Sugeng Purwanto
Email: [email protected]
PENERAPAN GUIDED DISCOVERY LEARNING
UNTUK MEMOTIVASI SISWA SMPN 3 BELANTIKAN RAYA
ABSTRAK
Pembelajaran PAI yang masih lebih banyak menggunakan metode konvensional dan berpusat pada guru membuat motivasi belajar PAI siswa menjadi rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, dilaksanakan penelitian dengan tujuan meningkatkan motivasi belajar siswa menggunakan metode guided discoveri learning pada pelajaran PAI materi QS. Al Furqon 25:63 tentang Rendah hati dan hadis terkait kelas VIII semester 1 SMP Negeri 3 Belantikan Raya Kecamatan Belantikan Raya Kabupaten Lamandau
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 3 Belantikan Raya Kecamatan Belantikan Raya Kabupaten Lamandau yang berjumlah 6 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, dan tes. Data yang diperoleh berupa hasil angket dan hasil observasi sebagai data primer, serta tes hasil belajar sebagai data pendukung. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode guided discoveri learning dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 3 Belantikan Raya. Rata-rata motivasi belajar PAI siswa mengalami peningkatan dari pra siklus 39.8%
menjadi 53.5% pada siklus I dan meningkat menjadi 62.4% pada siklus II dan berada pada kategori tinggi. Sejalan dengan itu, rata-rata hasil evaluasi belajar meningkat, yaitu dari pra tindakan 61.3 dengan kategori kurang meningkat menjadi 68.7 dengan kategori cukup pada siklus I, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 77.3 dengan kategori baik. Cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah menggunakan metode guided discoveri (penemuan terbimbing) dalam pembelajaran dengan alasan penerapan metode diharapkan dapat meningkatkann motivasi siswa dalam pembelajaran secara mandiri / berkelompok dengan prosedur mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan, mengolah dan menganalisa informasi, dan mengkomunikasikan dengan melalui bimbingan atau arahan dari guru dengan pendekatan keativan siswa dalam pembelajaran.
Key word: guided discoveri,motivasi belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam bukan sekedar transfer of knowledge atau transfer of training tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata dengan pondasi keimanan dan kesalehan. Semua itu bertujuan untuk membentuk pribadipribadi baik jiwa, akal, emosi dan sikap sebagai manusia paripurna sehingga meraih kebahagiaan dunia dan akhirat[1].
Menurut Suparno,[2] peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktivitas dalam berfikir (minds-on), dan aktivitas dalam berbuat (hands-on).
Perbuatan nyata peserta didik dalam pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berfikir peserta didik terhadap kegiatan belajarnya. Dengan demikian proses pembelajaran peserta didik aktif dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan secara terus menerus dan tidak berhenti. Hal ini dilakukan apabila interaksi antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik. Sebab menurut Usman,[3] interaksi dan hubungan timbal balik antara Guru dengan Peserta didik itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.(Surawan, 2020: 93)
Hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Belantikan raya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih tergolong rendah dari target Kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65,00, sedangkan nilai Rata-rata ulangan harian masih dibawah Kriteria ketuntasan minimal (KKM), sehingga siswa yang belum mencapai KKM harus mengikuti program remidial. Berdasarkan hasil ulangan harian di atas diketahui bahwa hanya 1 dari 6 peserta yang tuntas.
Berdasarkan observasi dan hasil tes di atas guru melakukan refleksi untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pembelajaran sebelumnya yang menyebabkan terjadinya masalah di atas. Hasil refleksi pada pembelajaran sebelumnya adalah sebagai berikut.
(a)Pemahaman terhadap agama peserta didik kurang hal ini disebabkan Sebagian peserta didik mualaf dan tidak adanya tempat untuk mengaji agama (masjid/musholah). Hal ini dibuktikan dengan hasil tes awal baik lisan maupun tulisan peserta didik belum mampu menjawab dengan benar.
(b) Guru menggunakan metode pembelajaran konvensional (menjelaskan materi, memberi contoh,
dan latihan). Sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan.
(c)Pembelajaran selama ini kurang memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar.
(d) Lokasi daerang yang masuk dalam kategori daerah sangat terpencil 127 KM dari pusat kota (tanpa listrik dan jaringan seluler) sehingga peserta didik kesulitan mencari informasi.
