• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Mataram

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Mataram"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

i TESIS

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMA NEGERI 5 MATARAM TAHUN

AJARAN 2021

Pembimbing:

Dr. IWAN FITRIANI, M.Pd.

Dr. H. MUH. FACHRI, M.Pd.

Oleh:

NUR AMALIA NIM 190401015

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMA NEGERI 5 MATARAM

TAHUN AJARAN 2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

v

(5)

vi

NUR AMALIA

Pascasarjana UIN Mataram, NTB, Indonesia Email: nuramaliaa1996@gmail.com

ABSTRAK

Telah ditemukan bahwa di sekolah ini terdapat banyak keberagaman baik dari agama, budaya, bahasa, suku, maupun adat istiadat. Namun hal ini bukanlah menjadi pemicu lahirnya konflik. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Mataram. Tujuan penelitian ini: (1) Untuk menggali informasi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural siswa, (2) Untuk menemukan tantangan yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural Siswa (3) Untuk menganalisa strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural siswa.

Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Proses analisa data menggunakan teori Miles dan Huberman yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) Peran Guru Pendidikan Agama Islam yaitu guru sebagai demonstrator, guru sebagai komunikator, guru sebagai motivator, dan guru sebagai pendidik dan pengajar nilai multikultural siswa. (2) Tantangan yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural Siswa tidak ditemukan secara signifikan. Guru Pendidikan Agama Islam bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat di sekolah untuk menjaga persatuan. (3) Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural siswa dilakukan melalui kegiatan imtaq, pembinaan kerohanian, doa bersama, pertunjukan budaya melalui perayaan hari besar keagamaan, pelaksanaan pentas seni/iven dengan memakai pakaian adat, melaksanakan kegiatan sosial, dan penyuluhan penguatan multikultural.

Kata kunci: Peran Guru PAI dan Pendidikan Multikultural

(6)

vii

م رود سرد ميلعتلا ريوطت يف يماسإا ينيدلا يبرتلا ما

ددعت لل افاقث

يموكحلا يوناثلا سردماب 5

ماراتام يساردلا نسلل

2ة2ت

: بلاطلا دادعإ رون ايلمأ

:ليجستلا مقر ...

صخلما

دجو دقو غثحابلا ػ

يف ڗأ غسٙدماه٘ه نم عونتلا

غيحانلا نيدلا

غي غغللاو غفاقثلاو

ا٘ه نكلو بػاداعلاو غليبقلاو سيل عونتلا

عارص اضقانت وأ ا ثحبلا ا٘ه ڬرج دقو ب

غسٙدماب

غيوناثلا غيموكحلا

بماٙاتام 5 امأو

ضارغأا نم

ا٘ه لا ثحب ( : ت ٙود لوح ػامولعما فاشكتسا )

( ،ػافاقثلا ددعتم باطلا ږيلعت ريوطت يف غيماسإا غينيدلا غيبرتلا يملعم 2

ػايدحتلا داجيإ )

( باطلل ػافاقثلا ددعتم ږيلعت ريوطت يف غيماسإا غينيدلا غيبرتلا وملعم اههجاوي يتلا 3

)

اسإا غينيدلا غيبرتلا يملعم غيجيتارتسا ليلحتل بباطلل ػافاقثلا ددعتم ږيلعت ريوطت يف غيم

و لا لخدما وه ثحبلا ا٘هل مدختسما لخدما يعون

جهنماب لاحلا غساٙد غ

ب غقيرط امأو

ػانايبلا عمج اهنم

لباقما غ حاماو غظ بقئاثولاو و

ليام مادختساب ػانايبلا ليلحت يهو ڗامربهو س

ضيفخت ققحتو ، ػانايبلا ضرعو ، ػانايبلا

اه لا ب جئاتن يه ثحبلا ا٘ه نم (

ت م ٙود )

ٝٙد

ك وه غيماسإا غينيدلا غيبرتلا ما

رهاظت ريسما وأ و ،

ك ٝٙد ما ما ،لصاوت و

و ،عفادلا ا ءاطعإ

ږيقل

( بباطلل ػافاقثلا عددعتما 2

دجوت ا ) لا

ػايدحت لا

عريبك ي هجاو ا

ٝٙد م غينيدلا غيبرتلا

فاقثلا ددعتما باطلا ږيلعت ريوطت يف غيماسإا بػا

و لمعي

ٝٙدما عمتجما رصانع عيمج عم

ل ٝٙادما يف مل

ظافح غ بعدحولا ګلع (

3 ) و ددعتما باطلا ږيلعت ريوطت يف غيجيتارتسا ٘فنت

غطشنأ لاخ نم ػافاقثلا غينيدلا ږيلعتلا

،يحورلا ظيٙدتلاو ، نفلا ضارعتساو

نم غيفاقثلا

،غيعامتجاا غطشنأاب مايقلاو ،غيديلقتلا سباما ءادتٙا لاخ نم غينيدلا دايعأا لاخ ږيدقتو غيعوتلا

بغيفاقثلا غيددعتلا ٜيٜعتل

:غيسئرلا ػاملكلا ٙود

، ٝٙد ما

فاقثلا ددعتما

غب

(7)

viii

THE ROLE OF ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION TEACHERS IN MULTICULTURAL EDUCATION AT SMA NEGERI 5 MATARAM

ACADEMIC YEAR 2021 By:

NUR AMALIA NIM: 190401015

ABSTRACT

It was found that there is a lot of diversities in terms of religion, culture, language, ethnicity, and customs, yet this is not a trigger for conflict emergence. This research was conducted at Senior High School No. 5 Mataram. The purposes of this study: (1) To explore information on the role of Islamic Religious Education Teachers for fostering students' multicultural education, (2) To find the challenges facing the teachers, (3) To analyze the strategies of the teachers. This study was qualitative with a case study design where the data were collected through interviews, observation, and documentation. The data were analyzed using the theory of Miles and Huberman, which is data reduction, data display, and data verification. The results of the study showed that (1) the role of teachers was as demonstrators, communicators, motivators, educators, and teaching students' multicultural values. (2) The challenges faced were not found significantly. The teachers collaborate together with all elements of society in schools to maintain unity. (3) The strategy of teachers for fostering students' multicultural education is conducted through imtaq activities, spiritual development, prayer together, cultural performances through celebrations of religious holidays, performing arts/events by wearing traditional clothes, doing social activities, and counseling on multicultural strengthening.

Keywords: The Role of Islamic Education Teachers and Multicultural Education

(8)

ix MOTTO

اَ يَأٓ َي سانلٱ نِإ ۚ ا ٓو فَراَعَتِل َلِئٓاَبَق َ ابو ع ش ۡم ك َنۡلَعَج َ ىَثن أ َ رَكَ نِ م م ك َنۡقَلَخ انِإ

َ نِع ۡم كَم َرۡكَأ نِإ ۚۡم ك ىَقۡتَأ ِّٱ

َّٱ ٞريِبَخ ٌميِلَع ١٣

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku- suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

(9)

x

PERSEMBAHAN

Dengan penuh keikhlasan, semangat, tekad dan do’a serta ketulusan hati alhamdulillah akhirnya tesis ini dapat terselesaikan. Sebagai rasa syukur serta rasa terimakasih, tesis ini penulis persembahkan untuk pihak yang memberikan banyak arti dalam perjalanan hidup selama ini yaitu:

1. Allah SWT yang telah memberikan karunia serta rahmat-Nya kepada penulis.

2. Kakek tercinta H. Yusuf dan Nenek tercinta Hj. Fatimah yang selalu menyayangi penulis denagn setulus hati tanpa mengeluh, tanpa meminta balas kasih.

