeri 11 Jember‖. Adapun alasan peneliti dalam memilih judul penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru PAI dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMPN 11 Jember.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian harus disusun secara singkat, jelas, tegas , spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.13

1. Bagaimana peran guru PAI sebagai teladan dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember ?

2. Bagaimana peran guru PAI sebagai mediator dan fasilitator dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember ?

13 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Jember: IAIN Jember, 2020), 90.

(22)

10

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan deskripsi di atas, maka peneliti memiliki tujuan yang ingin dicapai di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peran guru PAI sebagai teladan dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember.

2. Mengetahui peran guru PAI sebagai mediator dan fasilitator dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember.

D. Manfaat Penelitian

Adapun keguanaan atau manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca terkait Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Budaya Literasi Peserta Didik.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan rujukan untuk penelitian sejenis.

2. Praktis

a. Bagi UIN KHAS Jember

Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan referensi atau literatur bagi lembaga UIN KHAS Jember dan mahasiswanya yang ingin mengembangkan kajian tentang Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Budaya Literasi Peserta Didik.

(23)

b. Bagi Lembaga Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan terkait Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Budaya Literasi Peserta Didik dan diharapkan memberi manfaat bagi seluruh komponen sekolah.

c. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengetahuan peneliti dan juga sebagai pengalaman dalam mempersiapkan diri sebagai calon pengajar. Serta penelitian ini diamanfaatkan oleh peneliti dalam upaya menyelesaikan tugas akhir perkuliahan di UIN KHAS Jember.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.14

Dari judul ―Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Budaya Literasi Peserta Didik di SMP Negeri 11 Jember‖, maka hal-hal yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Peran Guru PAI

Peran guru artinya terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan

14 Ibid, 91.

(24)

12

perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Peran guru PAI yang dimaksud peneliti adalah peran serta atau usaha guru dalam kegiatan berliterasi. Yang didalamnya mencangkup peran guru PAI sebagai teladan, mediator, dan fasilitator agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulis.

2. Budaya Literasi

Budaya literasi dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis serta melakukan pembiasaan berpikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca dan menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematikan pembahasan adalah dalam bentuk deskriptif naratif, bukan seperti daftar isi.15 Adapun sistematika pembahasan skripsi tersusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang didalamnya terdapat sub bab tentang:

konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Kepustakaan, berisi tentang penelitian terdahulu dan kajian teori yang erat kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti, yang

15 Ibid, 91.

(25)

dalam hal ini mengenai Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Budaya Literasi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 11 Jember.

Bab III Metode Penelitian, dipaparkan tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.

Bab IV Penyajian dan Analisis Data, dijelaskan tentang gambaran objek penelitian, penyajian dan analisis data serta pembahasan temuan dalam penelitian yang dilakukan.

Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan dari semua pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sekaligus penyampaian saran- saran bagi pihak yang terkait.

Selanjutnya skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka, lampiran- lampiran yang berisi matrik penelitian, pedoman penelitian, jurnal penelitian, dokumentasi, pertanyaan keaslian, surat izin penelitian, surat keterangan telah selesai penelitian, dan biodata penelitian.

(26)

14 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan tiga hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, yaitu penelitian berupa skripsi. Beberapa penelitian terdahulu yang memilki hubungan dan permasalahan yang dikembangkan peneliti antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan oleh Moh. Abdul Rohman dengan judul

―Implementasi Guru PAI dalam menerapkan Budaya Literasi Untuk Meningkatkan Minat Membaca Siswa Kelas XI Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP) 2 di SMKN 1 Ponorogo‖. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil dari penelitian Dalam kegiatan Budaya Literasi pelajaran PAI kelas XI Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP) 2 masih belum baik. Dengan perekembangan zaman dimana teknologi semakin canggih, siswa lebih mengedepankan membaca melalui media internet dari pada membaca buku bacaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Moh. Abdul Rohman adalah sama-sama membahas budaya literasi. Pendekatan penelitian yang digunakan juga sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.16

16 Moh. Abdul Rohman, "Implementasi Guru PAI Dalam Menerapkan Budaya Literasi Untuk Meningkatkan Minat Membaca Siswa Kelas XI Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP) 2 Di SMKN 1 Ponorogo‖ (Skripsi IAIN Ponorogo, 2020).

