• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KADAR ION KLORIDA PADA SOSIS DAN NUGGET DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI VOLHARD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KADAR ION KLORIDA PADA SOSIS DAN NUGGET DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI VOLHARD"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI

ANALISIS KADAR ION KLORIDA PADA SOSIS DAN NUGGET

DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI VOLHARD

Oleh :

Ahmad Fatoni, M.Si

DIBIAYAI OLEH : MANDIRI

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI

(2)

RINGKASAN DAN SUMMARY

ANALISIS KADAR ION KLORIDA PADA SOSIS DAN NUGGET DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI VOLHARD

Ahmad Fatoni

STIFI Bhakti Pertiwi Palembang Jln. Ariodillah 3 No. 22 A Palembang

Telah dilakukan penelitian analisis kadar ion klorida pada sosis dan nugget dengan metode titrasi argentometri volhard. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar ion klorida pada sosis dan nugget dan mengetahui hubungan secara teori antara kontribusi ion klorida dengan asupan klorida per hari pada orang dewasa. Metode yang digunakan untuk analisis ion klorida adalah metode titrasi secara argentometri Volhard. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar ion klorida pada sampel 1 sampai sampel 12 berkisar antara 10,49 mEq – 29,80 mEq. Jika dihubungkan dengan konsumsi rata-rata ion klorida perhari yaitu 50 – 200 mEq perhari maka asupan klorida dalam satu buah sosis ayam, sosis sapi, maupun nugget masih dibawah rata-rata konsumsi klorida perhari.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i

Surat Keterangan Selesai Penelitian Mandiri ii Berita Acara Seminar Hasil Penelitian iii Halaman Pengesahan Validasi Karya Ilmiah v Surat Pernyataan Keabsahan Karya Ilmiah vi

Kontrak Penelitian MANDIRI vii

2.3. Tujuan penambahan garam dapur pada sosis dan

nugget 4

2.4. Klorida

2.5. Titrasi 5

2.6. Argentometri 5

2.7. Indikator Feri klorida 7

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian 8

3.2. Manfaat Penelitian 8

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian 9

4.2. Alat dan Bahan Penelitian 9

(4)

DAFTAR GAMBAR

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 5.1. Hasil Uji kualitatif sampel 12

2. Tabel 5.2. Hasil perhitungan pembakuan larutan KCNS 13

3. Tabel 5.3. Hasil perhitungan penetapan kadar klorida

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan

Larutan Baku Primer AgNO30,01 N 20

2. Lampiran 2. Perhitungan Pembakuan Larutan KCNS 21

3. Lampiran 3. Perhitungan penetapan kadar 22

4. Lampiran 4. Sampel Awal yang Diuji 24

5. Lampiran 5. Hasil Filtrat Sampel 25

6. Lampiran 6. Uji Kualitatif Pembanding Sampel 26

7. Lampiran 7. Uji Kualitatif Pada Sampel 27

8. Lampiran 8. Pembakuan Larutan KCNS

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan siap saji seperti sosis dan nugget sudah menjadi kegemaran

keluarga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa karena sangat praktis, enak dan

bergizi. Menurut Komariah, dkk (2005) kata sosis atau sausage berasal dari

bahasa Latin yaitu salsus yang berarti digarami. Secara harfiah, sosis dapat

diartikan sebagai daging yang diolah dengan proses penggaraman. Definisi lain

adalah sosis merupakan daging yang digiling lalu ditambah bumbu dan dimasukkan

ke dalam selongsong sebagai wadahnya. Sedangkan menurut Alamsyah (2008),

pembuatan nugget yaitu daging yang telah dihaluskan dicampur dengan garam,

tepung, dan bumbu lainnya yang diaduk hingga tercampur merata dan siap

dimasukkan ke dalam loyang. Penambahan garam kedalam sosis berfungsi untuk

melarutkan protein, memberikan cita rasa, dan untuk mengawetkan (Purwaningsih,

2007). Sedangkan penambahan garam kedalam nugget berfungsi untuk melarutkan

protein, meningkatkan daya ikat air, penegas cita rasa dan bahan pengawet ( Aswar,

2005).

Konsumsi asupan klorida pada orang dewasa dalam keadaan normal

rata-rata mengkonsumsi 50 – 200 mEq klorida perhari (Yaswir dan Ferawati, 2012).

Kekurangan klorida dalam tubuh dapat terjadi ketika tubuh Anda kehilangan banyak

cairan. Hal ini mungkin karena berkeringat berat, muntah, atau diare. Obat-obatan

seperti diuretik juga dapat menyebabkan kadar klorida rendah. Sedangkan kelebihan

klorida dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan penumpukan cairan pada

orang dengan gagal jantung kongestif, sirosis, atau penyakit ginjal (Wax, 2015).

Kadar ion klorida (Cl-) dapat ditentukan dengan metode Titrasi. Salah satu

jenis titrasi yaitu Volumetri yang terdiri dari Asidimetri, Alkalimetri, Oksidimetri,

dan Argentometri. Titrasi Argentometri merupakan salah satu cara untuk

menentukan kadar zat (salah satunya ion Cl-) dalam suatu larutan yang dilakukan

dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+. Titrasi Argentometri digunakan

(8)

(Agung, 2009). Titrasi ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan indikatornya

yaitu Mohr, Volhard, dan Fajans. Metode Volhard termasuk jenis titrasi secara tidak

langsung. Klorida ditambahkan perak nitrat berlebih dan kelebihannya dititrasi

kembali dengan tiosianat standar (Underwood dan Day,1992). Larutan pada titrasi

metode Volhard harus dalam keadaan asam dengan pH larutan harus dibawah 3.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang analisis kadar ion klorida yang terkandung didalam sosis dan nugget yang

tidak bermerek. Penetapan kadar klorida ini akan dilakukan dengan metode titrasi

Argentometri Volhard.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan pada penelitian ini

adalah:

1. Berapa kadar ion klorida yang terdapat pada sosis dan nugget ?

2. Bagaimana hubungan secara teori antara kontribusi ion klorida terhadap asupan

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sosis dan Nugget

Sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus

(tidak kurang dari 75%) dengan tepung atau pati tanpa penambahan bumbu-bumbu

dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dan dimasukkan ke dalam

selongsong sosis. Bahan baku yang digunakan untuk membuat sosis terdiri dari

bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging, es, minyak, garam dan

lemak, sedangkan bahan tambahannya yaitu bahan pengisi, bahan pengikat,

bumbu-bumbu, bahan penyedap, dan bahan makanan lain yang diizinkan (bahan inovasi).

Isitilah sosis bersal dari kata dalam bahsa latin “salsus”, yang memiliki arti garam,

sehingga sosis dapat diartikan sebagai daging giling yang diawetkan dengan garam

(Kramilich, 1973). Pada umumnya, sosis dibuat dari daging sapi, daging ayam,

daging babi, dan ikan (Purwaningsih, 2007).

Nugget adalah suatu bentuk produk daging giling yang diselimuti oleh

breading, digoreng setengah matang lalu dibekukan untuk mempertahankan mutunya

selama penyimpanan. Pada dasarnya pembuatan nugget daging mencakup lima

tahap, yaitu penggilingan yang disertai dengan pencampuran bumbu, bahan pengikat,

dan emulsifier, pencetakan, breading, pre-frying dan pembekuan. Pembuatan nugget

memerlukan bahan pembantu yaitu garam, gula, bawang putih, dan merica (Aswar,

2005).

2.2. Garam Dapur

Garam dapur (NaCl) berbentuk hablur heksahedral tidak berwarna atau

serbuk hablur putih/berbentuk kristal putih, tidak berbau, rasa asin (Farmakope

Indonesia IV, 1995). Yang mempunyai berat molekul 58.44 g/mol dengan kelarutan

1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol.

Secara fisik garam dapur adalah benda padatan yang merupakan kumpulan

senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya

seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida dan lain-lain. Garam

(10)

density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C

(Burhanuddin, 2001).

Garam Natrium Klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya

dengan unsur iodine (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan kristal

berwarna putih, berasa asin, tidak higrokopis bila mengandung MgCl2 menjadi

berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk

makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan untuk pembuatan

keramik, kaca, dan pupuk) sebagai zat pengawet (Mulyono, 2009).

2.3. Tujuan Penambahan Garam pada Sosis dan Nugget

Garam yang digunakan dalam pembuatan produk sosis dan nugget adalah

jenis garam dapur (NaCl), garam dalam sosis tidak hanya berfungsi sebagai

pembentuk flavor, namun juga berpengaruh dalam pembentukan karakteristik fisik

dan adonan. Garam mempunyai peran yang cukup menentukan yaitu memberikan

kelezatan produk, mempertahankan flavor dari bahan-bahan yang digunakan,

berfungsi sebagai pengikat adonan sehingga mengurangi kelengketan. Selain itu,

garam juga dapat membantu mencegah berkembangnya mikroba yang ada dalam

adonan (Hui, 1992).

Sosis yang difermentasi umumnya mengandung garam 3-5%, sosis segar

1,5-2%, dan produk sosis masak mengandung 2-3% (Purwaningsih, 2007). Sedangkan

penambahan garam kedalam nugget berfungsi untuk melarutkan protein terutama

myosin dari daging, meningkatkan daya ikat air sehingga terbentuk produk nugget

dengan tekstur yang baik, penegas cita rasa, dan bahan pengawet. Konsentrasi garam

yang ditambahkan biasanya berrkisar 2 sampai 3% dari berat daging yang digunakan

( Aswar, 2005).

2.4. Klorida

Klorida merupakan anion utama cairan ekstraseluler. Jumlah klor merupakan

0,15% berat badan. Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30

mEq/KgBB. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak

dan orang dewasa. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12%

(11)

natrium atau hydrogen, klor akan membentuk ion klor yang bermuatan negatif

(Sibagariang, dkk., 2010).

2.5. Titrasi

Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan

adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan

kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya

(Underwood dan Day, 1992).

Berdasarkan jalannya reaksi yang terjadi, titrasi dapat dibedakan atas :

a. Titrasi langsung (Direct titration), yaitu larutan sampel dapat langsung dititrasi

dengan larutan standar / baku.

b. Titrasi tidak langsung (Indirect titration), yaitu larutan sampel direaksikan dulu

dengan pereaksi yang jumlah kepekaannya tertentu, kemudian hasil reaksi dititrasi

dengan larutan standar / baku.

c.Titrasi kembali (Back titration), cara ini dilakukan bila sampel tidak bereaksi

dengan larutan baku atau reaksinya lambat. Dalam hal ini ditambahkan zat ketiga

yang telah diketahui kelebihannya dititrasi dengan larutan baku.

d. Titrasi pergantian (Displacement titration), cara ini dilakukan bila analit atau

unsur yang akan ditetapkan tidak bereaksi langsung dengan larutan baku, tidak

bereaksi secara stokiometri dengan penunjuk.

Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas (Underwood dan

Day, 1992):

1. Asidimetri dan Alkalimetri

Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa.

2. Oksidimetri

Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi.

3. Argentometri

Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi presipitasi (pengendapan dari ion Ag+)

2.6. Argentometri

2.6.1. Prinsip

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum yang berarti

(12)

dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan

dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi

indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan

mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat

tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan

(Underwood dan Day, 1992).

Dasar titrasi Argentometri adalah reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat

yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan labu AgNO3. Zat tersebut

misalnya garam-garam halogenida (Cl, Br, I), sianida (CN), tiosianida (SCN) dan

fosfat (Agung, 2009).

2.6.2. Jenis-Jenis Argentometri

Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan

atas:

2.6.2.1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)

Seperti halnya suatu sistem asam-basa dapat digunakan sebagai suatu

indikator untuk titrasi asam-basa, maka pembentukan endapan yang lain dapat

digunakan untuk menunjukkan kesempurnaan suatu titrasi pengendapan. Contoh

untuk keadaan demikian adalah yang disebut dengan titrasi Mohr dari klorida dengan

ion perak yang dalam hal ion khromat digunakan sebagai indikator. Penampilan

utama yang tetap dari endapan perak khromat yang kemerah-merahan di anggap

sebagai titik akhir titrasi. Titrasi mohr terbatas pada larutan-larutan dengan harga pH

dari kira-kira 6-10 (Underwood dan Day, 1992).