3. Bapak tercinta Bunyamin dan ibu tercinta Hadijah, yang selalu memberikan curahan kasih sayang, dorongan yang tidak terkira serta senantiasa memohon kepada Allah SWT melalui rangkaian do’a yang selalu dipanjatkan setiap waktu sehingga tesis ini dapat terelesaikan.

4. Adik tercinta Muhammad Putra Rizki, Muhammad Fadilah, dan Muhammad Yuzarsif Al-Kholis serta keluarga yang selalu memberikan semangat dan bantuan untuk memudahkan proses penyusunan tesis ini.

5. Muhammad Azmin dan Nursalam kakak tercinta yang selalu memberikan semangat serta dukungan yang tiada henti selama penyusunan tesis ini.

(10)

xi

6. Sahabat tercinta Putri, Ayu, Atty, Remanda, Intan, dan iza, yang selalu memberikan semangat serta dukungan dan do’a yang tiada henti sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

7. Keluarga besar H. Murtada terimakasih selalu meluangkan waktunya untuk membantu dan memberikan semangat yang tidak terkira.

8. Teruntuk teman seperjuangan PAI A angkatan 2019 yang sudah menjadi teman yang baik untuk berbagi cerita dan berbagi semangat selama penyusunan tesis ini.

(11)

xii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Tesis yang berjudul Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Pendidikan Multikultural Di SMA Negeri 5 Mataram Tahun Ajaran 2021, akhirnya dapat penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujianTesis guna memperoleh gelar strata dua (S.2) pada Prodi Pendidikan Agama Islam Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Mataram.

Penulis menyadari dalam proses penyusunan tesis ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu antara lain:

1. Bapak Dr. Iwan Fitriani, M.P.d selaku Pembimbing I dan Dr. Muh. Fachri, M.Pd selaku Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail secara terus menerus tanpa bosan di tengah kesibukannya sehingga tesis ini bisa disusun dengan baik dan selesai tepat waktu.

2. Bapak Dr. Fathurrahman Mukhtar, M.Ag, selaku Kaprodi program studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram.

(12)

xiii

3. Bapak Prof. Dr. Suprapto, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana UIN Mataram.

4. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Mataram.

5. Bapak Drs. H. Masruri selaku Kepala SMA Negeri 5 Mataram, serta Bapak/Ibu guru yang tidak henti-hentinya memberikan support dan semangat kepada penulis 6. Bapak, Ibu, Kakek, Nenek, Kakak, Adik tercinta, dan semua keluarga yang saya hormati dan sayangi yang terus memberikan dukungan dan do’a tanpa letih memperjuangkan pendidikan dan kehidupan penulis

7. Teman-teman penulis, khususnya kelas A PAI angkatan 2019 yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk tetap kuat dan semangat dalam menjalankan segenap amanah

8. Dan semua pihak yang mendukung penyelesaian penulisan ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga karya ini dapat bermanfaat. Aamin Ya Rabbal ’alamin.

Mataram, Juni 2021 Penulis

Nur Amalia

(13)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

COVER DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HASIL CEK PLAGIASI ... v

ABSTRAK ... vi

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan dan Manfaat ... 13

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 15

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 16

F. Kerangka Teori ... 20

1. Pembinaan Pendidikan Multikultural ... 20

2. Guru Pendidikan Agama Islam ... 31

3. Tantangan Pendidikan Multikultural ... 40

4. Strategi Guru PAI dalam pembinaan pendidikan multikultural ... 42

G. Metode Penelitian ... 47

1. Pendekatan Penelitian ... 47

2. Kehadiran Peneliti ... 48

3. Lokasi Penelitian ... 49

(14)

xv

4. Sumber data ... 50

H. Teknik Pengumpulan Data ... 52

I. Teknik Analisis Data ... 55

J. Sistematika Pembahasan ... 59

K. Jadwal Penelitian ... 60

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 61

A. Gambara Umum Lokasi Penelitian ... 61

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 5 Mataram ... 61

2. Letak Geografis SMA Negeri 5 Mataram ... 62

3. Visi Dan Misi SMA Negeri 5 Mataram ... 63

B. Peran guru PAI Dalam pembinaan pendidikan multikultural di SMA Negeri 5 Mataram ... 68

C. Tantangan Yang Di Hadapi Guru PAI Dalam Pembinaan Pendidikan Multikultural Di SMA Negeri 5 Mataram ... 83

D. Strategi Guru PAI Dalam Pembinaan Pendidikan Multikultural Di SMA Negeri 5 Mataram ... 90

BAB III PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 97

A. Peran guru PAI Dalam pembinaan pendidikan multikultural di SMA Negeri 5 Mataram ... 97

B. Tantangan Yang Di Hadapi Guru PAI Dalam Pembinaan Pendidikan Multikultural Di SMA Negeri 5 Mataram ... 110

C. Strategi Guru PAI Dalam Pembinaan Pendidikan Multikultural Di SMA Negeri 5 Mataram ... 118

BAB IV PENUTUP ... 129

A. Kesimpulan ... 129

B. Impilkasi Teori ...130

C. Saran ...131

DAFTAR PUSTAKA ...133

(15)

xvi

DAFTAR TABEL Tabel 1 Jadwal Penelitian

Tabel 2 Daftar Siswa berdasarkan Agama di SMA Negeri 5 Mataram Tahun 2020-2021

(16)

xvii

TABEL GAMBAR

Gambar 1 Alur Perencanaan Implementasi PAI dalam Penguatan Karakter Religius dan Sikap Peduli Sosial di SMA Negeri 5 Mataram

Gambar II Komponen dalam analisis data (flow model).

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah bangsa yang plural dan multikultural. Seperti dalam sebuah penelitian etnologis, kabarnya sekitar 740 etnis, 400 bahasa, 6 agama, dan 17 ribu pulau yang dimiliki oleh bangsa indonesi.1 Keragaman yang terjadi ini merupakan suatu kekayaan yang patut dilestarikan dan dijaga bagi keberadaan suatu bangsa.

Berbagai macam, agama, budaya, bahasa suku, maupun adat istiadat kerap ada dalam sebuah lingkungan pedidikan. Problematika yang terjadi dalam sebuah lembaga pendidikan diharapkan tidak menjadikan berbagai elemen yang terdapat di dalamnya terpecah belah. Hal ini dimaksudkan agar guru, siswa, dan seluruh masyarakat yang ada di dalam lembaga pendidikan bisa hidup rukun dan damai. Mereka diharapkan menjalin kerja sama serta berlomba-lomba dalam kebaikan dikehidupan yang sangat kompetitif ini.2

Untuk menghindari berbagai macam konflik yang memungkinkan bisa timbul seperti : saling menghina antara siswa dengan siswa, kurangnya saling menghargai, klaim kebenaran atas golongan, dan sebagainya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah adanya pembinaan guru Pendidikan Agama Islam

1Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011), 4.

2Choirul Mahfud, Pendidikan Multicultural, 6.

(18)

dalam mengedukasikan keberagaman, agama, budaya, bahasa, mapun suku dalam sebuah lembaga sekolah yang multikultur.