(27)

2. Penelitian ini dilakukan oleh Meta Huljannah dengan judul ―Peran Guru PAI dalam Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di SMPN 5 Teluk Kuantan‖. Hasil penelitian ini adalah bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam dalam implementasi gerakan literasi sekolh (GLS) siswa kelas VIII di SMPN 5 Teluk Kuantan tidak optimal meskipun telah ada upaya untuk mengimplementasikan gerakan ini dalam mata pelajarannya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Meta Huljannah adalah sama-sama membahas tentang peran guru PAI, serta menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan subjek penelitian adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.17

3. Penelitian ini dilakukan oleh Indrawati A. dengan judul ―Peran Pustakawan dalam Meningkatkan Budaya Literasi Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Palopo‖. Hasil penelitian ini adalah budaya literasi mahasiswa PAI saat ini sangat rendah.

Perpustakaan IAIN Palopo telah melakukan berbagai upaya dalam mendukung peningkatan budaya literasi mahasiswa seperti pengadaan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan, pengadaan fasilitas yang memadai dan peningkatan layanan perpustakaan melauli pengembangan sistem digitalisasi. Persamaan penelitian dengan penelitian Indrawati adalah sama-sama membahas budaya literasi. Pendekatan yang

17 Meta Huljannah, ―Peran Guru PAI Dalam Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Di SMPN 5

Teluk Kuantan‖ (Skripsi Universitas Islam Kuantan Singingi, 2020).

(28)

16

digiunakan juga sama-sama menggunakan pendekatan kualitataif dengan jenis penelitian studi kasus.18

Untuk lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini bisa dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Pemetaan Kajian Terdahulu

No. Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Moh. Abdul Rohman, IAIN Ponorogo, 2020.

Implementasi

Guru PAI

dalam menerapkan Budaya Literasi Untuk

Meningkatkan Minat Membaca Siswa Kelas XI Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP) 2 di

SMKN 1

Ponorogo

a. Sama-sama membahas budaya literasi.

b. Pendekatan penelitian yang digunakan juga sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

a. Lokasi penelitian terdahulu di SMK Negeri. Sedangkan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri

b. Fokus penelitian terdahulu pada upaya guru dalam menerapkan budaya literasi untuk

meningkatkan minat membaca.

Sedangkan

penelitian ini berfokus pada peran guru PAI dalam

meningkatkan budaya literasi.

2. Meta Huljannah, Universitas Islam Kuantan Singingi, 2020.

Peran Guru PAI dalam

Implementasi Gerakan

Literasi Sekolah di SMPN 5 Teluk Kuantan

a. Sama-sama membahas tentang peran guru PAI.

b. Menggunakan pendekatan penelitian

a. Fokus penelitian terdahulu pada implementasi gerakan literasi sekolah.

Sedangkan

penelitian ini

18 A. Indrawati, ―Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan Budaya Literasi Mahasiswa Pendidikan

Agama Islam (PAI) Di IAIN Palopo‖ (IAIN Palopo, 2020).

(29)

No. Nama Judul Persamaan Perbedaan kualitatif

c. Subjek penelitian adalah guru mata pelajaran PAI.

berfokus pada peran guru PAI dalam

meningkatkan budaya literasi.

3. Indrawati A., IAIN Palopo, 2020.

Peran Pustakawan dalam

Meningkatkan Budaya Literasi Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Palopo

a. Persamaan penelitian dengan penelitian Indrawati adalah sama- sama

membahas budaya literasi.

b. Pendekatan yang digunakan juga sama-sama menggunakan pendekatan kualitataif dengan jenis penelitian studi kasus.

a. Fokus penelitian terdahulu pada peran pustakawan dalam

meningkatkan budaya literasi mahasiswa PAI.

b. Lokasi penelitian terdahulu dilaksanakan di IAIN Palopo.

Sedangkan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 11 Jember.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan tiga penelitian yang telah dilakukan, persamaannya terdapat pada budaya literasi, sedangkan perbedaannya berfokus pada peran guru PAI sebagai teladam, mediator, dan fasilitator dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik.

Semua penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas mempunyai banyak keterkaitan dengan pembahasan yang akan dikaji pada penelitian ini. Baik secara langsung maupun tidak, yaitu peran guru PAI

(30)

18

dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember.

