ANALISIS KADAR KLORIDA (Cl) PADA AIR RESERVOIR
HAMPARAN PERAK DENGAN METODE ARGENTOMETRI
TUGAS AKHIR
OLEH:
LUCITANIA EXPRESSO
NIM 122410068
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dengan judul “Analisis Kadar Klorida (Cl) Pada Air Reservoir Hamparan Perak dengan Metode Argentometri”. Dimana penulisan Tugas Akhir (TA) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak antara lain:
1. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
3. Ibu Dra. Siti Nurbaya, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.
4. Ibu Ir. Hj. Zahriasani Siregar Kepala Laboratorium dan selaku Pembimbing PKL di PDAM Tirtanadi Sisingamangaraja Medan.
6. Seluruh Staf dan Pegawai PDAM Tirtanadi Sisingamangaraja Medan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
Serta secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yaitu Drs. Husein dan Zainab yang telah memberikan dukungan baik secara material maupun moril kepada penulis dengan penuh kasih sayang dalam pengerjaan Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya Tugas Akhir (TA) ini masih mempunyai kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir (TA) di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir (TA) ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya. Amin.
Medan, Mei 2015 Penulis,
Analisis Kadar Klorida (Cl) Pada Air Reservoir Hamparan Perak dengan Metode Argentometri
Abstrak
Pencemaran air adalah adanya suatu penyimpangan dari sifat - sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Untuk mengetahui kadar klorida (Cl) yang terkandung dalam air reservoir Hamparan Perak memenuhi baku mutu atau tidak maka dilakukan analisis secara Argentometri.
Kadar klorida (Cl) pada air reservoir Hamparan Perak yang diperiksa diperoleh 16,63 mg/l, dimana air reservoir tersebut layak digunakan oleh masyarakat setempat karena kadar klorida (Cl) yang diizinkan untuk pengolahan air minum secara konvensional berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 yaitu lebih kecil atau sama dengan 250 mg/l. Air reservoir Hamparan Perak layak digunakan dalam kegiatan sehari – hari masyarakat setempat karena memenuhi batas kadar klorida (Cl) yang diizinkan dan aman untuk digunakan.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Air ... 4
2.2 Pencemaran Air ... 5
2.2.1 Komponen Pencemaran Air ... 6
2.2.2 Dampak Pencemaran Air ... 6
2.2.3 Parameter Uji Kualitas Air ... 7
2.3 Pengolahan Air ... 12
2.5 Argentometri ... 18
2.5.1 Metode-metode Dalam Titrasi Argentometri ... 19
BAB III METODOLOGI ... 23
3.1 Tempat dan Waktu ... 23
3.2 Sampel yang Digunakan ... 23
3.3 Alat ... 23
3.4 Bahan ... 23
3.5 Prosedur ... 24
3.5.1 Pengambilan Sampel dan Penyimpanan Sampel ... 24
3.5.2 Persiapan Contoh Uji ... 24
3.5.3 Persiapan Pengujian ... 24
3.5.4 Pembuatan Pereaksi ... 25
3.5.5 Prosedur Analisis Klorida ... 26
3.5.6 Perhitungan ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Hasil ... 28
4.2 Pembahasan ... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
5.1 Kesimpulan ... 30
5.2 Saran ... 30
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Pemeriksaan Sampel Air Reservoir Hamparan Perak ... 32
Analisis Kadar Klorida (Cl) Pada Air Reservoir Hamparan Perak dengan Metode Argentometri
Abstrak
Pencemaran air adalah adanya suatu penyimpangan dari sifat - sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Untuk mengetahui kadar klorida (Cl) yang terkandung dalam air reservoir Hamparan Perak memenuhi baku mutu atau tidak maka dilakukan analisis secara Argentometri.
