• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengambilan Sampel Limbah Air

N/A
N/A
Intan Febrian

Academic year: 2024

Membagikan "Pengambilan Sampel Limbah Air"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH

“PENGAMBILAN SAMPEL LIMBAH AIR”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengamanan Limbah Cair

Dosen Pengampu:

Zulfia Maharani, ST. Msi Syariffudin, SKM, M.Kes Desembra Lisa, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 4 2Str-A

Adinda Friski Amelia (P21335122003) Aura Firza Ramadenty

Bayu Pamungkas

(P21335122014) (P21335122015) Fadhil Rahman (P21335122024) Fanny Julia Putri (P21335122027) Intan Febrian (P21335122036)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jakarta, 2024

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengambilan Sampel Limbah Air”ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengamanan Limbah Cair. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Memahami dan Mampu Menjelaskan Pengambilan Sampel limbah Air”Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Zulfia Maharani, ST. Msi, Bapak Syariffudin, SKM, M.Kes, dan Ibu Desembra Lisa, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Pengamanan Limbah Cair yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 06 Mei 2024

Kelompok 4

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan... 1

BAB II ... 2

PEMBAHASAN ... 2

2.1 Metoda Pengambilan Sampel Limbah Cair ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel ... Error! Bookmark not defined. 2.3Peralatan dan Wadah Pengambilan Sampel Air ... Error! Bookmark not defined. 2.4Pengawetan Sampel Air ... Error! Bookmark not defined. BAB III ... 13

PENUTUP ... 13

2.3 Kesimpulan ... 13

2.4 Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah cair adalah air sisa dari suatu hasil usaha dan ataukegiatan. Berdasarkan sumbernya, limbah cair di industridibagi menjadi dua yaitu limbah cair industri (industrial wastewater) dan limbah cair domestik (domesticwastewater). Limbah cair domestik digolongkan menjadi dua jenis yaituberasal dari kotoran manusia (black water), dapur dan air pencucian lainnya (grey water) yang sebelum dibuang kelingkungan ataupun badan air harus memenuhi baku mutuyang ditetapkan. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemaryang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akandibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan (PermenLHK No. 68, 2016). Baku mutu limbahcair domestik terdiri dari tujuh parameter yaitu: BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), Minyak & lemak, Amoniak, dan Total Coliform. (PermenLHK No.68 tahun2016). Minyak dan lemak merupakan salah satu sumberpencemar yang belum tertangani dengan baik (Abuzar dalamMaharani,2017). Apabila minyak danlemak tidak dilakukanpengolahan terlebih dahulu sebelum dibuan ke badanair, maka akan menimbulkan permasalahan seperti minyakmengapung dan menutupi permukaan air serta mengurangidifusi oksigen dan mengganggu mikroorganisme dalam air.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Metoda pengambilan sampel air limbah?

2. Bagaimana pengambilan lokasi dan titik pengambilan sampel air limbah?

3. Apa saja peralatan dan wadah pengambilan sampel air limbah?

4. Bagaimana cara pengawetan sampel air limbah?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan tentang Metode Pembuangan Tinja

2. Menjelaskan tentang Pengelolaan Kotoran Manusia Individual (Tangki Septik) dan Komunal 3. Menjelaskan tentang Sistem Penyaluran Limbah Cair On site dan Off site

(5)

2 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Metoda Pengambilan Sampel Air Limbah

Metode pengambilan sampel limbah cair yang efektif dan akurat sangat penting dalam pengawasan kualitas lingkungan hidup. Berikut adalah beberapa metode yang umum digunakan:

1. Metode Sistematis: Pengambilan sampel dilakukan secara langsung dalam waktu yang sistematis dengan menggunakan botol jam, yaitu setelah dilakukan mesin yang ada dalam bak aerasi dinyalakan dengan waktu yang berbeda-beda. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian Outlet. Pengambilan sampel akan dilakukan di IPAL, dimana memiliki 3 variasi waktu aerasi yang berbeda (1 jam, 2 jam dan 3 jam).

2. Metode Grab Sampling: Pengambilan contoh dilakukan secara sesaat (grab samples) pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, jika tidak terdapat bak ekualisasi.

Kualitas air limbah tidak berfluktuasi, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah.

3. Metode Composite Sampling: Pengambilan contoh gabungan waktu (composite samples) digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk pengambilan contoh gabungan waktu yang meliputi beberapa titik pengambilan contoh yang berbeda-beda dalam waktu yang berbeda.

