PEMERIKSAAN SISA KLOR PADA AIR KONSUMEN DAN
AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI
HAMPARAN PERAK
TUGAS AKHIR
OLEH :
PUTRI KUMALASARI
NIM :122410085
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena limpah kan
rahmatdan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang
berjudul Pemeriksaan Sisa Klor PadaAir Konsumen dan Air Reservoir di PDAM
Tirtanadi Instalasi Hamparan Perak.
Tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan. Judul
tugas akhir ini diangkat dari praktek kerja lapangan yang dilaksanakan tanggal 02
Februari 2015 s/d 03 Maret 2015 di Laboratorium PDAM Tirtana di Instalasi
Pengolahan Air (IPA) Hamparan Perak.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa
pihak yang telah memberikan bimbingan, terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. Selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Selaku Wakil Dekan 1 Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi., M.App.Sc., Apt. Selaku Koordinator
Program DIII Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr.Urip Harahap, Apt. Selaku dosen pembimbing yang telah
5. BapakIr. H. Zulham Ali Nasution selaku Kepala Instalasi Pengolahan Air
(IPA) Hamparan Perak yang telah menyediakan tempat kepada penulis
untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapanan (PKL)
6. Bapak M.Taufik, ST. Selaku Kepala Bagian Pengolahan yang telah
banyak membimbing penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapanan di
PDAM Hamparan Perak.
7. Bapak Rivai Edward Sebayang, ST. Selaku pembimbing di laboratorium
PDAM di Hamparan Perak.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang
telah memberkan dukungan material dan masukan dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih terdapatnya
banyak kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi tercapainya kesempurnaan.
Medan, juni 2015 Penulis,
PEMERIKSAAN SISA KLOR PADA AIR KONSUMEN DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI HAMPARAN PERAK
ABSTRAK
Air reservoir adalah air yang telah melalui proses pengolahan dan telah layak untuk disalurkan kepada pelanggan. Dikarenakan air merupakan salah satu media penularan dari berbagai macam penyakit, maka air harus didesinfeksi terlebih dahulu dengan menggunakan sodium hipoklorit .
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sisa klor dari sodium hipoklorit yang telah ditambahkan pada air reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode kolorimetri menggunakan alat lovibond comparator dengan indikator tetrametyl benzidine sesuai dengan prosedur yang digunakan pada PDAM Tirtanadi.
Hasil pemeriksaanpada tanggal 11 februari 2015 10.00 - 17.00 WIBmenunjukan bahwa kadar dari sisa klor pada air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak yaitu 1,00 ppm dan kadar dari sisa klor pada air konsumen I (jarak ±7,5 Km) yaitu 0,75 ppm, konsumen II (jarak ±12 Km) yaitu 0,50 ppm, Konsumen III (jarak ±16 Km) yaitu 0,3 ppm. Hasil pemeriksaan tersebut masih berada dalam batasan yang diatur oleh Permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 5 ppm, dan juga masih berada dalam sasaran mutu internal PDAM yaitu 0,30 - 1,00 ppm. Maka dapat disimpulkan bahwa air reservoir produksi PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak memenuhi persyaratan baik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republlik Indonesia maupun sasaran mutu internal PDAM, sehingga layak untuk di distribusikan kepada pelanggan.
Kata kunci : air reservoir, sisa klor, comparator, persyaratan, permenkes,
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3
1.2.1 Tujuan ... 3
1.2.2 Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Air ... 5
2.2 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia ... 5
2.3 Sumber-Sumber Air ... 6
2.4 Persyaratan Kualitas Air Minum ... 8
2.5 Pengolahan Air Minum ... 9
2.5.1 Pengertian ... 9
2.6 Khlorinasi ... 15
2.6.1 Pengertian ... 15
2.6.2 Kegunaan Khlorin ... 17
2.6.3 Prinsip-Prinsip Pemberian Khlorin ... 17
2.6.4 Proses Khlorinasi ... 18
2.6.5 Metode Khlorinasi ... 19
2.6.6 Pemeriksaan Konsentrasi Khlorin ... 19
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Grafik Hasil pengujian Sisa Chlor dari Air konsumen dan Air reservoir ... 26
Lampiran 2 : Gambar alat dan bahan percobaan ... 32
Lampiran 3: Gambar perlakuan sampel ... 34
Lampiran 4: PERMENKES Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum ... 36
Lampiran 5 : Sasaran mutu Instalasi Pengelola Air PDAM Tirtanadi
PEMERIKSAAN SISA KLOR PADA AIR KONSUMEN DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI HAMPARAN PERAK
ABSTRAK
Air reservoir adalah air yang telah melalui proses pengolahan dan telah layak untuk disalurkan kepada pelanggan. Dikarenakan air merupakan salah satu media penularan dari berbagai macam penyakit, maka air harus didesinfeksi terlebih dahulu dengan menggunakan sodium hipoklorit .
