• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Pemeriksaan Sisa Klor Pada Air Konsumen Dan Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Hamparan Perak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Pemeriksaan Sisa Klor Pada Air Konsumen Dan Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Hamparan Perak"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, teruutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa

penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di indonesia (Sutrisno, 1996).

Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa minuman atau pun makanan tidak menyebabkan merupakan pembawa

bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak kotoran sebagai sumber penyakit dengan air (Sutrisno, 1996).

2.2 Kegunaan Air Bagi Tubuh Manusia

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira 2.200

gram setiap harinya (WOLF).

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,

(2)

kehilangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian. Sebagai contoh :

penderita penyakit kolera (sutrisno, 1996).

2.3 Sumber-Sumber Air

Kita ketahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air

bersih tidak akan berfungsi. Sumber-sumber air minum yang dapat digunakan: a. Air Laut

Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi, sebagai terminal dari sungai, dan memeiliki kadar garam yang tinggi dibandingkan dengan air daratan. Selain itu, air bukan hanya merupakan komponen terbesar dari pembentukan

awan, melainkan juga lingkungan terbesar dari makhluk hidup bergantung pada air (Sitepoe, 1997) .

b. Air Hujan

Air hujan dapat dipergunakan sebagai air irigasi pada sawah tadah, dapat pula dipergunakan sebagai air rumah tangga dengan cara menampung air hujan

dan digunakan saat kekurangan air. Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai

sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran (Sitepoe,

(3)

c. Air Permukaan

Menurut Sutrisno 1996, air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran

selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni :

i. Air sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya

mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. ii. Air danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat

organisyang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat

d. Air tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah dalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer

(Sutrisno,1996).

Air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan (bebas) dan air tanah tertekan.Air tanah bebas adalah air dari akifer yang

hanya sebagian terisi air, terletak pada suatu dasar yang kedap air, dan mempunyai permukaan bebas. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang

(4)

2.4 Persyaratan Kualitas Air Minum

Untuk menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum aman, higenis, dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para

pengguna air maka harus terpenuhi persyaratan kualitas (Joko, 2010).

Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga harus menarik rasa dan baunya. Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas

penyediaan air minum (sumber, waduk, jaringan distribusi) harus bebas dari kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Berdasarkan SK Menkes RI No.

907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum pada lampiran I persyaratan kualitas air minum adalah sebagai berikut :

a. Persyaratan bakteriologis

Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum Escherichia coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyartan tersebut harus

dipenuhi oleh air minum, air yang masuk sistem distribusi, dan pada sistem

distribusi (Joko, 2010). b. Persyaratan kimiawi

Salatu syarat penting terkait dengan air minum tidak adanya kandungan unsur atau zat kimia yang berbahaya bagi manusia. Keberadaan zat kimia berbahaya harus ditekan seminimal mungkin. Sedangkan zat-zat tertentu yang

membantu terciptanya kondisi air yang aman dari mikrooraganisme harus tetap dipertahankan keberadaannya dalam kadar tertentu. Parameter dalam persyaratan

(5)

Bahan-bahan kimia yang termasuk dalam parameter ini adalah bahan-bahan

anorganik, organik, pestisida, serta desinfektan dan hasil sampingannya (Joko, 2010).

c. Persyaratan Radioaktivitas

Persyaratan radioaktivitas membatasi kadar maksimum aktivitas α dan β yang diperbolehkan terdapat di dalam air minum (Joko, 2010).

d. Persyaratan fisik

Parameter persyaratan fisik air minum yaitu warna, rasa, bau, temperatur

serta kekeruhan (Joko, 2010).

2.5 Pengolahan Air Minum 2.5.1 Pengetian

Pengolahan adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat – sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum, karena dengan adanya

pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan (Widiatmoko, 1994).

2.5.2 Metode Pengolahan Air a. Metode Pengolahan Fisik

i. Penyaringan

Untuk memastikan bahwa satuan satuan utama dalam suatu instalasi pengolahan bekerja dengan efesien, maka yang perlu dilakukan pembuangan

(6)

batang-batang yang berjarak kira-kira 0,75 hingga 1 inchi (20 hingga 50 mm)

dipergunakan disini (Linsley, 1996). ii. Aerasi

Menurut Linsley 1996, aerasi adalah bentuk perpindahan gas dan dipergunakan dalamberbagai variasi operasi yang meliputi sebagai berikut:

a) penambahan oksigen untuk mengoksidasi besi dan mangan terlarut b) pembuangan karbondioksida

c) pembuangan hidrogen sulfida untuk menghapuskan bau dan rasa

d) pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan-bahan penyebab

bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta mikroorganisme.