4. Metode Integrated Sampling: Pengambilan contoh gabungan tempat (integrated samples) yaitu campuran sampel yang diambil dari titik yang berbeda pada waktu yang sama, dengan volume yang sama.

5. Metode Gabungan Waktu dan Tempat: campuran sampel yang diambil dari beberapa titik dalam satu lokasi pada waktu yang berbeda, dengan volume yang sama

6. Metode Pengambilan Contoh Air Limbah: Metode pengambilan contoh air limbah yang diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia (BSNI) dalam SNI 6989.59:2008.

Metode ini meliputi pengambilan contoh air permukaan, air tanah dan air limbah yang harus dilakukan pada titik pada aliran berturbulensi tinggi agar terjadi pencampuran dengan baik. Jika tempat tidak memungkinkan untuk pengambilan contoh, maka dapat ditentukan lokasi lain yang dapat mewakili karakteristik air limbah.

Dalam pengawasan kualitas lingkungan hidup, metode pengambilan sampel limbah cair yang tepat sangat penting untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kualitas lingkungan. Pemilihan metode yang tepat bergantung pada tujuan penelitian, lokasi, dan keterbatasan yang ada.

2.2 Lokasi dan Titik

Lokasi dan titik pengambilan sampel adalah dua aspek penting dalam penelitian kualitas air.

Lokasi pengambilan sampel harus dipilih dengan cermat untuk memastikan bahwa sampel yang

(6)

3

diambil mewakili kualitas air di area yang ingin dipelajari. Titik pengambilan sampel harus dipilih dengan mempertimbangkan aliran air, kondisi geomorfologi, dan sumber pencemar potensial.

Khusus untuk pertemuan dua sungai atau masuknya anak sungai, lokasi pengambilan sampel adalah di daerah di mana air kedua sungai itu diperkirakan telah bercampur secara sempurna.

- Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan uji homogenitas air sungai. Uji homogenitas dilakukan dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu.

- Parameter ujinya antara lain suhu, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO], dan daya hantar listrik (DHL).

- Apabila hasil pengujian parameter di beberapa titik tersebut tidak berbeda jauh, yaitu kurang dari 10%, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pencampuran sempurna di antara dua air sungai itu.

Tabel dibawah menggambarkan perkiraan jarak pencampuran sempurna untuk penentuan lokasi pengambilan sampel.

Lokasi pengambilan air sunggai

(7)

4

Perkiraan jarak pencampuran sempurna di Sungai

Apabila lokasi pengambilan telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menentukan titik pengambilannya, Jumlah titik tersebut sangat tergantung pada debit rata-rata tahunan dan klasifikasi sungai. Semakin banyak titik pengambilan sampel, semakin tergambarkan kualitas air sungai sesungguhnya.

Jumlah titik pengambilan sampel air sungai sesuai klasifikasinya

Dalam praktiknya, jumlah titik tersebut sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi air sungai Tabel di bawah menunjukkan jumlah titik pengambilan sampel air sungai berdasarkan klasifikasi

(8)

5 dan debit rata-rata tahunan.

2.2.1 Faktor Lokasi Pegambilan Sampel

Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi pengambilan sampel:

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian akan menentukan lokasi pengambilan sampel yang tepat. Misalnya, jika penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas air sungai yang digunakan untuk irigasi, maka sampel air harus diambil di hilir sungai sebelum airnya digunakan untuk mengairi sawah.

2. Sumber pencemar

Jika diketahui terdapat sumber pencemar di sekitar badan air, maka sampel air harus diambil di hulu dan hilir sumber pencemar untuk mengetahui dampak pencemaran terhadap kualitas air.

3. Kondisi geomorfologi

(9)

6

Kondisi geomorfologi, seperti kemiringan lereng dan jenis tanah, dapat memengaruhi aliran air dan kualitas air. Oleh karena itu, sampel air harus diambil di lokasi yang mewakili kondisi geomorfologi yang ingin dipelajari.

4. Pola aliran air

Pola aliran air di badan air dapat memengaruhi distribusi pencemar. Oleh karena itu, sampel air harus diambil di lokasi yang mewakili pola aliran air yang ingin dipelajari.

5. Ketersediaan akses

Lokasi pengambilan sampel harus mudah diakses oleh peneliti.

2.2.2 Faktor Titik Pengambilan Sampel

Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih titik pengambilan sampel:

1. Kedalaman air

Sampel air dapat diambil di permukaan air, di tengah kolom air, atau di dasar air. Kedalaman pengambilan sampel tergantung pada parameter kualitas air yang ingin diukur dan tujuan penelitian.