Metode Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromide dengan perak

dan juga ion sianida dalam larutan sedikit alkalis. Perak tidak dapat dititrasi secara

langsung dengan klorida dengan menggunakan indikator khromat. Endapan perak

khromat yang semula ada, larut kembali dengan hanya perlahan-lahan dekat titik

ekivalen. Akan tetapi larutan klorida standar dalam jumlah berlebih dapat

ditambahkan dan kemudian dititrasi kembali menggunakan indikator khromat

(Underwood dan Day, 1992).

(13)

Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan

asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih.

Metode ini dapat dipergunakan untuk titrasi langsung dengan perak dari larutan

tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida. Pada keadaan

terakhir ini perak nitrat berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi dengan

tiosianat standar. Anion-anion yang lain seperti bromide dan iodide dapat ditentukan

dengan prosedur yang sama (Underwood dan Day, 1992).

2.6.2.3. Metode Fajans

Metode ini adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan

pada jenis indikator yang digunakan yaitu indikator absorbs seperti cosine atau

fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah

AgNO3 hingga suspense violet jadi merah. PH tergantung pada macam anion dan

indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh

permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna (Khopkhar, 1990).

2.7. Indikator Ferri Klorida

Indikaror ferri klorida ini bila dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis

yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas) (Holleman, 2001).

Indikator ini digunakan pada metode volhard yang harus dalam keadaan asam. Jika

(14)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kadar ion klorida pada sosis dan nugget.

2. Untuk mengetahui hubungan secara teori antara kontribusi ion klorida dengan

asupan klorida per hari pada orang dewasa.

3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan kadar ion klorida dalam suatu sampel melalui titrasi Argentometri

secara Volhard.

2. Memberikan gambaran secara teori tentang kontribusi ion klorida dengan asupan

(15)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016 di

Laboratorium Penelitian STIFI Bhakti Pertiwi Palembang.

4.2.Alat dan Bahan

4.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini alat-alat gelas standar laboratorium,

biuret, klem, statif dan alat pendukung lainnya.

4.2.2. Bahan

dibeberapa mall kota Palembang yaitu Hypermart PSX (Matahari Mall), Carrefour

PS Mall, Transmart OPI Mall, dan PIM. Sampel diambil di setiap mall kota

Palembang yang menjual sosis ayam, sosis sapi, dan nugget curah. Seluruh populasi

sosis dan nugget curah yang didapat dijadikan sampel. Sampel yang digunakan

sebanyak 12 sampel sosis dan nugget yang berbeda serta tidak bermerek. Sampel

dimasukkan ke dalam plastik berbeda dan diberi label.

4.3.2. Preparasi Sampel (Glinski, 2000)

Timbang masing-masing sampel sosis dan nugget yang sudah dihaluskan

sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan kedalam erlemeyer 250 ml. lalu

ditambahkan dengan air panas hingga 50 ml dan kocok ± 2 menit agar semua garam

larut maksimal, kemudian dinginkan sebentar. Kemudian saring dengan

menggunakan kertas saring sehingga di dapat filtrat yang jernih.

(16)

a. Pipet larutan KBr 0,01 N sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

d. Pipet 1 ml sampel filtrat jernih dari masing-masing sampel dengan pipet volume,

masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan larutan AgNO30,01 N sebanyak 1 ml

kemudian kocoklah hingga terbentuk endapan. Bandingkan warna endapan yang

terjadi. Jika endapan berwarna putih maka positif mengandung klorida.

4.3.4. Pembakuan Larutan KCNS dengan Larutan AgNO3

(Sudarmadji dkk, 1997)

Masukan 2,5 ml larutan standar AgNO3 0,01 N dengan pipet volume ke

dalam Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 1 ml larutan HNO31 N dan tambahkan 3 tetes

larutan indikator FeCl3.6H2O. Kemudian dititrasi dengan larutan KCNS yang akan

dibakukan sampai pertama kali terbentuk warna merah, catat volume KCNS yang

digunakan dan ulangi titrasi sebanyak 3 kali. Kemudian hitung Normalitas larutan

KCNS.