Kadar klorida (Cl) pada air reservoir Hamparan Perak yang diperiksa diperoleh 16,63 mg/l, dimana air reservoir tersebut layak digunakan oleh masyarakat setempat karena kadar klorida (Cl) yang diizinkan untuk pengolahan air minum secara konvensional berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 yaitu lebih kecil atau sama dengan 250 mg/l. Air reservoir Hamparan Perak layak digunakan dalam kegiatan sehari – hari masyarakat setempat karena memenuhi batas kadar klorida (Cl) yang diizinkan dan aman untuk digunakan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukan bahwa 65-75% dari berat badan manusia terdiri dari air. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5-3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2-3 minggu tanpa makanan, tapi hanya 2-3 hari tanpa air minum. Secara global kuantitas sumber daya air di bumi relatif tetap, sedangkan kualitasnya makin hari makin menurun (Suripin, 2004).
Kebutuhan air rata-rata secara wajar setiap orang adalah sebanyak 60 liter air bersih per hari untuk segala keperluannya. Pada tahun 2000 dengan jumlah penduduk dunia sebesar 6,121 milyar memerlukan air bersih sebanyak 367 km3 pada tahun 2025 492 km3 dan pada tahun 2100 memerlukan 611 km3 air bersih setiap harinya dengan kualitas yang baik (Suripin, 2004).
Untuk penyediaan air minum dari air bersih di perkotaan biasanya diperlukan pengolahan air. Sebelum pengolahan air perkotaan menjadi sesuatu yang umum digunakan, penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak bersih sering berjangkit, terutama penyakit tipus. Persyaratan untuk penyediaan air bersih perkotaan biasanya mengharuskan kebebasan total dari mikroorganisme patogen dan dari suspensi zat padat. Selain itu, air juga sebaiknya, walaupun tidak harus lunak dan tidak mempunyai rasa dan bau yang tidak dikhendaki (Austin, 1996).
Salah satu cara penetapan kadar klorida dapat dilakukan dengan menggunakan metode argentometri. Untuk menetapkan kadar klorida dalam suasana netral dengan larutan perak nitrat membentuk endapan dengan penambahan kalium kromat sebagai indikator setelah mencapai titik ekivalen maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah (Rohman, 2007).
1.2 Tujuan
Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kadar klorida (Cl) yang terkandung dalam air reservoir Hamparan Perak memenuhi baku mutu atau tidak.
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air
Air dapat berwujud padatan (es), cairan, dan gas (uap air). Dimana air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia (Achmad, 2004).
Air yang digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari adalah air bersih, berdasarkan PERMENKES RI NO 416/MENKES/PER/IX/1990 dimana air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih ini diperoleh dari air tanah yang terdiri dari air sumur gali atau sumur bor, air hujan, air ledeng, serta dari sumber mata air. Sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia, mineral, ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air (Effendi, 2003).
a. Golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga lainnya.
c. Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan pertanian.
d. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat digunakan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air (Kristanto, 2002).
2.2 Pencemaran Air
Air di permukaan bumi ini terdiri atas 97% air asin di lautan, 2% masih berupa es, 0,0009% berupa danau, 0,00009% merupakan air tawar di sungai dan sisanya merupakan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia, tumbuhan dan hewan yang hidup di daratan. Oleh sebab itu, air merupakan barang langka yang paling dominan dibutuhkan di permukaan bumi ini (Nugroho, 2006).
Seiring dengan menigkatnya kemajuan di sektor industri, semakin meningkat pula masalah pencemaran di Indonesia. Masuknya limbah industri ke dalam suatu perairan dapat menyebabkan menurunnya kualitas perairan tersebut (Nugroho, 2006).
2.2.1 Komponen Pencemaran Air
Meskipun rumus kimia air murni di lingkungan laboratorium adalah H2O namun kenyataannya di alam, rumus kimia tersebut seolah-olah berubah menjadi H2O + X. Dalam hal ini, X merupakan komponen-komponen yang masuk atau dimasukkan ke dalam badan air sehingga menyebabkan perairan menurun kualitasnya dan tidak sesuai dengan peruntukannya. Komponen tersebut dapat berupa komponen non-biologis dan komponen biologis (Nugroho, 2006).