(e)Lebih memilih bekerja atau membantu orang tua berladang dari pada bersekolah (terjadi pada musim tanam dan panen)
Dari permasalahn tersebut di atas ditengarai oleh guru menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Permasalahan diatas yang melatar belakangi guru untuk memperbaiki pembelajaran dengan melakukan penelitian Tindakan kelas (PTK) dengan tema “Penerapan Guided Discovery Learning Untuk Memotivasi Siswa SMPN 3 Belantikan Raya ”
Pengertian Motivasi Belajar
Winkel, 2003 definisi atas motivasi belajar adalah segala usaha di dalam diri sendiri yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar sertab memberi arah pada kegiatan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar untuk individu.
Model Guided Discovery Learning
Model guided discovery atau penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau teori, pemahaman, dan pemecahan suatu masalah. Proses penemuan tersebut membutuhkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing. Banyaknya bantuan yang diberikan guru tidak mempengaruhi siswa untuk melakukan penemuan sendiri.
Bruner dalam Widodo (2010: 37) mengungkapkan belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Berdasarkan berberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model guided discovery merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, pemahaman, dan pemecahan suatu masalah melalui proses mental yang dilakukan melalui kegiatan percobaan dengan bimbingan dan petunjuk yang diberikan guru.
Banyaknya bantuan dan bimbingan guru tidak membatasi siswa untuk malakukan penemuannya sendiri.
Pembelajaran model guided discovery memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang diutarakan oleh Mulyani Sumantri dan Johar dalam Ikromah (2011: 6-8) sebagai berikut:
a. Kelebihan Model Guided Discovery
1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dari proses kognitif siswa, andai kata siswa itu dilibatkan terus dalam guided discovery.
2) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang kukuh, dalam arti pedalaman dari pengertian, retensi dan transfer.
3) Model pembelajaran guided discovery membangkitkan gairah pada siswa misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikan, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
4) Model pembelajaran guided discovery memberikan kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
5) Model pembelajaran guided discovery menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga siswa lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
6) Model pembelajaran guided discovery dapat membantu dan memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses guided discovery, dapatmemungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yangmengecewakan.
7) Model pembelajaran guided discovery berpusat pada siswa, misalnya memberi kesempatan pada siswa, dan guru berpartisPAIsi untuk mengecek ide. Guru menjadi pembimbing belajar, terutama dalam situasi guided discovery yang jawabannya belum diketahui siswa sebelumnya.
8) Membantu perkembangan siswa dalam menemukan kebenaran akhir yang mutlak.
b. Kelemahan Model Guided Discovery
1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
2) Model pembelajaran guided discovery kurang baik untuk mengajar kelas besar.
3) Harapan yang ditumpahkan pada model ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
4) Mengajar dengan guided discovery mungkin akan dPAIndang sebagai terlalu mementingkan perolehan pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan keterampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan.
c. Langkah-Langkah Persiapan Model Guided discovery Learning
Suryosubroto (2009: 184) mengemukakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menerapkan pembelajaran penemuan, yaitu:
1) identifikasi kebutuhan siswa
2) seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari
3) seleksi bahan, dan problema/tugas-tugas
4) membantu memperjelas tugas/problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa
5) mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan
6) mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa
7) memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan 8) membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa
9) memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses
10) merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa
11) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan; dan
12) membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
d. Prosedur Aplikasi Model Guide Discovery Learning [6]
Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan), Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah), Data Collection (Pengumpulan Data), Data Processing (Pengolahan Data), Verification (Pembuktian), Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
METODE
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Arikunto (2006: 3) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian Tindakan diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah dengan melakukan tindakan yang terencana serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2009: 26).
2. Tempat dan Subjek Penelitian
penelitian ini dilaksanakan di SMPN 3 Belantikan Raya yang berada di desa kahingai kecamatan belantikan raya kabupaten lamandau. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa di kelas VIII SMPN 3 Belantikan Raya dengan Jumlah seluruh siswa adalah 6, yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan.
3. Teknik pengumpulan data a. Observasi
b. Angket
c. Tes (lisan dan tulisan) 4. Teknnik Analisis Data
Menurut Sanjaya (2009:106), menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat dua analisis data yakni analisis data deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif (Arikunto, 2006:131). Analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang berupa angka seperti hasil tes belajar. Sedangkan analisis data deskriptif kualitatif untuk menganalisis data yang berupa kalimat seperti hasil observasi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Data hasil observasi yang telah diperoleh dihitung kemudian dipersentase, dengan demikian diketahui peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran. Hasil analisis observasi kemudian disajian secara deskriptif. Untuk mencari persentase skor yang diperoleh semua siswa, dapat menggunakan rumus sebagai berikut.