N

AgNO3 = Normalitas larutan AgNO3

V

KSCNS = Volume larutan KCNS yang digunakan ( ml )

(17)

Pipet 2,5 ml sampel filrat jernih dari sampel dengan pipet volume, masukkan ke

dalam Erlenmeyer 250 ml. Lalu tambahkan larutan standar AgNO30,01 N sebanyak

3,5 ml. Kocoklah untuk mengkoagulasi endapan, kemudian saring melalui kertas

saring. Lalu filtrat hasil saringan tersebut tambahkan 1 ml asam nitrat encer 1 N dan

ditambah 3 tetes indikator FeCl3.6H2O 1 N. Lalu dititrasi dengan larutan KCNS

0,01 N sampai diperoleh warna merah kecoklatan yang permanen. Catat volume

KCNS yang digunakan dan ulangi titrasi sebanyak 3 kali.

Perhitungan :

V

AgNO3= Volume AgNO3mula-mula (ml)

N

AgNO3= Normalitas AgNO3

V

KCNS = Volume larutan KCNS yang digunakan (ml)

N

KCNS = Normalitas larutan KCNS

4.4 Analisis Data

Pengamatan dilakukan dengan mencatat berbagai volume titrasi larutan

KCNS oleh larutan AgNO3. Data yang diperoleh tersebut akan dihitung dengan

perhitungan kesetaraan hingga diperoleh berat (gram) ion klorida. Ion klorida yang

diperoleh dihubungkan dengan perhitungan asupan klorida perhari untuk orang

(18)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

a. Uji kualitatif sampel

Adapun hasil uji kualitatif pada sampel adalah seperti pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Uji kualitatif sampel

No Sampel Jenis Sampel + / - Klorida

1 Ke-1 Sosis Ayam +

2 Ke-2 Sosis Ayam +

3 Ke-3 Sosis Ayam +

4 Ke-4 Sosis Ayam +

5 Ke-5 Sosis Sapi +

6 Ke-6 Sosis Sapi +

7 Ke-7 Sosis Sapi +

8 Ke-8 Sosis Sapi +

9 Ke-9 Nugget +

10 Ke-10 Nugget +

11 Ke-11 Nugget +

12 Ke-12 Nugget +

b. Pembakuan larutan KCNS dengan larutan AgNO30,01 N

Adapun hasil perhitungan pembakuan larutan KCNS adalah seperti pada tabel

(19)

Tabel 5.2 Hasil perhitungan pembakuan larutan KCNS

No Pembakuan N KCNS (Setelah Pembakuan)

1 Ke-1 0,0153 N

2 Ke-2 0,0144 N

3 Ke-3 0,0134 N

4 Ke-4 0,0121 N

Perhitungan pembakuan larutan KCNS ada di lampiran 7.

c. Penetapan kadar sampel

Adapun hasil perhitungan penetapan kadar klorida pada sampel adalah seperti

pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Hasil perhitungan penetapan kadar klorida pada sampel

No Sampel Jenis Sampel Kadar klorida (mEq)

1 Ke-1 Sosis Ayam 18,64

Perhitungan pembakuan larutan KCNS ada di lampiran 8.

5.2. Pembahasan

(20)

a. Preparasi sampel

Sampel sosis dan nugget ini mengandung garam dapur (NaCl), dimana 1

bagian NaCl larut dalam 3 bagian air. Preparasi sampel dilakukan dengan cara

melarutkan sampel di dalam air panas karena sampel yang mengandung NaCl sangat

mudah larut di dalam air panas sehingga klorida akan ikut larut sempurna di dalam

air panas tersebut (Glinski, 2000).

b. Uji kualitatif pada sampel dengan menggunakan larutan AgNO30,01 N

Uji kualitatif pada sampel ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil

reaksi KBr, KI, NaCl dan sampel yang ditambahkan larutan AgNO30,01 N.

Reaksi kimia yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :

KBr + AgNO3→ ↓AgBr (putih kehijauan) + KNO3

KI + AgNO3→ ↓AgI (putih kekuningan) + KNO3

NaCl + AgNO3→ ↓AgCl (putih) + NaNO3

Hasil reaksi KBr ditambah larutan AgNO30,01 N yaitu mula-mula berwarna

putih keruh kemudian terbentuk endapan putih kehijauan. Hasil reaksi KI ditambah

larutan AgNO30,01 N yaitu mula-mula berwarna putih keruh kemudian terbentuk

endapan putih kekuningan. Hasil reaksi NaCl ditambah larutan AgNO30,01 N yaitu

mula-mula berwarna putih keruh kemudian terbentuk endapan putih. Hasil reaksi 12

sampel yang ditambah larutan AgNO3 0,01 N menunjukkan hasil larutan yang

hampir sama yaitu berwarna putih sampai kekuningan keruh dan membentuk sedikit

endapan putih (Vogel, 1985).

c. Pembakuan larutan KCNS dengan menggunakan larutan AgNO30,01 N

Pada penelitian ini larutan AgNO30,01 N dibuat beberapa kali dikarenakan

larutan AgNO3 mudah teroksidasi oleh udara. Jadi pembakuan larutan KCNS pun

dilakukan beberapa kali.

