p-ISSN :
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
44
Penerapan Model Discovery Learning dapat
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Pada Materi Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup Siswa Kelas VI MIN 8
Aceh Barat Daya Pelajaran 2018/2019
Maria Elvianti1*
*Koresponden email : [email protected]
Diterima: 17 Februari 2020 Disetujui: Februari 2020
Abstract
The purpose of this study is to improve the activities and learning outcomes of science in the material special features of living things through the application of the Discovery Learning model of class VI MIN 8 students in Southwest Aceh 2018/2019 Academic Year. The learning model used in this study is the Discovery Learning model. The subjects of this classroom action research were students in class VI MIN 8 Aceh Barat Daya. The number of students is 27 students with 15 male students and 12 female students.
This research was conducted in the 2018/2019 school year within a period of 3 months, from August to October 2018 in odd semester. The methodology of this research is classroom action research consisting of two cycles and each cycle consists of two meetings. Each cycle consists of planning, implementing, observing and reflecting. The research procedure consisted of pre-research, planning cycle one, imple- menting cycle one, observing cycle one, reflection cycle one, planning cycle two, implementing cycle action two, observing cycle two and reflection cycle two. Data collection techniques are collecting test scores that are carried out at the end of each learning cycle in each cycle using the written test instrument.
Learning outcomes data were analyzed by means of percentage descriptive statistics. The results showed that (1) Student learning activities increased from the good enough category and the good category in- creased to very good (2) The completeness of student learning outcomes from 33.33% pre cycle increased to 59.25% in the first cycle and in the second cycle increased to 85.18 %. The application of the Discov- ery Learning model has been able to improve the activities and learning outcomes of natural science stu- dents on the material of the special characteristics of living creatures of class VI MIN 8 students in Southwest Aceh 2018/2019 Academic Year.
Keywords: Activities, Learning Outcomes, Discovery Learning Models, Natural Sciences, Special Features of Living Things.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup melalui Penerapan model Discovery Learning siswa kelas VI MIN 8 Aceh Barat Daya Tahun Pelajaran 2018/2019. Model pemebelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Discovery Learning. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI MIN 8 Aceh Barat Daya. Jumlah siswa adalah 27 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan 12 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2018/2019 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Agustus s/d Oktober 2018 pada semester ganjil. Metodologi penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Prosedur penelitian terdiri dari pra penelitian, perencanaan siklus satu, pelaksanaan tindakan siklus satu, pengamatan siklus satu, refleksi siklus satu, perencanaan siklus dua, pelaksanaan tindakan siklus dua, pengamatan siklus dua dan refleksi siklus dua. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (testertulis). Data hasil belajar dianalisis dengan cara statistik deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari kategori cukup menjadi baik dan kategori baik meningkat menjadi sangat baik (2) Ketuntasan hasil belajar siswa dari 33.33 % pra siklus meningkat menjadi 59.25
p-ISSN :
% pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 85.18 %. Penerapan model Discovery Learning telah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa IPA pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup siswa kelas VI MIN 8 Aceh Barat Daya Tahun Pelajaran 2018/2019
Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Model Discovery Learning, IPA, Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup.
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah sesuatu hal yang dianggap penting oleh seluruh kalangan, karena peradaban suatu bangsa dapat maju dengan dilatarbelakangi oleh pendidikan. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke gen- erasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Seperti yang diungkapkan dalam UU Depdiknas No. 20 (2003) yang menyatakan; Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan diri secara sadar. Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur, berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif, sehat, mandiri, dan percaya diri, dan toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat kita sim- pulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sadar untuk kemajuan dirinya pribadi beserta lingkungannya. Pentingnya pendidikan untuk para peserta didik baik untuk sekarang maupun ma- sa depan maka harus didukung oleh berbagai aspek. Karena pada hakikatnya proses pendidikan yang ber- langsung di Indonesia mayoritas dengan pendidikan formal yakni pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Kesuksesan proses pendidikan yang berlangsung melalui proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran yang dilakukan harus dikemas sedemikian rupa sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap siswa sesuai dengan peran pendidikan yang telah dijelaskan.