Analisi data ini dilakukan pada saat tahapan refleksi, dan hasilnya sebagai bahan refleksi untuk perencanaan lanjut dalam siklus berikutnya sekaligus juga dijadikan bahan refleksi memperbaiki pembelajaran. Hasil pengamatan akan didistribusikan dalam tabel kriteria nilai persentase. Kriteria nilai persentase yang digunakan adalah kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2006:44).
Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa yang dideskripsikan. Tes hasil belajar siswa yang diperoleh pada akhir pertemuan dihitung kemudian dipersentasikan dan dihitung skor rata-rata kelas. Peneliti menggunakan rumus Mean (X) menurut Sudijono (2009:81) untuk mencari perhitungan rata-rata secara klasikal dari sekumpulan nilai yang diperoleh, sebagai berikut.
Peningkatan hasil belajar siswa diketahui dengan cara menghitung persentase siswa yang berhasil memperoleh nilai sama atau di atas KKM dari keseluruhan jumlah siswa di kelas II.
Hasil tes pada siklus I akan dibandingkan dengan hasil tes pada siklus berikutnya. Apabila terdapat kenaikan persentase siswa yang lulus pada siklus I sampai siklus II, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Guided Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar PAI pokok segiempat pada siswa SMPN 3 Belantikan Raya. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase siswa yang lulus sebagai berikut (Sudijono, 2009: 43).
5. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang terstruktur. Menurut Kemmis dan MC.
Taggart model (Arikunto, 2006:93) penelitian itu terdiri dari beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Jika divisualisasi dalam bentuk gambar, penelitian tindakan model Kemmis dan Mc. Taggart tampak pada gambar berikut ini:
Pembahasan Hasil Penelitian
Motivasi belajar begitu penting bagi siswa, terutama dalam kegiatan belajar megajar. Motivasi yang ada ada diri siswa dapat diketahui dengan melihat indikator motivasi belajar yang terlihat pada diri siswa. Indikator motivasi belajar tersebut antara lain sebagai berikut (Sardiman, 2007:83).
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas puas). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3. Lebih senang bekerja mandiri.
4. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
5. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
6. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan memikirkan cara penyelesaiannya).
Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 3 Belantikan Raya pada kelas VIII menunjukkan bahwa penggunaan metode Guided Discoveri Learning dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkanmotivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan di dalam kelas dan hasil angket yang langsung diberikandan diisikan oleh siswa. Selain itu, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, terbukti dengan adanya peningkatan nilai hasil evaluasi belajar siswa.
Sebelum menggunakan metode Guided Discoveri Learning, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi ajar siswa, dan sesekali menggunakan metode observasi, akan tetapi motivasi belajar siswa rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil pada pra siklus 39.8 % (rendah) menjadi 53.4 % pada siklus I atau meningkat 13.7% setelah pada penerapan metode Guided Discoveri Learning dan pada siklus II sebesar 62.4 % atau meningkat 8.9% dari siklus I.
Pada data hasil evaluasi belajar siswa menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yang terlihat dari meningkatnya nilai rata-rata kelas, yaitu dari 68.7 meningkat menjadi 77.03. Walaupun masih terdapat satu siswa yang mendapat nilai di bawah KKM, sedangkan yang lainnya telah cukup atau melampaui dari KKM yang sudah ditetapkan sebesar 65. Satu siswa yang belum tuntas tersebut dikarenakan lemahnya daya serap siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan.
Pada siklus I guru membagi siswa dalam kelompok. Guru memberikan penjelasa tentang metode pembelajaran kegiatan Guided Discoveri Learning yang akan dilakuakan dalam pembelajaran. Kegiatan diawali dengan memberikan stimulus dengan siswa mengamati video yang ditayangkan oleh guru kemudian siswa mencatat hal-hal penting serta pertanyaan - pertanyaan berkaitan dengan tayangan. Kemudian siswa Bersama kelaompok mengali dan mengumpulkan informasi terkait materi dan dituangkan kedalam kertas karton yang sudah guru persiapkan. Didalam pembelajaran guru hanya menjadi pembimbing yang mengarahkan siswa dalam pembelajaran namun bukan berarti mengurangi keaktifan peserta didik.
Berdasarkan refleksi pada siklus I diketahui bahwa masih terdapat kelemahan dan kekurangan sesuaian penggunaan metode Guided Discoveri Learning dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kekurangan tersebut antara lain guru belum terbiasa dengan penerapan metode pembelajaran, sehingga dalam penjelasan terhadap siswa juga kurang maksimal dan membuat siswa menjadi kurang mandiri, kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh siswa yang lebih pandai dalam setiap kelompok, siswa masih kurang percaya diri dalam menyampaikan pertanyaan baik antar kelompok maupun dengan guru dan kurangnya sumber belajar.
