• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Natrium Klorida dengan Titrasi Argentometri

N/A
N/A
Pengawas@ Wardani

Academic year: 2025

Membagikan " Penentuan Kadar Natrium Klorida dengan Titrasi Argentometri"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Luh Wardani NIM : 2108551007 Kelompok : 2A

TITRASI ARGENTOMETRI

PENETAPAN KADAR NATRIUM KLORIDA 1. Apa itu argentometri?

Jawab:

Argentometri merupakan metode analisis yang berdasarkan pada reaksi pembentukan endapan komponen zat uji dengan titran perak nitrat (AgNO3). Titrasi argentometri atau disebut titrasi pengendapan adalah metode umum yang digunakan dalam penetapan kadar halogenida dan senyawa lain yang dalam suasana tertentu dapat membentuk endapan bila halogenida atau senyawa lain tersebut direaksikan dengan perak nitrat (AgNO3). Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati (Mulyono, 2005).

2. Prinsip dasar titrasi argentometri?

Jawab:

Prinsip titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak larut dari hasil reaksi antara titran (reagen) dengan analit, endapan yang terbentuk tidak dipisahkan dari sistem, endapan yang terbentuk irreversible dan titik akhir titrasi tercapai bila semua bagian analit sudah membentuk endapan (Sari dkk., 2014).

3. Sebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan endapan pada titrasi argentometri!

Jawab:

a) Temperatur

Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya.

b) Sifat alami pelarut

(2)

Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.

c) Pengaruh ion sejenis

Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat on sejenis yaitu OH- sehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya dipakai untuk mencuci endapan dalam metode gravimetri.

d) Pengaruh pH

Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya.

Misalnya endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan I- membentuk HI.

e) Pengaruh hidrolisis

Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.

f) Pengaruh ion kompleks

Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat kelarutannya dengan adanya pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl

(Khopkhar, 2008).

4. Dari semua jenis metode tersebut metode apa yang digunakan pada praktikum kali ini?

Jawab:

Pada praktikum ini, digunakan metode Mohr. Metode Mohr lebih efektif dan efisien digunakan untuk penetapan klorida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Saat permulaan titrasi akan

(3)

terjadinya endapan perak klorida dan setelah titik ekivalen tercapai, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat yang akan membentuk endapan perak kromat berwarna merah (Gandjar dan Rohman, 2007). Dibandingkan dengan metode lainnya, metode Mohr merupakan metode titrasi langsung sehingga memiliki keuntungan yakni sederhana, mudah dilakukan, dan memerlukan biaya lebih sedikit dibandingkan metode lainnya karena reagen yang digunakan lebih mudah ditemukan, selain dari pada itu jika dilihat berdasarkan ketersediaan bahan praktikum, metode Mohr lebih mudah untuk diimplementasikan.

5. Bagian mana yang menyatakan metode mohr dan volhard tidak langsung dan langsung?

Jawab:

Mohr dan Volhard adalah metode titrasi pengendapan. Metode titrasi pengendapan dibagi menjadi dua jenis, yaitu metode titrasi pengendapan langsung dan tidak langsung. Metode titrasi pengendapan langsung adalah metode yang menggunakan indikator yang bereaksi dengan ion logam yang diendapkan. Sedangkan metode titrasi pengendapan tidak langsung adalah metode yang menggunakan indikator yang bereaksi dengan ion logam yang tidak diendapkan. Volhard termasuk dalam metode titrasi pengendapan tidak langsung karena menggunakan indikator yang bereaksi dengan ion logam yang tidak diendapkan. Sedangkan metode Mohr masuk ke dalam metode titrasi langsung (Khopkhar, 2008).

6. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kelarutan. Bagaimana mekanisme suhu meningkatkan kelarutan?

Jawab:

Saat suhu meningkat, kelarutan suatu zat dalam pelarut juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan energi kinetik partikel-partikel dalam pelarut dan partikel-partikel zat terlarut. Dalam keadaan suhu rendah, partikel-partikel zat terlarut dan pelarut bergerak lambat dan saling berdekatan. Ketika suhu dinaikkan, partikel-partikel tersebut akan bergerak lebih cepat dan saling menjauh sehingga ruang kosong antara partikel-partikel tersebut menjadi lebih besar. Akibatnya, peluang partikel-partikel zat terlarut untuk bergerak ke dalam pelarut menjadi lebih besar dan kelarutan meningkat (Sari dkk., 2014).