iii. Pencampuran

Bahan- bahan yang dipergunakan untuk pengolahan air dapat dimasukkan dengan mesin pemasukan larutan atau mesin pemasukan kering, agarefektifitas

bahan-bahan kimia ini harus tersebar dengan baik dalam air dengan pencampuran yang sempurna (Linsley, 1996).

iv. Flokulasi

Jika bahan-bahan pengental kimia ditambahkan ke dalam air yang keruh, akan terbentuk kumpulan partikel yang turun mengendap (koagulasi). Untuk

melakukan pembuangan kumpulan partikel yang pada awalnya sangat kecil ini, pengadukan cepat harus diikuti dengan suatu jangka waktu pengadukan halus

(7)

partikel-partikel yang lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit. Terkait dengan ukuran dan

kerapatannya, partikel-partikel besar ini dapat dibuang dengan pengendapan gaya berat (Linsley, 1996).

v. Pengendapan

Laju pengendapan suatu partikel di dalam air tergantung pada kekentalan dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk dan berat jenis partikel yang

bersangkutan. Air hangat kurang rapat, sehingga partikel akan mengendap lebih cepat dari pada di dalam air yang dingin. Partikel-partikel anorganik terapung

yang terdapat di dalam air mempunyai berat jenis yang berkisar dari 2,65 untuk partikel-partikel pasir yang terlepas, hingga kira-kira 1,03 untuk partikel-partikel lumpur yang terkumpul. Kumpulan-kumpulan kimiawi mempunyai kisaran berat

jenis yang serupa, tergantung pada jumlah kandungan air dalam kumpulan itu (Linsley, 1996).

Pemurnian air dengan cara pengendapan dimaksudkan untuk menciptakan

suatu kondisi sedemikian rupa, sehingga bahan-bahan terapung di dalam air dapat diendapkan ke luar. Kolam pengendapan yang direncanakan dengan baik akan

menghilangkan 50-80% bahan padat terapung yang ada di dalam air (Linsley, 1996).

vi. Filtrasi

Filter yang biasa terdiri dari selapis pasir, atau pasir dan tumbukan batubara yang ditunjang di atas suatu tumpukan kerikil. Suatu lapisan pasir setebal

(8)

lapisan kerikil setebal 12-18 inci (30-45 cm) yang butir-butirnya tersusun menurut

besarnya. Suatu lapisan batubara antrasit (batubara yang keras dan mengkilat) kadang-kadang dipergunakan di dalam filter (Linsley, 1996).

b. Metode pengolahan kimiawi

Koagulasi dan disinfeksi adalah merupakan proses yang paling umum dipergunakan dalam pengolahan air. Pelembutan presipitasi, pertukaran ion,

adsorpsi dan oksidasi kimiawi dipergunakan bila kondisi setempat menuntut demikian.

i. Koagulasi

Bila bahan padat terapung di dalam air ukurannya halus atau koloidal, sering dipergunakan bahan-bahan kimia untuk menghilangkan benda-benda

terapung dengan lebih sempurna. Koagulan bereaksi dengan air dan partikel-partikel yang membuat keruh untuk membuat endapan flokulan. Selama flokulasi masing-masing partikel kumpulan diubah menjadi partikel-partikel yang lebih

besar pada waktu bertumbukan satu sama lain. Partikel-partikel yang lebih besar mempunyai kerapatan yang cukup untuk memungkinkan pembuangannya dengan

cara pengendapan gravitasi. Koagulan yang paling dikenal adalah alum Al2(SO4)3.18H2O yang bereaksi dengan alkalinitas di dalam air untuk membentuk kumpulan alumunium hidroksida.

Bila air tidak mengandung alkalinitas yang diperlukan, maka mungkin perlu ditambahkan kapur (CaO) atau abu soda (Na2CO3) disamping alum untuk

(9)

yang biasa adalah 10 hingga 40 mg/l (kira-kira 75 hingga 300 lb per juta gallon).

Jumlah bahan kimia pelengkap yang digunakan tergantung pada sifat air. Ferro sulfat (FeSO4) dan ferri klorida (FeCl3) juga dipergunakan sebagai koagulan.

Bahan ini membentuk endapan hidroksida besi. Garam ferro membutuhkan kapur sebagai bahan kimia pelengkap, kalau tidak garam ferro harus diubah ke dalam bentuk ferri dengan menambahkan klorin (Linsley, 1996).

ii. Disinfeksi

Lebih dari 50% bakteri yang berbahaya di dalam air akan mati dalam

waktu 2 hari dan 90% akan mati pada akhir 1 minggu. Klorin telah terbukti merupakan disinfeksi yang ideal. Bila dimasukkan ke dalam air akan mempunyai pengaruh yang segera dan membinasakan banyak makhluk mikroskopis (Linsley,

1996).