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sisa klor dari sodium hipoklorit yang telah ditambahkan pada air reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode kolorimetri menggunakan alat lovibond comparator dengan indikator tetrametyl benzidine sesuai dengan prosedur yang digunakan pada PDAM Tirtanadi.
Hasil pemeriksaanpada tanggal 11 februari 2015 10.00 - 17.00 WIBmenunjukan bahwa kadar dari sisa klor pada air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak yaitu 1,00 ppm dan kadar dari sisa klor pada air konsumen I (jarak ±7,5 Km) yaitu 0,75 ppm, konsumen II (jarak ±12 Km) yaitu 0,50 ppm, Konsumen III (jarak ±16 Km) yaitu 0,3 ppm. Hasil pemeriksaan tersebut masih berada dalam batasan yang diatur oleh Permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 5 ppm, dan juga masih berada dalam sasaran mutu internal PDAM yaitu 0,30 - 1,00 ppm. Maka dapat disimpulkan bahwa air reservoir produksi PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak memenuhi persyaratan baik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republlik Indonesia maupun sasaran mutu internal PDAM, sehingga layak untuk di distribusikan kepada pelanggan.
Kata kunci : air reservoir, sisa klor, comparator, persyaratan, permenkes,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan dasar manusia, air dibutuhkan manusia untuk
kelangsungan hidup. Semakin banyak jumlah penduduk, pemanfaatan sumber
daya air semakin meningkat. (Rifa’i, 2007).
Air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai
macam penularan, terutama penyakir perut, seperti yang telah kita ketahui bahwa
penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di indonesia (Sutrisno,
1996).
Akibat penggunaan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan,
maka tiap tahunnya di Indonesia diperkirakan lebih dari 3,5 juta anak di
bawahusia tiga tahun terserang penyakit saluran pencernaan dan diare, dengan
jumlah kematian 3% atau 105,000 jiwa. Senyawa kimia berbahaya yangterlarut
dalam air dapat berakibat fatal terhadap kesehatan jika kadarnya berlebih atau
hanya sedikit berlebih dalam air. Dalam penggunaan jangka panjang akan terjadi
penimbunan zat-zat tersebut dan menimbulkan efek merugikan kesehatan. Dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan
pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga
masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan yang tidak diinginkan. Standar
kualitas air minum di Indonesia telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Minum. Disinfeksi dengan klorinasi dilakukan untuk mengatasi permasalahan
kualitas air. Berdasarkan latar belakang di atas maka saat kontaminasi di
perjalanan tidak ada bahan aktif yang bisa membunuhnya sehingga kualitas air
khususnya kandungan bakteri coli sebagai indikator mikrobiologis dapat berubah
(Sugiarti, 2014).
Lebih dari 50% bakteri yang berbahaya didalam air akan mati dalam waktu
2 hari dan 90% akan mati pada akhir 1 minggu. Oleh karena itu, waduk-waduk
penampang sebenarnya cukup efektif untuk mengendalikan bakteri. Walaupun
demikian, beberapa jenis patogen mungkin tetap hidup selama 2 tahun atau lebih,
karena itu dibutuhkan desinfeksi. Klorin telah terbukti merupakan desinfektan
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
a. Mengetahui sisa klor air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak,
apakah memenuhi persyaratan berdasarkan permenkes Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,
maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera
Utara.
b. Mengetahui sisa klor air konsumen PDAM Tirtanadi IPA Hamparan
Perak dengan jarak yang bervariasi, apakah memenuhi persyaratan
berdasarkan permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, maupun sasaran mutu internal dari
PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera Utara.
c. Mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar sisa klor dari air reservoir
ke konsumen dengan jarak yang bervariasi.
1.2.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
a. Mahasiswa dapat mengetahui sisa klor dari air reservoir PDAM Tirtanadi
IPA Hamparan Perak, apakah memenuhi persyaratan berdasarkan
permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum, maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi
b. Mahasiswa dapat mengetahui sisa klor dari air konsumen PDAM
Tirtanadi IPA Hamparan Perak dengan jarak yang bervariasi, apakah
memenuhi persyaratan berdasarkan Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maupun sasaran mutu internal
dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera Utara.
c. Mahasiswa dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar sisa klor
dari air reservoir ke konsumen dengan jarak yang bervariasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan, teruutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di indonesia (Sutrisno,
1996).
Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja
untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik
berupa minuman atau pun makanan tidak menyebabkan merupakan pembawa
bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi
atau distribusi mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak kotoran
sebagai sumber penyakit dengan air (Sutrisno, 1996).
2.2 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia
Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat
badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang
jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira 2.200
gram setiap harinya (WOLF).
Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,
metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan
kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. Sebagai contoh :
penderita penyakit kolera (sutrisno, 1996).
2.3 Sumber-Sumber Air
Kita ketahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk
penyediaan air bersih karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air
bersih tidak akan berfungsi. Sumber-sumber air minum yang dapat digunakan:
a. Air Laut
Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi, sebagai terminal dari
sungai, dan memeiliki kadar garam yang tinggi dibandingkan dengan air daratan.
Selain itu, air bukan hanya merupakan komponen terbesar dari pembentukan
awan, melainkan juga lingkungan terbesar dari makhluk hidup bergantung pada
air (Sitepoe, 1997) .
b. Air Hujan
Air hujan dapat dipergunakan sebagai air irigasi pada sawah tadah, dapat
pula dipergunakan sebagai air rumah tangga dengan cara menampung air hujan
dan digunakan saat kekurangan air. Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena
dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran
industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai
sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai
pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran (Sitepoe,
c. Air Permukaan
Menurut Sutrisno 1996, air permukaan adalah air hujan yang mengalir di
permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran
selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun,
kotoran industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni :
i. Air sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.
ii. Air danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat
organisyang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang
menyebabkan warna kuning coklat
d. Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah dalam zona jenuh dimana
tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer
(Sutrisno,1996).
Air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak
tertekan (bebas) dan air tanah tertekan.Air tanah bebas adalah air dari akifer yang
hanya sebagian terisi air, terletak pada suatu dasar yang kedap air, dan
mempunyai permukaan bebas. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang
sepenuhnya jenuh air, dengan bagian atas dan bawah dibatasi oleh lapisan yang
2.4 Persyaratan Kualitas Air Minum
Untuk menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum aman,
higenis, dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para
pengguna air maka harus terpenuhi persyaratan kualitas (Joko, 2010).
Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan,
juga harus menarik rasa dan baunya. Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas
penyediaan air minum (sumber, waduk, jaringan distribusi) harus bebas dari
kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Berdasarkan SK Menkes RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air
minum pada lampiran I persyaratan kualitas air minum adalah sebagai berikut :
a. Persyaratan bakteriologis
Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum Escherichia
coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyartan tersebut harus
dipenuhi oleh air minum, air yang masuk sistem distribusi, dan pada sistem
distribusi (Joko, 2010).
b. Persyaratan kimiawi
Salatu syarat penting terkait dengan air minum tidak adanya kandungan
unsur atau zat kimia yang berbahaya bagi manusia. Keberadaan zat kimia
berbahaya harus ditekan seminimal mungkin. Sedangkan zat-zat tertentu yang
membantu terciptanya kondisi air yang aman dari mikrooraganisme harus tetap
dipertahankan keberadaannya dalam kadar tertentu. Parameter dalam persyaratan
ini terbagai menjadi dua yaitu bahan kimia yang berpengaruh langsung pada
Bahan-bahan kimia yang termasuk dalam parameter ini adalah bahan-bahan
anorganik, organik, pestisida, serta desinfektan dan hasil sampingannya (Joko,
2010).
c. Persyaratan Radioaktivitas
Persyaratan radioaktivitas membatasi kadar maksimum aktivitas α dan β
yang diperbolehkan terdapat di dalam air minum (Joko, 2010).
d. Persyaratan fisik
Parameter persyaratan fisik air minum yaitu warna, rasa, bau, temperatur
serta kekeruhan (Joko, 2010).
2.5 Pengolahan Air Minum
2.5.1 Pengetian
Pengolahan adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat –
sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum, karena dengan adanya
pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar
air minum yang telah ditentukan (Widiatmoko, 1994).
2.5.2 Metode Pengolahan Air
a. Metode Pengolahan Fisik
i. Penyaringan
Untuk memastikan bahwa satuan satuan utama dalam suatu instalasi
pengolahan bekerja dengan efesien, maka yang perlu dilakukan pembuangan
batang-batang yang berjarak kira-kira 0,75 hingga 1 inchi (20 hingga 50 mm)
dipergunakan disini (Linsley, 1996).
ii. Aerasi
Menurut Linsley 1996, aerasi adalah bentuk perpindahan gas dan
dipergunakan dalamberbagai variasi operasi yang meliputi sebagai berikut:
a) penambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut
b) pembuangan karbondioksida
c) pembuangan hidrogen sulfida untuk menghapuskan bau dan rasa
d) pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab
bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta
mikroorganisme.
iii. Pencampuran
Bahan- bahan yang dipergunakan untuk pengolahan air dapat dimasukkan
dengan mesin pemasukan larutan atau mesin pemasukan kering, agarefektifitas
bahan-bahan kimia ini harus tersebar dengan baik dalam air dengan pencampuran
yang sempurna (Linsley, 1996).
iv. Flokulasi
Jika bahan-bahan pengental kimia ditambahkan ke dalam air yang keruh,
akan terbentuk kumpulan partikel yang turun mengendap (koagulasi). Untuk
melakukan pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya sangat kecil ini,
pengadukan cepat harus diikuti dengan suatu jangka waktu pengadukan halus
(flokulasi) selama 20 menit hingga 30 menit. Hal ini akan menyebabkan
partikel-partikel yang lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit. Terkait dengan ukuran dan
kerapatannya, partikel-partikel besar ini dapat dibuang dengan pengendapan gaya
berat (Linsley, 1996).
v. Pengendapan
Laju pengendapan suatu partikel di dalam air tergantung pada kekentalan
dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk dan berat jenis partikel yang
bersangkutan. Air hangat kurang rapat, sehingga partikel akan mengendap lebih
cepat dari pada di dalam air yang dingin. Partikel-partikel anorganik terapung
yang terdapat di dalam air mempunyai berat jenis yang berkisar dari 2,65 untuk
partikel-partikel pasir yang terlepas, hingga kira-kira 1,03 untuk partikel-partikel
lumpur yang terkumpul. Kumpulan-kumpulan kimiawi mempunyai kisaran berat
jenis yang serupa, tergantung pada jumlah kandungan air dalam kumpulan itu
(Linsley, 1996).