(4)

7. Bagaimana pH mempengaruhi kelarutan?

Jawab:

pH mempengaruhi kelarutan suatu zat. Hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Semakin asam larutan maka semakin besar konsentrasi ion H+ sehingga akan mempengaruhi kelarutan suatu zat. Sebaliknya, semakin basa larutan maka semakin kecil konsentrasi ion H+ sehingga akan mempengaruhi kelarutan suatu zat (Gandjar dan Rohman, 2007).

8. Bagaimana syarat-syarat indikator yang tepat dalam suatu titrasi!

Jawab:

Indikator dalam titrasi pengendapan harus memenuhi beberapa syarat agar dapat digunakan dengan baik:

a) Indikator harus mempunyai perubahan warna yang jelas dan tajam pada pH tertentu.

b) Reaksi warna harus sedemikian rupa sehingga sebelum titik akhir larutan akan berwarna kuat.

c) Reaksi warna haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif.

d) Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks e) Indikator harus sedemikian sehingga mudah diamati.

f) Indikator harus sangat peka terhadap ion logam sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen (Rodiani, 2013).

9. Untuk reaksinya apakah harus cepat atau lambat menurut kalian?

Jawab:

Saat melakukan titrasi, reaksi harus dilakukan dengan cepat karena reaksi dapat terjadi dengan cepat dan titik akhir titrasi dapat terlewati jika reaksi terlalu lambat. Namun, reaksi juga tidak boleh terlalu cepat karena dapat menyebabkan kesalahan dalam penentuan titik akhir titrasi. Oleh karena itu, kecepatan reaksi harus diatur sedemikian rupa sehingga reaksi dapat berlangsung dengan baik dan titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan tepat (Rodiani, 2013).

10. Pada tahapan prosedur kerja ada, NaCl harus dikeringkan terlebih dahulu? Apa akibatnya jika NaCl higroskopis (Jika menyerap air)?

Jawab:

(5)

Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi VI, NaCl memiliki sifat kelarutan yaitu mudah larutan dalam air (Kemenkes RI, 2020), sehingga untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian massa NaCl maka perlu dilakukan proses pengeringan pada NaCl.

Dikarenakan NaCl memiliki sifat yang mudah menyerap air (higroskopis) sehingga apabila tidak dikeringkan terlebih dahulu, akan mengakibatkan NaCl terserap oleh air dan air yang terjerap dalam NaCl akan meningkatkan massa NaCl pada saat penimbangan (Kemenkes RI, 2014)

11. Bagaimana teknis pembuatan kalium kromat Jawab:

Pembuatan Indikator Kalium Kromat 5% b/v:

1) Pertama, ditimbang kalium kromat sebanyak 5 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas beaker.

2) Kemudian ditambahkan aquades secukupnya, kemudian diaduk dengan batang pengaduk hingga larut.

3) Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL, selanjutnya ditambahkan aquades hingga tanda batas 100 mL.

4) Digojog labu ukur hingga larutan homogen, kemudian diberi label.

12. Sebutkan kelemahan dan kelebihan metode mohr Jawab:

Kelebihan dari metode Mohr yaitu:

Metode Mohr merupakan metode titrasi langsung sehingga memiliki keuntungan yakni sederhana, mudah dilakukan, dan memerlukan biaya lebih sedikit dibandingkan metode lainnya karena reagen yang digunakan lebih mudah ditemukan, selain dari pada itu jika dilihat berdasarkan ketersediaan bahan praktikum, metode Mohr lebih mudah untuk diimplementasikan.

Kelemahan dari metode Mohr yaitu:

- Bromida dan klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metode Mohr akan tetapi untuk iodide dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan karena endapan perak iodide atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat sehingga memberikan akhir yang kacau.

- Adanya ion-ion seperti sulfide, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.

- Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer

(6)

- Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi (Gandjar dan Rohman, 2007)

13. Diketahui :

- Normalitas NaCl = 0,1 N - Volume NaCl = 10 mL

- Volume AgNO3 titrasi I = 9,8 mL - Volume AgNO3 titrasi II = 10,0 mL - Volume AgNO3 titrasi III = 9,7 mL - Ek NaCl = 1 grek/mol

Ditanya :

Normalitas AgNO3 rata-rata = ... ? Jawab:

- Mol NaCl = N NaCl

Ek NaCl× V NaCl

= 0,1 N

1 grek/mol× 10 mL

= 1 mmol - Reaksi yang terjadi

NaCl + AgNO3 → AgCl NaNO3

m 1 mmol 0,5 mmol - -

b 1 mmol 0,5 mmol 0,5 mmol 0,1 mmol

s - - 0,5 mmol 0,1 mmol

Jadi, mol AgNO3 yang bereaksi adalah 1 mmol.

