Pengakuan hak masyarakat hukum adat Matteko atas pengelolaan hutan adat di Kecamatan Kuncio Pao Kabupaten Gowa. Muhammad Ridwan Pengakuan hak masyarakat hukum adat Matteko atas pengelolaan hutan adat di Kecamatan Kuncio Pao Kabupaten Gowa, di bawah bimbingan Dr.
RUMUSAN MASALAH
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menggali dan mengkaji hal tersebut lebih jauh dengan menuliskannya dalam bentuk disertasi yang berjudul: PENGAKUAN HAK MASYARAKAT. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat permohonan pengakuan hak masyarakat adat Matteko atas hutan adat Matteko di distrik Kuncio Pao.
Kegunaan Penelitian
Istilah dan Pengertian Hukum Adat
Snouck Hurgrunye menyatakan sangat menentang teori tersebut dengan mengatakan bahwa tidak semua hukum agama diterima dalam hukum adat. Hukum adat mempunyai nilai-nilai yang dianggap keramat/sakral, sedangkan adat istiadat tidak mempunyai nilai/biasa.3.
Pengertian Masyarakat Hukum Adat
Pengertian Masyarakat Hukum Adat Menurut Teori
Sebagai murid Cornelius van Vollenhoven, Ter Haar mendalami masyarakat hukum adat secara lebih mendalam. Menurut Hazairin, masyarakat hukum adat merupakan kesatuan masyarakat yang mempunyai perlengkapan yang diperlukan untuk dapat melakukan hal tersebut. 14Husen Alting, Dinamika hukum dalam pengakuan dan perlindungan hak masyarakat adat atas tanah (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2010), hal.
21 Bentuk dan susunan persekutuan hukum yaitu suatu perkumpulan common law, yang para anggotanya terikat oleh faktor kewilayahan dan genealogis. 21Hendra Nurtjahjo dan Fokky Fuad, Status Hukum Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang Bersengketa di Mahkamah Konstitusi (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hal. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak secara langsung mendefinisikan masyarakat hukum adat.
Pengertian Hutan Adat
Manfaat Hutan Adat
Jadi jika tanah adat dikelola dengan baik dan profesional maka perekonomian masyarakat adat akan berkembang. Pengakuan hukum dan jaminan hak teritorial dapat menjamin perlindungan identitas masyarakat adat. Ketika hutan tradisional ditebang habis-habisan oleh kapitalis melalui berbagai perusahaan multinasional, maka identitas spiritual, sosial dan budaya masyarakat adat tersebut akan punah.
Punahnya komunitas adat tertentu di belahan dunia ini merupakan bencana kemanusiaan universal. Maka ketika masyarakat adat mendapatkan pengakuan dan kepastian hukum mengenai haknya untuk melindungi hutan adatnya, maka hal ini merupakan kontribusi besar masyarakat adat terhadap kepentingan regional, nasional, dan internasional. Tidak ada cara lain untuk melindungi hutan selain mendorong pemerintah memberikan pengakuan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak masyarakat adat.
Persyaratan dan Mekanisme Pengakuan Masyarakat Hukum Adat terhadap Hutan Adat
Latief Fariqun, “Pengakuan Hak Masyarakat Adat atas Sumber Daya Alam dalam Politik Hukum Nasional”, (Disertasi Doktor Ilmu Hukum, Universitas Brawijaya, 2007), hal. Persepsi bahwa masyarakat hukum adat merupakan subyek yang lemah dan perlu diberdayakan mulai bergeser. Catatan kronologis pengakuan, perlindungan dan penghormatan negara terhadap keberadaan dan hak masyarakat adat :.