Pemurnian air dengan cara pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan
suatu kondisi sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan terapung di dalam air dapat
diendapkan ke luar. Kolam pengendapan yang direncanakan dengan baik akan
menghilangkan 50-80% bahan padat terapung yang ada di dalam air (Linsley,
1996).
vi. Filtrasi
Filter yang biasa terdiri dari selapis pasir, atau pasir dan tumbukan
batubara yang ditunjang di atas suatu tumpukan kerikil. Suatu lapisan pasir setebal
24-30 inci (60-75 cm) dengan ukuran butir yang seragam (bergaris tengah
lapisan kerikil setebal 12-18 inci (30-45 cm) yang butir-butirnya tersusun menurut
besarnya. Suatu lapisan batubara antrasit (batubara yang keras dan mengkilat)
kadang-kadang dipergunakan di dalam filter (Linsley, 1996).
b. Metode pengolahan kimiawi
Koagulasi dan disinfeksi adalah merupakan proses yang paling umum
dipergunakan dalam pengolahan air. Pelembutan presipitasi, pertukaran ion,
adsorpsi dan oksidasi kimiawi dipergunakan bila kondisi setempat menuntut
demikian.
i. Koagulasi
Bila bahan padat terapung di dalam air ukurannya halus atau koloidal,
sering dipergunakan bahan-bahan kimia untuk menghilangkan benda-benda
terapung dengan lebih sempurna. Koagulan bereaksi dengan air dan
partikel-partikel yang membuat keruh untuk membuat endapan flokulan. Selama flokulasi
masing-masing partikel kumpulan diubah menjadi partikel-partikel yang lebih
besar pada waktu bertumbukan satu sama lain. Partikel-partikel yang lebih besar
mempunyai kerapatan yang cukup untuk memungkinkan pembuangannya dengan
cara pengendapan gravitasi. Koagulan yang paling dikenal adalah alum
Al2(SO4)3.18H2O yang bereaksi dengan alkalinitas di dalam air untuk
membentuk kumpulan alumunium hidroksida.
Bila air tidak mengandung alkalinitas yang diperlukan, maka mungkin
perlu ditambahkan kapur (CaO) atau abu soda (Na2CO3) disamping alum untuk
memperoleh flokulasi yang tepat. Silika yang diaktifkan kadang-kadang
yang biasa adalah 10 hingga 40 mg/l (kira-kira 75 hingga 300 lb per juta gallon).
Jumlah bahan kimia pelengkap yang digunakan tergantung pada sifat air. Ferro
sulfat (FeSO4) dan ferri klorida (FeCl3) juga dipergunakan sebagai koagulan.
Bahan ini membentuk endapan hidroksida besi. Garam ferro membutuhkan kapur
sebagai bahan kimia pelengkap, kalau tidak garam ferro harus diubah ke dalam
bentuk ferri dengan menambahkan klorin (Linsley, 1996).
ii. Disinfeksi
Lebih dari 50% bakteri yang berbahaya di dalam air akan mati dalam
waktu 2 hari dan 90% akan mati pada akhir 1 minggu. Klorin telah terbukti
merupakan disinfeksi yang ideal. Bila dimasukkan ke dalam air akan mempunyai
pengaruh yang segera dan membinasakan banyak makhluk mikroskopis (Linsley,
1996).
Dua jenis reaksi akan terjadi bila klorin dimasukkan ke dalam air, yaitu
hidrolisis dan ionisasi. Reaksi hidrolisisadalah
Cl2+ H2O HOCl + H+ + Cl-
Gas klorin asam hipoklorit
Raksi ionisasi adalah
HOCl OCl + H+
Asam hipoklorit ion hipoklorit
karena klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif
daripada ion hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada
nilai-nilai pH yang asam. Klorin cair didapat dalam wadah bertekanan dan
gas tersebut secara langsung ke dalam air, sedangkan klorinator besar biasanya
melarutkan gas di dalam air, kemudian mengisi larutan itu. Klorinator harus dijaga
pada suhu 70ºF (21ºC) untuk mencegah kondensasi gas klorin di pipa-pipa
pengisian (Linsley, 1996).