Reaksi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :

AgNO3+ KCNS → AgCNS + KNO3

Fe3++ KCNS → Fe(CNS)3+ K+

Reaksi pada pembakuan KCNS ini yaitu AgNO3 yang ditambahkan indikator

(21)

maka kelebihan satu tetes dari larutan KCNS akan membuat larutan berubah warna

menjadi merah kecoklatan yang merupakan Titik Akhir Titrasi. Larutan merah

kecoklatan ini terbentuk Karena reaksi antara Fe3+dengan CNS-menjadi Fe(CNS)3.

Hasil pembakuan yang dilakukan yaitu 0,0153 N, 0,0144 N, 0,0134 N, dan

0,0121 N dari konsentrasi awal 0,01 N. Perbedaan hasil pembakuan KCNS ini

mungkin dipengaruhi oleh tingkat ketelitian pada saat penimbangan bahan, dan

mungkin tidak semua bahan dapat bereaksi sempurna dengan pelarut.

d. Penetapan kadar sampel dengan menggunakan larutan KCNS

Penetapan kadar sampel dilakukan dengan mula-mula mereaksikan filtrat

sampel dengan larutan AgNO3 0,01 N yang berupa larutan putih keruh dan

membentuk sedikit endapan putih. Itu karena terjadi ikatan antara Ag dengan sampel

yang mengandung klorida yang membentuk ikatan AgCl.

Karena kelarutan AgCNS lebih kecil daripada kelarutan AgCl yang hasil

reaksinya akan bergeser ke arah kiri sehingga dapat mengakibatkan analisis klorida

menjadi lebih kecil maka dilakukan penyaringan pada larutan tersebut. Kemudian

sisa Ag akan bereaksi dengan larutan KCNS yang awalnya larutan berwarna putih

keruh. Setelah Ag habis bereaksi maka kelebihan satu tetes dari larutan KCNS akan

membuat larutan berubah warna menjadi merah kecoklatan yang merupakan Titik

Akhir Titrasi. Larutan merah kecoklatan ini terbentuk karena reaksi antara Fe3+

dengan CNS-menjadi Fe(CNS)3.

5.2.2 Hubungan antara kadar klorida dalam sampel dengan konsumsi

klorida perhari

Dari hasil penelitian didapat bahwa kadar klorida pada Sampel 1 sampai

Sampel 12 berkisar antara 10,49 mEq – 29,80 mEq. Jika dihubungkan dengan

konsumsi rata-rata klorida perhari menurut Yaswir dan Ferawati (2012) yaitu 50 –

200 mEq perhari maka asupan klorida dalam satu buah sosis ayam, sosis sapi,

maupun nugget masih dibawah rata-rata konsumsi klorida perhari. Akan tetapi

biasanya pada usia anak-anak konsumsi sosis dan nugget ini lebih dari satu buah baik

sosis maupun nugget. Jika konsumsi satu buah sosis dan nugget bisa mencapai ±30

mEq, jadi jika konsumsi sosis dan nugget 2 buah maka jumlah klorida yang

(22)

maupun nugget sudah memenuhi batas konsumsi klorida untuk setiap hari dan jika

banyak mengonsumsi makanan yang tinggi klorida lainnya maka total asupan klorida

(23)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Kadar ion klorida yang paling tinggi yaitu 29,80 mEq dan kadar klorida yang

paling rendah yaitu 10,49 mEq. Kadar ion klorida yang didapat untuk 12 sampel

sosis ayam, sosis sapi, dan nugget bervariasi, secara berurutan dari yang paling

terendah sampai yang tertinggi yaitu : 10,49 mEq (sampel 12), 11,06 mEq

(sampel 11), 11,49 mEq (sampel 9), 12,96 mEq (sampel 10), 16,48 mEq (sampel

3), 17,86 mEq (sampel 2), 18,64 mEq (sampel 1), 19,74 mEq (sampel 4), 23,28

mEq (sampel 6), 23,51 mEq (sampel 5), 28,29 mEq (sampel 7), 29,80 mEq

(sampel 8).

2. Semua sampel sosis ayam, sosis sapi maupun nugget mempunyai kadar ion

klorida yang masih dibawah rata-rata konsumsi klorida orang dewasa perhari.

Tetapi jika dalam satu hari konsumsi sosis dan nugget lebih dari satu maka asupan

klorida untuk setiap hari sudah tercapai.

6.2. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti kadar ion klorida pada jenis

makanan maupun minuman lainnya.

2. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menguji bahan pengawet,

pewarna, bahkan bahan kimia berbahaya yang terdapat pada sosis, nugget maupun

jenis makanan siap saji lainnya.

(24)

Agung, T. U. 2009 . Analisis kadar klorida pada air dan air limbah dengan metode argentometri. (KTI). Medan : Universitas Sumatera Utara.

Alamsyah,Y. 2008.Nugget. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Aswar. 2005. Pembuatan fish nugget dari ikan nila merah (Oreochromis Sp). (Skripsi). Teknologi Hasil Perikanan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Burhanuddin. 2001. Proseeding forum pasar garam indonesia. Jakarta : Badan Riset Kelautan Dan Perikanan.

Farmakope Indoneia. 1995. Farmakope indonesia. (Edisi IV). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Glinski, Jacek. 2000. The argentometric determination of chlorides in food by the method of mohr comparison of the fajans, mohr dan volhard recipes. Analytical Chemistry Dept. Poland : Faculty of Chemistry.

Harjadi, W. 1990.Ilmu kimia analitik dasar. Jakarta: Gramedia.

Hui, F.H. 1992. Encyclopedia of food science and technology. New York : John Willy and Sons, Inc.

Khopkhar,S M. 1990.Konsep dasar kimia analitik. Jakarta : Bumi Aksara.

Komariah, S dan Purnomo, D. 2005. Aneka olahan daging sapi. Jakarta : Agro Media Pustaka.

Kramlich,W.E. 1973.Sausage product. 2nd edition. San Fransisco: W.H Freeman and Company.

Mulyono, H. 2009.Kamus kimia. Jakarta : Bumi Aksara.

Purwaningsih, E. 2007. Cara pembuatan tahu dan manfaat kedelai. Jakarta : Ganeca Exact.

Sibagariang, E. E, Pusmaika, R dan Rismalinda. 2010 . Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta : Trans Info Media.

(25)

Vogel, A.I. 1985. Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro. Bagian 2. (Edisi ke-5). Jakarta : Penerbit PT. Kalman Media Pustaka.

Wax, Emily. 2015. Referensi intakes diet (DRI) oleh badan pangan dan gizi institute of medicine. https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/ 002417.htm. Diakses pada tanggal 16 Maret 2016 jam 11.00 WIB.

Gambar

Tabel 5.1 Hasil Uji kualitatif sampel
Tabel 5.2 Hasil perhitungan pembakuan larutan KCNS

Referensi

Dokumen terkait

If, as we have seen throughout this chapter, Benjamin insists on a method of criticism that can account for the particularity of its object, then Romantic critique fails in this

1.Jenis tanaman yang disarankan pada kawasan rawan bencana longsor : Akasia, pinus, mahoni, hohar, jati, kemiri, dan damar serta di daerah berlereng curam di lembah dapat

Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja produksi suatu perusahaan selain merugikan secara langsung bagi pekerja yang bersangkutan juga menimbulkan dampak yang

Foto akar bibit kakao pada perlakuan tanpa pemberian pupuk organik kascing b.. Foto akar bibit kakao pada perlakuan 10% pupuk kascing dari media tanam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan Metode Numbered Head Together (NHT) dan Media Audio Visual dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi

Kandungan kimia pada rambut jagung antara lain adalah protein; karbohidrat; serat; beberapa vitamin seperti vitamin B, vitamin C, vitamin K; minyak atsiri; garam-garam

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa febris atau demam adalah keadaan kenaikan suhu tubuh dalam batas normal yaitu 37,8ºC, bila suhu tubuh diatas