41 tentang keberadaan dan hak tradisional masyarakat hukum adat yang tertuang dalam keputusan MPR dan undang-undang tersebut di atas. Pada Sub Komisi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya diangkat seorang komisioner yang membidangi hak-hak masyarakat hukum adat. Setelah persyaratan terpenuhi, Masyarakat Adat mengajukan Permohonan Penetapan Hutan Adat kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Lingkungan Hidup.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012
45 Adat mencakup wilayah masyarakat hukum adat, hukum adatnya, lembaga hukum adat, dan mekanisme penyelesaian sengketa berdasarkan hukum adat; Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012 memutuskan perkara konstitusional revisi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diajukan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara ( AMAN), Kesatuan Masyarakat Adat Kekejian Kuntu dan Kesatuan Masyarakat Adat Kesepuhan Cisitu. Dalam mengajukan permohonan pengujian Undang-Undang Dasar, pemohon harus terlebih dahulu memperjelas status hukumnya.
Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan sosial dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia yang diatur dengan undang-undang; Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan sosial dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia yang diatur dengan undang-undang.” Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUUX/2012, hutan berdasarkan statusnya sebagai berikut: “Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.”
Peraturan daerah Kabupaten Gowa Nomor 5 Tahun 2016
Kelemahan paradigma ini adalah memandang NKRI dan masyarakat adat sebagai dua zaman purbakala yang berbeda dan berlawanan. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, jika di negara tersebut segala sesuatunya tunduk pada hukum, maka kehidupan sehari-hari tidak akan produktif. Gowa dengan Peraturan Daerah ini sudah tepat dan sesuai dengan salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan.
Gowa, tidak akan mengganggu pelaksanaan Perda No. 5/2016, nyatanya kehadiran Perda tentang Masyarakat Adat ini akan melengkapi upaya hukum Pemerintah Kabupaten. Sementara itu, di sisi lain, hadirnya peraturan daerah tentang pengakuan dan perlindungan hak masyarakat hukum adat dimaksudkan untuk menjalankan amanat pasal 18B ayat (2) dan 23I ayat (3) UUD 1945 serta berbagai amanatnya. . Undang-undang Sektoral yang mengatur keberadaan dan hak masyarakat adat, hukum adat, termasuk SK MK.35/2012, hasil uji materi UU Kehutanan. Makna pengakuan hukum masyarakat hukum adat dengan peraturan daerah dimaksudkan untuk melengkapi proses administrasi penegasan hak-hak masyarakat hukum adat yang tercantum dalam konstitusi, Pasal 18B ayat (2) dan Pasal 28I ayat (3) UUD 1945. .
Tipe Penelitian
Lokasi Penelitian
Jenis Dan Sumber Data
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat dan diperoleh langsung oleh penciptanya tanpa perantara pihak manapun. Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional no. 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat di Daerah Tertentu. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2016 tentang Pengaturan Lembaga Adat dan Kebudayaan Daerah dimaksudkan untuk melindungi hak atas aset, simbol, dan warisan peninggalan bekas Kerajaan Gowa.
Bahan hukum sekunder adalah data yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil penelitian, karya dari kalangan hukum, dan sebagainya. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder; Penelitian lapangan, melalui wawancara langsung dengan pihak terkait yaitu Kepala Desa Matteko dan masyarakat adat Matteko.
Analisis Data
Masyarakat Hukum Adat Matteko
Masyarakat adat Matteko berjumlah 323 orang dengan 77 kepala keluarga, 159 laki-laki dan 164 perempuan, dipimpin oleh Kepala Suku Matoa. Menurut penulis, kondisi di atas dapat dipenuhi dengan melihat sejarah komunitas common law Matteko yang pertama kali bermukim di Kampong (desa) Balombong, sejak tahun 1933. Menurut penulis, komunitas common law Matteko mempunyai nuansa kelompok. karena sifat partisipasi timbal balik dalam pernikahan atau acara.
Masyarakat adat Matteko berjumlah 323 orang dengan 77 kepala keluarga, 159 laki-laki dan 164 perempuan, dipimpin oleh seorang kepala suku bernama Matoa Balombong yang disebut Baco ri Langi. Masyarakat adat Matteko hanya mempunyai wilayah adat Matteko seluas 2.324,67 ha yang terdiri dari kawasan hutan lindung. Menurut Tahir, masyarakat hukum adat Matteko (wawancara 22 Agustus 2020) bahwa masyarakat hukum adat Matteko mempunyai wilayah adat, hukum adat, tokoh adat dan sejarah, hanya kami saja.