Hal ini disebabkan karena guru Pendididkan Agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membina anak bangsa.Dalam UU 1945 (amandemen ke-4) pasal 31 ayat 3 Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan menjelaskan bahwa :

“pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diartur dengan undang-undang.3 Sangatlah penting pembinaan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina siswa multikultural.”

Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam pendidikan terutama guru Pendidikan Agama Islam. Oleh Karen itu guru Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai multikultural dalam tugasnya, sehingga mampu melahirkan peradaban yang toleran, demokrasi, tenggang rasa, keadilan, harmonis, serta nilai-nilai kemanusiaan lainnya.4

Gesekan dan konflik memang kerap terjadi karena memang hal itu bagian dari dinamika masyarakat. Namun semua gesekan yang ada masih dalam tahap terkendali. Keadaan berubah ketika masyarakat tak mampu menyikapi dan

3Amandemen-pasal-31-ayat-1234-dan-5 tentang pendidikan” (Online) (http://www.blogdetik.com) diakses pada tanggal 28 September 2020.

4Ni’matul khikmah dan Muhammad solihun, “ Peran Guru Agama Islam Dalammenerapkan Nilai-Nilaimultikultural Terhadap Peserta Didik Di Smp Negeri 01 Purwadodi, Al- Murabbi, 4, no 2, (Desember 2018): 20.

(19)

mengelola perbedaan dan konflik yang ada menjadi energi sosial bagi pemenuhan kepentingan bersama.5

Konsep multikulturalisme sebetulnya adalah istilah yang relatif baru.

Gerakan multikultural muncul pertama kali di Kanada dan Australia, Amerika Serikat, Inggris dan Jerman sekitar tahun 1970-an. Secara akademis konsep ini menggambarkan tentang realitas keragaman yang dibayangkan dapat hidup dalam sebuah harmoni.6 Gerakan multikulturalisme dan kajian tentang pendidikan multiKultural mulai marak pada awal tahun 1960-an di Amerika Serikat. Hal itu sejalan dengan gerakan sipil kaum kulit hitam (Black Amerika), dan etnik minoritas yang berasal dari berbagai Negara di luar amerika eropa.7

Pendidikan multikultural yakni gagasan dan kesadaran tentang interkulturalisme setelah perang dunia kedua. Interkulturalsme ini berkaitan dengan perkembangan politik internasional menyangkut HAM, kemerdekaan diri, diskriminasi rasial, dan meningkatnya pluralitas negara-negara barat, dan lain-lain. Fokus pendidikan multikultural tidak diarahkan kepada kelompok- kelompok rasial yang maenstream.8

Multikulturalisme merupakan ideologi yang lebih menekankan pada kesederajatan kebudayaan, artinya multikulturalisme menjunjung tinggi pentingnya saling menghormati antara berbagai latar belakang kebudayaan yang

5Abdul Wahid, Pluralisme Agama, (Mataram: LEPPIM, 2016), 2.

6Bhiku Parekh, Rethinking Multikulturalism: Keberagaman Budaya Dan Teori Politik, (Yogyakarta: Impulse), 299.

7Choirul Mahfud, Pembelajaran Pendidikan Agama, 2.

8Abdul Wahid, Pluralisme Agama, h.4.

(20)

berbeda. Penghormatan yang menjadikan setiap kelompok, termasuk kelompok minoritas, mengekspresikan kebudayaan mereka tanpa mengalami prasangka buruk dan permusuhan.9

Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya di Kota Mataram adalah daerah yang sangat kaya dengan keanekaragaman masyarakat yang mendiaminya.

Keragaman ini diantaranya ras, suku, budaya, adat istiadat dan agama. Hal ini ditandai dengan adanya suku Sasak, Samawa, dan Mbojo. Di samping itu keragaman dari segi adat istiadat, terdapat parade ogoh-ogoh, adat nyongkolan, merarik atau selarian pada acara resepsi masyarakat Lombok, lebaran topat.

Pada bidang agama terdapat agama Islam, Hindu, protestan, khatolik dan Budha.10

Adapun tujuan pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan kesadaran dan penegasan untuk tidak hanya saling menghormati agama lain, tetapi memberi serta memfasilitasi yang lain untuk mengaktualisasikan apa yang selama ini diyakininya, pendidikan multikultural diharapkan mampu memayungi berbagai keberagaman.11 H A R. Tilaar dalam bukunya yang berjudul Mulikulturalisme Tantangan Global Masa Depan Dalam Transformasi Pendidikan Nasional, mengatakan bahwa multikulturalisme adalah proses

9Khamami Zada, Dkk, “Pemahaman Keagamaan Kelompok Islam Radikal terhadap Pengembangan Multikulturalisme,” Istiqro, No 01 (2006): 4.

1010https://utamidkusumawati.com/2012/08/12/semangat-multikulturalisme-di-Lombok/

diakses pada tanggal 28 desember pukul 14.02.

11Abdul Wahid, Pluralisme Agama, 4-5.

(21)

pembudayaan dan oleh sebab itu pembudayaan masyarakat multikulturalisme hanya dapat diciptakan melalui proses pendidikan.12

Pada erareformasi dan komunikasi seperti ini, kebaradan seorang guru akan tetap memegang peranan penting yang belum dapat digantikan oleh mesin, radio, atau computer yang paling canggih sekalipun.13 Karena guru bagian penting dalam proses pendidikan. Peran guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam kaitannya denganpembinaan dalam sekolah yang multikultural ini yaitu dengan memberikan pemahaman bahwa agama Islam merupakan agama yang sangat toleran.

Dapat dikatakan bahwa selain memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk tetap menghargai perbedaan, baik antara agama, suku, budaya maupun bahasa. Serta guru harus selalu memberikan contoh kepada peserta didik baik di dalam maupun diluar kelas untuk tetap saling menghargai.

SMA Negeri 5 Mataram adalah salah satu sekolah menengah atas yang berada di kota mataram. Sekolah ini mejadi salah satu sekolah yang mampu merangkul berbagai perbedaan yang terdapat didalamnya untuk saling menghormati dan mengayomi antara satu dengan yang lain. Guru Pendidikan Agama Islam menjadi salah satu elemen yang sangat penting dalam membina masyarakat yang multikultural, disebabkan mampu menjalankan tugasnya sebagai pengajar, pembimbing, dan pembina bagi sekolah yang multikultural.

12H.A.R. Tilaar, Pendidikan Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan Dalam Transfomasi Pendidikan Nasional,(Jakarta: PT Grafindo, 2004), 27.

13Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses BelajarMengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2003), 12.

(22)

Baik melalui pembinaan terhadapa kegiatan yang tercantum dalam kurikuler maupun pembinaan yang tercantum dalam ekstrakurikuler.14

Telah ditemukan bahwa di sekolah ini terdapat begitu banyakkeberagaman baik dari latar belakang agama (Islam, Kristen, Hindu, Budha), budaya (tradisi-tradisi), bahasa (Sasak, Mbojo, Sumbawa, jawa, NTT, suku (Sasak, Mbojo, subawa), maupun adat istiadat (tarian, upacara, pentas seni) yang beragam. Begitu banyak keberagaman yang ada, akan tetapi Keberagaman ini bukanlah menjadi pemicu lahirnya konflik. Tetapi menjadi pemersatu untuk saling menjaga dan melestarikan kekayaan keberagaman yang terdapat di dalamnya.15

Seperti sekolah menengah atas pada umumnya, secara kurikuler SMA Negeri 5 Mataram setiap minggu memberikan 3 jam pelajaran agama Islam dan 3 jam pelajaran untuk agama Hindu, Budha Dan Kristen. Setiap jam agama masing- masing siswa yang beragama lain dikumpulkan di sebuah ruangan lain untuk diberikan pencerahan atau penguatan karakter oleh guru BK atau guru lainnya. Dan untuk agama yang benar-benar minoritas seperti agama Budha dan Kristen di sekolah tersebut dikumpulkan disebuah kelas untuk menerima pembinaan dari guru BK atau guru lainnya, agar tidak terjadi kecemburuan yang menyebabkan para siswa merasa diberlakukan berbeda. Sedangkan secara ekstra kurikuler siswa dibiasakan berdoa sebelum mata pelajaran dan sesudah mata

14 Observasi awal, 27 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

15 Observasi awal, 27 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

(23)

pelajaran berlangsung, imtaq setiap hari Jum’at dan hari Senin untuk agama Islam dan pembinaan kerohanian untuk agama yang lain.16

Sekolah memberikan keluasan untuk para siswa memeluk agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing, beribah sesuai dengan keyakinan masing- masing. Namun sarana ibadah yang tersedia di sekolah tersebut hanya sebuah musholah yang diperuntukkan untuk agama Islam sebagai penganut agama mayoritas di sekolah tersebut. Hal ini desebabkan karena hanya agama Islam yang melakukan ibadah tepat waktu seperti sholat dzuhur bersama apabila adzan berkumandang, dan sholat dhuha rutin untuk setiap hari Jum’at. Sedangkan untuk agama lain hanya melakukan ritual ibadah pada hari-hari atau perayaan waktu-waku tertentu saja. Sehingga tidak disediakan sarana ibadah secara massif untuk agama selain agama Islam.17

Guru yang terdapat di sekolah tersebut mayoritas guru beragama Islam, dan disusul beberapa guru beragama Kristen, agama Hindu, dan agama Budha.

Sedangkan di sekolah tersebut minoritas beragama Hindu dan Budha. Kendati demikian, jika ada siswa yang beragama Hindu dan Budha, tidak menjadikan antara siswa dan guru menjadi miskomunikasi. Kerukunan dan saling menghormati tetap dijaga dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungan sekolah SMA Negeri 5 Mataram. Tentu hal ini tidak terlepas dari peran guru-guru di sekolah tersebut, terutama guru Pendidikan Agama Islam

16 Observasi awal, 28 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

17 Observasi awal, 28 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

(24)

yang sebagai agama mayoritas dengan pemeluk terbanyak di sekolah tersebut melakukan pembinaan iman dan taqwa untuk agama Islam, khususnya di waktu tertentu (missal hari jum’at dan hari senin ). Setiap jam mata pelajaran pendidikan agama Islam dilakukan pembinaan pula pada siswa yang beragama lain dengan tetap memberikan pengarahan tentang pentingnyamenghargai perbedaan.Seperti: mendukung kegiatan sosial yang melibatkan semua siswa yang berasal dari latar belakangyang berbeda, mendukung para siswa untuk mengadakan iven/pentas seni, mengkomunikasikan kepada siswa agar tetap menjalin kerukunan dalam hidup bersama di lingkungan yang multikultural.18

Guru merupakan salah satu faktor yang penting untuk mengedukasikan nilai-nilai kebaragaman di sekolah terutama pada perbedaan agama (Islam, Kristen, Hindu, Budha), budaya (tradisi-tradisi), suku (Mbojo, Samawa, Sasak), maupun bahasa (Bima, Sumbawa, Lombok, Jawa, NTT) yang berbeda.

Keberadaannya bukan hanya mengajar, membina dan membimbing para siswa yang memiliki latar belakang yang sama. Namun juga sebagai pengokoh, pemersatu dan penguat untuk saling mengikat, sehingga guru Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menciptakan peradaban yang toleran dan harmonis sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan lainnya.19

Diharapkan guru dan para siswa serta semua elemen yang terdapat dalam lembaga sekolah tersebut memiliki rasa saling menghormati dan kepekaan yang

18 Observasi awal, 28 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

19 Observasi awal, 28 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

(25)

tinggi untuk saling menghargai.Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam lingkungan sekolah yang multikultural.20

Beradasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hasanudin selaku guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 5 Mataram, mengatakan bahwa memang benar siswa-siswinya berasal dari berabagai agama, budaya, bahasa, maupun suku yang berbeda. Hal ini akan tetapi tidak menjadikan siswa dan siswi tersebut menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti klaim kebenaran antar siswa, terjadi bentrokan baik secara fisik maupun psikis yang terjadi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan guru. Hal ini karena telah diikat oleh aturan yang telah disepakati secara bersama, dan telah dilakukan pembinaan multikultural baik di dalam kelas maupun diluar kelas, baik secara kurikuler maupun ekstrakurikuler.21

Meskipun berasal dari beberapa latar belakang yang berbeda tetap menjadi satu kesatuan yang saling memahami, mengayomi, menghargai, sehingga dapat hidup secara rukun.

Dari latar belakang suku ada yang berasal dari Bima-Dompu yang membawa suku Mbojo, dari Sumbawa dengan suku Samawa, Lombok dengan suku Sasak dan bahkan ada juga yang berasal dari luar Provinsi NTB, yakni dari NTT, Bali, dan Jawa. Dari latar belakang budaya dituangkan dalam bentuk

20Observasi awal, 29 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

21Wawancara, 27 September 2020 di SMA Negeri 5 Mataram

(26)

tradisi-tradisi yang biasanya dipersembahkan dalam pentas seni yang menjadi salah satu kegiatan sekolah untuk tetap menjaga kelestarian budaya masing- masing. Dari latar belakang bahasa, siswa-siswa di SMA Negeri 5 Mataram juga memilki perbedaan bahasa yaitu bahasa Bima, Sumbawa, Lombok, Flores, Bali dan Jawa. Dari latar belakang agama atau keyakinan yakni ada yang beragama Islam, Hindu, Kristen dan Budha. Keberagaman latar belakang di lingkungan sekolah tersebut tidak pernah terjadi konflik, seperti: saling menghina antara siswa dengan siswa maupun klaim kebenaran atas golongan.22

Adapun pembinaan yang dilakukan antara lain dalam bidang agama seperti melakukan Imtaq pada setiap hari jum’at dan senin dengan tujuan menumbuhkan sikap saling menghargai dan mengormati antar siswa, menjalin hubungan yang humoris, membelajarkan hidup rukun, menanamkan sikap toleransi antar siswa untuk membina karakter siswa. Melakukan doa bersama ketika sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar dilakukan. Setiap agama berkesempatan mendapatkan pembinaan sesuai dengan keyakinan mereka.Siswa yang beragama Islam dibina oleh guru PAI, siswa yang beragama Kristen di bina oleh guru yang beragama Kristen, dan siswa yang beraga Hindu dan Budha dibina oleh guru yang bersangkutan atau guru BK secara terpisah dan bahkan pula secara bersamaan (missal: dalam mensosialisasikan kerukunan hidup bersama).