Air yang mengalami disinfeksi cukup baik setelah melalui proses klorinasi
selama 10 menit akan menghasilkan residu klorin bebas sebanyak 0,2 mg/l. Klorin
akan sangat efektif bila pH air rendah. Bila persediaan air mengandung fenol,
penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat
pembentukan senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan
menambahkan amoniak sebelum klorinasi. Campuran klorin dan ammonia
membentuk kloramin, yang merupakan disinfektan, namun tidak seefektif
hipoklorit (Linsley, 1996).
Klorinasi akhir, yaitu pemakaian klorin setelah pengolahan, merupakan
metode yang umum.Klorinasi awal, yaitu pemakaian klorin sebelum pengolahan,
akan menyempurnakan koagulasi, mengurangi beban filter dan mencegah
tumbuhnya ganggang. Klorinasi awal dan ahir sering dipergunakan bersama-sama
sehingga meninggalkan residu besar yang berlebihan (superklorinasi) sering
dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau tertentu. Superklorinasi harus
diikuti dengan deklorinasi yang biasanya berupa pengolahan dengan sulfur
dioksida atau dengan melewatkan air yang bersangkutan melalui suatu filter
c. Metode-metode Pengolahan Khusus
i. Pembuangan rasa dan bau
Rasa dan bau di dalam air disebabkan oleh gas-gas terlarut, zat-zat organik
hidup, zat-zat organik yang membusuk, limbah industri dan klorin, baik sebagai
residu atau dalam gabungan dengan fenol atau bahan-bahan organik yang
membusuk. Aerasi, adsorpsi dan oksidasi adalah beberapa metode yang telah
dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau (Linsley, 1996).
ii. Pembuangan besi dan mangan
Diantara metode yang dipergunakan untuk menghilangkan besi dan
mangan adalah oksidasi dan presipitasi, penambahan bahan-bahan kimia dan
pengendapan serta filtrasi, filtrasi melalui zeolit mangan, dan pertukaran ion
(Linsley, 1996).
2.6 Klorinasi
2.6.1 Pengertian
Klorinasi adalah proses pemberian klorin kedalam air yang telah menjalani
proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air.
Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang,
dan air minum di negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan,
biayanya relatif lebih murah, mudah, dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang
umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa
hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin
Senyawa klor dapat mematikan mikroorganisme dalam air karena oksigen
yang terbebaskan dari senyawa asam hypochlorous mengoksidasi beberapa bagian
yang penting dari sel-sel bakteri sehingga rusak. Teori lain menyatakan bahwa
proses pembunuhan bakteri oleh senyawa chlor, selain oleh oksigen bebas juga
disebakan dengan protoplasma. Beberapa percobaan menyebutkan bahwa
kematian mikroorganisme disebabkan reaksi kimia antara asam hipoclorous
dengan enzim pada sel bakteri sehingga metabolismenya terganggu. Senyawa klor
yang sering digunakan sebagai desinfektan adalah hipoklorit dari kalsium dan
natrium, kloroamin, klor dioksida, dan senyawa kompleks dari klor (Joko, 2010).
Senyawa klor dalam air akan bereaksi dengan senyawa organik maupun
anorgank tertentu membentuk senyawa baru. Beberapa bagian klor akan tersisa
yang disebut sisa klor. Pada mulanya sisa klor merupakan klor terikat, selanjutnya
jika dosis klor ditambah maka sisa klor terikat akan semakin besar, dan pada suatu
ketika tercapai kondisi break point chlorination. Penambahan dosis klor setelah
titik ini akan memberi sisa klor sebanding dengan penambahan klor.
Keuntungan dicapainya break point yaitu :
a. Senyawa amonium teroksidir sempurna
b. mematikan bakteri patogen secara sempurna
c. mencegah pertumbuhan lumut
2.6.2 kegunaan klorin
Adapun kegunaan dari klorin menurut Chandra, 2006 antara lain:
a. memiliki sifat bakterisidal dan gerimisidal
c. dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air
d. dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentukan lumut
yang dapat mengubah bau dan rasa pada air
e. dapat membantu proses koagulasi
Karena adanya fungsi ini maka untuk kondisi tertentu chlorinasi dapat
dibubuhkan sebelum proses pengolahan. Dengan demikian untuk keperluan
pengolahan dapat dilakukan pre-chlorinasi. Sedangkan untuk keperluan
desinfeksi pembubuhan dilakukan di lokasi reservoir sebagai post-chlorinasi
(Joko, 2010)
2.6.3 Prinsip Prinsip Pemberian Klorin
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketikaa melakukan proses
klorinasi menurut Chandra 2006, antara lain :
a. air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan
menghambat proses klorinasi
b. kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat dengan
efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman
patogen dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.
c. tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa klorin bebas
sebesar 0,2 mg/l di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety
(nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh kuman patogen yang
d. dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai
untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan organik
dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam air.