- Perhitungan Normalitas AgNO3

• Titrasi I

Volume AgNO3 = 9,8 mL

M = Mol AgNo3

V AgNo3

= 1 mmol

9,8 mL

(7)

= 0,102 M

N = M x Ek

= 0,102 M x 1 greek/mol

= 0,102 N

• Titrasi II

Volume AgNO3 = 10 mL

M = Mol AgNo3

V AgNo3

= 1 mmol

10 mL

= 0,1 M

N = M x Ek

= 0,1 M x 1 greek/mol

= 0,1 N

• Titrasi III

Volume AgNO3 = 9,7 mL

M = Mol AgNo3

V AgNo3

= 1 mmol

9,7 mL

= 0,103 M

N = M x Ek

= 0,103 M x 1 greek/mol

= 0,103 N - Perhitungan Normalitas rata-rata AgNO3

Normalitas rata-rata AgNO3 = N titrasi I + N titrasi II + N titrasi III 3

= 0,102 N + 0,1 N + 0,103 N 3

= 0,102 N

Jadi nilai normalitas rata-rata yang dimiliki AgNO3 adalah 0,102 N.

14. Apa saja teknis yang harus diperhatikan dalam pengerjaan di lab?

Jawab:

a) Mengetahui dan memahami protokol keselamatan laboratorium. Sebelum memulai eksperimen, pastikan untuk membaca dan memahami protokol keselamatan laboratorium dan mematuhi semua aturan dan prosedur yang ditetapkan.

(8)

b) Menjaga kebersihan dan sterilisasi. Pastikan semua peralatan dan wadah yang digunakan sudah bersih dan steril sebelum digunakan. Setelah digunakan, pastikan untuk membersihkan dan mensterilkan kembali peralatan tersebut.

c) Menggunakan peralatan dan bahan kimia dengan benar. Pastikan untuk mengikuti petunjuk penggunaan dan keamanan peralatan dan bahan kimia yang digunakan.

d) Memperhatikan teknik pengukuran. Pastikan untuk menggunakan teknik pengukuran yang tepat, seperti menggunakan alat ukur yang tepat dan mengambil sampel yang tepat.

e) Mencatat data dengan akurat. Pastikan untuk mencatat semua data dan pengukuran dengan akurat dan teliti, termasuk unit pengukuran dan skala yang digunakan.

f) Mengikuti prosedur yang ditetapkan. Pastikan untuk mengikuti prosedur dan metode yang telah ditetapkan dengan benar, termasuk penggunaan bahan kimia, peralatan, dan teknik pengukuran yang tepat.

g) Berhati-hati dalam mengelola limbah. Pastikan untuk membuang limbah kimia dengan benar dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

h) Menjaga keamanan dan kenyamanan. Pastikan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan di laboratorium, seperti menghindari kontak langsung dengan bahan kimia dan memakai alat pelindung diri yang tepat, seperti sarung tangan dan kacamata pelindung.

i) Menjaga komunikasi yang baik. Pastikan untuk berkomunikasi dengan teman kelompok secara efektif dan jelas, serta melaporkan setiap masalah atau kejadian yang terjadi selama eksperimen. (Skoog et al., 2013)

15. Bagaimana penggunaan buret gelap?

Jawab:

Buret gelap digunakan untuk larutan yang mudah teroksidasi oleh cahaya matahari.

Langkah-langkah penggunaan buret yakni :

1) Pastikan buret gelap bersih dan kering sebelum digunakan. Periksa juga apakah stopcock atau keran pada buret berfungsi dengan baik.

2) Tambahkan larutan yang akan diukur ke dalam buret gelap. Lakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya gelembung udara di dalam buret.

(9)

3) Letakkan buret gelap pada statif buret dan pastikan buret dalam posisi vertikal.

Pastikan juga bahwa buret berada di tempat yang gelap atau tidak terkena cahaya langsung.

4) Sesuaikan posisi mata Anda sehingga Anda dapat melihat permukaan larutan di dalam buret.