B. Kajian Teori a. Peran Guru

1) Pengertian Guru

Guru merupakan faktor penting dalam proses pendidikan, sehingga perannya dapat mempengaruhi keberhasilan sebuah pendidikan. Dalam Islam, seorang pendidik sangatlah dihargai dan dihormati kedudukannya. Sebagimana dalam firman Allah dalam QS. al-Mujaadilah/58 ayat 1119:































































Artinya: ―Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamau:

―Berlapang-lapanglah dalam majlis‖, maka lapangkanlah niscaya Allah Akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ―Berdirilah kamu‖, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.‖(QS. Al-

Mujaadilah/58

19Auval Widat, ―Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Disiplin Peserta Didik Pada Program Tahfidzul Quran Kelas Excellent Di Madrasah Tsanawiyah Zainul Hasan Balung‖ (Skripsi IAIN Jember, 2021), 17.

(31)

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar.20 Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Dikatakan digugu (dipercaya) karena memilki seperangkat ilmu yang memadai, yang memiliki wawasan dan pandangan luas. Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang segala tindakannya patutu dijadikan panutan bagi peserta didiknya.

Adapun pengertian guru menurut para ahli yaitu: menurut UU Nomor 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1 tentang guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.21

Sedangkan menurut Yohana guru atau disebut juga sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah dipermukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu

20 Moh Noor, Guru Profesional Dan Berkualitas, (Semarang: Alprin, 2019), 3.

21 DPR RI, Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, 2005.

(32)

20

yang sanggup berdiri sendiri. Istilah lain yang lazim dipergunakan untuk pendidik adalah guru.22

2) Tugas Guru

Seorang pendidik atau guru memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengajar, mendidik, melatih para peserta didik agar menjadi individu berkualitas, baik dari sisi intelektual maupun akhlaknya. Adapun tugas utama guru adalah sebagai berikut23:

a) Mengajar peserta didik, seorang guru bertanggung jawab untuk megajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada para peserta didiknya. Dalam hal ini, fokus utama kegiatan mengajar adalah dalam hal intelektual sehingga peserta didik mengetahui materi dari suatu disiplin ilmu.

b) Mendidik peserta didik, mendidik peserta didik merupakan hal yang berbeda dengan mengajarkan suatu ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, kegiatan mendidik adalah bertujuan untuk mengubah tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik. Seorang guru harus dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya sehingga mereka dapat memiliki karakter yang baik sesuai norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.

22 Yohana Afliani Ludo Buan, Guru Dan Pendidikan Karakter Sinergitas Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Era Milenial, (Indramayu: Adanu Abimata, 2020), 1.

23 Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, ed. Sudirman Anwar (Riau: Indragiri Dot Com, 2019),

10-12.

(33)

c) Melatih peserta didik, seorang guru juga memiiki tugas untuk melatih para peserta didiknya agar memiliki keterampilan dan kecakapan dasar.

d) Membimbing dan mengarahkan, seorang guru bertanggung jawab untuk membimbing dan mengarahkan peserta didiknya agar tetap berada pada jalur yang tepat, dalam hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan.

e) Memberikan dorongan pada peserta didik, guru memberikan dorongan kepada peserta didiknya agar berusaha keras untuk lebih maju.

3) Peran Guru

Selain tugas, guru juga memiliki peran sangat penting dalam pendidikan peserta didik karena guru merupakan sosok yang dapat memberikan contoh bagi peserta didiknya. Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, guru sebagai pendidik. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan tentang Kependidikan Bab XI Pasal 39 ayat (2), pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi

(34)

22

pendidik pada perguruan tinggi.24 Agar menjadi pendidik yang baik maka seorang guru perlu memiliki standar kepribadian tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.25

Kedua guru sebagai pengajar, guru juga harus bisa membagikan ilmunya kepada peserta didik. Guru harus bisa menjelaskan dan menguraikan materi yang diampunya kepada peserta didik dengan cara yang mudah agar siswa bisa mengerti dengan apa yang guru jelaskan. Guru dianggap orang yang paling tahu dan pintar oleh peserta didiknya, karena guru harus mempersipakan terlebih dahulu apa yang akan disampaikannya sampai matang.26

Ketiga guru sebagai mediator atau sumber belajar. Sebagai sumber belajar bagi peserta didiknya, guru harus mampu memahami materi yang diampunya, karena peserta didik pasti akan bertanya apa yang mereka tidak pahami, karenaya guru harus mempersiapkan diri dengan sangat matang.27 Sisi keunggulan guru dibandingkan sumber belajar lainnya adalah guru merupakan satu-satunya sumber belajar yang hidup dan memliki pikiran. Guru dapat terus mengembangkan dan

24 DPR RI, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, 2003.

25Siti Maemunawati dan Muhammad Alif, Peran Guru, Orang Tua, Dan Media Pembelajaran (Banten: 3M Media Karya Serang, 2020), 9.

26 Ibid, 11.

27 Ibid, 13.

(35)

menyesuiakan dengan tuntunan perubahan lingkungan sekitarnya.

Keempat, guru sebagai fasilitator. Guru harus memberikan media yang cocok untuk menunjang proses pembelajaran.

Media pembelajaran yang disukai oleh peserta didik akan membuat mereka senang saat belajar dan komunikasi tetap terpenuhi. Seabagi fasilitator guru harus bisa mengembangkan pembelajaran menjadi lebih aktif. Pembelajaran yang seperti ini akan memberikan ruang yang cukup untuk kreatifitas dan kemandirian yang sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

Kelima, guru sebagai model dan teladan. Guru merupakan model dan teladan bagi peserta didik dan bagi semua orang yang menganggap dan mengakui dia sebagai guru. Oleh karena itu, menjadi teladan yang baik merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh guru sehingga dapat dicontoh oleh peserta didik.28 Dalam Al-Quran dijelaskan tentang guru sebagai teladan yang terdapat pada QS. Al-Ahzab/33 ayat 21 berikut ini:





































28Auval Widat, ―Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Disiplin Peserta Didik Pada Program Tahfidzul Quran Kelas Excellent Di Madrasah Tsanawiyah Zainul Hasan Balung‖ (Skripsi IAIN Jember, 2021), 23.

(36)

24

Artinya: ―Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah‖. (QS. Al- Ahzab/33:21)

Dari ayat tersebut dapat diambil nilai pendidikan yaitu seorang pendidik harus menjadi suri tauladan yang baik bagi peserta didiknya. Jika pendidik atau gurunya tidak memiliki perilaku yang baik, tentu saja peserta didiknya pun akan berperilaku tidak baik pula. Sebaliknya jika pendidik atau guru berperilaku baik, maka akan mencetak peserta didik yang berperilaku baik pula. Hal itu tidak hanya dalam mengajarkan ilmu saja, melainkan juga dalam pembentukan karakter, akhlak serta kepribadian peserta didiknya.

b. Budaya Literasi

1) Pengertian Budaya Literasi

Secara etimologis, literasi berasal dari bahasa latin literatus yang berarti ‗learned person‘ atau ―orang yang belajar‖. Hal ini disadarkan pada masa abad pertengahan yang memberikan suatu penilaian bahwa seseorang disebut literatus apabila orang tersebut dapat dan mahir membaca dan menulis bahasa latin.

Literasi dapat dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis dengan menggunakan sistem bahasa tulis. Individu yang literat atau melek aksara adalah individu dapat membaca, bisa memahami lambang-lambang bunyi bahasa dan

(37)

menggunakannya untuk aktivitas membaca teks. Dengan batasan ini, pada mulanya pengenalan literasi harus sebatas kegiatan menjadikan individu yang tidak bisa membaca menjadi bisa membaca atau jadi melek aksara. Kegiatan ini yang kemudian disebut dengan pemberantasan buta aksara, yaitu suatu kegiatan mengajarkan individu agar bisa membaca dan mau menjadi aktivitas membaca sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.29

Sedangkan UNESCO mendefinisikan literasi secara sederhana, yaitu kemampuan seseorang menulis dan membaca.

Berdasarkan penggunaanya, literasi adalah bentuk integrasi dari kemampuan menyimak, berbicara, menulis, membaca, dan berpikir kritis.30

Literasi diartikan sebagai kemampuan berbahasa yang mencangkup kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, serta kemampuan berpikir yang menjadi elemen didalamnya. Literasi juga diartikan sebegai melek huruf, kemampuan baca dan tulis, dan kecakapan dalam membaca dan menulis Sedangkan budaya literasi dimaksudkan sebagai kegiatan melakukan kebiasaan berpikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang apada akhirnya apa yang

29 Ane Permatasari, ―Membangun Kualitas Bangsa Dengan Budaya Literasi,‖ Jurnal Kependidikan

Vol. 5 (2015): 148.