Kekurangan yang masih ada pada siklus I kemudian diperbaiki dengan perencanaan yang lebih matang pada siklus II, seperti membagi kelompok dan membagi peran setiap siswa dalam kelompok ,memberikan penjelasan dan membimbing siswa dengan sejelas -jelasnya sebelum
melakukan terkait metode pembelajaran, memberikan tambahan sumber belajar yang sudah guru persiapkan.
Perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya ketekunan siswa menghadapi tugas, siswa semakin ulet dalam menghadapi kesulitan belajarnya, siswa menjadi lebih senang belajar sendiri, siswa menginginkan tugas yang beraneka ragam karena bosan dengan tugas yang rutin, siswa lebih bisa mempertahankan pendapatnya, dan siswa juga lebih senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal PAI.
Adanya peningkatan pada siklus ke II ini, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan motivaasi belajar siswa menggunakan metode Guided Discoveri Learning pada pembelajaran PAI kelas VIII di SMP Negeri 3 Belantikan Raya dikatakan berhasil. Penelitian ini berakhir pada siklus kedua karena motivasi belajar siswa telah mencapai kriteria keberhasilan seperti yang telah ditetapkan dan telah mencapai ketuntasan.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya sebagaiberikut:
1. Keterbatasan waktu ajar membuat penggunaaan metode Guided Discoveri Learning kurang maksimal.
2. Keterbatasan sarana dan prasarana tanpa jaringan seluler dan Listrik sehingga dalam pembelajaran yang berbasis TPACK kurang maksimal.
No Aspek Yang Diamati Pra
Siklus Siklus I
Siklus II I Pra Pembelajaran
1. Kesiapan menerima pembelajaran 3 50 4 66.7 5 83.3
II Kegiatan membuka Pembelajaran
1.Siswa dapat menjawab pertanyaan apersepsi 1 16.7 3 50.0 4 66.7
2. Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan komepetensi yang hendak dicapai 3 50 4 67 5 83.3 III Kegiatan Inti Pembelajaran
1. Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 3 50 3 50.0 4 66.7
2. Interaksi siswa dengan guru 1 16.7 2 33 4 66.7
3. Interaksi siswa dengan siswa. 2 33.3 3 50 4 66.7
4.Aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok. 3 50 4 67 5 83.3
5. Siswa dapat mengemukakan pendapatnya dengan lancer 2 33.3 3 50.0 4 66.7
6. Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi. 2 33.3 3 50.0 4 66.7
IV Penutup
1. Siswa secara aktif memberi rangkuman 3 50 3 50.0 4 66.7
2. Siswa menerima tugas tindak lanjut 3 50 4 67 5 83.3
Rata-rata % 39.4 54.6 72.7
Kategori Rendah Cukup Tinggi
Tabel Analisa Hasil Observasi
TABEL Analisis Hasil perbandingan Evaluasi Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Belantikan Raya
No Nama
Pra siklus Siklus 1 Siklus 2
PG Essay Nilai PG Essay Nilai PG Essay Nilai
1 M. Hanan 6 8 56 7 10 68 8 13 84
2 Ratih Indriati 7 10 68 8 10 72 8 12 80
3 Hidayati 6 7 52 7 8 60 7 11 72
4 Hendrik W 7 10 68 7 10 68 8 11 76
5 Syaputra 5 7 48 7 8 60 7 8 60
6 Hanif Faizin 8 11 76 9 12 84 9 14 92
Rata - Rata Kelas 61.3 68.7 77.3
Kategori KURANG CUKUP BAIK
kategori Jumlah Siswa
sangat baik 0 1
baik 1 1 2
cukup 2 3 2
kurang 3 2 1
163 Vol.1 No.1, September 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan
Tabel Analisis Perbandingan Angket
No Indikator Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
1 Tekun menghadapi tugas 42.7 56.3 63.5
2 Ulet menghadapi kesulitan 46.9 56.3 62.5
3 Lebih senang bekerja mandiri. 43.8 54.2 60.4
4 Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin 29.2 52.8 62.5 5 Dapat mempertahankan pendapatnya 38.9 51.4 63.9
6
Senang mencari dan memecahkan masalah
soal-soal 37.5 50 61.5
39.8 53.5 62.4
Persentase skor yang
diperoleh Kategori
81% - 100% Sangat tinggi
61% - 80% Tinggi
41% - 60% Sedang
21% - 40% Rendah
0% - 20% Sangat Rendah
KESIMPULAN
Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 3 Belantikan Raya pada kelasVIII dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan model pembelajaran Guided Discovery learning dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, hal tersebut dapat dilihat dari setiap siklusnya.