Komponen non-biologis dapat berupa pupuk/nutrient tanaman, sampah/padatan, minyak, bahan radioaktif, senyawa anorganik dan mineral, termasuk logam-logam berat serta komponen organik sintetik seperti residu pestisida dan deterjen. Komponen biologis dapat berupa mikroba, khususnya mikroba yang bersifat merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya, seperti bakteri patogen dan bakteri pencemar (Nogroho, 2006).
2.2.2 Dampak Pencemaran Air
beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi (Nugroho, 2006).
Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk, seperti timbulnya bau, menurunnya keanekaragaman dan mengganggu estetika juga berdampak negatif bagi kesehatan makhluk hidup, Karena di dalam air yang tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen-komponen beracun (Nugroho, 2006).
2.2.3 Parameter Uji Kualitas Air
Untuk mengetahui apakah suatu perairan tercemar atau tidak, diperlukan serangkaian tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut. Beberapa parameter uji yang umumnya harus diketahui, yaitu:
a. Nilai keasaman (pH) dan alkalinitas
Umumnya air yang normal memiliki pH sekitar netral, berkisar antara 6 hingga 8. Air limbah atau air yang tercemar memiliki pH sangat asam atau pH cenderung basa, tergantung dari jenis limbah dan komponen pencemarnya.
b. BOD/COD
mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut. COD (Chemical Oxigen Demand), merupakan uji yang lebih cepat daripada uji BOD, yaitu suatu
uji berdasarkan reaksi kimia tertentu untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan (misalnya kalium dikromat) untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
c. Suhu
Kenaikan suhu tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut di dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif tinggi seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan air untuk mencari oksigen. Jika suhu tersebut tidak juga kembali pada suhu normal, lama kelamaan dapat menyebabkan kematian ikan dan hewan lainnya.
d. Warna, rasa, dan bau
Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan. Rasa air seringkali dihubungkan dengan bau air. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan air dan hewan air, baik yang masih hidup maupun yang mati.
e. Jumlah padatan
padatan tersuspensi dan padatan yang terlarut. Padatan yang mengendap terdiri dari partikel-partikel yang berukuran relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Padatan tersebut terbentuk biasanya merupakan akibat erosi. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi berukuran lebih kecil dan lebih ringan daripada padatan terendap. Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang larut dalam air seperti gula dan garam-garam mineral hasil buangan industri kimia.
f. Kehadiran mikroba pencemar
Air merupakan habitat berjenis-jenis mikroba, seperti alga, protozoa dan bakteri. Dari sekian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan manusia, ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki kehadirannya karena mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Mikroba tersebut dapat berperan sebagai bioindikator kualitas perairan dan secara khusus akan dibahas pada bab selanjutnya.
g. Kandungan minyak dan lemak
menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air.
h. Kandungan bahan radio aktif
Meskipun jarang terjadi, namun pada perairan yang dekat dengan industri peleburan dan pengolahan logam seringkali ditemukan bahan radio aktif seperti uranium, thorium-230 dan radium-226. Komponen-komponen tersebut dapat terlarut dalam air hujan dan masuk ke sumber-sumber air yang ada. Komponen radioaktif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara. Semua radio aktif menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, diantaranya dapat menyebabkan gangguan pada fungsi syaraf, gangguan dalam pembelahan sel yang menyebabkan kanker serta gangguan dalam pembentukan sel-sel darah yang menyebabkan anemia.
i. Kandungan logam berat
sedikitnya lima kali lebih besar daripada air. Logam-logam berat yang sering dijumpai dalam lingkungan perairan yang tercemar limbah industri adalah merkuri atau air merkuri (Hg), Nikel (Ni), Kromium (Cr), Kadmium (Cd), Arsen (As), dan Timbal (Pb). Logam-logam tersebut dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organism dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. Selanjutnya, menurut sifat toksisitasnya unsur-unsur dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan, yaitu:
- Unsur-unsur yang tidak bersifat toksik, yaitu: Na, K, Mg, Ca, H, O, N, C, P, Fe, Cl, Br, F, Li, Rb, Sr, Al, dan Si.
- Sangat toksik dan mudah dijumpai, yaitu: Be, Co, Ni, Cu, Zn, Sn, As, Te, Pd, As, Cd, Pt, Au, Ti, Pb, Jb, dan Bi.
- Sangat toksik tetapi tidak larut dan sukar dijumpai, yaitu: Ti, Ht, Zr, W, Nb, Ta, Re, Ga, La, Rh, Ir, Ru, dan Br.
Logam berat sebagai salah satu sumber pencemar anorganik yang masuk ke dalam perairan tersebut dapat berasal dari:
- Pelapukan batuan yang mengandung logam berat pencemaran ini berasal alamiah.
- Industri yang memproses biji tambang.
- Pabrik-pabrik dan industri yang mempergunakan logam berat di dalam proses produksinya.
- Logam berat yang berasal dari eksheta manusia dan hewan karena tidak sengaja mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh logam berat.
Meskipun manusia tidak secara langsung mengkonsumsi logam berat, namun secara tidak langsung logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum dan makanan yang dikonsumsinya. Air yang tersimpan pada malam hari di dalam pipa-pipa saluran air dapat menyebabkan meresapnya timbal dan kadmium dari pipa ke dalam air yang akan dikucurkan (Nugroho, 2006).
2.3 Pengolahan Air
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat, PDAM melakukan pengolahan terhadap air baku dari beberapa sumber yaitu mata air dan air sungai. Adapun proses pengolahannya dimulai dari pengambilan air baku melalui intake. Intake tersebut mempunyai saringan untuk menyaring sampah-sampah kasar yang ada di air baku. Kemudian air baku dialirkan ke dalam Presentlink Tank (bak pengendap). Disini air baku diberi gas chlorine yang
berguna mengoksidasi zat-zat anorganik dan juga sebagai desinfektan atau pembunuh bakteri. Setelah itu air baku dipompakan ke Splitter Box melalui Raw Water Pumping Station (rumah pompa air baku). Di dalam Splitter Box air baku
alat untuk mempercepat proses pembentukan flok. Disini juga terjadi pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent lalu dilanjutkan ke Filter. Filter berfungsi untuk menyaring flok halus dan kotoran lain yang lolos dari Clarifier. Media filter ini terdiri dari bahan-bahan batuan, kerikil dan pasir kuarsa. Kemudian air bersih yang keluar dari filter ditampung di dalam reservoir.
Air bersih yang ada didalam reservoir ditambahkan lagi dengan kaporit dan kapur melalui Dossing Pump. Larutan kapur berfungsi untuk mengatur pH air bersih agar sesuai dengan kualitas air bersih yang dibolehkan untuk diminum. Larutan kaporit disuntikkan ke reservoir apabila Chlorination (ruang klorin) tidak berfungsi. Akhirnya melalui Finish Water Pump Station (rumah pompa air bersih), air bersih dialirkan dari reservoir melalui pipa transmisi ke pelanggan.
Dalam pengolahan juga terdapat berbagai kesulitan, antara lain:
a. Adanya fosfat yang berlebihan dapat mengakibatkan kesulitas di dalam pengendapan oleh flokulan. Dosis flokulan harus diperbesar, dengan demikian biaya untuk membeli flokulan sebagai koagulan naik dan biaya produksi naik pula.
b. Zat-zat organik, algae, plankton dan mikroba-mikroba nitrifikasi yang sangat halus dapat mengakibatkan kesulitan pada proses pengendapan dengan flokulan biasa, tetapi akan mengendap apabila di aerasi (menghembuskan oksigen / udara ke dalam cairan).
juga cukup deras untuk mencegah pertumbuhan algae dan plankton. Namun ini tidak berarti bahwa pekerjaan instalasi menjadi ringan, pekerjaan instalasi tetap berat hanya saja hasil pengolahannya dapat berkualitas lebih baik.