2. Jarak dari tepi

Sampel air dapat diambil di tepi badan air, di tengah badan air, atau di dekat muara sungai.

Jarak dari tepi tergantung pada parameter kualitas air yang ingin diukur dan tujuan penelitian.

3. Kondisi arus

Sampel air dapat diambil di area dengan arus deras, arus lambat, atau air stagnan. Kondisi arus tergantung pada parameter kualitas air yang ingin diukur dan tujuan penelitian.

4. Vegetasi

Sampel air dapat diambil di area dengan vegetasi yang lebat, vegetasi yang jarang, atau tanpa vegetasi. Vegetasi dapat memengaruhi kualitas air.

2.3 Peralatan dan Wadah A. Peralatan

1. Alat pengambil contoh

 Persyaratan alat pengambil contoh

Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh;

b) Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya:

c) contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan tersuspensi di dalamnya;

d) mudah dan aman di bawa;

e) kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.

(10)

7

 Jenis alat pengambil contoh

a) Alat pengambil contoh sederhana

Alat pengambil contoh sederhana dapat berupa ember plastik yang dilengkapi dengan tali atau gayung plastik yang bertangkai panjang.

CATATAN Dalam praktiknya, alat sederhana ini paling sering digunakan dan dipakai untuk mengambil air permukaan atau air sungai kecil yang relatif dangkal.

Keterangan gambar:

A adalah pengambil contoh terbuat dari polietilen

B adalah handle (tipe teleskopi yang terbuat dari aluminium atau stanlestil

b) botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu.

Keterangan gambar:

A adalah pengait

B' adalah tuas posisi tertutup B adalah tuas posisi terbuka

C adalah tutup gelas botol contoh posisi tertutup C adalah tutup gelas botol contoh posisi terbuka D adalah tali penggantung

E adalah rangka metal botol contoh

 Alat pengambil contoh air otomatis

Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu dan volume yang diambil, digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air limbah, agar diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu.

 Alat pengambil contoh air otomatis

2. Alat pengukur parameter lapangan Peralatan yang perlu dibawa antara lain:

a) DO meter atau peralatan untuk metode Winkler, b) pH meter;

c) turbidimeter;

d) konduktimeter;

e) termometer; dan

f) 1 set alat pengukur debit.

CATATAN Alat lapangan sebelum digunakan perlu dilakukan kalibrasi.

3. Alat pendingin

Alat ini dapat menyimpan contoh pada 4°C ± 2°C, digunakan untuk menyimpan contoh untuk pengujian sifat fisika dan kimia.

4. Alat ekstraksi (corong pemisah)

Corong pemisah terbuat dari bahan gelas atau tefion yang tembus pandang dan mudah memisahkan fase pelarut dari contoh.

(11)

8 5. Alat penyaring

Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat menahan saringan yang mempunyai ukuran pori 0,45 μm.

B. Bahan

1. Bahan kimia untuk pengawet

Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi persyaratan bahan kimia untuk analisis dan tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan di uji (lihat Lampiran B).

C. Wadah

1. Persyaratan wadah contoh

Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Terbuat dari bahan gelas atau plastik poli etilen (PE) atau poli propilen (PP) atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);

b) dapat ditutup dengan kuat dan rapat;

c) bersih dan bebas kontaminan;

d) Tidak mudah pecah;

e) tidak berinteraksi dengan contoh.

2. Persiapan wadah contoh

Lakukan langkah-langkah persiapan wadah contoh, sebagai berikut:

a) Untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan, seluruh wadah contoh harus benar-benar dibersihkan di laboratorium sebelum dilakukan pengambilan contoh.

b) Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari yang dibutuhkan, untuk jaminan mutu, pengendalian mutu dan cadangan.

c) Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan tergantung dari jenis contoh yang akan diambil.

2.4 Pengawaetan Sampel Air Limbah

Setelah pengambilan sampel dilakukan, merupakan suatu hal penting untuk tetap memelihara keutuhan dan memastikan bahwa sampel tidak terkontaminasi atau mencegah terjadi perubahan. Memelihara integritas dan menghindari kontaminasi sampel dapat dilakukan dengan menambah bahan pengawet ke dalam sampel sesuai dengan parameter yang akan dianalisis. Bahan pengawet yang ditambahkan ke dalam sampel dapat menghambat perubahan secara mikrobiologi, kimia, maupun fisika terhadap parameter yang akan dianalisis sehingga stabil dalam waktu tertentu.