2.6.4 Proses Klorinasi
Proses klorinasi dapat terjadi sebagai berikut :
a. penambahan klor pada air yang mengandung senyawa nitrogen akan
membentuk senyawa kloramine yang disebut klor terikat. Pembentukan klor
terikat ini bergantung pada pH. Pada pH normal klor terikat (NCl3) tidak
akan terbentuk kecuali jika break point telah terlampaui.
b. pada air yang bebas senyawa organik akan terbentuk klor bebas yaitu asam
hipoklorus (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), yang berfungsi dalam proses
desinfeksi.
Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl-
HOCl H+ + OCl
Kondisi optimum untuk proses desinfeksi adalah jika hanya terdapat
HOCl. Adanya OCl- akan kurang menguntungkan. Kondisi optimum ini
dapat terjadi pada pH <5
2.6.5 Metode Klorinasi
Pemberian klorin pada disinfeksi air dapat dilakukan melalui beberapa
cara yaitu dengan pemberian gas klorin, kloramin, atau perklorin. Gas klorin
merupakan pilihan utamakarena harganya murah, kerjanya cepat, efesien, dan
mudah digunakan. Gas klorin harus digunakan secara hati-hati karena gas ini
klorin ini disebut sebagai chlorinating aquipments. Alat yang sering dipakai
adalah paaterson’s Chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur
pemberian gas klorin pada persediaan air (Chandra, 2006).
2.6.6 Pemeriksaan Konsentrasi Klorin
Titik batas (break point) konsentrasi klorin bebas dalam air kurang lebih
0,2 mg/l. Konsentrasi klorin bebas tersebut diukur melalui pemeriksaan
Orthotolidine Arsenite (OTA test). Berikut beberapa pemeriksaan yang berkaitan
dengan pemastian ada tidaknya klorin dalam air.
a. Orthotolidine Arsenite Test
Orthotolidine Arsenite Test pertama kali dilakukan pada tahun 1918 untuk
mengetahui adanya klorin bebas di dalam air. Reagennya berupa bahan Analytical
Grade Ortholidine yang larut dalam 10% asam hipoklorit. Cara pemeriksaannya
adalah bahwa sebanyak 0,1 ml larutan OT dimasukkan ke dalam 1 ml dan
diperhatikan reaksi yang terjadi. Jika mengandung klorin, sampel air itu akan
berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna itu kemudian dibandingkan
dengan warna standar yang tersedia. Kelemahan uji ini adalah bahwa warna
kuning dapat dihasilkan baik oleh sisa klorin bebas maupun oleh klorin yang
terikat (combined chlorine) sehingga pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan.
b. Ortholidine Arsenite Test (OTA Test)
Pemeriksaan merupakan modifikasih dari OT Test diatas. Uji ini dapat
memisahkan dan bereaksi dengan klorin bebas. Hal yang paling penting adalah
bahwa uji ini dapat menentukan konsentrasi atau kadar klorin yang bebas di dalam
2.6.7 Dampak Klorinasi Air
Proses klorinasi yang dilakukan pada air yang mengandung bahan-bahan
organik dengan konsentrasi tinggi akan membentuk senyawa halogen organik
yang mudah menguap (volatile halogenated organics), biasa disingkat dengan
VHO. Senyawa-senyawa VHO tersebut sebagian besar ditemukan dalam bentuk
trihalomethane (THM). THM dapat ditemukan pada jenis air yang berikut:
a. Air minum
Pada hasil pemeriksaan terhadap air minum yang menjalani proses
klorinasi, baik dengan gas klorin, natrium hipoklorit (NaClO), maupun dengan
klor dioksida (ClO2), ditemukan adanya senyawa THM. Padahal, sebelum
menjalani proses klorinasi, kandungan bahan organik air tersebut telah
dihilangkan dan hasil analisis sebelumnya menunjukkan ketiadaan THM. Kadar
THM maksimum yang terdeteksi adalah 41,8 μg/l (Chandra, 2006).
Universitas Sumatera Utara
b. Air kolam renang
Pada pemeriksaan terhadap air kolam renang yang telah menjalani
disinfeksi, juga didapat senyawa THM dengan kadar yang lebih tinggi daripada
kadar THM dalam air minum. Kondisi tersebut akibat lebih besarnya kandungan
bahan organik dalam air kolam renang, selain bahan organik juga berasal dari
keringat dan urin orang yang berenang. Kadar THM maksimum dalam udara di
atas permukaan kolam renang mencapai 787 μg/m3 (Chandra, 2006).
Air tanah di beberapa wilayah mengandung bahan organik dalam
konsentrasi yang tinggi yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam tubuh
manusia lebih dari 50,6% THM akan diubah menjadi CO2, tetapi kondisi ini
bergantung pada kepekaan individu. Dampak yang paling cepat pada kesehatan
adalah hilangnya kesadaran, yang dapat diikuti dengan keadaan koma dan
kematian. Kadar total THM 30 μg/l dalam air minum telah direkomendasikan
dengan konsumsi rata-rata 2 liter/hari. Proses klorinasi pada air yang mengandung
bahan organik dapat mengakibatkan terbentuknya trihalomethane (THM) yang
berbahaya bagi kesehatan. Untuk menurunkan konsentrasi THM dalam air yang
akan menjalani klorinasi harus dihilangkan dahulu penyebabnya, yaitu zat-zat
organik (Chandra, 2006)
2.6.8 Pendosisan
Dosis klor harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Harus dilakukan pengukuran DPC (Daya Pengikat Chlor)
b. Sisa klor antara 0,2 – 0,5 mg/l
c. Prechlorinasi harus dilakukan dengan DPC
Penetapan DPC:
a. Siapkan labu erlenmeyer 500 ml/botol yang berisi sebanyak 3 buah
b. Siapkan larutan kaporit 0,1% (0,1 gram/100 ml air)
c. Isi contoh air baku 250 ml yang sudah disaring ke dalam labu erlenmeyer,
tambahkan larutan kaporit masing-masing 0,5 ml;0,75 ml;1,0 ml ke dalam
labu erlenmeyer
e. Periksa dan catat sisa klor dari masing-masing labu erlenmeyer
f. Hitung DPC dengan rumus:
DPC = ([ 1000/250 x V x M ] – D) mg/l
Keterangan:
V = ml larutan kaporit 0,1% yang ditambahkan
M = kadar kaporit dalam air (misalnya = 60%)
D = sisa klor dalam air
Pendosisan sodium hipoklorit
Air ditransfer = 160 L/dt
Chlorine yang diinginkan diresevoir = 1 ppm mk
Konsentrasi sodium hyphoclorite = 5%
160l/dt x 3,6 jam = 576 m3/h m
1 ppm = Hypho x 5 576 m3 = 1 x 576 5
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakuakanmulai tanggal 2 Februari s/d 13 Februari 2015 selama
2 minggu. Pengujian sisa klor pada air konsumen dan air reservoir di laksanakan
di laboratorium PDAM TIRTANADI Instalai Pengolahan Air Hamparan Perak
yang berlokasi di desa Klambir V Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang.
3.2 Alat
a. Kuvet
b. Comparator
3.3 Bahan
a. Sampel air
b. Tetramethyl benzidine
3.4 Sampel
Sampel yang digunakan adalah air reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi
3.5 Prosedur Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan sisa klor air konsumen dan
air reservoir, antara lain:
a. diisi kedua kuvet sampai tanda batas
b. diteteskan indicator tetramethyl benzidine pada kuvet sampai sebanyak 2-3
tetes pada salah satu kuvet, aduk sampai merata
c. letakkan kuvet di sebelah kanan tempat comparator sebagai sampel dan
letakkan
d. kuvet ke dua sebagai blanko disebelah kiri comparator
e. bandingkan warna sampel yang telah diteteskan indicator tetramethyl
benzidine dengan disc comparator sebagai perbandingan warna
f. perbandingan warna terhadap sampel dengan cara memutar disc
comparator, jika warna tidak sama terhadap sampel atau mendekati maka
dilihat nilai yang paling mendekati
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengujian dari 4 sampel dengan jarak dan sampel yang bervariasi dilakuan
pengujian sisa Chlorinasi. Berikut hasil pengujian sisa chlorinasi dari 4 sampel
dengan jarak yang berbeda (Tabel 4.1)
Tabel 4.1: Data Pemeriksaan Sisa klor Air reservoir dan Air Konsumen PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak
No Sample Sisa Chlor
a. Air Reservoir : Jl. Besar Hamparan Perak PDAM Tirtanadi, Deli serdang. b. Air Konsumen I : Jl. Kapten Rahmat Budin, Perumahan Minimalist. No.8 c. Air Konsumen II : Jl Marelan Raya pasar 4.
Berdasarkan hasil penelitian dilakukan data diagram statistika untuk
melihat grafik penurunan dari data statistik (Gambar 4.1)
4.2 Pembahasan
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi
(Zat padat, air, dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan
sisanya 30% daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair
(uap air) sebanyak 15 % dari tekanan atmosfer. Secara garis besar dapat dikatakan
air bersumber dari laut (air laut), darat (air tanah), udara (air hujan) (Gabriel,
2001).
Manusia dan semua mahluk hidup membutuhkan air. Air merupakan
material yang membuat kehidupan terjadi di bumi, dan air juga merupakan bagian
penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan
dengan sumber daya lainnya. Air bersifat sumber daya terbarukan dan dinamis.
Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan
waktu atau musimnya sepanjang tahun (Kodoatie, 2005).
Klorinasi merupakan salah satu bentuk pengolahan air yang bertujuan
untuk membunuh kuman dan mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam air.