Pengolahan air merupakan suatu usaha menjernihkan air dan meningkatkan mutu air agar dapat diminum. Proses pengolahan air meliputi 4 (empat) tahap yaitu:
1. Proses pemurnian air yaitu suatu proses merubah keadaan air dari keruh, berbau dan berwarna, pH beraneka menjadi air yang jernih, bebas dari keruh, berbau dan berwarna serta pH yang netral.
2. Proses desinfeksi yaitu proses agar kuman patogen yang berada dalam air dipanaskan. Cara yang dipakai dalam proses desinfeksi adalah sebagai berikut:
a. Klorinsasi: Air setelah mengalir melalui filter pasir cepat maka air tersebut akan diberi klor 60% dengan perbandingan satu kubik air diperlukan klor sebanyak 5 gram. Dalam pemakaian klor cenderung meningkat keasaman air maka terdapat reaksi.
H2O + Cl2 HCl + HClO HClO HCl + [O]
b. Ozonisasi: Air yang mendapat ozon atau ozonisasi, kuman-kuman yang terkandung di dalamnya akan mati. Cara ozonisasi air mengalir melalui suatu penekanan, ozon (O3) akan larut di dalam air.
H2O + O3 H2O + O2 + [O]
c. Proses ultravioletisasi: Melalui penyinaran ultraviolet dengan intensitas cahaya pada air yang sedang mengalir maka kuman-kuman yang terdapat di dalam air akan mati.
3. Proses filtrasi : Proses ini terhadap zat atau unsur mineral dan kuman patogen. Filter yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Filter karbon aktif: Filter ini menggunakan karbon aktif berbentuk bubuk atau butiran.
b. Filter keramik: Filter ini terbuat dari bahan dasar keramik atau bubuk halus kemudian dibentuk menjadi keramik.
c. Filter selaput disebut juga filter membran, ada tiga macam filter selaput yaitu filter selaput selulosa asetat, filter selaput selulosa triacetate dan filter resin poliamida.
d. Filter pasir karang aktif.
2.4 Klorida (Cl)
Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi karbonil klorida sangat beracun. Di Indonesia, klor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak Cl akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu klor di dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi klor ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena itu, di berbagai Negara maju sekarang ini, kloronisasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan (Slamet, 1994).
Klorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi desinfektan, tapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan merusak pipa-pipa instalasi (Gintings, 1992).
Konsentrasi maksimum yang dibolehkan dalam air 250 mg/l. Kadar yang berlebihan menyebabkan air asin rasanya. Rasa asin akan bertambah akibat adanya limbah yang mencemari air (Sutrisno, 2007).
pada air untuk melarutkan klorida dari humus (topsoil) dan lapisan-lapisan yang lebih dalam. Percikan dari laut terbawa ke pedalaman sebagai tetesan atau sebagai Kristal-kristal garam kecil, yang dihasilkan dari penguapan air dalam tetes-tetes tersebut. Sumber-sumber ini secara tetap mengisi klorida di daerah pedalaman di mana mereka jatuh (Sutrisno, 2007).
Kotoran manusia, khususnya urin, mengandung klorida dalam jumlah kira-kira sama dengan klorida yang di konsumsi lewat makanan dan air. Jumlah ini rata-rata kira-kira 6 gr klorida perorangan perhari dan menambah jumlah Cl dalam air bekas (sewage) kira-kira 15 mg/l di atas konsentrasi dalam air yang membawanya, di samping itu banyak air buangan dari industri yang mengandung klorida dalam jumlah yang cukup.
Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia. US Public Health Service menyatakan bahwa klorida hendaknya dibatasi sampai 250 mg/l dalam air yang akan digunakan oleh umum. Sebelum prosedur pemeriksaan bakteriologis berkembang percobaan kimia untuk klorida dan nitrogen, dalam berbagai bentuk, digunakan sebagai dasar dalam pendektesian kontaminasi air tanah oleh air bekas (Sutrisno, 2007).
2.5 Argentometri
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah:
AgNO3 + Cl¯ AgCl(s) +NO3¯
Sebagai indikator, dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna merah dengan adanya kelebihan ion Ag+ (Rohman, 2007).
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode titrasi kembali. Perak Nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung ion klorida atau bromida. Sisa AgNO3 selanjutnya dititrasi kembali dengan amonium tiosianat menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali adalah sebagai berikut:
AgCl(s)+ NO3¯ AgNO3 berlebih + Cl¯
Sisa AgNO3 + NH4SCN AgSCN(s) + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4) Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4
dengan hidrolisis sehingga harus dibakar dengan labu oksigen untuk melepaskan halogen sebelum dititrasi (Rohman, 2007).
2.5.1 Metode-metode Dalam Titrasi Argentometri
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, metode K. Fajans dan metode Leibig.
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan yang asam adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3 secara berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam asetat kemudian ditambah sedikit berlebihan CaCO3. Kerugian metode Mohr adalah:
d. Ion-ion yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang rendah sehingga penggojongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.
Titrasi langsung iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan penambahan amilum dan sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan hilang pada saat titik akhir dan warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan muncul (Rohman, 2007).
2. Metode Volhard
larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian kelebihan larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat (Rohman, 2007).
3. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorbs, yang mana pada titik ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini ialah, endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah besar dan ion bervalensi banyak harus dihindarkan karena mempunyai daya mengkoagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan warna indikator tidak jelas. Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan pengendap. Ion indikator harus tidak teradsorbsi sebelum tercapai titik ekivalen, tetapi harus segera teradsorbsi kuat setelah tercapai titik ekivalen. Ion indikator tidak boleh teradsorbsi sangat kuat, seperti misalnya pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang mana indikator teradsorbsi lebih dulu sebelum titik ekivalen tercapai (Rohman, 2007). 4. Metode Leibig
putih, tetapi pada penggojogkan akan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut (Rohman, 2007).
Cara Leibig hanya menghasilkan titik akhir yang memuaskan apabila pemberian pereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan. Cara Leibig ini tidak dapat dilakukan pada keadaan larutan amoni-alkalis karena ion perak akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang larut. Hal ini dapat diatasi dengan menambhakan sedikit larutan kalium iodida (Rohman, 2007).
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu
Analisa kadar klorida ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di PDAM Tirtanadi Jalan Sisingamangaraja No. 1 Medan dan dilakukan pada tanggal 06 Februari 2015.
3.2 Sampel yang Digunakan
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan klorida adalah bersumber dari air reservoir Hamparan Perak.
3.3 Alat
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan klorida adalah alat pengukur pH, botol coklat, botol semprot, buret 50 ml atau alat titrasi lain dengan skala yang jelas, corong gelas, desikator, gelas arloji, gelas ukur 100 ml, labu erlenmeyer 100 ml dan 500 ml, labu ukur 100 ml dan 1000 ml, oven, pemanas listrik, pengaduk magnet, pipet volume 25 ml dan 1000 ml, spatula, timbangan analitik.
3.4 Bahan
3.5 Prosedur
3.5.1 Pengambilan Sampel dan Penyimpanan Sampel
- Ditampung air dalam botol plastik.
- Disimpan pada suhu <4° C, sampel ini dapat digunakan sampai tujuh hari.
- Dihangatkan sampel pada temperatur ruangan sebelum dianalisis.
3.5.2 Persiapan Contoh Uji
- Disediakan contoh uji sesuai dengan merode SNI 06 – 2412 – 1991. - Digunakan volume contoh uji air maksimum 100 ml atau jumlah yang
sesuai dan diencerkan hingga volume 100 ml.