Dua jenis reaksi akan terjadi bila klorin dimasukkan ke dalam air, yaitu hidrolisis dan ionisasi. Reaksi hidrolisisadalah

Cl2+ H2O HOCl + H+ + Cl- Gas klorin asam hipoklorit

Raksi ionisasi adalah

HOCl OCl + H+

Asam hipoklorit ion hipoklorit

karena klorin dalam bentuk asam hipoklorus 40 hingga 80 kali lebih efektif daripada ion hipoklorit, maka disinfeksi dengan klorin akan paling efektif pada

(10)

gas tersebut secara langsung ke dalam air, sedangkan klorinator besar biasanya

melarutkan gas di dalam air, kemudian mengisi larutan itu. Klorinator harus dijaga pada suhu 70ºF (21ºC) untuk mencegah kondensasi gas klorin di pipa-pipa

pengisian (Linsley, 1996).

Air yang mengalami disinfeksi cukup baik setelah melalui proses klorinasi selama 10 menit akan menghasilkan residu klorin bebas sebanyak 0,2 mg/l. Klorin

akan sangat efektif bila pH air rendah. Bila persediaan air mengandung fenol, penambahan klorin ke air akan mengakibatkan rasa yang kurang enak akibat

pembentukan senyawa klorofenol. Rasa ini dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak sebelum klorinasi. Campuran klorin dan ammonia membentuk kloramin, yang merupakan disinfektan, namun tidak seefektif

hipoklorit (Linsley, 1996).

Klorinasi akhir, yaitu pemakaian klorin setelah pengolahan, merupakan metode yang umum.Klorinasi awal, yaitu pemakaian klorin sebelum pengolahan,

akan menyempurnakan koagulasi, mengurangi beban filter dan mencegah tumbuhnya ganggang. Klorinasi awal dan ahir sering dipergunakan bersama-sama

sehingga meninggalkan residu besar yang berlebihan (superklorinasi) sering dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau tertentu. Superklorinasi harus diikuti dengan deklorinasi yang biasanya berupa pengolahan dengan sulfur

(11)

c. Metode-metode Pengolahan Khusus i. Pembuangan rasa dan bau

Rasa dan bau di dalam air disebabkan oleh gas-gas terlarut, zat-zat organik

hidup, zat-zat organik yang membusuk, limbah industri dan klorin, baik sebagai residu atau dalam gabungan dengan fenol atau bahan-bahan organik yang membusuk. Aerasi, adsorpsi dan oksidasi adalah beberapa metode yang telah

dipergunakan untuk menghilangkan rasa dan bau (Linsley, 1996). ii. Pembuangan besi dan mangan

Diantara metode yang dipergunakan untuk menghilangkan besi dan mangan adalah oksidasi dan presipitasi, penambahan bahan-bahan kimia dan pengendapan serta filtrasi, filtrasi melalui zeolit mangan, dan pertukaran ion

(Linsley, 1996).

2.6 Klorinasi 2.6.1 Pengertian

Klorinasi adalah proses pemberian klorin kedalam air yang telah menjalani

proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan,

biayanya relatif lebih murah, mudah, dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa

(12)

Senyawa klor dapat mematikan mikroorganisme dalam air karena oksigen

yang terbebaskan dari senyawa asam hypochlorous mengoksidasi beberapa bagian yang penting dari sel-sel bakteri sehingga rusak. Teori lain menyatakan bahwa

proses pembunuhan bakteri oleh senyawa chlor, selain oleh oksigen bebas juga disebakan dengan protoplasma. Beberapa percobaan menyebutkan bahwa kematian mikroorganisme disebabkan reaksi kimia antara asam hipoclorous

dengan enzim pada sel bakteri sehingga metabolismenya terganggu. Senyawa klor yang sering digunakan sebagai desinfektan adalah hipoklorit dari kalsium dan

natrium, kloroamin, klor dioksida, dan senyawa kompleks dari klor (Joko, 2010). Senyawa klor dalam air akan bereaksi dengan senyawa organik maupun anorgank tertentu membentuk senyawa baru. Beberapa bagian klor akan tersisa

yang disebut sisa klor. Pada mulanya sisa klor merupakan klor terikat, selanjutnya jika dosis klor ditambah maka sisa klor terikat akan semakin besar, dan pada suatu ketika tercapai kondisi break point chlorination. Penambahan dosis klor setelah

titik ini akan memberi sisa klor sebanding dengan penambahan klor. Keuntungan dicapainya break point yaitu :

a. Senyawa amonium teroksidir sempurna b. mematikan bakteri patogen secara sempurna

c. mencegah pertumbuhan lumut

2.6.2 kegunaan klorin

Adapun kegunaan dari klorin menurut Chandra, 2006 antara lain: a. memiliki sifat bakterisidal dan gerimisidal