Klorinasi (chlorination) adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah
menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses
purifikasi air. Di dalam air, klorin akan bereaksi dengan air akan menghasilkan
Asam Hipoklorit (HOCl)
pH air akan naik karena dihasilkan Ca(OH)2 yang bersifat basa (alkalis).
klor bebas yang paling efektif sebagai desinfektan dibandingkan dengan OCl-
sebagai bentuk klor bebas yang kedua. Sedangkan Cl- merupakan klor yang tidak
aktif. Cl2, HOCl, dan OCl merupakan sisa klor aktif yang bersifat toksik bagi
kuman. Daya bunuh HOCl terhadap golongan coliform kurang lebih 80-100 kali
lebih kuat daripada OCl, keaktifannya tergantung pH dan suhu. Kualitas
desinfektan dari asam hipoklorit akan memikat pada pH yang rendah yaitu
dibawah 7,5 (Enry, 1989). Pada pH sampai dengan 6,7 pada umumnya 90% klorin
akan membentuk HOCl (Sugiarti, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kadar sisa
khlor dari air konsumen I dengan jarak ±7,5 Km yaitu 0, 75 mg/l, air konsumen II
dengan jarak ±12 Km yaitu 0,50 mg/l, air konsumen III dengan jarak ±16 Km
yaitu 0,30 mg/l, dan kadar sisa khlor dari air reservoiryaitu 1,00 mg/l. Hasil
pemeriksaan tersebut masih berada di dalam batasan yang diatur oleh Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 5 ppm, dan juga masih berada dalam
sasaran mutu internal PDAM yaitu 0,30 - 1,00 ppm. Maka dapat disimpulkan
bahwa air reservoir produksi PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak memenuhi
persyaratan baik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republlik Indonesia
maupun sasaran mutu internal PDAM.
Berdasarkan air reservoir ke konsumen didapat hasil sisa klor yang
berbeda beda dengan jarak yang bervariasi, hal ini menunjukan bahwa jarak
berpengaruh terhadap penurunan sisa khlor, semakin jauh jarak distribusi air
BAB V
KESIMPULAN DAN SAARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh:
a. kadar sisa klor dari air reservoir PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan
Air Hamparan Perak yaitu 1 mg/l. Hasil pemeriksaaan tersebut masih
berada di dalam batasan yang diatur permenkes Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,
maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi Provinsi Sumatera
Utara.
b. kadar sisa klor dari air konsumen PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan
Air Hamparan Perak adalah sebaagai berikut ; Konsumen I dengan jarak
±7,5 Km yaitu 0, 75 mg/l, air konsumen II dengan jarak ±12 Km yaitu
0,50 mg/l, air konsumen III dengan jarak ±16 Km yaitu 0,30 mg/l, Hasil
pemeriksaaan tersebut masih berada di dalam batasan yang diatur oleh
permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum, maupun sasaran mutu internal dari PDAM Tirtandi
Provinsi Sumatera Utara.
c. terjadinya penurunan kadar sisa klorin dari reservoir ke konsumen. Hal
ini menunjukann bahwa jarak mempengaruhi kadar sisa klorin yang
terdapat didalam air, semakin jauh jarak distribusi air ke konsumen maka
5.2Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah
instansi PDAM agar bisa mempertahankan sisa khlor dalam reservoir seperti yang
telah ditetapkan dalam permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum,, maupun sasaran mutu internal dari PDAM
Tirtandi Provinsi Sumatera Utara yaitu 0,2 – 1 ppm. Sedangkan untuk
mempertahankan sisa khlor agar keberadaanya tetap terjaga hingga ke konsumen
terjauh perlu menambhkan injeksi sodium hypoklorite di booster sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Hal. 55-58
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius 11,18
Gabriel, J, (2001), Fisika Lingkungan, Jakarta: Hipokrates. Hal 79
Joko, T. (2010).Unit Produksi Dalam Sistem Pengelolaan Air Minum, Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 12-13
Kodoatie, R. (2005), Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Yogyakarta: ANDI. Hal. 1
Linsley, R.K. dan Franzini, J. B. (1996). Teknik Sumber Daya Air Jilid II. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal. 117-134
Rifai, J. 2007. Pemeriksaan kualitas air bersih dengan koagulan alum dan PAC di IPA Jurug PDAM kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Sutrisno, T., Suciastuti, E. (1996), Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 1,8,10-11,16-17
Sitepoe, M. (1997). AIR Untuk Kehidupan, Pencemaran Air dan Usahan Pencegahannya. Jakarta : PT Gramedia Widiasrana Indonesia. Hal. 9-12. Sugiarti, A. (2014). Analisa pengaruh jarak, pH, suhu, tekanan dan kandungan
besi terhadap konsentrasi sisa klorin dan koloni coliform pada sumber air wendit PDAM kota malang. Universitas Brawijay Jarak-pH-Suhu-Tekanan-dan-Kandungan-Besi-terhadap-Konsentrasi-Sisa-Klorin-dan Koloni-Coliform-Pada-Sumber-Air-Wendit-PDAM-Kota-Malang-Anggun-Sugiarti-105060400111053.pdf.
Lampiran 2 Gambar Alat Dan Bahan Percobaan
Tetramethyl benzidine
Tempat penampungan klorin sebelum diinjeksikan
Lampiran 3. Gambar perlakuan sampel
Hasil perlakuan pada sampel air reservoir (1 ppm)
Hasil perlakuan pada sampel air konsumen II (Jarak ±12 Km) yaitu 0,50 ppm