• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur two stay

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur two stay"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTUR TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DISERTAI PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP N 32 SOLOK SELATAN

Wiska Oktavia Rilla, RRP. Megahati, Nursyahra Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The background of this research is about the students’ low learning score in IPA lesson especially biology. Sceleton system material is difficult that is caused many students get score below KKM at SMPN 32 Solok Selatan. This case happens because the teaching learning process is only main for the teacher and does not interact with the students. Otherwise, to see the condition of school does not prepare media alike framework of human model. The purpose of the research is to know the effect applying of Cooperative Learning Structure Two Stay Two Stray (TSTS) with Concept Map toward the Students’ Learning Score at Class VIII SMP N 32 Solok Selatan. The technique of sampling uses total sampling. The analysis data analyzes by using t exam.

Based on the research, this case can be concluded that applying of Cooperative Learning Structure Two Stay Two Stray (TSTS) with Concept Map toward the Students’ Learning Score at Class VIII SMP N 32 Solok Selatan. The score of attitude can be concluded the students’ behavior in experiment class is better control class meanwhile the students’ ability in control class than experiment class.

Key word: Cooperative Learning Method, Two Stay Two Stray (TSTS) Structure, and concept map

PENDAHULUAN

Biologi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Pada pembelajaran biologi sangat diperlukan konsep- konsep dasar yang selalu berkaitan dengan individu itu sendiri serta lingkungannya. Selain itu, biologi adalah pelajaran yang bersifat hafalan, butuh pemahaman serta pengamatan agar siswa mudah memahami suatu materi dalam biologi.

Nilai biologi yang diperoleh siswa umumnya rendah hal ini disebabkan karena materi pelajaran biologi sulit dipahami sehingga minat siswa dalam proses pembelajaran biologi kurang, begitu juga yang terjadi di SMPN 32 Solok Selatan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan guru biologi di SMPN 32 Solok Selatan, salah satu materi biologi yang dikatakan sulit adalah sistem gerak pada manusia.

Materi ini tergolong sulit karena banyak memuat konsep-konsep dan dibutuhkan pengamatan secara langsung mengenai rangka manusia. Sementara untuk mengamati rangka tersebut, sekolah belum menyediakan suatu media seperti torso/model rangka. Proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolahpun hanya berpusat pada guru.

Penggunaan berbagai macam metode dalam belajar kurang bervariasi. Siswa dalam belajar masih kurang tertarik untuk belajar dan cenderung pasif baik dalam bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru. Kurangnya interaksi antar siswa, tidak adanya kerjasama dalam belajar yang bisa membuat siswa saling bertukar pikiran dan ide.

Materi ini dikatakan sulit, terlihat dari hasil Ulangan Harian mata pelajaran biologi siswa kelas VIII semester 1 Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Dikelas VIIIA nilai rata-rata ulanan hariannya 56,75 dan kelas VIIIB 63,75. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam proses belajar mengajar, seorang guru hendaknya bisa menciptakan suasana belajar dengan memilih metode yang sesuai dengan materi yang dipelajari agar dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu metode pembelajaran kooperatif yaitu struktur two stay two stray (TSTS).

Istarani (2012 : 201) metode pembelajaran kooperatif dengan struktur TSTS dimulai dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru membagikan tugas berupa permasalahan- permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi dalam kelompok selesai, dua orang dari masing –masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan menjadi tamu dikelompok lain sedangkan dua orang lagi bertugas menerima tamu. Struktur ini bertujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, melatih siswa untuk berbagi informasi dan melatih kemandirian siswa.

(2)

Dalam menerapkan struktur TSTS, untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar dapat dibekali dengan peta konsep. Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran biologi merupakan suatu alternatif untuk mengubah cara belajar siswa dari belajar menghafal ke dalam belajar bermakna.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian Umra Alfina di SMP Muhammadiyah 6 Padang Tahun 2013 pada materi ekosistem bahwa terdapatnya peningkatan hasil belajar dengan struktur TSTS. Sementara metode pembelajararan struktur TSTS ini belum pernah dilakukan di SMP N 32 Solok Selatan.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis telah melakukan penelitian dengan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep pada siswa kelas VIII semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan materi “sistem gerak”. Judul dari penelitian ini adalah “ Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Struktur Two Stay Two Stray (TSTS) Disertai Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 32 Solok Selatan.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 32 Solok Selatan ?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 32 Solok Selatan .

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar.

Pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah upaya guru menciptakan pelayanan terhadap kemampuan atau potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi potimal antara guru dan siswa serta antarsiswa. (Hamdani, 2011 : 71).

Hariyanto (2012 : 161)menjelaskan bahwa

“Pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerjasama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan”.

Hariyanto ( 2012 : 235) menjelaskan bahwa “Aktivitas struktur dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) ini dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan analitis dalam

kelompok. Guru sebagai fasilitator dapat mengatur kelas sedemikian rupa sehingga ada ruang yang cukup bagi adanya kelompok-kelompok siswa berisi 4 orang”.

Martin (1994) dalam Trianto (2010 : 158) mengatakan bahwa “Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang menggambarkan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep- konsep lain pada kategori yang sama”.

Metode Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September semester 1 kelas VIII Tahun Pelajaran 2014/2015 di SMP N 32 Solok Selatan ..

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control - Group Post Test Only Design. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 32 Solok Selatan yang terdaftar pada tahun 2014/2015, yang terdiri atas 2 kelas.

Pengambilan sampel adalah total sampling, yang tediri atas dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penetapan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan random sampling, sehingga kelas VIII 1 ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII 2 ditetapkan sebagai kelas kontrol. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung didapat dari hasil belajar biologi khususnya materi sistem gerak pada manusia setelah penelitian dilakukan dengan menggunakan tes. Sumber data dalam penelitian adalah semua siswa kelas VIII SMPN 32 Solok Selatan sebagai sampel penelitian.

Instrumen penelitian dalam penilaian pengetahuan berupa soal yang diuji cobakan kepada siswa kelas VIII SMP N 22 Solok Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Soal yang telah diuji coba ditelaah untuk menentukan validitas tes, indeks kesukaran, daya beda dan reliabilitasnya.

Instrumen penilaian sikap siswa yang dinilai dalam penelitian ini terdiri dari empat indikator pencapaian sikap yaitu jujur, toleransi, gotong royong dan santun / sopan. Instrumen penilaian keterampilan yang dinilai dalam penelitian ini berupa laporan diskusi dalam kelompok dengan indikator pencapaian keterampilan kerapian penulisan, kelengkapan isi jawaban dan kebersihan laporan. Teknik analisis data dalam penilaian yaitu menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas.

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas yang hasilnya berdistribusi normal dan sampel memiliki varians yang homogen maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t.

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

(3)

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel maka diperoleh data tentang hasil belajar siswa seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Nilai Rata – rata Hasil Belajar, Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Parameter

Perlakuan

Keterangan Eksperi-

men

Kontrol 1. Nilai Rata –

rata Hasil Belajar

75, 16 66,99 Eks >

Kontrol 2. Uji

Normalitas Lt = 0,190 L0 = 0,05

Lt = 0,213 L0 = 0,05

L0 < Lt Normal L0 < Lt Normal 3. Uji

Homogeni- tas

Ft = 2, 33 Fh = 1, 06

Fh < Ft Homogen 4. Uji

Hipotesis

tt = 1, 70 th = 2, 03

tt < th Hipotesis

H1

diterima Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian sikap siswa dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen

68,75% 75%

62,5% 75%

87,5% 81,25%

75% 81,25%

87,5%

75%

87,5%

68,75%

0 20 40 60 80 100

Jujur Toleransi Gotong Royong

Santun / Sopan Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Gambar 2. Penilaian Sikap Siswa Kelas Kontrol

Penilaian keterampilan dilakukan untuk menilai hasil diskusi kelompok setelah pembelajaran. Data hasil penilaian keterampilan siswa dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

78,33

71,67

78,33 73,33 73,33 73,33

68,33

81,67

55

0 20 40 60 80 100

Kerapian Penulisan

Kelengkapan Isi Jawaban

Kebersihan Laporan

Pertemua n I Pertemua n II Pertemua n III Gambar 3. Penilaian Keterampilan Siswa Kelas

Eksperimen

64,58 70,83 64,58

79,17 79,17 68,75

83,33 83,33 91,67

0 20 40 60 80 100

Kerapian Penulisan

Kelengkapan Isi Jawaban

Kebersihan Laporan

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Gambar 4. Penilaian Keterampilan Siswa Kelas

Kontrol

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Biologi dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS disertai peta konsep lebih baik dari pada hasil belajar Biologi dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata – rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yaitu 75,16 dan kelas kontrol yaitu 66,99. Pada kelas eksperimen nilai siswa yang di atas KKM ada Nilai (%)

Nilai (%)

Nilai Nilai

(4)

sebanyak 13 orang siswa dengan persentase ketuntasan 65% dan kelas kontrol nilai siswa yang di atas KKM ada sebanyak 5 orang siswa dengan persentase ketuntasan 31,25%.