Pengelolaan Hutan Adat Oleh Masyarakat Hukum Adat Matteko Di Kecamatan Tombolo Pao
71 keputusan menteri tentang pengakuan Masyarakat Hukum Adat Matteko oleh kementerian, belum ada peraturan daerah yang memetakan wilayah wilayah Masyarakat Hukum Adat sehingga hutan pinus yang merupakan kawasan hutan dengan produksi terbatas , dikelola. hak bagi beberapa perusahaan swasta yang menguasai kawasan hutan bersama. Masyarakat Adat Matteko memandang apapun keputusan yang diambil pemerintah harus dihormati, sehingga hutan bersama yang ada di wilayah masyarakat adat Matteko tetap masuk dalam kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas, namun demikian Masyarakat Adat Matteko Aliansi Kepulauan Sulawesi Selatan (AMAN) sudah menganggap hutan yang berada dalam kawasan Wilayah Masyarakat Hukum Adat Matteko sudah masuk dalam kategori hutan adat, sehingga nampaknya faktor yang menjadi kendala dalam proses pengakuan hak tersebut. masyarakat adat adalah belum adanya undang-undang tentang pengakuan Masyarakat Hukum Adat Matteko oleh kementerian, belum ada peraturan daerah tentang desain kawasan. Masyarakat adat dan pohon pinus yang ditanam masyarakat sendiri atas saran petugas Dinas Kehutanan pada tahun 1977 ternyata diklaim sebagai kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa melalui perusahaan swasta yang mengajukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan izin usaha. surat penunjukan dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Hutan adat yang terletak di wilayah Masyarakat Hukum Adat Matteko ini diklaim sebagai kawasan hutan produksi terbatas oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Gowa melalui perusahaan swasta yaitu PT Maju Lurus bersama PT Adimitra Pinus Utama sebagai pemegang hak konsesi pinus sejak tahun 2007 hingga saat ini. dengan menguasai lahan yang ada.
Menurut Tahir, masyarakat hukum adat Matteko (wawancara tanggal 22 Agustus 2020) bahwa masyarakat hukum adat Matteko mengelola hutan dan memanfaatkan hasil hutan seharusnya dilakukan melalui gotong royong yang diawasi langsung oleh tokoh adat. Namun hal ini dilakukan demi persahabatan dan kelestarian hutan adat sejak bergabungnya perusahaan tersebut. Meskipun sumber air ini sangat diperlukan masyarakat adat Matteko untuk mengairi sawahnya, namun masyarakat adat Matteko juga dilarang mengelola lahan tersebut. Siapapun yang masuk ke dalam pengelolaan dan mengambil pohon pinus tersebut akan ditangkap oleh Kementerian Kehutanan, padahal sumber daya yang ada di hutan sangat penting bagi masyarakat adat Matteko.
Kesimpulan
Pemerintah Kabupaten Gowa hendaknya memperhatikan masyarakat hukum adat yang ada di wilayahnya agar masyarakat hukum adat lebih mudah memperoleh pengakuan dan peruntukan hutan adat oleh pemerintah. Pemerintah Kabupaten Gowa diharapkan segera melakukan pendataan atau menetapkan wilayah-wilayah yang termasuk dalam wilayah masyarakat hukum adat Matteko atau batas wilayah masyarakat hukum adat Matteko. 35/PUU-X/2012 Hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah masyarakat adat agar masyarakat hukum adat dapat tetap menjalankan kegiatannya dengan baik dan menjaga kelestarian hutan.
2010. Dinamika Hukum Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat atas Tanah LaksBang PRESSindo, Yogyakarta. 2011. “Eksistensi Hak Ulayat Pada Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Kecamatan Nassau Kabupaten Toba Samosir”, Tesis, Ilmu Hukum, Program Studi Magister Kenotariatan, USU. Taqwaddin, 2010 “Penguasaan Pengelolaan Hutan Adat oleh Masyarakat Hukum Adat (Mukim) di Provinsi Aceh”, Tesis Doktor Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara.