1
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X
SMAN 1 ENAM LINGKUNG Oleh :
Lasrina putri, Siska Nerita, Rizki
Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat
Email : [email protected]
ABSTRAK
This research was motivated by some students is difficult to understand the concept of biology, especially in the matter of ecosystems and learning that is used to approach the scientific accordance with the demands of the curriculum in 2013, causing low yields studying biology of student, this can be seen in the average daily test biology class X SMAN 1 Six Lingkung which remain below minimum completeness criteria established schools. This study aims to determine the application of scientific approach by using model Problem Based Learning (PBL) with media images on learning outcomes biology class X SMA Negeri 1 Six Lingkung. This type of research is experimental study with a population of class X SMA Negeri 1 Six Lingkung registered in the year 2015/2016. The Experimental class 6 and class X MIPA MIPA control X 4 taken using of purposive sampling technique. The study design was Randomized Control Posted Only Design.
Based on the research results obtained on average achievement test the experimental class of 3.17 (B +), while the average grade achievement test on the control of 2.92 (B) after testing by t-test and obtained price 1.78 t-hitung t-tabel 1.645 means thitung> t-tabel, so, the hypothesis in this study with a level of 0.05% is accepted. To value the attitude of students in the experimental class of 3.68 (B) and the control class 3.39 (B) either. Student skills shown in the experimental class and control class both with an average of 3,77 optimum performance (A-) and the control class of 3.35 (B +).
Keywords: Scientific, Problem Based Learning, Media images.
Pendahuluan
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, dimana mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah lepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa, seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan hasil observasi penulis selama praktik lapangan dan wawancara
dengan guru yang mengajar biologi di SMA N 1 Enam Lingkung didapatkan informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru sudah menerapkan pendekatan saintifik, akan tetapi siswa masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Pada saat dilaksanakan proses diskusi, masih banyak siswa yang bersikap acuh terhadap anggota kelompoknya, tanpa mempedulikan materi yang harus dikuasi oleh kelompoknya, serta lebih membebankan tugas kepada anggota kelompok yang aktif dan berprestasi.
Selain itu siswa juga masih mengandalkan catatan dan penjelasan dari guru. Pada saat proses pembelajaran guru jarang menggunakan media pembelajaran dan pada saat pembagian kelompok guru membagi siswa berdasarkan tempat duduk saja bukan berdasarkan kemampuan siswa.
2
Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa terdapat pada materi Ekosistem karena pada materi ini dibutuhkan pemahaman tentang berbagai aliran energi, siklus/ daur biogeokimia dan interaksi dalam ekosistem.
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian biologi siswa terutama materi Ekosistem yang masih berada belum mencapai kriteria ketuntasan minimal Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) yang ditetapkan di SMA N 1 Enam Lingkung adalah 75. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemui saat pembelajaran terutama pada materi Ekosistem guru perlu menerapkan model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan pendekatan saintifik, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memahami materi.
Model pembelajaran yang dapat digunakan Problem Based Learning (PBL).
Menurut Rusman (2010:241) model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dikombinasikan dengan berbagai media pembelajaran, salah satunya yaitu media gambar yang diperlukan dalam proses pembelajaran Problem Based Learning dalam kegiatan orientasi siswa pada masalah serta pada materi Ekosistem ini juga membutuhkan gambar untuk menjelaskan materi aliran energi, siklus/daur biogeokimia dan interaksi dalam ekosistem.
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang dikemukaan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini ”apakah pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai media gambar dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 1 Enam Lingkung Tahun Pelajaran 2015/ 2016 ?”
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL) disertai
media gambar dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 1 Enam Lingkung.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan Rancangan penelitian Randomized Control Posted Only Design.
dengan populasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Enam Lingkung yang terdaftar pada tahun 2015/2016. Kelas eksperimen X MIPA 6 dan kelas kontrol X MIPA 4 yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan pada kompetensi sikap adalah berupa lembar observasi yang bertujuan untuk melihat sikap siswa selama proses pembelajaran. Kompetensi ketrampilan dapat dilihat dari laporan diskusi yang dibuat siswa. Analisis data dilakukan dengan uji-t, dengan kriteria thitung>ttabel. Teknik analisi data untuk penilaian pengetahuan dengan rumus uji T, kompetensi sikap dengan nilai modus, dan kompetensi keterampilan dengan nilai capaian optimum.
Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Enam Lingkung diperoleh data hasil belajar biologi pada kompetensi pengetahuan siswa pada kedua kelas sampel bahwa thitung > ttabel dimana tt= 1,645 Th= 1,78 maka Hipotesis diterima.
Dari data yang diperoleh maka pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning disertai media gambar dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 1 Enam Lingkung. Berdasarkan hasil analisis dari masing-masing kompetensi, pada kompetensi sikap dapat dilihat pada gambar 1, kompetensi pengetahuan gambar 2, dan kompetensi keterampilan gambar 3.
3
Gambar 1. Hasil Belajar Pada Kompetensi Sikap
Gambar 2. Hasil Belajar Pada Kompetensi Pengetahuan 3,65
3,58 3,55 3,55
3,35
3,48
3,29
3,42
3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7
Kerja Sama Toleransi Rasa Ingin Tahu
Berkomunikasi
Ekperimen Kontrol
y y
3,17
2,98
2,85 2,9 2,95 3 3,05 3,1 3,15 3,2
EKSPERIMEN KONTROL
EKSPERIMEN KONTROL
x x x y
N i l a i
M o d u s
Indikator N
i l a i
R
e
r
a
t
a
4
Gambar 3. Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan
Pembahasan
1. Kompetensi Sikap
Penilaian pada kompetensi sikap berupa lembaran observasi yang telah dilakukan satu orang observer selama proses pembelajaran. Penilaian kompetensi sikap yang dilakukan pada kelas sampel adalah kerja sama, toleransi, rasa ingin tahu, dan berkomonikasi. Penilaian sikap pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama mendapatkan nilai predikat Baik, kelas eksperimen 3,68 (B) dan pada kelas kontrol 3,39 (B).
Pada penilaian indikator kerja sama kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal tersebut disebabkan dalam model pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang telah merka temukan.
Sedangkan pada kelas kontrol siswa lebih cenderung untuk bekerja sendiri-sendiri dalam kelompoknya serta lebih membebankan tugas kepada anggota kelompok yang aktif dan berprestasi, ini
disebabkan karena pada kelas kontrol siswa dibagi belum berdasarkan kemampuan akademik. Jadi, Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lie (2010:
40) bahwa “Pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademis ini akan cukup efektif dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan pembentukan kelompok ini, diharapkan dapat menunjang perubahan hasil belajar siswa kearah yang lebih baik”.
Sedangkan indikator toleransi pada kelas eksperimen dengan rata-rata 3,58 (B) ini dapat dilihat pada saat proses dikusi dimana siswa saling menghargai pendapat temannya pada saat proses diskusi karena pada pembelajaran Problem Based Learning semua siswa saling bertukar ide dan informasi untuk memecahkan masalah yang telah mereka temukan dalam kegiatan mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Pada kelas kontrol siswa cenderung kurang menghargai pendapat temannya pada saat proses diskusi karena pada kelas kontrol siswa belum dibagi secara heterogen sehingga pada saat diskusi siswa lebih cenderung lebih mementingkan pendapatnya sendiri-sendiri tanpa mempedulikan pedapat temannya. Jadi
3,39 3,81 3,58
3,16 3,26 3,26
0 0,51 1,52 2,53 3,54 4,5
Kejelasan Isi Laporan
kelengkapan laporan
kebersihan dan Kerapian
Laporan
EKSPERIMEN
KONTROL
x y
Indikator C
a p a i a n
O p t i m
u
m
5
dari pendapat Supriadie dan Darmawan (2012: 139) tentang fungsi diskusi yaitu ruang untuk berpikir, bertanya dan berpendapat dalam diskusi/ kelompoknya pada kelas kontrol kurang maksimal untuk siswa secara keseluruhan, masih banyak siswa yang bersikap acuh dalam kelompoknya Sehingga hanya sebagian atau beberapa siswa saja yang bisa memahami materi pembelajaran yang diberikan.
Pada penilaian indikator rasa ingin tahu rata- rata kelas eksperimen 3,55 (B) sedangkan kelas kontrol 3,29 ( B). Rata- rata kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal itu disebabkan siswa pada kelas eksperimen lebih aktif dalam bertanya dan antuasias untuk mencari tahu sendiri bagaimana pemecahan dari masalah yang telah mereka temukan, serta memiliki minat dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap materi yang dipelajari, sebab pada kelas eksperimen pada proses pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara lebih luas dbanding kelas kontrol. Dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa diberi keluasan untuk mencari penyelesaian yang tepat dan sesuai dengan apa yang mereka pahami atau meeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah, sehingga mereka memilki rasa ingin tahu dan minat yang tinggi dengan pembelajaran yang sedang dipelajarinya.