22 Observasi awal, 30 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

(27)

Dalam bidang budaya pembinaan yang dilakukan dengan cara memperingati hari-hari besar agama mapun hari-hari besar lainnya, hal ini dilakukan dengan mengadakan iven atau lomba sesuai dengan kebudayaannya masing-masing. Dari latar belakang suku siswa bisa melakukan upacara adat, mengenakan pakaian adat yang diadakan 1 kali dalam setahun. Dalam ranah adat istiadat diwujudkan melalui pentas yang diundang dari pihak luar sekolah untuk menunjukkan kemampuan para siswa melestarikan adat istiadatnya.23

Dari latar belakang bahasa, meskipun berasal dari beberapa bahasa yang berbeda siswa diwajibkan meggunakan bahasa nasional yaitu bahasa indonesia.

Namun dalam pembelajaran muatan lokal, para siswa mengikuti pelatihan belajar bahasa Sasak sebagai bahasa daerah. Kegiatan yang diarahkan untuk memperkuat kehidupan multikultural adalah dengan memberikan ruang dan waktu kepada siswa untuk melaksanakan ritual ibadah sesuai kepercayaan masing-masing, memperkuat pembinaan kerohaniaan untuk penanaman karakter yang kuat, pembinaan saling menghargai sebagai pengikat persatuan, melestarikan bahasa daerah sebagai warisan budaya, mengupayakan adanya kegiatan yang mengarahkan siswa untuk memperkenalkan sukunya masing- masing, dan mengadakan lomba atau pentas seni yang bertujuan menunjukkan kebudayaannya masing-masing.24

23 Observasi awal, 30 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

24 Observasi awal, 30 September 2020 Di SMA Negeri 5 Mataram.

(28)

Sampai saat ini belum pernah ada terjadi konflik atau tawuran antara (siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru, maupun siswa- siswa di internal sekolah dengan pelajar antar sekolah. Tidak ada klaim kebenaran golongan antara siswa dengan siswa maupun antara elemen yang terdapat dalam sekolah tersebut. Adanya penerapkan hidup rukun melalui penanaman saling menghargai dan menghormati antar seluruh aspek keberagaman, adanya sosialisasi maupun pembinaan yang dilakukan oleh guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam untuk saling hidup rukun agar tercipta suasana yang aman, damai dan saling mengasihi antara sesama makhluk melalui pembinaan multikultural, yang diharapkan mampu menjadi roda peradaban yang tetap bersatu. Untuk itu diharapkan para siswa tetap saling merawat kerukunan, saling menghargai perbedaaan, menjunjung tinggi nilai toleransi dan saling menjaga keberagaman yang ada di lingkungan sekolah.25 Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Pendidikan Multikultural Di SMA Negeri 5 Mataram Tahun Ajaran 2021.

25Observasi Awal Di SMA Negeri Mataram 27-30 September 2020.

(29)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam melakukan pembinaan pendidikan multikultural di SMA Negeri 5 Mataram ?

2. Apa saja tantangan Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural siswa di SMA Negeri 5 Mataram?

3. Bagaiamanakah Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural siswa di SMA Negeri 5 Mataram ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menggali informasi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam melakukan pembinaan pendidikan multikultural di SMA Negeri 5 Mataram

2. Untuk menemukan tantangan yang dihadapi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Pendidikan Multikultural Siswa Di SMA Negeri 5 Mataram.

(30)

3. Untuk menganalisa strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural siswa di SMA Negeri 5 Mataram.

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terkait dengan Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Pendidikanmultikultural Siswa

b. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai pijakan dan referensi pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pendidikan multikultural

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi pembaharuan kurikulum di dalam lingkungan pendidikan multikultural

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi kepala sekolah untuk mengedukasikan pola pembinaan pendidikan multikultural untuk guru Pendidikan Agama Islam

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi calon guru Pendidikan Agama Islam untuk mempelajari pembinaan pendidikan multikultural

(31)

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru Pendidikan Agama Islam

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Peneliti turun langsung ke lapangan yakni di SMA Negeri 5 Mataram yang merupakan lokasi penelitian. Penelitian ini mencari data langsung yang berupa melakukan wawancara dengan orang-orang yang yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti: guru pendidikan agama Islam, siswa, guru-guru, maupun staf pegawai tempat peneliti melakukan penelitian. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan metode studi kasus. Metode ini digunakan untuk pempermudah peneliti menjawab rumusan masalah sebagai suatu persoalan yang diteliti dalam sebuah penelitian.

2. Setting Penelitian

Tempat penelitian yaitu di SMA Negei 5 Mataram. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah menengah atas Negeri yang ada di provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Khususnya terletak di Jalan Udayana 2A, Mataram. Sama dengan SMA pada umumya di Indonesia, masa pendidikan di SMA Negeri 5 Mataram ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari kelas X-XII. Namun SMA Negeri 5 Mataram juga memberi peluang bagi

(32)

para siswa yang dianggap mampu dalam menguasai materi pendidikan untuk mengemban SKS (program pengambilan SKS semester atas) sehingga para siswa dapat menempuh masa pembelajaran dalam kurun waktu 2 tahun.

Di sekolah ini terdapat siswa maupun guru berasal dari latar belakang berbeda. Mulai dari agama, bahasa, suku, maupun budaya. Meski perbedaan menaungi sekolah tersebut, namun uniknya tidak pernah terjadi bentrokan baik secara horizontal maupun secara vertikal. Sehingga peneliti terrtarik untuk melakukan penelitian.Penelitian dilakukan dimulai pada saat mencari data di SMA Negeri 5 Mataram, yaitu memperoleh informasi dan dataterkait dengan peranguru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural di SMA Negeri 5 Mataram.

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya kebanyakan masalah yang dihadapi masyarakat sudah banyak dikaji secara mendalam dalam sebuah penelitian. Tetapi tentu dalam sebuah penelitian tersebut memiliki titik tekan yang berbeda-beda pada kajian sebuah masalah, meskipun konteks penelitiannya sama. Begitu juga dengan penelitian ini walaupun banyak yang sudah melakukan penelitian yang terkait dengan kehidupan multikulural, tetapi fokus kajian dan ruang lingkup atau kedalaman kajian penelitian ini memiliki perbedaan-perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya.

(33)

Maka setelah melakukan telaah dari beberapa karya tulis, terdapat beberapa artikel yang mendukung yaitu:

1. Ashabul Qirom tentang peran guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran berbasis multikultural.

Ashabul Qirom ini membahas peran guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di tengah keberangaman siswa-siswanya.

Tentu penelitian yang diteliti oleh Ashabul Qirom dan peneliti ini memiliki perbedaan dan persamaan dalam penekanannya. Adapun perbedaannya adalah metode penelitiannya, lebih mendalami tentang peran seorang guru dalam membina proses belajar di kelas yang multikultural, sedangkan peneliti lebih membahas terkait Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Pembinaan Multikultural Di SMA Negeri 5 Mataram secara komprehensif.

Sedangkan persamaannya adalah sama-sama berupaya membina dan menciptakan suasana multikulturaldalam lembaga pendidikan, bahwasannya di antara dua peneliti ini memiliki harapan yang sama untuk menerapkan pendidikan yang multikultural dalam dunia pendidikan sehingga akan tercipta lingkungan sekolah yang harmonis.26

26Ashabul Qirom, Peran Guru Dan Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Berbasis Multicultural Al-Murobbi, no 1 (Desember 2017): 79, Diakses 28 September 2020, Http://Jurnal.Yudharta.Ac.Id/V2/Index.Php/Pai/Article/View/893/762.

(34)

2. Husniyatus Salamah Zainiyati dalam jurnal pendidikan Islam dengan judul pendidikan multikutural dalam upaya membangun keberagaman yang inklusif di sekolah.