5) Buka keran stopcock pada buret secara perlahan dan teteskan larutan hingga permukaan larutan berada di bawah garis nol pada buret.

6) Tutup keran stopcock dan baca volume larutan yang diteteskan dengan tepat hingga angka desimal terakhir. Pastikan bahwa pengukuran dilakukan dari permukaan bawah larutan, bukan permukaan atasnya.

7) Ulangi langkah 5 dan 6 hingga mencapai volume yang diinginkan.

8) Setelah selesai digunakan, bersihkan buret dengan cairan pembersih yang sesuai dan bilas dengan air bersih. Keringkan buret dengan hati-hati sebelum penyimpanan.

(Basset et al., 2000).

16. Jelaskan secara singkat metode - metode titrasi argentometri!

Jawab:

a) Metode Mohr

Metode Mohr adalah metode titrasi argentometri yang dapat digunakan dalam penetapan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat (AgNO3) dan penambahan kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator (Sari dkk., 2014). Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida, dan setelah tercapainya titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4) berwarna merah.

b) Metode Volhard

Metode Volhard dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan iodida dalam suasana asam. Prinsip dari metode Volhard adalah sejumlah volume larutan standar perak nitrat (AgNO3) ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion halida (seperti klorida, iodida, dan bromida) untuk ditentukan konsentrasinya. AgNO3 ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi Ag+ dititrasi dengan menggunakan larutan standar tiosianida (SCN) dengan menggunakan indikator ion Fe3+.Ion besi (III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang berwarna merah. Suasana asam diperlukan untuk mencegah terjadinya hidrolisis ion Fe3+ .

(10)

c) Metode Fajans

Titrasi argentometri dengan metode Fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluorescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl⁻ berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO₃ menyebabkan ion Cl⁻ akan digantikan oleh Ag⁺ sehingga ion Cl⁻ akan berada pada lapisan sekunder (Gandjar dan Rohman, 2007).

Setelah dilakukan diskusi Bersama asdos, selanjutnya dilakukan diskusi Bersama Ibu Nova.

Diskusi dilakukan dengan presentasi mengenai jurnal awal praktikum oleh beberapa perwakilan kelompok kemudian praktikan dan Ibu Nova mengajukan pertanyaan. Berikut pertanyaan yang diberikan:

1. Pada metode titrasi argentometri, seperti yang kita ketahui ada beberapa jenis. Pada metode Mohr dan Fajans, secara keseluruhan hampir sama dan keduanya dapat dibilang sama- sama bisa digunakan untuk menentukan konsentrasi ion Cl- dalam larutan, namun pembeda hanya terletak pada indikator yang digunakan saja. Yang ingin saya tanyakan, mengapa pada praktikum ini kita lebih memilih metode Mohr dibandingkan metode Fajans?

Jawab:

Dalam menentukan metode apa yang ingin digunakan, hal utama yang dipertimbangkan adalah senyawa yang ingin ditetapkan kadarnya. Diketahui bahwa metode Mohr spesifik untuk menetapkan kadar Cl dalam natrium klorida sehingga mengurangi kesalahan yang dapat terjadi. Hal kedua yang dipertimbangkan adalah metode yang sesuai dengan Farmakope Indonesia karena jika menggunakan Farmakope dapat dikatakan aman bila ada inspeksi dapat dipertanggung jawabkan. Digunakan metode Mohr karena praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar NaCl, oleh karena itu digunakan metode Mohr. Metode Mohr digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapainya titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi (Gandjar dan Rohman, 2007). Selain itu, berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi VI penetapan kadar injeksi natrium klorida menggunakan perak nitrat 0,1 N LV (sebagai titran atau

(11)

larutan baku sekunder) hingga titik akhir berwarna merah muda. Tiap mL perak nitrat 0,1 N LV setara dengan 5,844 mg NaCl (Kemenkes RI, 2020, hal. 1228).

2. Mengapa dalam praktikum ini menggunakan indikator kalium kromat? Mengapa tidak menggunakan indikator yang lain? Jika ada indikator lain yang dapat digunakan, indikator apa?