- Jika contoh uji air berwarna pekat, ditambahkan 3 ml suspensi Al(OH)3, aduk, biarkan mengendap kemudian disaring.
- Jika contoh air uji mengandung sulfida, sulfit atau tiosulfat, ditambahkan 1 ml H2O2 30% dan diaduk selama satu menit.
- Apabila contoh air uji keruh, disaring dengan kertas saring berukuran pori 0,45 µm.
- Jika pH tidak pada kisaran 7 sampai dengan 10, diatur dengan menambahkan larutan NaOH 1 N atau H2SO4 1N.
3.5.3 Persiapan Pengujian
Pembakuan larutan perak nitrat (AgNO3) dengan NaCl 0,0141 N.
- Ditambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4 5% b/v dan diaduk.
- Dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi warna merah kecoklatan.
- Dicatat volume larutan AgNO3 yang digunakan contoh uji (A ml) dan blanko (B ml).
- Dilakukan pengukuran duplo. Bila standard deviasi (SD) kadar klorida secara duplo lebih besar dari 5%, maka dilakukan titrasi yang ketiga. - Dicatat volume AgNO3 yang digunakan, kemudian dirata-ratakan. - Dihitung normalitas larutan baku AgNO3 dengan cara sebagai berikut:
N AgNO3 = V1.N1 VA.VB Dengan pengertian :
• N AgNO3 adalah normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/ml)
• VA adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi larutan
NaCl
• VB adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko
(ml)
• N1 adalah normalitas larutan NaCl yang digunakan (mgrek/ml)
• V1 adalah volume larutan NaCl yang digunakan (ml)
3.5.4 Pembuatan Pereaksi
dengan air suling bebas klorida di dalam labu ukur 1000 ml. Tepatkan sampai tanda tera dengan air suling bebas klorida 500 µg Cl-/ml.
- Larutan indikator kalium kromat (K2CrO4) 5% b/v: Dilarutkan 5,0 gram K2CrO4 dengan sedikit air suling bebas klorida. Ditambahkan larutan AgNO3 sampai mulai terbentuk endapan merah kecoklatan yang jelas. Dibiarkan 12 jam, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh diencerkan dengan air suling bebas klorida hingga volume 100 ml. - Larutan baku perak nitrat (AgNO3) 0,0141 N: Dilarutkan 2,395 gram
AgNO3 dengan air suling bebas klorida dalam labu ukur 1000 ml dan tepatkan sampai tanda tera. Dilakukan pembakuan dengan menggunakan larutan NaCl 0,0141 N. Disimpan di dalam botol berwarna coklat.
- Suspensi ammonium hidroksida: Dilarutkan 125 gram Al(K)(SO4)2.12H2O atau Al(NH4)(SO4)2.12H2O dalam 1000 ml air suling bebas klorida. Dipanaskan 60° C dan tambahkan 55 ml NH4OH pekat secara perlahan sambil diaduk. Dibiarkan selama 1 jam, pindahkan ke dalam botol dan cuci endapannya dengan cara ditambah air suling bebas klorida, diaduk dan dituangkan. Dilakukan hal tersebut secara berulang-ulang sampai bebas klorida sampai volume mendekati 1000 ml.
3.5.5 Prosedur Analisis Klorida
- Ditambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4 5%.
- Dititrasi dengan larutan baku AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan dari Ag2CrO4. Dicatat volume AgNO3 yang digunakan.
- Dilakukan titrasi blanko, seperti langkah b sampai dengan c terhadap 100 ml. Air suling bebas klorida (titrasi larutan blanko biasanya memerlukan 0,2 ml sampai dengan 0,3 ml larutan baku AgNO3).
- Diulangi titrasi tersebut tiga kali (dengan titik akhir titrasi yang konsisten), rata-ratakan volume AgNO3 yang diperoleh.