Pada kelas kontrol pada saat proses pembelajaran siswa kurang memiliki rasa ingin tahu dan minat belajar masih rendah hanya beberapa siswa yang memiliki keingintahuan yang tinggi hal ini dapat terlihat pada saat berdiskusi dimana disuruh untuk membaca materi dari bahan ajar yang dibagikan mereka kurang bersemangat serta malas bertanya dan mengerjakan sesuka hati mereka tanpa mau banyak bertanya meskipun mereka kurang mengerti, ini disebabkan kurangnya minat atau ketertarikan terhadap proses pembelajaran dan media yang digunakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2013:57) minat yang besar berpengaruh terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya , karena tidak adanya ketertarikan baginya.
Pada indikator berkomunikasi rata-rata kelas eksperimen 3,55 (B) sedangkan kelas kontrol 3,42 (B). Rata-rata kelas eksperimen lebih bagus dari pada kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen lebih aktif pada saat proses diskusi dalam menemukan serta memecahkan masalah sebab pada kelas eksperimen pada proses pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa dilatih untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang relevan kemudian siswa mempresentasikan karya sebagai bukti pemecahan masalah yang mereka temukan dalam bentuk laporan serta memahami kekuatan dan kelemahan laporan mereka. Sedangkan pada kelas kontrol pada saat PBM siswa kurang berkomonikasi dengan baik , ini dapat dilihat pada saat proses diskusi masih banyak siswa yang membicarakan hal yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran serta pada saat mempresentasikan hasil diskusi masih banyak siswa yang pasif dan takut dalam mengemukakan pendapatnya, karena pada pembelajaran kelas kontrol banyak siswa banyak yang kurang memahami materi pelajaran.
2. Kompetensi Pengetahuan
Penilaian pada kompetensi pengetahuan diambil dari nilai tes akhir penelitian dengan jumlah soal 40 soal dalam bentuk pilihan ganda. Penilaian ranah kognitif pada kelas eksperimen berada pada 3,17 (B) sedangkan pada kelas kontrol 2,92 (B). Pada kelas eksperimen siswa yang berada di atas KKM sebanyak 21 orang siswa dengan presentase 70%
sedangkan yang berada di bawah KKM sebanyak 9 orang dengan presentase 30%.
Berdasarkan presentase tersebut sudah berada pada tingkatan baik/ maksimal dalam proses pembelajaran sesuai dengan pendapat Djamarah (2010:107) apabila bahan pelajaran minimal 60% dengan 75%
dikuasi oleh siswa sudah bisa dikatakan baik.
Penilaian ranah kognitif pada kelas eksperimen dengan penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai media gambar. Tingginya hasil belajar pada kompetensi pengetahuan
6
dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai media gambar disebabkan pada saat proses pembelajaran siswa dituntut untuk menemukan serta memecahkan masalah yang telah mereka temukan tersebut sehingga dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis serta mengembangkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan dengan pengetahuan yang baru. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu tentang pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL) terhadap motivasi dan hasil belajar ipa biologi di MTSN nurul huda sari mulyo ngawen blora oleh muhammad badarudin pada tahun 2015 dimana didapatkan hasil peningkatan pada motivasi dan hasil belajar siswa tersebut.
Media pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen juga salah satu hal yang mempengaruhi tingginya hasil belajar pada kelas eksperimen. Adanya media pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arsyad (2014:3) media merupakan alat yang digunakan sebagai perantara dan kemajuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mangajar. Media yang digunakan adalah media gambar, karena pada materi ekosistem membutuhkan media gambar untuk menjelaskan siklus dan daur yang terjadi dalam ekosistem tersebut serta media gambar dapat membantu siswa dalam menemukan masalah, dan siswa akan lebih termotivasi dalam belajar dengan menggunakan media gambar tersebut.
Pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan pendekatan saintifik yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomonikasikan, tanpa disertai model pembelajaran. Pada kegiatan mengamati siswa diminta untuk mengamati bahan ajar berupa buku-buku yang berhubungan dengan materi tersebut, sehingga siswa kurang termotivasi untuk membaca bahan ajar atau buku tersebut sehingga pada kegiatan menanya hanya sedikikit pertanyaan yang muncul sehingga tujuan pembelajaran kurang tercapai
dengan baik. Nilai kognitif pada kelas kontrol yaitu 2,92 (B), siswa yang berada di atas KKM ada sebanyak 14 orang siswa dengan presentase ketuntasan 46,67%, sedangkan nilai siswa yang berada di bawah KKM sebanyak 16 orang siswa dengan presentase 53,33%. Berdasarkan presentase ketuntasan pada kelas kontrol yaitu 46.76 % berada di atas KKM sedangkan 53,33 % berada di bawah KKM barada pada tingkatan kurang baik dalam proses pembelajaran. Jika dilihat dari pendapat Djamarah (2010:107) apabila bahan pelajaran minimal 60% dengan 75%
dikuasi oleh siswa sudah bisa dikatakan baik, maka pembelajaran pada kelas kontrol masih tergolong kurang baik.
3. Kompetensi Ketrampilan
Pada saat proses pembelajaran penilaian kompetensi sikap dan pengetahuan akan berdampak pada penilaian kompetensi ketrampilan pada penilaian keterampilan (psikomotor) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan dari rata- rata kedua kelas sampel tersebut. Data penelitian pada ranah psikomotor pada kelas eksperimen adalah melalui pembuatan laporan tentang materi yang dipelajari dan pada kelas kontrol melalui ringkasan hasil dikusi kelompok. Indikator yang diamati kejelasan isi laporan, kelengkapan laporan, kebersihan dan kerapian laporan.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan didapatkan kompetensi keterampilan kelas eksperimen berada pada predikat B+ (3,77). Meningkatnya penilaian keterampilan pada kelas eksperimen dengan penerapan pendekatan saintifik menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) disertai media gambar sudah menunjukkan sikap bekerja sama yang tinggi sehingga siswa sudah membuat laporan hasil diskusi yang lengkap. Siswa saling bekerja sama dan bertukar pikiran sehingga jawaban yang dibuat pada laporan hasil diskusi lebih bersih dan tulisan pun menjadi lebih rapi.
Penilaian kompetensi keterampilan pada kelas kontrol berada pada predikat B (3,35). Rendahnya penilaian keterampilan pada kelas kontrol disebabkan karena
7
kurangnya kerjasama siswa sehingga jawaban yang dibuat pada laporan hasil diskusi tidak lengkap dan memiliki banyak coretan sehingga laporan hasil diskusi kurang bersih dan tulisan pun menjadi kurang rapi. Menurut Kunandar (2013:251) penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi dan naturalisasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari ketiga ranah yang diamati, maka penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Dimana penilaian sikap pada kelas eksperimen berada pada predikat baik dengan penilaian pengetahuan siswa berada pada predikat B+, sehingga penilaian keterampilan kelas eksperimen berada pada predikat B+ . Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang mengharuskan melakukan penilaian pada ketiga ranah tersebut.
Pada kelas kontrol penilaian kompetensi sikap berada pada predikat B+, sedangkan kompetensi pengetahuan pada predikat B dan kompetensi keterampilan berada pada predikat B. Dari analisis data yang diperoleh siswa yang memiliki nilai tes akhir yang tinggi pada umumnya memiliki predikat sangat baik pada kompetensi sikap dan keterampilan. Nilai sikap, pengetahuan dan keterampilan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Sesuai dengan pendapat Anurrahman (2010:54) bahwa hasil belajar dari ketiga ranah bukan merupakan bagian-bagian yang terpisah, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang saling terkait.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning disertai media gambar dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka disarankan sebagai berikut:
1. Bagi guru bidang studi biologi, perlu melakukan strategi mengajar yang bervariasi dalam pembelajaran biologi agar pembelajaran lebih bermakna dan dapat memberikan suatu pengalaman belajar bagi siswa.
2. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat meneliti strategi pembelajaran aktif dengan tipe yang berbeda dan penggunaan media pembelajaran yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad,Azhar.2014.Media
Pembelajaran.Jakarta:Rajagrafind o Persada.
Dimyati dan Mudijono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: . Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hamalik,O.2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kusnandar. 2013.Penilaian Autentik .Jakarta : PT Gramedia.
Lie, A.2010. Cooperatif Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Rusman. 2011. Model-model pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrapindo Persada.
Slameto. 2013. Belajar dan faktor-faktor yang memepengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Supriyadi dan darmawan.2012.
Komunikasi Pembelajaran.
Jakarta: Prenada media group.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Preanada media group.
Warsono dan Harianto. 2012.
Pembelajaran Aktif. Surabaya:
Unesa.