Jawab:

Pada titrasi ini, AgNO3 bereaksi dengan dua ion, Ag akan berekasi terlebih dahulu dengan Ion Cl setelah Cl habis bereaksi akan menimbulkan endapan, setelah ion Cl habis Ag akan langsung berikatan dengan Cr dari indicator kalium kromat sehingga terbentuk warna merah kecoklatan. Tidak semua indikator dapat digunakan pada titrasi ini. Indikator yang dipilih adalah indikator yang mengandung ion yang bisa bereaksi dengan Ag tetapi afinitasnya ikatannya tidak lebih besar dari afinitas ikatan Cl dengan Ag Metode yang digunakan untuk penetapan kadar natrium klorida adalah metode Mohr, metode ini memiliki prinsip terjadinya endapan berwarna merah jika telah tercapai titik akhir titrasi yang disebabkan oleh ion kromat. Oleh karena itu, untuk mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah pada memerlukan ion kromat yang berasal dari indikator kalium kromat. Sehingga pada praktikum kali ini indikator kalium kromat tidak dapat digantikan, dikarenakan sudah sesuai dengan metode yang digunakan yaitu metode Mohr

3. Mengapa cara kerja pada standarisasi perak nitrat 0,1 N diperlukan lagi pengeringan NaCl di suhu 300 derajat Celcius dan membuat larutan 0,1 N kembali ya? Padahal di cara kerja sudah ada prosedur pembuatan larutan NaCl 0,1 N tanpa dilakukan pengeringan NaCl sebelum dilakukannya standarisasi. Jadi, yang sebenarnya dilakukan di laboratorium, apakah dalam pembuatan larutan NaCl harus dilakukan pengeringan terlebih dahulu?

Jawab:

Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi VI, NaCl memiliki sifat kelarutan yaitu mudah larutan dalam air (Kemenkes RI, 2020, hal. 1225), sehingga untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian massa NaCl maka perlu dilakukan proses pengeringan pada NaCl. NaCl yang tidak dikeringkan terlebih dahulu maka nantinya pada saat penimbangan tidak menghasilkan penimbangan NaCl yang murni, dikarenakan NaCl memiliki sifat yang mudah menyerap air (higroskopis) sehingga apabila tidak dikeringkan terlebih dahulu maka akan mengakibatkan NaCl terserap oleh air dan air yang terjerap dalam NaCl akan

(12)

meningkatkan massa NaCl pada saat penimbangan (Kemenkes RI, 2014, hal. 917) Pada praktikum kali ini tidak perlu melakukan pengeringan NaCl karena sampel yang digunakan adalah infus NaCl. Selain itu, pengeringan NaCl juga membutuhkan waktu yang lama kurang lebih memerlukan waktu 2 jam. Pengeringan NaCl dilakukan untuk pembuatan larutan baku NaCl yang digunakan untuk menetukan kadar titran sehinggan diusahakan memaikai NaCl yang sudar diketahui gradenya dan memiliki kemurnian 100%

4. Apa tujuan dari penetapan kadar infus NaCl?

Jawab:

Tujuan dari penetapan kadar infus NaCl adalah untuk quality control, yaitu mengontrol kualitas produk, maka dalam periode tertentu dilakukan sampling, seperti uji penetapan kadar untuk mengetahui apakah kadar dari sediaan yang dibuat sudah memenuhi spesifikasi/klaim etiket. Infus NaCl perlu dilakukan penetapan karena sebagai quality control dari infus NaCl itu sendiri. Dimana kadar cairan infus normal saline atau NaCl 0,9% yang merupakan cairan mengandung 9 gram NaCl/liter. Selain itu umumnya semua produk dari semua jenis sediaan ketika diproduksi harus dilakukan quality control terlebih dahulu sebelum dapat dipasarkan

5. Apa yang dimaksud dengan tiap mL perak nitrat 0,1 N LV setara dengan 5,844 mg NaCl dan bagaimana cara mengkonversi massa yang didapatkan dalam titrasi untuk mengembalikan sediaan diawal, yakni berupa % b/v?

Jawab:

Tiap mililiter perak nitrat (AgNO3) 0,1 N yang digunakan untuk mentitrasi setara dengan 5,844 mg NaCl. Jadi jika didapatkan 1 mL perak nitrat untuk mentitrasi NaCl maka kadar NaCl pada sampel adalah 5,844 mg dan apabila perak nitrat yang digunakan memiliki normalitas 0,1 N. Cara mengkonversi massa yang didapatkan dalam titrasi ke sediaan awal (% b/v), jika volume AgNO3 yang menyebabkan perubahan warna adalah 1 mL, berati setara dengan 5,844 mg. Jika ingin mengetahui kadarnya 5.844 mg dibagi sengan 500 mL atau sesuai dengan volume sampelnya, jadi dicari berapa perbandingan persennya. Yang terpenting adalah satuannya benar yakni gram/100 mL. Berapapun nanti massanya perlu dikonversi ke gram terlebih dahulu dan volume larutan dikonversi menjadi 100 mL, baik pembilang/penyebutnya dibagi atau dikali agar didapat volume 100 mL dan sesuai dengan 5 b/v (1 gram zat dalam 100 mL pelarut)

(13)

6. Pada penuntun praktikum menggunakan sampel NaCl sedangkan diinstruksikan untuk menggunakan sampel infus NaCl. Jika tersedia infus NaCl 0,9 % 500 mL maka berapa mL NaCl yang akan digunakan dalam titrasi?

Jawab:

Diketahui:

Volume infus NaCl = 500 mL Konsenterasi infus NaCl = 0,9% b/v

Ditanya: Berapa mL NaCl yang diambil jika memerlukan 100 mg NaCl dan 90 mg Jawab:

- Massa NaCl dalam infus = Konsentrasi × Volume

= 0,9 gram

100 mL × 500 mL

= 4,5 gram

= 4.500 mg

- Jika memerlukan 100 mg NaCl (berdasarkan buku petunjuk) Diketahui:

Massa infus NaCl = 4.500 mg Volume infus NaCl = 500 mL Massa NaCl yang diperlukan = 100 mg Ditanya: Berapa mL yang diambil?

Jawab:

• Volume yang diambil = 500 mL

4.500 𝑚𝑔× 100 mg

= 11,1 mL

≈ 10 mL

Jadi, volume yang diambil jika diperlukan NaCl 100 mg adalah 10 mL - Jika memerlukan 90 mg NaCl (Sesuai Farmakope Indonesia VI)

Diketahui:

Massa infus NaCl = 4.500 mg Volume infus NaCl = 500 mL Massa NaCl yang diperlukan = 100 mg Ditanya: Berapa mL yang diambil

Jawab:

• Volume yang diambil = 500 mL

4.500 𝑚𝑔× 90 mg

(14)

= 10 mL

Jadi, volume yang diambil jika diperlukan NaCl 90 mg adalah 10 mL

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. R. C., Denny, G. H., dan Jeffrey, J. M. 2000. Vogel's Textbook of Quantitative Chemical Analysis. 6th Edition. Jakarta: EGC.

Gandjar, I. G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia. Edisi VI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Khopkhar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Edisi ke 4. Jakarta: UI Press Mulyono, H, A, M. 2005. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara

Rodiani, T. 2013. Analisis Titrimetri dan Gravimetri. Cianjur: Kementerian Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian Cianjur

Sari, N.P.Y.P., I.M.O.A. Parwatha, dan I.A.M. Parthasutema. 2014. Pengaruh Ion Tiosulfat Terhadap Pengukuran Kadar Klorida Metode Argentometri. Chemistry Laboratory.

1(2): 83 – 91.

Skoog, D. A., West, D. M., & Holler, F. J. 2013. Fundamentals of Analytical Chemistry.

Cengage Learning.

Referensi

Dokumen terkait

Titis Utami Agung : Analisis Kadar Khlorida Pada Air Dan Air Limbah Dengan Metode Argentometri, 2009.. ANALISIS KADAR KHLORIDA PADA AIR DAN AIR LIMBAH DENGAN

Tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah untuk mengetahui kadar klorida pada air bersih dengan metode argentometri (mohr) berdasarkan syarat yang ditetapkan oleh Permenkes Nomor

Melalui penelitian ini diketahui metode spektrofotometri sinar tampak memberikan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan metode titrasi asam basa dalam menetapkan kadar

Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat

Dari hasil percobaan penetapan kadar klorida pada air reservoir menggunakan metode argentometri diketahui bahwa air reservoir tersebut mengandung klorida dengan

Dengan demikian penetapan kadar ammonium klorida metode titrasi argentometri dinyatakan valid karena hasil yang diperoleh memenuhi syarat.. Kata kunci: validasi metode analisa; ammonium

Penentuan Klorida  Menimbang dengan teliti tiga cuplikan seberat 0,25 gr dan melarutkannya ke dalam air sampai 100 mL  Mengambil 25 Ml alikot, dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer

Tabel ini merangkum metode titrasi presipitasi argentometri, termasuk jenis sampel, standar, indikator, dan reaksi yang