Berdasarkan persentase ketuntasan pada kelas eksperimen yaitu sebesar 65% dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS disertai peta konsep berada pada tingkatan yang baik / maksimal dalam proses pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010 : 107) mengatakan bahwa “Tingkatan keberhasilan tersebut dikatakan baik / maksimal apabila bahan pembelajaran yang diajarkan hanya 60% - 75% saja dikuasai siswa”.

Kelas eksperimen dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS disertai peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Meningkatnya hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS ini disebabkan karena siswa lebih aktif saat berdiskusi , percaya diri saat bertamu, saling berbagi informasi baik dalam kelompoknya maupun di kelompok lain karena pembagian kelompoknya secara heterogen, dan saling menghargai pendapat masing-masing temannya . Hal ini sesuai dengan pendapat Asma (2012:20) mengatakan bahwa “Kelompok belajar pada belajar kooperatif memiliki kepemimpinan bersama, keanggotaan heterogen, dan tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok”. Menurut Hariyanto (2012 : 235) mengatakan bahwa “Struktur TSTS merupakan pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan analitis dalam kelompok”.

Dalam proses belajar ini selain penerapan TSTS juga disertai dengan peta konsep. Guru menampilkan konsep –konsep dari materi pelajaran dengan peta konsep dan meminta siswa untuk mengamati dan memahami peta konsep. Peta konsep dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam mendiskusikan LDS dalam kelompok.

Dengan adanya peta konsep pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena memungkinkan siswa mudah mengerti materi, meningkatkan rasa ingin tahu, dan membantu daya ingat terhadap materi yang sedang dipelajari . Menurut Lufri ( 2007 : 155) Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep – konsep dalam bentuk proposisi – proposisi.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol menerapkan pembelajaran konvensional dengan menggunakan LDS dalam diskusi. Berdasarkan persentase ketuntasan pada kelas kontrol yaitu 31,25% dengan pembelajaran konvensional berada pada tingkatan yang kurang dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010:107) mengatakan bahwa

:Tingkatan keberhasilan tersebut dikatakan kurang apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai siswa”.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional ini hanya sedikit interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa karena siswa hanya diskusi dalam kelompoknya saja. Dalam diskusi siswa yang aktif selalu didominasi oleh siswa tertentu saja karena pembagian dalam kelompok secara homogen sehingga ditemukan siswa yang malas saat berdiskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Asma (2012:20) mengatakan bahwa “kelompok belajar pada pembelajaran konvensional memiliki satu pemimpin, keanggotaan secara homogen dan tanggung jawab hasil belajar sendiri”.

Penilaian sikap pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdiri dari empat indikator pencapaian sikap seperti jujur, toleransi, gotong royong dan santun/ sopan. Hasil penelitian menunjukkan secara umum bahwa sikap siswa selama pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional.

Kelas eksperimen mengalami peningkatan pada setiap pertemuan terhadap indikator sikap yang diamati. Meningkatnya aktivitas siswa pada penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS disertai peta konsep disebabkan karena siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran seperti aktif dalam kerja kelompok, mampu dan mau bekerja sama dengan siapapun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan dan keyakinan dan kreatif dalam mengeluarkan pendapat . Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012:208) mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, dan dapat memecahkan masalah dalam kelompoknya”.

Kelas kontrol mengalami peningkatan setiap pertemuan pada indikator gotong royong, pada indikator toleransi dan santun / sopan mengalami peningkatan pada pertemuan II dan terjadi penurunan pada pertemuan III. Namun pada indikator jujur pertemuan II mengalami peningkatan dan pertemuan III tidak mengalami perubahan.

Terjadinya peningkatan dan penurunan aktivitas siswa pada setiap pertemuan dikelas kontrol disebabkan karena dalam pembelajaran guru menerapkan pembelajaran konvensional dimana siswa hanya berdiskusi dalam kelompok yang homogen sehingga hanya sebagian siswa yang aktif dalam pembelajaran .

(5)

Penilaian keterampilan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa laporan diskusi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan secara umum bahwa keterampilan siswa selama pembelajaran secara konvensional lebih baik dari pada pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif struktur Two Stay Two Stray (TSTS) disertai peta konsep.

Keterampilan siswa kelas eksperimen terjadi peningkatan pada pertemuan II dan III pada indikator kelengkapan isi jawaban. Pada indikator kerapian penulisan dan kebersihan laporan pada pertemuan II dan III mengalami penurunan.

Meningkatnya keterampilan siswa pada indikator kelengkapan isi jawaban disebabkan karena siswa sudah menunjukkan rasa ingin tahu tentang materi pelajaran, selain itu siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen dimana siswa saling bekerjasama dalam kelompoknya sehingga dapat menyelesaikan laporan diskusi dengan lengkap. Menurut Asma (2012: 20) mengatakan bahwa “Tanggung jawab terhadap hasil belajar pada kelompok belajar kooperatif yang heterogen adalah tanggung jawab seluruh anggota kelompok”. Menurunnya keterampilan siswa pada indikator kerapian penulisan dan kebersihan laporan disebabkan karena pada kelas eksperimen dengan metode TSTS siswa memiliki keterbatasan waktu dalam diskusi kelompok sehingga siswa kurang memperhatikan kerapian dalam penulisan, dan kebersihan laporan walaupun laporan diskusinya lengkap.

Keterampilan siswa kelas kontrol mengalami peningkatan di setiap pertemuan pada indikator kerapian penulisan, kelengkapan isi jawaban dan kebersihan laporan. Meningkatnya keterampilan siswa kelas kontrol pada setiap indikator disebabkan karena dalam pembelajaran siswa memiliki banyak waktu untuk berdiskusi sehingga siswa dalam menyelesaikan laporan diskusinya dapat memperhatikan kerapian dalam penulisan, kelengkapan isi jawaban dan kebersihan laporan. Menurut Kunandar (2013:249) mengatakan bahwa “Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Keterampilan menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu”.

Pada hasil penelitian yang telah dibahas di atas ada kesinambungan dengan hasil yang diperoleh dalam jurnal karya Ismawati dan Hindarto yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA.

Dalam jurnal karya Ismawati dan Hindarto tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dalam

ranah kognitif, afektif maupun Psikomotor. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang didapatkan bahwa pembelajaran kooperatif struktur TSTS disertai peta konsep dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa meskipun keterampilannya tidak mengalami peningkatan.

PENUTUP

Dari hasil analisis data dan pembahasan menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menerapkan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS disertai peta konsep hasil belajar pengetahuan siswa mengalami peningkatan, yaitu 65%. Hal ini berarti ketuntasan hasil belajar siswa sudah mencapai KKM yang diterapkan dengan nilai rata-rata kelas 75,16. Selain itu sikap siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan sikap siswa pada kelas kontrol sedangkan keterampilan siswa pada kelas kontrol lebih baik dibandingkan dengan keterampilan siswa pada kelas eksperimen.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif struktur TSTS disertai peta konsep sebagai alternatif bagi guru-guru bidang studi khususnya guru biologi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Diharapakan bagi peneliti yang berminat untuk dapat melakukan penelitian lanjutan pada pokok bahasan biologi lain dan dengan tingkat sekolah yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Alfina, Umra. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Padang. (Skripsi). STKIP

Asma, Nur. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif. Padang : UNP Press

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. (2010).

Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Hamdani, M.A. (2011). Strategi Belajar Mengajar.

Bandung : CV. Pustaka Setia

Hariyanto & Warsono. (2012). Pembelajaran Aktif : Teori dan Asesmen. Surabaya : PT.

Remaja Rosdakarya

Ismawati dan Hindarto. (2011). Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural two stay two stray untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas x sma.Jurnal Pendidikan Fisika, 7:

38-41

Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran Inovatif.

Medan : Media Persada

Lufri, M.S. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi.

Padang : UNP

(6)

Rusman. (2012). Model- Model Pembelajaran. ed.

2. Jakarta : PT. Raja Gravindo Persada Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif –Progresif- Konsep, Lamdasan,

dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta : Kencana

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih baik dari pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA

Berdasarkan hasil penelitian diatas penulis mengajukan beberapa saran yang berhubungan dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) untuk

Dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan terbukti bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) untuk meningkatkan hasil belajar

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dan kompetensi pedagogik guru terhadap hasil

Penelitian ini bertujuan Mengetahui perbedaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TSTS terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Gugus

Oleh karena itu, peneliti mengajukan judul penelitian yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada mata pelajaran IPS guna meningkatkan keterampilan