(13)

c. dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air

d. dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme pembentukan lumut

yang dapat mengubah bau dan rasa pada air e. dapat membantu proses koagulasi

Karena adanya fungsi ini maka untuk kondisi tertentu chlorinasi dapat dibubuhkan sebelum proses pengolahan. Dengan demikian untuk keperluan

pengolahan dapat dilakukan pre-chlorinasi. Sedangkan untuk keperluan desinfeksi pembubuhan dilakukan di lokasi reservoir sebagai post-chlorinasi

(Joko, 2010)

2.6.3 Prinsip Prinsip Pemberian Klorin

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketikaa melakukan proses

klorinasi menurut Chandra 2006, antara lain :

a. air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air akan menghambat proses klorinasi

b. kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar dapat dengan

efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman

patogen dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.

c. tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa klorin bebas

sebesar 0,2 mg/l di dalam air. Nilai tersebut merupakan margin of safety

(14)

d. dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang dapat dipakai

untuk membunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam air.

2.6.4 Proses Klorinasi

Proses klorinasi dapat terjadi sebagai berikut :

a. penambahan klor pada air yang mengandung senyawa nitrogen akan

membentuk senyawa kloramine yang disebut klor terikat. Pembentukan klor terikat ini bergantung pada pH. Pada pH normal klor terikat (NCl3) tidak

akan terbentuk kecuali jika break point telah terlampaui.

b. pada air yang bebas senyawa organik akan terbentuk klor bebas yaitu asam

hipoklorus (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl-), yang berfungsi dalam proses

desinfeksi.

Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl- HOCl H+ + OCl

Kondisi optimum untuk proses desinfeksi adalah jika hanya terdapat HOCl. Adanya OCl- akan kurang menguntungkan. Kondisi optimum ini

dapat terjadi pada pH <5 2.6.5 Metode Klorinasi

Pemberian klorin pada disinfeksi air dapat dilakukan melalui beberapa

cara yaitu dengan pemberian gas klorin, kloramin, atau perklorin. Gas klorin merupakan pilihan utamakarena harganya murah, kerjanya cepat, efesien, dan

(15)

klorin ini disebut sebagai chlorinating aquipments. Alat yang sering dipakai

adalah paaterson’s Chloronome yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur pemberian gas klorin pada persediaan air (Chandra, 2006).

2.6.6 Pemeriksaan Konsentrasi Klorin

Titik batas (break point) konsentrasi klorin bebas dalam air kurang lebih 0,2 mg/l. Konsentrasi klorin bebas tersebut diukur melalui pemeriksaan

Orthotolidine Arsenite (OTA test). Berikut beberapa pemeriksaan yang berkaitan dengan pemastian ada tidaknya klorin dalam air.

a. Orthotolidine Arsenite Test

Orthotolidine Arsenite Test pertama kali dilakukan pada tahun 1918 untuk

mengetahui adanya klorin bebas di dalam air. Reagennya berupa bahan Analytical

Grade Ortholidine yang larut dalam 10% asam hipoklorit. Cara pemeriksaannya

adalah bahwa sebanyak 0,1 ml larutan OT dimasukkan ke dalam 1 ml dan diperhatikan reaksi yang terjadi. Jika mengandung klorin, sampel air itu akan

berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna itu kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tersedia. Kelemahan uji ini adalah bahwa warna

kuning dapat dihasilkan baik oleh sisa klorin bebas maupun oleh klorin yang terikat (combined chlorine) sehingga pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan.

b. Ortholidine Arsenite Test (OTA Test)

Pemeriksaan merupakan modifikasih dari OT Test diatas. Uji ini dapat memisahkan dan bereaksi dengan klorin bebas. Hal yang paling penting adalah

(16)

2.6.7 Dampak Klorinasi Air

Proses klorinasi yang dilakukan pada air yang mengandung bahan-bahan organik dengan konsentrasi tinggi akan membentuk senyawa halogen organik

yang mudah menguap (volatile halogenated organics), biasa disingkat dengan VHO. Senyawa-senyawa VHO tersebut sebagian besar ditemukan dalam bentuk trihalomethane (THM). THM dapat ditemukan pada jenis air yang berikut:

a. Air minum

Pada hasil pemeriksaan terhadap air minum yang menjalani proses

klorinasi, baik dengan gas klorin, natrium hipoklorit (NaClO), maupun dengan klor dioksida (ClO2), ditemukan adanya senyawa THM. Padahal, sebelum menjalani proses klorinasi, kandungan bahan organik air tersebut telah

dihilangkan dan hasil analisis sebelumnya menunjukkan ketiadaan THM. Kadar THM maksimum yang terdeteksi adalah 41,8 μg/l (Chandra, 2006).

Universitas Sumatera Utara b. Air kolam renang

Pada pemeriksaan terhadap air kolam renang yang telah menjalani

disinfeksi, juga didapat senyawa THM dengan kadar yang lebih tinggi daripada kadar THM dalam air minum. Kondisi tersebut akibat lebih besarnya kandungan bahan organik dalam air kolam renang, selain bahan organik juga berasal dari

keringat dan urin orang yang berenang. Kadar THM maksimum dalam udara di atas permukaan kolam renang mencapai 787 μg/m3 (Chandra, 2006).

(17)

Air tanah di beberapa wilayah mengandung bahan organik dalam

konsentrasi yang tinggi yang dapat membahayakan kesehatan. Dalam tubuh manusia lebih dari 50,6% THM akan diubah menjadi CO2, tetapi kondisi ini

bergantung pada kepekaan individu. Dampak yang paling cepat pada kesehatan adalah hilangnya kesadaran, yang dapat diikuti dengan keadaan koma dan kematian. Kadar total THM 30 μg/l dalam air minum telah direkomendasikan

dengan konsumsi rata-rata 2 liter/hari. Proses klorinasi pada air yang mengandung bahan organik dapat mengakibatkan terbentuknya trihalomethane (THM) yang

berbahaya bagi kesehatan. Untuk menurunkan konsentrasi THM dalam air yang akan menjalani klorinasi harus dihilangkan dahulu penyebabnya, yaitu zat-zat organik (Chandra, 2006)

2.6.8 Pendosisan

Dosis klor harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Harus dilakukan pengukuran DPC (Daya Pengikat Chlor) b. Sisa klor antara 0,2 – 0,5 mg/l

c. Prechlorinasi harus dilakukan dengan DPC

Penetapan DPC:

a. Siapkan labu erlenmeyer 500 ml/botol yang berisi sebanyak 3 buah

b. Siapkan larutan kaporit 0,1% (0,1 gram/100 ml air)

c. Isi contoh air baku 250 ml yang sudah disaring ke dalam labu erlenmeyer,

tambahkan larutan kaporit masing-masing 0,5 ml;0,75 ml;1,0 ml ke dalam

labu erlenmeyer

(18)

e. Periksa dan catat sisa klor dari masing-masing labu erlenmeyer f. Hitung DPC dengan rumus:

DPC = ([ 1000/250 x V x M ] – D) mg/l

Keterangan:

V = ml larutan kaporit 0,1% yang ditambahkan M = kadar kaporit dalam air (misalnya = 60%)

D = sisa klor dalam air

Pendosisan sodium hipoklorit

Air ditransfer = 160 L/dt

Chlorine yang diinginkan diresevoir = 1 ppm mk Konsentrasi sodium hyphoclorite = 5%

160l/dt x 3,6 jam = 576 m3/h m 1 ppm = Hypho x 5

576 m3 = 1 x 576 5

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai contoh logam berat air raksa (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom (Cr).. Namun demikian, meskipun semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada makhluk

Air reservoir adalah air baku yang telah mengalami proses pengolahan pada instalasi pengolahan air dan siap untuk didistribusikan pada masyarakat.. Kekeruhan menjadi salah

Dengan melakukan pemeriksaan kadar Tembaga (Cu) yang terkandung dalam air baku dan air reservoir maka kita dapat mengetahui sejauh mana kualitas air tersebut layak untuk

Cara yang sederhana untuk penghilangan Fe ++ adalah kombinasi aerasi dan filtrasi dengan saringan pasir kering ( pasir aktif ), sehingga endapan Fe +++ yang terbentuk

tidak baik digunakan pada alat-alat yang terbuat dari logam karena bersifat korosif. air yang mengandung garam-garam mengakibatkan pembentukan

Diharapkan kepada IPA Hamparan Perak lebih mempersiapkan bahan- bahan yang akan digunakan untuk pengujian logam atau bahan organik pada air agar pelaksanaan

Lumpur akan tertahan , demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam - garam yang terlarut) karena

Untuk bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan susu menggunakan cara destilasi dengan pelarut