- Dibuat spike matrix dengan cara sebagai berikut :
Diambil 95 ml contoh uji yang memiliki pH 7 sampai dengan 10, tambahkan 5,0 ml larutan NaCl 0,0141 N. Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Dilakukan langkah b sampai dengan c.
3.5.6 Perhitungan
Kadar klorida dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Kadar Cl- (mg/l) = (A-B) x 35,45 x 1000 V
Dengan pengertian :
• A adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (ml)
• B adalah volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)
• N adalah normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/ml)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Air reservoir yang diukur kadar kloridanya adalah air reservoir yang di Hamparan Perak. Dimana masyarakat sekitar menggunakan air reservoir tersebut untuk digunakan dalam keperluan sehari – hari, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan kadar klorida dalam air reservoir tersebut.
Sampel (contoh uji) menggunakan air reservoir sebanyak 1 liter yang menggunakan wadah tertutup baik. Di catat tanggal pengambilan sampel tersebut.
Penentapan klorida dilakukan dengan menggunakan metode argentometri. Hasil pemeriksaan air reservoir tersebut dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan pada tanggal 06 Februari 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Klorida (Cl) pada Air Reservoir Hamparan Perak
Parameter Satuan Kadar Maks.
Air Minum Hasil Uji
Metode Uji
Klorida (Cl) mg/l 250 16,63 Titrimetri
4.2 Pembahasan
ini berdasarkan pada PP RI No. 82 Tahun 2001 dimana kadar klorida yang diperbolehkan yaitu lebih kecil atau sama dengan 250 mg/l. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel air yang diuji dari air reservoir di Hamparan Perak layak digunakan dalam kegiatan sehari–hari masyarakat setempat karena memenuhi batas kadar klorida yang diizinkan.
Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Perairan yang diperuntukan bagi keperluan domestik, termasuk air minum, pertanian dan industri, sebaiknyan memiliki kadar klorida lebih kecil dari 250 mg/l.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari analisa sampel yang diperiksa, dapat disimpulkan bahwa kadar klorida (Cl) pada air reservoir di Hamparan Perak yang diperiksa tersebut dimana kadar yang diperoleh adalah 16,63 mg/l layak digunakan untuk keperluan sehari– hari masyarakat sebagai air minum secara konvensional karena kadar tersebut tidak melebihi kadar klorida yang diizinkan berdasarkan Permenkes RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 dimana kadar klorida yang diizinkan harus lebih kecil atau sama dengan 250 mg/l.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Halaman 15, 47-49. Austin, G, T. (1996). Industri Proses Kirim. Jakarta: Erlangga. Halaman 106. Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 11, 106. Gabriel, J. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Halaman 74-75.
Gintings, P. (1992). Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman 49.
Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Halaman 71-73.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 298 – 312.
Slamet, S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 115.
Suripin. (2004). Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Offset. Halaman 148 – 151.
Lampiran 1
HASIL PEMERIKSAAN SAMPEL AIR RESERVOIR HAMPARAN PERAK
Nama/Pel : Kadiv. Produksi PDAM Tirtanadi Alamat : Jl.SM.Raja No 1 Medan
No. Pengujian : 002/LAB-INT/I/2015
Nama Contoh Uji : Air Reservoir Hamparan Perak Contoh /Kode: RS-27 Cuaca : Cerah
Keterangan Contoh : Tidak disegel, keruh dalam jerigen plastik 5 liter Tgl. Terima/Jam : 06 Februari 2015/12:30 WIB
Pengambilan contoh : Petugas Laboratorium Tgl. Pengujian : 06 Februari 2015
4 Besi mg/l 0,3 0,05 AAS
12 Sianida mg/l 0,07 <0,001 Spektrofotometri
13 Sulfat mg/l 250 9,608 Spektrofotometri
14 Sulfida mg/l 0,05 <0,001 Spektrofotometri
Lampiran 2
Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 03 September 1990 No. PARAMETER SATUAN Kadar Maks. Untuk Air minum A. Fisika
1 Total Coliform (Bakteri bentuk coli)
Jlh/100 ml 0