Dalam proses pembelajaran IPA dibutuhkan adanya fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan erat dengan materi ajar yang di sampaikan dari guru di kelas sebagai seorang fasilitator pem- belajaran. Pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Khoerunisa, 2013). Sehingga jelaslah bahwa pembelajaran IPA di SD/MI harus memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk dapat memahami alam sekitar yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu tujuan pembelajaran IPA menurut Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Da- sar dan Menengah, Deskripsi Kompetensi mata pelajaran IPA Sekolah Dasar kelas V dan VI adalah Menunjukkan perilaku keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai hasil dari pengamatan terhadap objek IPA, menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, disiplin, dan tanggung jawab melalui IPA, mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar, melakukan pengamatan objek IPA dengan menggunakan panca indra dan alat sederhana, menyajikan data hasil pengamatan alam sekitar dalam bentuk tabel atau grafik, membuat kesimpulan dan melaporkan hasil pengamatan alam sekitar secara lisan dan tulisan secara sederhana, dan menjelaskan konsep dan prinsip IPA. Berdasarkan pemaparan di atas, maka jelaslah bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pembelajaran yang berhubungan dengan konsep dan prinsip IPA yang berkaitan dengan fenomena yang ada di lingkungan sehari-hari. Tetapi hal ini tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan dimana hasil studi lapangan di kelas VI di MIN 8 Aceh Barat Daya menunjukkan bahwa beberapa siswa mengalami kesu- litan menguasai konsep, kurang memperhatikan materi yang diajarkan, dalam proses pembelajaran yang terjadi tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidik, bahkan ada sebagian siswa justru mengganggu teman yang lain. Berdasarkan kenyataan, penyebabnya antara lain yaitu pada proses pem- belajaran siswa cenderung pasif, sehingga guru yang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah pembelajaran IPA dimana yang terjadi harus sebaliknya. Dengan demikian siswa akan lebih serius belajar, karena mempunyai tanggung jawab untuk mengerti dan memhami konsep yang mereka pelajari. Selama ini yang dilakukan siswa cenderung pasif sedangkan guru cenderung lebih aktif dalam pembelajaran, pembelajaran masih bersifat informatif dan bersifat satu arah, guru hanya
p-ISSN :
memberikan pengetahuan tanpa menuntut siswa untuk memahami konsepnya, dan pembelajaran masih terpaku pada satu buku paket saja. Maka, dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat lebih memahami konsep IPA berdasarkan aktivitas siswa sendiri. Salah satu model yang dapat memfasilitasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan memahami konsep IPA yang dikaitkan dengan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari adalah model Discov- ery Learning.Penemuan (Discovery) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan untuk mencari jawaban atas pertanyaan- pertanyaan dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. Seperti yang telah diungkapkan oleh Budiningsih (2005) yang menyatakan bahwa Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebe- lumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penemuan (Discovery) diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi.Selain itu, model Discovery Learning memiliki keunggulan-keunggulan yang dapat memperkuat bukti untuk dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam meningktakan hasil dan aktivitas belajar siswa. Model pembelajaran Discovery Learning yang diungkapkan oleh Sury- osubroto (2002), yaitu: (1) metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan siswa, (2) siswa mem- peroleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh atau mendalam, tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (3) dapat membangkitkan kegairahan belajar pada siswa, karena model ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan ke- mampuannya masing-masing, (4) mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki moti- vasi yang kuat untuk belajar lebih giat, (5) membantu siswa untuk memperkuat dan menambah ke- percayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri, (6) strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Dengan demikian, penemuan (Discovery) ini dapat dijadikan sebagai suatu alternatif bagi permasalahan yang ada dimana siswa dijadikan sebagai pusat pembelajaran dan siswa akan memiliki kes- empatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan penelitian umum dan khusus adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada materi ciri- ciri khusus makhluk hidup dengan menggunakan model Discovery Learning pada siswa kelas VI MIN 8 Aceh Barat Daya.
2. Tujuan Khusus
Selain mempunyai tujuan umum dalam penelitian ini, penulis juga mempunyai tujuan khusus yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui aktivitas belajar siswa kelas VI di MIN 8 Aceh Barat Daya selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup.
b. Mengetahui aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup.
c. Mendeskripsikan hasil belajar IPA kelas VI di MIN 8 Aceh Barat Daya setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup.
2 . Metode Penelitian
2.1 Pengertian Aktifitas Belajar
Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) menyatakan bahwa: “Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan”. Sedangkan menurut Winkel (2004) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah : “Segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu prestasi belajar. Menurut Sardiman (2004) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah:“Aktivitas yang bersifat fisik maupun mental”. Semakin banyak aktivitas siswa dalam pembelajaran akan menghasilkan proses pembelajaran yang lebih baik pula. Aktivitas siswa selama
p-ISSN :
proses pembelajaran merupakan indikator adanya keinginan siswa untuk belajar baik secara fisik maupun mental spiritual. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah semua bentuk kegiatan. Sedangkan aktivitas belajar merupakan semua bentuk kegiatan siswa dalam proses pembelajaran baik secara fisik maupun mental spiritual.
2.2. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar
Jenis-jenis aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu:
a) Visual activites, misalnya: membaca, memperhatikan, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
b) Oral activites, seperti: mengatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi dan sebagainya.
c) Listening activites, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, pidato, diskusi, musik dan sebagainya.
d) Writing aktivites, seperti: menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin pelajaran dan sebagainya.
e) Drawing activites. Seperti: membuat grafik, menggambar, membuat diagram, membuat peta dan sebagainya.
f) Emosional activites, seperti: mempunyai minat, merasa bosan, gembira, sedih dan sebagainya.
g) Mental activites, seperti: memecahkan masalah, mengingat,menanggapi, menganalisa, mengambil keputusan, melihat hubungan dan sebagainya.
h) Motor activites, seperti: membuat percobaan, membuat bangun ruang/model, berkebun, beternak, membuat desain dan sebagainya. (Sardiman, 2004).
2.3. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses aktif, artinya orang yang belajar itu ikut serta dalam proses itu. Orang yang belajar mempelajari apa yang sedang dilakukan, apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan. Ia memberikan reaksi atau tanggapan terhadap apa yang terjadi sewaktu berlangsungnya proses belajar. Jika tidak ada tanggapan, maka hasil belajar tidak ada (Hutabarat, 1999). Sedangkan menurut Hamalik (2005) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri anak didik. Menurut Winkel (2004) bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal (capabil- ity) siswa yang telah menjadi milik pribadi dan memungkinkan siswa melakukan sesuatu atau mem- peroleh prestasi tertentu. Sedangkan menurut Dimyati, dkk. (2002), hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Lebih lanjut Dimyati dan Mudjiono (dalam indra, 2009) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, bagaimana guru dapat menyampaikan pembelajaran dengan maksimal dan baik secara aktif, inovatif, kreatif, afektif, dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga akan tercapai tujuan belajar yang diharapkan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa hasil bela- jar adalah suatu hasil yang dicapai atau diperoleh siswa melalui usaha atau pikiran dalam suatu kegiatan atau usaha terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga timbul perubahan pada dirinya.
2.4 Pengertian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Iskandar, 1996). Menurut Sutrisno (2007) secara ringkas dapat dikatakan IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta penggunaan prosedur yang benar (True), dan dijelaskan dalam pen- alaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Mata pelajaran IPA ber- fungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawa- san dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas II SD menuntut agar guru dapat menguasai bahan pelajaran, metode pembelajaran serta media yang tepat. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pelajaran IPA ada- lah ilmu yang mempelajari keadaan alam yang mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya, dalam hal ini lingkungan hidup baik manusia, hewan, tumbuhan.
p-ISSN :
2.5 Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru.
Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya. Prastowo (2013) berpendapat bahwa model pembelajaran ada- lah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pelajaran tertentu.
Model pembelajaran tersusun atas beberapa komponen yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pen- dukung. Menurut Sani Abdullah (2014) model pembelajaran adalah kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan pros- es belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Lebih lanjut, Suprihatiningrum (2013) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Trianto (2013) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagaipedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelaja- ran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang termasuk di dalamnya buku-buku, film-film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Pola dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan se- rangkaian kegiatan pembelajaran (Trianto, 2013). Pola dari suatu model pembelajaran menunjukkan kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola pem- belajaran yang tergambar dari awal hingga akhir kegiatan pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ciri utama dari model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sin- taks pembelajaran.
2.6 Model Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014) discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014) mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014) bahwa discovery learning ada- lah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa ju- ga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Wilcox (dalam Hosnan, 2014) menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau permasa- lahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak me- lalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri. Bruner (dalam Kemendikbud, 2013) mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kes- empatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh- contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi bela- jar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student orient- ed. Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke mo- dus discovery, siswa menemukan informasi sendiri. Sardiman (dalam Kemendikbud, 2013) mengungkap- kan bahwa dalam mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Menindaklanjuti beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa model discovery learning adalah suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya.
p-ISSN :
2.7 Langkah-langkah Model Discovery Learning
Pengaplikasian model discovery learning dalam pembelajaran, terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani (2014) mengemukakan langkah-langkah operasional model discov- ery learning yaitu sebagai berikut.
a. Langkah persiapan model discovery learning 1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
3) Memilih materi pelajaran.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif.
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan se- bagainya untuk dipelajari siswa.
b. Prosedur aplikasi model discovery learning 1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang rele- van dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3) Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, mem- baca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk menjawab pertan- yaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning
Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun kelebihan. Hosnan (2014) mengemuka- kan beberapa kelebihan dari model discovery learning yakni sebagai berikut:
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses- proses kognitif.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
c. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lain.
Hosnan (2014) mengemukakan beberapa kekurangan dari model discovery learning yaitu (1) me- nyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing, (2) kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan (3) tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap
model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir agar ber- jalan secara optimal. Westwood (dalam Sani, 2014) mengemukakan pembelajaran dengan model discov- ery akan efektif jika terjadi hal-hal berikut: (1) proses belajar dibuat secara terstruktur dengan hati-hati, (2) siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar, (3) guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk melakukan penyelidikan. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemuka- kan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan dari model discovery learning yaitu dapat melatih siswa belajar secara mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan siswa secara aktif da- lam kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Kekurangan dari model discovery learning yaitu menyita banyak waktu karena mengubah cara belajar yang biasa digunakan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir dengan merencanakan kegiatan pembelajaran secara terstruktur, memfasilitasi siswa dalam kegiatan penemuan, serta mengonstruksi pengetahuan awal siswa agar pembelajaran dapat berjalan optimal.
p-ISSN :
2.9 Kerangka Berpikir
Selama ini hasil belajar mata pelajaran IPA khususnya materi ciri-ciri khusus makhluk hidup be- lum memenuhi nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Hal ini disebabkan karena selama ini penerapan metode secara konvensional hanya sedikit membantu pemahaman siswa pada materi ciri-ciri khusus ma- khluk hidup. Sebagian dari siswa merasa bahwa materi ini sangatlah sulit dan sebagian lagi ada yang me- rasa tidak tertarik. Hal inilah yang membuat siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran dan mereka juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Setelah mengetahui kondisi awal, maka penulis menerapkan model discovery learning pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup dalam proses pembelajaran. Model Discovery Learning adalah tahapan pembelajaran kooperatif yang menjadikan siswa sebagai pusat dari pembelajaran dalam proses penemuan dari suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. Discovery learning yang digunakan masih termasuk pembelajaran penemuan terbimbing, sehingga dalam prosesnya siswa menemukan sendiri solusi dari permasalahan yang diberikan dengan bantuan guru.
Keterlaksanaan model discovery learning ini dilihat dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh beberapa observer di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan penerapan model discovery learning, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Kondisi Awal
Selama ini penerapan metode secara konvensional hanya sedikit membantu pemahaman siswa pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup. Hal ini membuat siswa menjadi tidak begitu aktif dalam pembelajaran dan cenderung bersifat pasif. Selama ini penulis melihat kendala yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran yaitu banyak siswa yang masih kurang memiliki pemahaman terhadap materi ciri-ciri khusus makhluk hidup. Sebagian dari siswa merasa bahwa pokok bahasan ini sangatlah sulit dan sebagi- an lagi ada yang merasa tidak tertarik. Hal inilah yang membuat siswa menjadi kurang aktif dalam pem- belajaran dan mereka juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan pretes kepada siswa. Pretes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran. Hasil pretes siswa sebelum penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil pretes siswa sebelum penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran.
No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 Adhalia Eliza Nasirah P 70 70 Tuntas
2 Aisya Al Khaiza P 70 60 Belum tuntas
3 Alif Alsami L 70 70 Tuntas
4 Cut Nurul Fatma P 70 80 Tuntas
5 Elfira Rilda P 70 50 Belum tuntas
6 Fadhil Al-Faiz Dhaifullah L 70 40 Belum tuntas
7 Junaidi Ahmad L 70 60 Belum tuntas
8 Khana Dendi Maulana L 70 70 Tuntas
9 Khana Dymas Maulana L 70 50 Belum tuntas
10 Muhammad Rozi L 70 50 Belum tuntas
11 Milva Atharima P 70 60 Belum tuntas
12 M. Al-Hafiz Rizqullah L 70 60 Belum tuntas
13 Muhammad Amal Zaki L 70 40 Belum tuntas
14 Muhammad Dzakwan L 70 80 Tuntas
15 Muhammad Miski Al-Faruq L 70 50 Belum tuntas
16 Muhammad Nazeri L 70 60 Belum tuntas
17 Najma Rahmatillah P 70 70 Tuntas
18 Nayla Amalia Safri P 70 40 Belum tuntas
19 Raiyan Algi Fari L 70 50 Belum tuntas
20 Salsabila Maulida P 70 80 Tuntas
21 Salwa Salsabila P 70 50 Belum tuntas
22 Selvia Nur P 70 70 Tuntas
23 Selvy Qurata Ayuna P 70 70 Tuntas
24 Shabri Hidayatullah L 70 60 Belum tuntas
p-ISSN :
25 Suci P 70 40 Belum tuntas
26 T. Al-Khalis Nurfa L 70 50 Belum tuntas
27 Teuku Bhara Andrean L 70 60 Belum tuntas
Jumlah 1590
Jumlah Rata-rata 58.88
Persentase (%) 33.33 %
Berdasarkan Tabel 4.1, hasil pretes siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar 33.33 %. Nilai terendah pada pretes adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 80. Nilai rata-rata pada pretes adalah 58.88. Setelah melakukan pretes, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada siklus I.
3.2 Hasil Penelitian Siklus I Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 1. Perencanaan
Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu: merancang silabus, merancang RPP, menyusun instrument tes, mendesain bahan ajar sesuai dengan materi, mendesain model pembelajaran yaitu model Discovery Learning.
2. Pelaksanaan
Penelitian siklus I yang telah di jelaskan pada Bab III di laksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 1 Agustus 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan model Dis- covery Learning pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi ciri-ciri khusus makhluk hidup, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan model Discovery Learning pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil belajar siswa pada siklus I
No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 Adhalia Eliza Nasirah P 70 80 Tuntas
2 Aisya Al Khaiza P 70 70 Tuntas
3 Alif Alsami L 70 80 Tuntas
4 Cut Nurul Fatma P 70 90 Tuntas
5 Elfira Rilda P 70 60 Belum tuntas
6 Fadhil Al-Faiz Dhaifullah L 70 50 Belum tuntas
7 Junaidi Ahmad L 70 70 Tuntas
8 Khana Dendi Maulana L 70 80 Tuntas
9 Khana Dymas Maulana L 70 60 Belum tuntas
10 Muhammad Rozi L 70 60 Belum tuntas
11 Milva Atharima P 70 70 Tuntas
12 M. Al-Hafiz Rizqullah L 70 70 Tuntas
13 Muhammad Amal Zaki L 70 50 Belum tuntas
14 Muhammad Dzakwan L 70 90 Tuntas
15 Muhammad Miski Al-Faruq L 70 60 Belum tuntas
16 Muhammad Nazeri L 70 70 Tuntas
17 Najma Rahmatillah P 70 80 Tuntas
18 Nayla Amalia Safri P 70 50 Belum tuntas
19 Raiyan Algi Fari L 70 60 Belum tuntas
20 Salsabila Maulida P 70 90 Tuntas
21 Salwa Salsabila P 70 60 Belum tuntas
22 Selvia Nur P 70 80 Tuntas
23 Selvy Qurata Ayuna P 70 80 Tuntas
24 Shabri Hidayatullah L 70 70 Tuntas
25 Suci P 70 50 Belum tuntas
26 T. Al-Khalis Nurfa L 70 60 Belum tuntas
27 Teuku Bhara Andrean L 70 70 Tuntas
Jumlah 1860
p-ISSN :
Jumlah Rata-rata 68.88
Persentase (%) 59.25 %
3. Observasi
Berdasarkan hasil observasi, pada siklus I, hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pretes sebelum diterapkannya model Discovery Learning. Berdasarkan Tabel 4.2, dari 27 siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning ter- dapat 16 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 11 siswa lagi belum mencapai ketuntasan nilai KKM. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 90 dan nilai terendah adalah 50. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 59.25 % dengan nilai rata-rata 68.88. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti ingin melanjutkan penelitian pada siklus II dengan menggunakan model yang sama yaitu model Discovery Learning. Pada siklus II, peneliti mengharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, sehingga persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan indikator siklus II yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pada siklus I, siswa juga telah mengalami peningkatan keaktifan jika dibandingkan dengan proses pembejaran sebelum diterapkan model Discovery Learning. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diamati oleh observer yang juga hadir pada saat penelitian dilakukan. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dalam 2 kali pertemuan dan telah digabung menjadi 1 Tabel pada siklus I. Aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan pertama dan kedua.
No Aktivitas Belajar Siswa
Siklus I Pertemuan Pertama
(25 Juli 2018)
Siklus I Pertemuan Kedua
(1 Agustus 2018)
A B C D A B C D
1. Siswa memperhatikan penjelasan
guru √ √
2. Siswa bekerjasama dalam me-
nyelesaikan tugas kelompok √ √
3. Siswa saling aktif berdiskusi dalam
kelompok √ √
4. Siswa memiliki keberanian untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan √ √
5. Siswa mampu mengerjakan soal
secara individu √ √
6. Siswa mengikuti pembelajaran
dengan aktif dan tertib √ √
(Sumber: Data hasil penelitian tahun 2018) Keterangan:
A = Sangat Baik B = Baik C = Cukup D = Kurang
Berdasarkan Tabel 4.3, hasil observasi pada siklus I, terlihat bahwa pada komponen pengamatan siswa memperhatikan penjelasan guru berada pada kategori cukup pada pertemuan pertama dan men- galami peningkatan menjadi baik pada pertemuan kedua. Pada komponen pengamatan siswa bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok siswa bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok, siswa saling aktif berdiskusi dalam kelompok, siswa memiliki keberanian untuk bertanya dan menjawab pertan- yaan dan siswa mampu mengerjakan soal secara individu berada pada kategori cukup pada pertemuan pertama dan kedua. Pada komponen pengamatan siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan tertib berada pada kategori cukup pada pertemuan pertama dan mengalami peningkatan menjadi baik pada per- temuan kedua. Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa pada siklus I, terlihat bahwa siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran jika dibandingkan dengan pembelajaran yang belum menggunakan model Discovery Learning.
4. Refleksi
p-ISSN :
Setelah siklus I selesai dilaksanakan beserta penilaian terhadap hasil belajar siswa, maka peneliti ingin melakukan sebuah tindakan dalam proses pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan lebih mengerti mengenai materi yang sedang dipelajari sehingga hasil belajar yang diperoleh pada siklus II akan mengalami peningkatan. Tindakan yang ingin dilakukan peneliti pada siklus II yaitu:
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi yang akan dipelajari b) Memberikan motivasi kepada siswa yang tidak aktif dalam kelompok
c) Memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelesaikan tugas individu yang diberikan kepadanya dengan baik
d) Pengelolaan waktu lebih efektif agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3.3 Hasil Penelitian Siklus II Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 1. Perencanaan
Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah:
a. Merancang silabus, merancang RPP, menyusun instrument tes, mendesain bahan ajar sesuai dengan materi, mendesain model pembelajaran yaitu model Discovery Learning.
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi yang akan dipelajari c. Memberikan motivasi kepada siswa yang tidak aktif dalam kelompok
d. Memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelesaikan tugas individu yang diberikan kepa- danya dengan baik
e. Pengelolaan waktu lebih efektif agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Pelaksanaan
Penelitian siklus II yang telah di jelaskan pada Bab III di laksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 15 Agustus 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan model Dis- covery Learning pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi ciri-ciri khusus makhluk hidup, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan model Discovery Learning pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil belajar siswa pada siklus II
No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 Adhalia Eliza Nasirah P 70 90 Tuntas
2 Aisya Al Khaiza P 70 80 Tuntas
3 Alif Alsami L 70 90 Tuntas
4 Cut Nurul Fatma P 70 100 Tuntas
5 Elfira Rilda P 70 70 Tuntas
6 Fadhil Al-Faiz Dhaifullah L 70 60 Belum tuntas
7 Junaidi Ahmad L 70 80 Tuntas
8 Khana Dendi Maulana L 70 90 Tuntas
9 Khana Dymas Maulana L 70 70 Tuntas
10 Muhammad Rozi L 70 70 Tuntas
11 Milva Atharima P 70 80 Tuntas
12 M. Al-Hafiz Rizqullah L 70 80 Tuntas
13 Muhammad Amal Zaki L 70 60 Belum tuntas
14 Muhammad Dzakwan L 70 100 Tuntas
15 Muhammad Miski Al-Faruq L 70 70 Tuntas
16 Muhammad Nazeri L 70 80 Tuntas
17 Najma Rahmatillah P 70 90 Tuntas
18 Nayla Amalia Safri P 70 60 Belum tuntas
19 Raiyan Algi Fari L 70 70 Tuntas
20 Salsabila Maulida P 70 100 Tuntas
21 Salwa Salsabila P 70 70 Tuntas
22 Selvia Nur P 70 90 Tuntas
23 Selvy Qurata Ayuna P 70 90 Tuntas
24 Shabri Hidayatullah L 70 80 Tuntas
25 Suci P 70 60 Belum tuntas
p-ISSN :
26 T. Al-Khalis Nurfa L 70 70 Tuntas
27 Teuku Bhara Andrean L 70 80 Tuntas
Jumlah 2130
Jumlah Rata-rata 78.88
Persentase (%) 85.18 %
3. Observasi
Berdasarkan hasil observasi, pada siklus II, hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan Tabel 4.4, dari 27 siswa terdapat 23 siswa yang sudah men- capai ketuntasan nilai klasikal dan 4 siswa lagi belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 60. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 85.18 % dengan nilai rata-rata 78.88. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru. Pada siklus II, siswa juga telah mengalami peningkatan keaktifan jika dibandingkan dengan siklus I. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dalam 2 kali pertemuan dan telah digabung menjadi 1 Tabel pada siklus II.
Aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Aktivitas belajar siswa pada siklus II pertemuan pertama dan kedua.
No Aktivitas Belajar Siswa
Siklus II Pertemuan Pertama
(8 Agustus 2018)
Siklus II Pertemuan Kedua (15 Agustus 2018)
A B C D A B C D
1. Siswa memperhatikan penjelasan
guru √ √
2. Siswa bekerjasama dalam me-
nyelesaikan tugas kelompok √ √
3. Siswa saling aktif berdiskusi da-
lam kelompok √ √
4.
Siswa memiliki keberanian untuk bertanya dan menjawab pertan- yaan
√ √
5. Siswa mampu mengerjakan soal
secara individu √ √
6. Siswa mengikuti pembelajaran
dengan aktif dan tertib √ √
(Sumber: Data hasil penelitian tahun 2018) Keterangan:
A = Sangat Baik C = Cukup
B = Baik D = Kurang
Berdasarkan Tabel 4.5, hasil observasi pada siklus II, pada komponen pengamatan siswa mem- perhatikan penjelasan guru berada pada kategori baik pada pertemuan pertama dan mengalami pening- katan menjadi sangat baik pada pertemuan kedua. Pada komponen pengamatan siswa saling berdiskusi dalam kelompok, siswa saling aktif berdiskusi dalam kelompok, memiliki keberanian untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, mampu mengerjakan soal secara individu dan mengikuti pembelajaran dengan ak- tif dan tertib berada pada kategori baik pada pertemuan pertama dan kedua. Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa pada siklus II, terlihat bahwa siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran jika dibanding- kan dengan siklus I..
4. Refleksi Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II, terlihat adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik setelah penerapan model Discovery Learning. Pada siklus II, siswa terlihat lebih memiliki keseriusan dalam memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. selain itu, siswa yang mengikuti pembelajaran melakukan dengan aktif dan tertib yang baik, mereka tidak ribut pada saat proses pembelajaran berlangsung dan terlihat lebih bersemangat. Dalam hal ini, siswa yang mengikut tata tertib dalam proses pembelajaran tidak terlihat ada perbedaan antara siswa yang pintar maupun siswa yang kurang memiliki kemampuan dalam belajar, semua siswa terlihat antusias dalam melakukan pembelajaran.
p-ISSN :
3.4 Pembahasan Perbandingan Antar Siklus
Penggunaan sebuah model Discovery Learning yang tepat dalam pembelajaran, membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Pemilihan model Discovery Learning pembelajaran yang tepat merupakan salah satu hal yang memberikan peranan dalam proses pembelajaran.
Selama ini penerapan metode secara konvensional hanya sedikit membantu pemahaman siswa pada mate- ri ciri-ciri khusus makhluk hidup. Hal ini membuat siswa menjadi tidak begitu aktif dalam pembelajaran dan cenderung bersifat pasif. Kendala yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran yaitu banyak siswa yang masih kurang memiliki pemahaman terhadap materi ciri-ciri khusus makhluk hidup dan mereka me- rasakan sebuah rasa jenuh serta membosankan pada saat penerapan pembelajran secara konvensional. Hal inilah yang membuat siswa menjadi urang aktif dalam pembelajaran dan mereka juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Penerapan model Discovery Learning dalam pembelajaran telah mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa menjadi lebih baik terutama pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup.
Penerapan model Discovery Learning pada siklus I telah memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa menjadi lebih baik jika dibandingkan hasil pretes siswa pada saat pra penelitian. Pada siklus I, siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah siswa yang terlihat belum begitu aktif dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning. Hal ini bisa saja disebabkan oleh perlunya adaptasi dengan penerapan model Discovery Learning yang masih baru mereka rasakan.