Konsep pendidikan multikultural dalam penelitian ini membahas tentang peran seorang guru dalam membangun keberagaman yang inklusif di sekolah, seorang guru harus demokratis, baik sikap maupun perkataannya serta tidak boleh diskriminatif.27

Adapun perbedaan penelitian yang ditulis oleh Husniyatus Salamah Zainiyati dengan penelitian ini adalah peran seorang guru dalam membangun paradigma siswa tertang pentingnya menghargai perbedaan suku, budaya, ras dan agama, sedangkan penulis lebih membahas pendidikan agama Islam dan pembinaan multikultural. Sedangkan letak kesamaan jurnal penelitian Husniyatus Salamah Zainiyati dengan peneliti adalah sama-sama mengupayakan untuk menerapkan konsep keberagaman dalam dunia pendidikan.

3. Rohani Shidiq dalam jurnal Edukasi Islamika dengan judul Urgensi Deradikalisasi Pendidikan Islam Di Sekolah Melalui Pendidikan Multikultural.

Pendidikan multikultural dalam penelitian ini adalah upaya untuk menanggulangi paham deradikalisasi keagamaan di sekolah. Sehingga perlu

27Husniyatus Salamah Zainiyati, “Pendidikan Multikutural Dalam Upaya Membangun Keberagaman Yang InklusifDi Sekolah” No 1, (Desember 2007): 141.

(35)

kerja sama oleh berbagai elemen seperti kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, masyarakat agar paham radikaliasi tidak tumbuh subur di sekolah.28

Adapun perbedaan penelitian yang ditulis oleh Rohani Shidiq dengan penelitian ini adalah yang berperan dalam mengatasi derakalisasi di sekolah adalah seluruh steake holder sehingga fokus penelitiannya lebih luas, sedangkan penulis hanya membahas guru pendidikan agama Islam dan pembinaan multikultural.

Sedangkan letak kesamaan jurnal penelitian Rohani Shidiq dengan peneliti adalah sama-sama membahas tentang konsep kehidupan multikultural dalam lingkungan pendidikan. Sehingga peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam terkait peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Multikultural di SMA Negeri 5 Mataram.29

4. Yustiani S, dalam jurnal analisa dengan judul pendidikan multikultural melalui pendidikan agama

Pendidikan multikultural pada penelitian yang dilakukan oleh Yustiani S. ini menfokuskan pada kegiatan peribadatan yang dilakukan oleh tiga agama yaitu Islam, Kristen dan Budha. Dengan tujuan menjamin

28Rohani Shidiq, Urgensi Deradikalisasi Pendidikan Islam Di Sekolah Melalui Pendidikan Multicultural”, Islamica:,no 1, (Juni 2017): 30, diakses 29 September 2020, file:///C:/Users/Acer/Downloads/1081-97-3678-1-10-20180127.pdf.

29Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), 206.

(36)

keselarasan hidup dalam dinamika lingkngan pendidikan yang multikultural.30

Adapun perbedaan dalam penelitian yang dilakukan oleh yudistina ini mencakup implementasi materi yang berwawasan multikultural, metode guru dalam pembelajaran dan sarana pendukung dalam pembelajaran berbaris multikultural serta penekanannya lebih kepada tiga agama yaitu Islam, Kristen, dan Budha. Sedangkan peneliti hanya membahas tentangperan guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan pendidikan multikultural. Sedangkan persamaannya yaitu sama-sama membahas tentang multikultural yang terdapat pada lembaga sekolah multikultural.

F. Kerangka Teori

1. Pembinaan Pendidikan Multikultural a. Pengertian Pendidikan Multikultural

Pembinaan pada dasarnya berkaitan dengan fungsi-fungsi atau usaha- usaha untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna manusia-manusia dalam suatu proses kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Hal tersebut terutama dilakukan melalui usaha menciptakan suasana atau iklim kerja

30Yustiani S, Pendidikan Multicultural Melalui Pendidikan Agama, Analisa, no 01, (Januari- April 2008): 78, Diakses 29 September 2020, file:///C:/Users/Acer/Downloads/325-712-1-PB.pdf.

(37)

yang dapat mendorong agar dapat mengembangkan potensi secara maksimal.31

Pembinaan adalah suatu proses, tindakan, hasil, atau pernyataan lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, perkembangan atau peningkatan atas sesuatu. Lebih lanjut pembinaan adalah upaya berharga untuk membantu orang lain mencapai kinerja puncak.32

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie” yang akar katanya “pais” yang berrti anak dan “again” yang artinya membimbing.

Sehingga “paedagogie” adalah bimbingan yang diberikan kepada anak.

Dalam bahasa Inggris pendidikan diterjemahkan menjadi

education”.Education berasal dari bahasa yunani yaitu “edure” yang diartikan membawa keluar tang tersimpan di dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.33

Pendidikan adalah upaya efektif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pembentukan watak, etika, dan moralitas bangsa, penciptaan persatuan, kerukunan, keharmonisan, dan kejujuran yang rapuh, penegak hukum yang kurang maksimal, serta konflik-konflik yang

31Ahmas Susanto, Konsep, Strategi Dan Implementasi Managemen Peningkatan Kinerja Guru, (Bandung: Pranada Media, 2016), 143.

32Khusnul Wardan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Deepuplish, 2019), 136.

33Syafril dan Zelhedrin Zen, Dasar-dasar ilmu pendidikan, (depok: kencana, 2017), 26.

(38)

berkepanjangan.34 Sehingga pendidikan dapat pula diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk membimbing anak secara efektif untuk mampu meningkatkan sumberdayanya sekaligus menghindarkannya dari berbagai konflik.

Secara etimologis multikultikural berasal dari ”multidan cultur.

Multi adalah banyak sedangkan cultur berarti kebudayaan”.35 Sehingga multikultural merupakan keanekaragaman budaya, yang merespon atau mengajarkan tentang penghargaan atas sesama. Multikultural adalah konsep yang lahir dari sebuah refleksi dalam satu kelompok. Isu-isu yang diangkat oleh multikultural adalah: ras, suku, kelas sosial, gender, ketidakmampuan, perbedaan usia, dan bangsa. Munculnya isu-isu tersebut tidak lebih merupakan sebuah refleksi dari kondisi masyarakat yang mengalami ketimpangan. Sehingga multikulturalisme biasa didefinisikan sebagai gerakan social-intelektual yang mendorong nilai-nilai keberagaman (diversity) sebagai prinsip inti dan mengukuhkan pandangan bahwa semua kelompok dilakukan secara (equaly) dan sama-sama dihormati.36

Menurut Tilaar pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang “interkulturalisme” seusai perang dunia

34Dani nurkholis, transformasi oendidikan multicultural, 62.

35Chairul Mahfum, Pendidikan Multikultural, 75.

36Azyumardi Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multicultural, (Jakarta: Erlangga, 2005), 20.

(39)

II”.37Menurut Akhmad Hidayatullah Al Arifin, pendidikan multikultural merupakan “suatu pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara holistik memberikan kritik dan menunjukkan kelemahan-kelemahan, kegagalan-kegagalan dan diskrimainasi di dunia pendidikan”.38

Menurut Taufik Nugroho sebagaimana dikutip dalam jurnal studi Islam menelaskan bahwa:

Multikulturalisme pada hakikatnya adalah keragaman ras/suku, budaya dan agama.Keragaman ini merupakan hal yang alamiah dalam kehidupan sosial.Keragaman ini juga merupakan hal yang meski disadari oleh anggota masyarakat baik individu maupun kelompok.

Pada faktanya keragaman ini sering diabaikan dan multikulturalisme dibuat menjadi kesatuan”.39

Model multikultural ini sebenarnya sudah digunakan sebagai acuan para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa tersebut sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945 yang berbunyi: “kebudayaan bangsa Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.40

Akar kata dari multikultural adalah kebudayaan. Pengertian kebudayaan diantara para ahli harus disamakan atau setidak-tidaknya tidak

37Anshori, Tranformasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaung Perseda Press, 2010), 142.

38Al Arifin, Akhmad Hidayatullah. "Implementasi Pendidikan Multikulutral Dalam Praksis Pendidikan Di Indonesia." Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi 1.1 (2012).

39TaufikNugroho, Jurnal studi Islam Mukaddimah. (Jogjakarta: Kopertais. 2014). h. 250.

40http://www.net Duniaesai.com/antro/antro3.html /, diambil tanggal 29September 2020, pukul 15.15 WITA.

(40)

dipertentangkan antara satu konsep dengan konsep yang dimiliki oleh para konsep lainnya. Karna multikulturalsme ini adalah sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia.41 Melihat kebudayaan dalam perspektif tersebut perlu kita perhatikan bersama untuk kesamaan pendapat dan pemahaman bagaimana kebudayaan itu beroperasi melalui pranata-pranata sosial.

Sebagai sebuah ideologi multikulturalisme menghendaki adanya persatuan dari beragai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam sebuah masyarakat yang modern.42 Ideologi multikulturalisme ini terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan berbagai kegiatan lainya. Kajian- kajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan antara manusia melalui manejemen pengelolaan sumberdaya merupakan sumbangan yang penting dalam upaya mengembangkan dan menetapkan multikulturalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi Indonesia.43

41http://www.net Duniaesai.com/antro/antro3.html /, diambil tanggal 29 September 2020, pukul 19.30 WITA.

42Moh. Suardi, Ideology Politik Pendidikan Kontenporer, (yogyakarta: deepublish, 2015), 182.

43Elly M. Setiadi, Pengantar Ringkas Sosiologi: Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Social, (Jakarta: Kencana, 2020), 266.

(41)

Pendidikan multikultural ada karena persoalan manusia yang tertindas hanya karena ada perbedaan. Pendidikan multikultural merupakan kearifan dalam merespon dan mengantisipasi dampak negative globalisasi yang memaksakan hegemonisasi pola dan gaya hidup.44 Sehingga pendidikan mutikultural dijadikan sebagai proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup ditengah- tengah masyarakat plural.45

pendidikan multikultural merupakan kebijakan dan praktek pendidikan yang berusaha untuk menegaskan pluralism budaya, perbedaan gender, kemampuan, kelas sosial, ras, seksualitas, dan sebagainya. Sedangkan menurut Tilaar bahwa pendidikan multikultural merupakan sebuah ikhtiar untuk mengurangi gesekan-gesekan atau ketegangan-ketegangan yang diakibatkan oleh perbedaan masyarakat.46

Sementara itu Dani Nurkholis menuliskan beberapa definisi para ahli, antara lain:

1) Andersen dan Cusher: pendidikan multikultural dapat dipahami dengan pendidikan mengenal keberagaman budaya.

2) James Banks: pendidikan multikultual merupak suatu rangkaian kepercayaan dan penjelaa yang mengakui dan menilai pentingnya

44Zakiyyudin baidhawy, pendidikan agama berwawasan multicultural, (Jakarta: eirlangga, 2005), 17.

45Dani nurkholis, Transformasi Pendidikan Multikultural Di Sekolah, (Jawa Timur:

Abimanyu, 2019), 46.

46Murniati Agustian, Pendidikan Multikultural, (Jakarta: Arma Jaya, 2019), 9.

(42)

keberagaman budaya, dan etnis dalam bentuk gaya hidup, pengalaman social, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu, kelompok, ataupun negara.

3) Paol Freire: pendidikan multikultural bukan menara gading yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya.

4) Howard Gardner: pendidikan multikultural memberikan kompetensi multicultural. Pada masa awal kehidupan siswa waktu banyak dilalui di daerah etnis dan kulturnya masing-masing. Melalui pendidikan multikultural sejak dini anak diharpkan mampu menerima dan memahami perbedaan.47

Fenomena keragaman bangsa indonesia menjadi faktor yang diperhitungkan dalam pendidikan. Dalam konteks ini keadaan negara yang multikultural adalah sebagai landasan mengkonsep dan mengembangkan visi, misi, tujuan dalam berbagai komponen pendidikan.

b. Nilai-Nilai Multikulturalisme

Nilai-nilai multikulturalismedapat digali dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kehidupan multikulturalisme, dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 13:

اَ يَأٓ َي سانلٱ َلِئٓاَبَق َ ابو ع ش ۡم ك َنۡلَعَج َ ىَثن أ َ رَكَ نِ م م ك َنۡقَلَخ انِإ

َ نِع ۡم كَم َرۡكَأ نِإ ۚ ا ٓو فَراَعَتِل نِإ ۚۡم ك ىَقۡتَأ ِّٱ

َّٱ ٞريِبَخ ٌميِلَع ١٣

47Dani Nurkholis, Transformasi Pendidikan Multikultural, 48.

(43)

Artinya : “Wahai manusia sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa, sungguh allah maha mengetahui,maha teliti”.48

Ayat tersebut menjelaskan tentang nilai-nilai keberagaman ciptaan Allah, agar manusia saling mengenal, menghargai antar golongan, suku, bangsa, budaya dan agama.49 Adapun nilai pokok dalam konteks ini adalah bagaimana umat Islam harus bisa hidup toleran dan rukun ditengah-tengah masyarakat yang multi agama dan multikultural.50

Al-Qur’an maupun Al-Hadits banyak menerangkan terkait nilai-nilai multikultural, yaitu: nilai kejujuran(as-shidiq) dan tanggungjawab (al- amanah), keadilan (al-adalah), persamaan (al-musâwah), permusyawaratan dan demokrasi (al-syurâ atau al-musyawarah), nilai solidaritas dan kebersamaan (al-ukhuwwah), kasih sayang (al-tarâkhim), memaafkan (al-

’afw), perdamaian (al-shulh atau al-silm), toleransi (al-tasamûh) dan kontrol sosial (amr al-ma’rûf nahy ‘an al-munkar). Di dalam pendapat lain

48Departemen Agama RI, MushafAl-Qur’an TerjemahQs. Al-hujarat (49): 13. (Jakarta: Al- Huda, 2005), 421.

49Taufik Nugroho, Multikulturalisme Dalam Perspektifal-Qur’an Jurnal Studi Islam, (Jogjakarta; Kopertais.2014) h.257.

50Subhan Dan Ali, Islam Keindonesiaan: Redevinisi Toleransi Beragama Dala Al-Qur’an, (Yogyakarta: Cv Fawwaz Mediacipta, 2020), 102.

(44)

nilai multicultural: nilai spiritual, nilai tawakkal, nilai keikhlasan, nilai pelayanan. 51

c. Tujuan Pendidikan Multikultural

James A Banks merumuskan bahwa pendidikan muktukultural memiliki berbagai dimensi pokok yaitu: 1). Upaya mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi, dan teori dalam matara pelajaran/disiplin ilmu. 2). Suatu metode atau cara bagaimna membawa siswa memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran. 3). Usaha untuk menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka menfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam, baik dari segi ras, budaya, maupun sosial.

4). Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka, melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis, ras dalam upaya menciptakan budaya akademik.52

Sedangkan tujuan pendidikan multikultural yaitu:

51Sauqi Futaqi, Kapital Multicultural Pesantren, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2019), 107-112.

52Setya raharja, mengkreasi pendidikan multicultural di sekolah dengan menerapkan managemen mutu sekolah secara total, no 2, vol 5, Diakses 14 Maret 2020, file:///C:/Users/Acer/Downloads/Setyo+R+Oktober+2010.pdf.

(45)

1) Tujuan attitude (sikap): yaitu membudayakan sikap sadar, sensitif, toleran, respek terhadap identitas budaya, responsive terhadap berbagai permasalahan yang timbul di masyarakat.

2) Tujuan kognitif: terkait dengan pencapaian akademik, pembelajaran berbagai bahasa, memperluas pengetahuan terhadap kebudayaan yang spesifik, mampu menganalisis dan menginterpretasikan tingkah laku budaya dan menyadari adanya persfektif budaya tertentu.

3) Tujuan instruksional: menyampaikan berbgai informasi mengenai berbagai kelompok etnis secara benar diberbagai buku teks maupun dalam pengajaran, membuat strategi menghadapi masyarakat plural, menyiapkan alat untuk komunikasi antara budaya untuk mengembangkan keterampilan, dan mempersiapkan tekhnik evaluasi untuk mengklarifikasi nilai-nilai dan dinamika multikultural.53

d. Ruang Lingkup Pendidikan Multikultural

Ruang lingkup pendidikan multikultural antara lain:54

1) Dialog antara agama merupakan ruang lingkup yang kongkrik dari semangat multikulturalisme. Orientasinya adalah kehendak untuk membawa masyarakat dalam suasana rukun, damai, egaliter, toleran, saling menghargai, saling menghormati, tanpa ada konflik dan kekerasan, dan tanpa menghilangkan kompeksitas yang ada.

53Rahmat,Pembelajaran Pendidkan Agama Islam, 50.

54Sauqi Futaqi, Kapital Multicultural Pesantren, (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2019), 107-112.

(46)

2) Menggali kekuatan suatu bangsa yang tersembunyi di dalam budaya yang beragam. Sehingga apabila masing-masing budaya dihimpun dan digalang, maka akan menjadi suatu kekuatan besar untuk melawan arus globalisasi.

3) Pandangan ideologis yang memperjuangkan keterbukaan diantara perbedaan, melalui penghargaan tanpa ada dominasi. Pandangan ini mendasari adanya sekecil apapun terhadap sikap hidup, tradisi dan ajaran agama lain, tanpa ada legaliter.

Ruang lingkup dan objek multikultural meliputi seluruh kelompok masyarakat, artinya multikultural sejatinya bukan hanya menyentuh tentang budaya saja. Paradigma toleransi ini diharapkan dapat memotret kelompok minoritas di tengah arus globalisasi.55

e. Perilaku Multikulturalisme

Muhammmad Taufik menjelaskan perilaku Multikulturalisme sebagai berikut:

1) Penguatan kebenaran agama sendiri dengan berinteraksi sendiri secara komunikasif dengan agama-agama lain. 2) Open critical thinking, Cenderung bersifat emansipatoris terhadap kebenaran agama lain. 3) Kesadaran bahwa realitas keagamaan adalah plural, bagaimana hidup dengan agama sendiri yang kuat tetapi tidak merendahkan eksistensi agama lain. 4) Mengetahui dan mengenal agama lain, bukan melunturkan keyakinan agama sendiri melainkan

55Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi, (Jakarta: 0asis, 2010), 192.

(47)

memperkokoh agama sendiri. 5) Condong sikap kebersamaan dalam beragama, saling menghargai dan membuka diri.56

Sementara itu ada 5 bentuk sikap dan perilaku multikultural yaitu:

1) Multikulturalisme isolasionis: mengacu pada visi masyarakat sebagai tempat kelompok-kelompok budaya yang berbeda, untuk terlibat dalam saling interaksi minimal sebagai syarat yang minimal untuk hidup bermasyarakat.

2) Multikulturalisme akomodatif: mengacu pada visi masyarakat yang bertumpu pada satu budaya dominan, dengan penyesuaian dan pengaturan hidup yang pas untuk kebutuhan budaya minoritas.

3) Multikulturalisme mandiri: mengacu pada visi masyarakat dimana kelompok-kelompok budaya besar mencari kesetaraan dengan budaya dominan dan bertujuan menempuh hidup mandiri dalam satu kerangka politik kolektif yang dapat diterima.

4) Multikulturalisme kritis atau interaktif: merujuk pada visi masyarakat sebagai kelompok-kelompok multikultural kurang peduliuntuk menempuh hidup mandiri, dan lebih mandiri dalam menciptakan satu budaya kolektif yang mencerminkan dan mengakui budaya mereka yang berbeda-beda.

56Muhammad Taufik, Studi Interdisipliner Pemikiranpendidikan Islam Kreatif, Demokratif Bertanggung Jawab, Berspektif Pluralis Gender Dan Sufistik Theologies Dalam Konteks Deverivikasi Dalam Upaya Peningkatan Dan Pengembangan, (LKIM: IAIN, Mataram 2007), 231.

(48)

5) Multikulturalisme kosmopolitan: mengacu pada visi masyarakat yang berusaha menerobos ikatan-ikatan kulturdan membuka peluang bagi para individu yang kini tidak terikat pada budaya khusus, secara bebas bergiat dalam eksperimen-eksperimen antar kultur dan mengembangkan budaya-budaya milik mereka sendiri.57

Berdasarkan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku multikulturalisme adalah sikap membuka diri terhadap perbedaan- perbedaan yang ada, tanpa harus berpikir tertutup tentang keragaman yang ada di lingkungan sekitar. Seorang yang mampu mengimplementasikan perilaku multikulturalisme akan menyadari bahwa realitas adalah plural bukan ika, artinya pendidikan multikulturalisme mengajarkan perilaku toleransi dan menjunjung tinggi perbedaan.

2. Guru Pendidikan Agama Islam

a. Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam

Pembinaan yang dilakukan oleh guru bukanlah sembarangan langkah atau tindakan, melainkan langkah dan tindakan yang telah dipikirkan dan dipertimbangkan baik buruknya, dampak positif dan dampak negatifnya dengan matang, cermat, dan mendalam. Dengan langkah yang strategis akan menimbulkan dampak yang luas dan berkelanjutan.58

57Halimatuusa’diyah,Nilai-Nilai Pendidikan Agam Islam Multikultural, (Surabaya: CV Jakad Media Publishing, 2020), 42.

58Abiddin Nata, Perspektif IslamTentang, 207.

Gambar

Tabel 2  Daftar  Siswa  berdasarkan  Agama  di  SMA  Negeri  5  Mataram  Tahun  2020-2021
TABEL GAMBAR
Tabel 6 Daftar Siswa berdasarkan Agama di SMA Negeri 5 Mataram Tahun Ajaran 2020- 2020-2021 117

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun Pembelajaran Pendidikan Agama Islam telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan tambahan 3 jam pelajaran serta pemberian nasehat-nasehat guru setiap