1. Pada pra siklus rata-rata skor nilai motivasi peserta didik yang tercermin dari aktivitas peserta didik sebesar 39,8 % dengan katagori rendah. Dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I rata-rata skor motivasi peserta didik yang tercermin dari aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran meningkat menjadi 53.5 % yang tergolong dalam Sedang. Dan siklus II dimana rata-rata skor motivasi peserta didik yang tercermin dari aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran meningkat menjadi 62.4
% dengan kategori tinggi.
2. Dampak yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran Guided Discovery Learning pada mata pelajaran Pendidika Agama Islam dalam kegiatan pembelajaran bagi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Belantikan Raya yaitu peserta didik yang semula pasif dan cenderung diam ketika tidak memamahmi dengan materi yang disampaikan oleh guru serta kurangnya motivasi dalam belajar kini sudah terlihat aktif saat mengikuti kegiatan pembelajaran PAI, peserta didik yang jarang bertanya dan menjawab
164 Vol.1 No.1, September 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan
pertanyaan guru kini sudah berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Peserta didik juga sudah terlibat aktif dalam kegiatan diskusi seperti menyampaiakan pendapat dan pandangannya. Keberanian peserta didik juga mulai tumbuh dalam menyaji hasil diskusi melalui kegiatan presentasi.
REFERENSI
Ardyansyah, A., & Fitriani, L. (2020). Efektivitas Penerapan Metode Discovery Learning dalam Pembelajaran Imla’. Al-Ta'rib : Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Palangka Raya, 8(2), 229-244.
doi:https://doi.org/10.23971/altarib.v8i2.2257
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT.Rineka Cipta. Sanjaya, W. 2006. Strategi PembelajaranBerorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pembelajaran
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Bumi Aksara.
Hamdhu, Ghullam, Lisa Agustina, 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar PAI di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan.
Vol. 12 No. 1, Halaman 83. Universitas Pendidikan Indonesia
Hanafiah, Nanang, dkk. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Ikromah, Nurul. 2011.Penerapan Model Guided Discovery untuk Miningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI. UPI. Bandung.Suryosubroto, B..
2009.Rineka Cipta. Jakarta Jakarta.hal 188
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Oemar, H. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sadirman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sains Di Sekolah Dasar. Depdiknas Ditjen Dikti. Jakarta.
Sukmana, Prasetya Budi. 2009. Model Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing).
Surawan. (2020). Dinamika Dalam Belajar : Sebuah Kajian Psikologi Penelitian.
Yogyakarta : K-Media.
WS. Winkel. (1983) Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia, 1983 Zubaidi.2011.Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media.ha.185
[1] Muhammad Sholeh Al-Syantho, Al-Mahārah al-Lugawiyah; Madkhal ila Khas ais al-Lugah al-
[2] ‘Arabiyah wa Funūniha, Hail: Dar al-Andalus li an-Nasyr wa at-Tauzi’, Jilid 5. 2003, hal. 27
[3] Suparno, p., Rohandi, R., Sukadi, G., Kartono, S. 2001. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, hal. 17 [4] Usman, Uzer, M. 2002. Menjadi Guru Profesional. Edisi kedua. Cet,akkan
165 Vol.1 No.1, September 2021 Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Pendidikan
ke empat belas.
[5] Bandung: PT Remaia Rosdakarya, hal. 31
[6] Dokumen Guru PAI Kelas VIII.1 SMPN 3 Belantikan Raya
[7] Kemendikbud (dalam buku pelatihan guru Implementasi Kuriulum 2013), hal. 31
[8] Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 244
[9] Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 244
[10] Djamarah Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, hal. 22
[11] Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru...hal 245 [12] Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan... hal. 75
[13] Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, hal.
32
[14] Hamalik, O. Proses Belajar Mengajar... hal. 37
[15] https://ourquranhadis.wordpress.com/2013/12/24/rendah-hati-dalam-akhlak- tasawuf/
[16] Yunahar Ilyas, 2007, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LIPI Pustaka Pelajar). hal 120
[17] Yunahar Ilyas,2007, Kuliah Akhlaq... hal. 123
[18] Rusdi, Ajaibnya Tawadhu dan Istiqamah. (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hal. 34-36
[19] Khozin Abu Faqih, Tangga Kemuliaan Menuju Tawadhu, (Jakarta: Al- Itishom), hal. 41-46
[20] Abuddin Nata, perspektif islam tentang pola hubungan guru-murid, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 41-44