Persentase ketuntasan yang didapatkan pada siklus I, telah mencapai indikator siklus I yang ingin dicapai oleh peneliti. Berdasarkan hasil test, hasil dari observasi serta refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, maka perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus II, telah memberikan hasil yang sesuai dengan harapan penulis. Pada siklus II, terlihat adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa menjadi lebih baik. Pada siklus II, persentase ketuntasan siswa telah mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator siklus II yang ditetapkan oleh peneliti.Pada siklus II, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), akan tetapi, terlihat adanya peningkatan nilai pada setiap siswa walaupun ada beberapa siswa yang hanya memiliki peningkatan hasil belajar yang sedikit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus I dan II, penerapan model Discovery Learning telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa terutama pada materi ciri-ciri khusus makhluk hidup. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan II
Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari Pra siklus ke Siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan model Discovery Learning hanya mampu memberikan persentase 33.33 %. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan model Discovery Learning telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 59.25 % dan telah mengalami peningkatan menjadi 85.18 % pada siklus II. Secara rinci perbandingan peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Perbandingan peningkatan hasil belajar siswa antar siklus
Kategori nilai siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II
Pra
Siklus Siklus I Siklus II Series1 33,33% 59,25% 85,18%
33,33%
59,25%
85,18%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Persentase Hasil Belajar Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
p-ISSN :
Nilai 40 4 siswa - -
Nilai 50 7 siswa 4 siswa -
Nilai 60 7 siswa 7 siswa 4 siswa
Nilai 70 6 siswa 7 siswa 7 siswa
Nilai 80 3 siswa 6 siswa 7 siswa
Nilai 90 - 3 siswa 6 siswa
Nilai 100 - - 3 siswa
Jumlah siswa tuntas 9 16 23
Jumlah siswa tidak tuntas 18 11 4
Nilai Rata-rata 58.88 68.88 78.88
Persentase ketuntasan 33.33 59.25 % 85.18 %
Berdasarkan Tabel 4.6, terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Pada Pra Siklus, nilai terendah 40 dan nilai tertinggi adalah 90. Siklus I, nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 90. Pada Siklus II, nilai terendah adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 100. Peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus menandakan bahwa penerapan model Discovery Learning telah memberikan pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan, penerapan model Discovery Learning telah memberikan peningkatan hasil belajar pada siswa dan telah mencapai indikator ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II yang ditetapkan oleh peneliti. Penerapan model Discovery Learning telah meningkatkan aktivitas belajar siswa antar siklus. Perbandingan aktivitas siswa antar siklus dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Perbandingan aktivitas siswa antar siklus
No Aktivitas Belajar Siswa
Nilai siklus I pertemuan
1
Nilai siklus I pertemuan
2
Nilai siklus II per- temuan 1
Nilai siklus II per-
temuan 2
A B C D A B C D A B C D A B C D
1 Siswa memperhatikan pen-
jelasan guru √ √ √ √
2
Siswa bekerjasama dalam menyelesaikan tugas ke- lompok
√ √ √ √
3 Siswa saling aktif berdisku-
si dalam kelompok √ √ √ √
4 Siswa memiliki keberanian untuk bertanya dan menja- wab pertanyaan
√ √ √ √
5 Siswa mampu mengerjakan
soal secara individu √ √ √ √
6 Siswa mengikuti pembelaja-
ran dengan aktif dan tertib √ √ √
√ Keterangan:
A = Sangat Baik C = Cukup
B = Baik D = Kurang
Berdasarkan pada Tabel 4.7, terlihat bahwa adanya peningkatan kategori aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Hal ini menandakan bahwa penerapan model Discovery Learning telah memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan hasil aktivitas belajar siswa menjadi lebih baik. Secara keseluruhan penerapan model Discovery Learning telah dapat meningatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
3. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Penera- pan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup siswa kelas VI MIN 8 Aceh Barat Daya Tahun Pelajaran 2018/2019.
p-ISSN :
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada kedua siklus tersebut, dari kategori cukup menjadi baik dan kategori baik meningkat menjadi sangat baik.
2) Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 33.33 % pada pra penelitian meningkat menjadi 59.25 % pada Siklus I dan meningkat menjadi 85.18 % pada Siklus II.
3) Penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup siswa kelas VI MIN 8 Aceh Barat Daya Tahun Pelajaran 2018/2019.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan saran yang ingin disampaikan adalah:
1. Diharapkan kepada guru agar menggunakan model dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar siswa dapat lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Perlu adanya pengarahan dari kepala sekolah kepada guru-guru bidang studi yang lain, untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa men- jadi lebih baik.
4. Daftar Pustaka
[1] Abdullah, Sani. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
[2] Abdullah, Sani. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
[3] Budiningsih. 2005. Model Discovery Learning. Jakarta: Pustaka Mandiri.
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang system pendidikan nasional.
[4] Depdiknas. 2006. Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2003 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Cemerlang.
[5] Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta dan Depdikbud.
[6] Hamalik, O. 2005. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hosnan. 2014. Model Discovery Learning. Diakses dari halaman web tanggal 12 mei 2018 dari:
eprints.ums.ac.id/34435/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
[7] Kemdikbud. 2013. Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdikbud
[8] Khoerunisa, Neng Ira. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa pada Konsep Ekosistem. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
[9] Kurniasih & Sani. 2014. “Strategi- Strategi Pembelajaran”. Alfabeta:Bandung
[10] Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta
[11] Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
[12] Sardiman. 2004. Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.
[13] Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. AR-Ruzz Media.
Yogyakarta.
[14] Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
[15] Sutrisno. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
[16] Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan, dan Im- plementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group
[17] Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.