30 Ula Suci Agustina, ―Pengaruh Membaca Skimming Dengan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Budaya Literasi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Peserta Didik SMP Negeri 22 Surabaya‖ (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), 41.

(38)

26

dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya.31

Belakangan ini konsep literasi menjadi meluas yang mencakup literasi komputer (melek tentang computer), literasi media(melek media), literasi teknologi (melek teknologi), literasi ekonomi (melek ekonomi), maupun literasi informasi (melek informasi). Tidak bisa dipungkiri bahwa literasi dalam baca tulis merupakan dasar untuk memahami literasi-literasi lain.32

2) Ruang Lingkup Literasi

Ruang lingkup literasi seperti konsep kemampuan berbahasa terbagi atas empat aspek atau biasa disebut

―Caturtunggal Bahasa‖ atau kemampuan berbahasa. Dalam ilmu bahasa, keterampilan berbahasa merupakan hal uanh penting bagi seorang pelajar khususnya, karena ketika orang bisa menguasai keterampilan berbahasa seorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.

Tarigan (1990: 351) sejak lama membagi keterampilan berbahasa meliputi empat aspek. Empat aspek tersebut yaitu33:

31 Ni Nyoman Padmadewi dan Luh Putu Artini, Literasi Di Sekolah, Dari Teori Ke Praktik, (Bali:

Nilacakra, 2017), 2.

32 Ibid, 1.

33Farid Ahmadi dan Hamidulloh Ibda, Media Literasi Sekolah (Teori Dan Praktik), (Semarang:

Pilar Nusantara, 2019), 24-28.

(39)

a) Menyimak dan Berbicara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyimak adalah mendengarkan (memperhatikan baik-baik) apa yang diucapkan atau dibaca orang. Sedangkan berbicara ialah berkata, bercakap, berbahasa. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua secara langsung, merupakan komunikasi tatap muka. Diantara menyimak dan berbicara terdapat hubungan yang erat, yaitu ketika ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru. Oleh karena itu, model atau contoh yang disimak serta direkam oleh peserta didik sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.

b) Menyimak dan Membaca

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, mengeja, atau melafalkan apa yang tertulis. Menyimak dan membaca mempunyai persamaan, keduanya bersifat reseptif, menerima. Perbedaannya menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis. Keterampilan menyimak juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif.

(40)

28

c) Berbicara dan Membaca

Berbicara ialah bentuk komunikasi dengan menggunakan media bahasa, berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran. Beberapa penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan uang erat antara perkembangan kecakapan berbicara dan kesiapan membaca.

Kemampuan berbicara dan membaca mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap dan sempurna bila diperlukan, pembedaan-pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan suatu cerita

d) Ekspresi Lisan dan Tulisan

Pada kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan ekspresi merupakan sebuah pengungkapan atau proses menyatakan maksud dan gagasan perasaan. Ekspresi lisan merupakan pengungkapan yang di implementasikan melalui perkataan maupun ungkapan secara langsung.

Kemudian ekspresi tulis adalah pengungkapan yang di implementasikan melalui huruf atau angka (tulisan). Pada dasarnya komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat hubungannya karena keduanya memilki banyak kesamaan.

(41)

Dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup literasi meliputi keterampilan berbahasa yang didalamnya merupakan hal penting bagi peserta didik, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa, seseorang akan lebih mudah dala menangkap ilmu pengetahuan. Keterampilan berbahasa meliputi beberapa aspek, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, keterampilan menulis dan keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis.

(42)

30 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penonjolan proses penelitian dan pemanfaatan lanadasan teori dilakukan agar fokus penelitian sesuati dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar belakang dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.34

Sementara jenis penelitian yang digunakan adalah jenis studi kasus. Studi kasus adalah mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu.35 Dalam penulisan laporan penelitian kualitatif berisi kutipan-kutipan data (fakta) yang diungkap di lapangan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan dalam laporan.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Jember. SMP Negeri 11 Jember merupakan lembaga sekolah umum pada tingkat sekolah menengah atas yang berada di daerah Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember. Peneliti

34Rukin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia, 2019), 6. 35

Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, Dan Jenis, (Jakarta: Kencana, 2019), 50.

(43)

tertarik melakukan penelitian di SMPN 11 Jember karena guru menerapkan program literasi dengan memaksimalkan peserta didiknya menulis jurnal untuk mengetahui minat baca dan menulis peserta didik.

Dan SMPN 11 Jember sendiri pernah mengikuti webinar literasi digital yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jember baru-baru ini. Ini menandakan bahwa literasi di SMPN 11 Jember telah berkembang sejak pembelajaran jarak jauh saat pandemi.

C. Subyek Penelitian

Dalam menentukan sumber data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.36 Pertimbangan terntu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya agar memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi yang diteliti. Adapun subjek penelitian atau informan yang akan terlibat dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.1 Subyek Penelitian

Subyek Penelitian Latar Belakang Keterangan Erayani Purwanti, S.Pd WAKA Kurikulum WAKA Kurikulum

yang mengatur

penyusunan program pembelajaran.

Khulashah, S.Pd.I, M.Pd.I

Pembina Osis dan Urusan Kesiswaan,

Guru pengajar yang menerapkan budaya

36 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2018), 124.

(44)

32

Serta guru PAI di Kelas VIII

literasi dan mengetahui keadaan peserta didik di kelas.

Drs. Zainul Ulum Wali Kelas dan Guru PAI di Kelas VII

Guru pengajar yang menerapkan budaya literasi dengan memaksimalkan

penulisan jurnal di Kelas 7 dan yang mengetahui keadaan peserta didik.

Kelas VII : Nadila Dwi Ocktalisa dan Moch.

Reyhan Maulana Alfa Rizzy

Peserta didik kelas VII

Peserta didik yang menggunakan jurnal untuk literasi

Kelas VIII : Agis Sandy Wicahyadi dan Nayla Trivi Asyh

Peserta didik kelas VIII

Peserta didik yang menggunakan jurnal untuk literasi

D. Teknik Pengumpulan Data

Karena tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data, maka pengumpulan data merupakan langkah strategi dalam sebuah penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam sebuah penelitian ini adalah sebagai berkut:

a. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik observasi non partisipan. Observasi non partisipan adalah peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.37 Melalui observasi, peneliti akan meliahat sendiri secara langsung dari pemahaman yang tidak diucapkan, bagaimana teori dapat digunakan secara langsung, dan tentang sudut pandang

37 Ibid, 312.

(45)

responden yang mungkin terlewatkan disampaikan pada saat dilakukan wawancara atau lainnya.38

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam penelitian ini diperoleh gambaran umum SMP Negeri 11 Jember, tentang profil sekolah, dan informasi kegiatan pembelajaran.

Teknik observasi langsung digunakan dengan cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala yang tampak pada objek penelitian yang dilakukan secara langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi itu terjadi.

Artinya, penulis melakukan observasi secara langsung melalui dirinya sendiri masuk ke dalam tempat di mana suatu peristiwa itu terjadi.

Dalam hal ini, peneliti melakukan secara langsung di kelas pada saat pembelajaran PAI berlangsung. Peneliti melihat dan mengamati proses pembelajaran hingga akhir, bagaimana guru dalam memberikan teladan dalam proses belajar dan bagaimana respons yang diberikan peserta didik pada saat itu. Yang peneliti dapatkan dari proses observasi tersebut adalah kegiatan budaya literasi yang dilakukan pada jam kedua pada pukul 08.30 WIB peserta didik melakukan kegiatan literasi yakni membaca buku pelajarannya selama 15 menit sebelum pembelajaran. Kemudian guru akan memberikan waktu peserta didik apakah ada yang belum dipahami untuk kemudian dijelaskan. Setelah

38Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang Dan Melakukan Penelitian Kualitatif (Bandung: Dunia Pustaka Jaya, 2002), 110.

(46)

34

itu dilanjutkan dengan menulis rangkuman materi yang tadi sudah dijelaskan oleh guru untuk kemudian di beri tanda-tangan dan akan dijadikan buku untuk ditaruh di pojok literasi saat semua materi telah selesai dijelaskan.

Dalam proses literasi tersebut peneliti melihat empat tahapan yang biasa digunakan yaitu membaca, menyimak, menulis, dan menyampaikan materi yang diajarkan guru.

b. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap observasi partisipasi pasif guna memperoleh sumber data yang lebih mendalam. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.39

Jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara semi- terstruktur. Wawancara semi-terstruktur yaitu wawancara yang sudah dipersiapkan, akan tetapi memberikan keleluasaan kepada responden untuk menerangkan agak panjang mungkin tidak langsung fokus bahasan/pertanyaan, atau mungkin mengajukan topik bahasan sendiri selama wawancara berlangsung.40

Adapun data yang ingin diperoleh dari kegiatan wawancara ini adalah peran guru PAI sebagai teladan, mediator, dan fasilitator

39 Ibid, 317.

40 Mamik, Metodologi Kualitatif, (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015), 115.

(47)

dalam meningkatkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri 11 Jember, serta data penunjang dari data yang sudah diperoleh.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.41

Selain bentuk-bentuk dokumen, bentuk lainnya adalah foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain akan mengungkap suatu situasi pada detik tertentu sehingga dapat memberikan informasi deskriptif yang berlaku saat itu.

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan mengambil foto atau gambar pembelajaran dan kegiatan uanh berkaitan dengan literasi yang ada di SMP Negeri 11 Jember untuk lampiran sebagai pelengkap dua teknik sebelumnya guna mendapatkan sumber data yang lebih akurat dan untuk melengkapi data-data yang dianggap kurang.

E. Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data selama di lapangan model Miles and Huberman, yaitu analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

41 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D), 329.

(48)

36

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Berikut langkah-langkah teknik analisis data model Miles and Huberman42:

a. Kondensasi Data

Kondensasi data merujuk pada proses pemilihan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentranformasikan data yang mendekati keseluruhan bagian dari catatan lapangan secara tertulis, transkrip wawancara, dokumen-dokumen dan materi-materi empiris.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyajian dari informasi yang memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian data membantu dalam memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu, termasuk analisis yang lebih mendalam atau mengambil aksi berdasarkan pemahaman.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menrik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan penjelasan. Kesimpulan-kesimpulan ―final‖ mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

42 Abdul Majid, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Makassar: Aksara Timur, 2017), 56-57.

(49)

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

F. Keabsahan Data

Pada penelitian ini dalam hasil pengujian keabsahan data yang diperoleh menggunakan teknik triangulasi. Menurut Mamik triangulasi merupakan teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.43 Sedangkan menurut Sugiyono triangulasi adalah sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.44

Pengecekan keabsahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunaan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.45

Adapun penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapat data dari sumber yang sama yaitu data wawancara baik dari

43 Mamik, Metodologi Kualitatif, 117.

44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D), 330.

45 Ibid, 312.

(50)

38

WAKA Kurikulum, Guru PAI, dan peserta didik dibandingkan dengan hasil pernyataan sekaligus dokumentasi. Misalnya menurut WAKA Kurikulum Ibu Eriyani Purwanti, S.Pd., bahwa sebelum pelajaran dimulai siswa akan diberikan waktu selama 15 menit untuk melakukan literasi seperti membaca, setelah itu peneliti bertanya kepada peserta didik apakah benar sebelum pelajaran dimulai mereka diberi waktu 15 menit untuk membaca dibuktikan dengan dokumentasi ternyata benar, bahwa guru akan memberikan 15 menit sebelum pelajaran dimulai untuk peserta didik membaca.

Sedangkan triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data yang bersumber dari informan yang berbeda dengan teknik yang sama, seperti peneliti melakukan observasi di SMP Negeri 11 Jember untuk mengetahui peran guru sebagai teladan. Dengan guru masuk ke kelas tepat waktu dapat menimbulkan dampak positif bagi peserta didik, karena dengan adanya perilaku guru yang memebrikan teladan dalam mengikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan sekolah sehingga peserta didik mencontoh perbuatan tersebut.

G. Tahap-tahap Penelitian

Bagian ini menguraikan proses pelaksanaan penelitian, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, dan sampai pada penulisan laporan.46 Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagaai berikut:

46 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, 94.

(51)

1. Tahap Pra Lapangan

Yaitu tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian yaitu menentukan obyek penelitian pada tanggal 02 Maret 2021. Selanjutnya peneliti mulai mengajukan judul penelitian dan latar belakang penelitian pada tanggal 23 Maret 2021, serta mengecek secara langsung lokasi dan objek yang akan diteliti pada tanggal 07 April 2021. Kemudian membuat matrik dan proposal penelitian yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing pada tanggal 25 Oktober 2021. Dan pada tanggal 09 November 2021 peneliti melakukan ujian seminar proposal secara online di aplikasi Google Meet dengan disaksikan oleh dosen pembimbing dan teman-

teman yang hadir saat itu. Kemudian peneliti melakukan revisi proposal sembari melakukan penelitian pada tanggal 15 November 2021, kemudian menyetor revisi proposal kepada dosen pembimbing pada tanggal 17 November 2021.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Yaitu tahapan dimana peneliti mulai terjun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh dan mencatat data-data yang akan ditulis dalam laporan hasil penelitian melalui teknik observasi, wawancara, dam dokumentasi sesuai dengan ijin penelitian selama 21 hari yaitu pada tanggal 15 November – 8 Desember 2021.

(52)

40

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini merupakan tahapan akhir dari proses penelitian, pada tahapan ini peneliti mengelola data yang telah diperoleh dari berbagai sumber saat penelitian. Peneliti juga akan membuat kesimpulan yang akan disusun ke dalam laporan hasil penelitian, pada tanggal 15 Desember 2021.

(53)

41 BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Obyek Penelitian

1. Sejarah Singkat Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Jember a. Masa Perintisan

Didirikan pada tahun 1959 dengan nama SGA (Sekolah Guru Atas). Kemudian pada tahun 1967 berubah fungsi menjadi SKP (Sekolah Kepandaian Putri). Pada tahun 1967 berubah fungsi menjadi SKP (Sekolah Kepandaian Putri). Pada tahun 1971 berubah nama menjadi SKKP (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Putri). Pada tahun 1991 berubah fungsi menjadi lagi menjadi SMP Negeri 11 Jember. Pada tahun 1997 secara nasional berganti nama menjadi SLTP Negeri 11 Jember. Lalu mulai tanggal 1 Mei 2004 nama berubah kembali menjadi SMP Negeri 11 Jember.47

b. Masa Perkembangan

SMP Negeri 11 Jember merupakan peralihan dari sekolah kejuruan yaitu SKKP Negeri Jember. Alih fungsi menjadi SMP Negeri 11 Jember dilakukan pada tanggal 15 Mei 1992 dengan Surat Keputusam Nomor : 241/0/1992.

SMP Negeri 11 Jember terletak di Jl. Letjen Suprapto 110 Jember, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember. Lokasi ini berada di tengah kota, sehingga keberadaannya

47Tim Penyusun, Buku Profil SMP Negeri 11 Jember Tahun Ajaran 2019/2020 (Jember: SMP Negeri 11 Jember, 2019), 3.

(54)

sangat diperhitungkan masyarakat. Adanya perubahan pimpinan sekolah dapat membawa SMP Negeri 11 Jember menjadi sekolah yang dewasa. Dalam perkembangannya SMP Negeri 11 Jember berusaha untuk mensejajarkan dirinya dengan kota yang sudah lebih dahlu memiliki banyak pengalaman. Sejak berdirinya SMP Negeri 11 Jember d

Gambar

Tabel 3.1  Subyek Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian yaitu bahwa peran guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik di SMP PGRI 6 Bandar Lampung Kecamatan Sukarame Kabupaten

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Kegiatan Shodaqoh Peserta Didik di SMAN 2 Malang Dalam mengamalkan nilai-nilai religius khususnya kegiatan bershodaqoh di SMAN 2 Malang, guru

Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Motivator dalam Meningkatkan Nilai Religius melalui Shalat Jum‟at Peserta Didik di SMP Negeri I Ngantru Tulungagung ... Peran

Hasil penelitian di SMP Katolik Widyatama Kota Batu tentang peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menumbuhkan nilai-nilai religious pada peserta didik adalah

STRATEGI PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI 1..

Berdasarkan paparan data tersebut, dapat diketahui bahwa peran guru sebagai penasehat dalam membentuk karakter disiplin siswanya di SMP Negeri 11 Jember yaitu memberikan masukan yang

Sedangkan Menurut pendapat Ibu Lis Ma’rifah, S.Pd.I pengampu mata pelajaran Fiqih menanggapi tentang peran guru PAI dalam menanggulangi perilaku menyimpang peserta didik MTs Hasyim

Menurut analisa penulis bahwa seorang guru memiliki peran yang teramat penting dan peranan tersebut cukup berat untuk dilakukan, karena seorang guru harus mampu untuk menjalankan