Meskipun sampel sudah diawetkan, analisis tetap harus dilakukan sesegera mungkin agar hasilnya mencerminkan keadaan sampel pada waktu diambil. Pengawetan terhadap sampel lingkungan, khususnya sampel yang bersifat cair, tidak dapat dilakukan hanya dengan satu jenis pengawet sebab parameter tertentu memerlukan pengawet pula. Karena itu, cara pengawetan harus dilakukan secara khusus sesuai parameter yang akan dianalisis.

Pengawetan dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia, atau gabungan keduanya. Cara fisika

(12)

9

dilakukan dengan mendinginkan sampel pada 3° ± 3°C,serta menutup wadah sampel sehingga tidak ada pengaruh dari udara luar. Cara kimia dilakukan dengan menambah bahan kimia tertentu yang dapat menghambat aktivitas mikrobiologi atau mencegah terjadinya reaksi kimia. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengawetan cara kimia adalah agar bahan pengawet yang ditambahkan tidak mengganggu analisis yang akan dilakukan.

Secara umum, berikut ini hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengawetan sampel lingkungan :

1. Pengawetan sampel lingkungan harus dilakukan dilapangan sesaat setelah pengambilan sampel.

2. Hindari percikan atau tumpahan asam. Jika terkena anggota sesegera mungkin bilas dengan air mengalir kemudian siram dengan larutan soda kue (NaHCO3 5%) dan netralkan dengan larutan ammonia (NH4OH 5%).

3. Bahan pengawet harus ditambahkan dengan pengguunaan pipet atau botol tetes ke tiap wadah sampel.

4. Bahan pengawet harus merupakan bahan kimia yang mempunyai kemurnian tinggi (reagent grade atau higher grade chemical).

5. Penambahan asam kuat atau basa kuat sebagai bahan pengawet harus dilakukan pada area terbuka. Apalagi terjadi reaksi yang tidak biasa, reaksi ini harus direkam dalam catatan lapangan.

6. Setelah penambahan bahan pengawet, sampel lingkungan harus dihomogenkan dan harus dilakukan pengecekan pH. Apabila pH yang ditunjukkan belum sesuai persyaratan, dilakukan penambahan bahan pengawethingga memenuhi persyaratan. Pengecekan pH dan jumlah penambahan bahan pengawet harus didokumentasikan.

7. Penambahan bahan pengawet tidak boleh bersifat mengencerkan volume sampel, karena itu bahan pengawet harus dalam keadaan pekat. Dalam praktiknya, penambahan bahan pengawet1,,5-5 Ml asam nitrat pekat (HNO3) per liter sampel mengakibatkan pH sampel kurang dari 2.

8. Jumlah penambahan bahan pengawet ke dalam sampel lingkungan harus sama dengan jumlah penambahan ke dalam blanko (blank) yang digunakan sebagai pengendalian mutu lapangan.

9. Semua bahan pengawet yang digunakan harus disimpan secara tepat di laboratorium dan harus dipisahkan sesuai karakteristik kimia. Asam harus disimpan dalam lemari asam (acid-storage cabinet) sedangkan pelarut harus disimpan dalam lemari pelarut (solvent- storage cabinet).

(13)

10

10. Semua bahan pengawet yang dibawa ke lokasi pengambilan sampel harus disimpan dalam wadah dan hindari terjadinya kebocoran atau tumpahan serta dipisahkan dari wadah sampel untuk menghindari kontaminasi

CONTOH TABEL Cara pengawetan dan penyimpanan contoh air limbah

(14)

11

(15)

12

(16)

13 BAB III PENUTUP

2.5 Kesimpulan

Metode pengambilan sampel limbah cair yang efektif dan akurat sangat penting dalam pengawasan kualitas lingkungan hidup. Berikut adalah beberapa metode yang umum digunakan:

Metode Sistematis, Metode Grab Sampling, Metode Composite Sampling, Metode Integrated Sampling, Metode Gabungan Waktu dan Tempat, Metode Pengambilan Contoh Air Limbah.

Dalam pengawasan kualitas lingkungan hidup, metode pengambilan sampel limbah cair yang tepat sangat penting untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kualitas lingkungan. Pemilihan metode yang tepat bergantung pada tujuan penelitian, lokasi, dan keterbatasan yang ada.

Lokasi dan titik pengambilan sampel adalah dua aspek penting dalam penelitian kualitas air. Lokasi pengambilan sampel harus dipilih dengan cermat untuk memastikan bahwa sampel yang diambil mewakili kualitas air di area yang ingin dipelajari. Titik pengambilan sampel harus dipilih dengan mempertimbangkan aliran air, kondisi geomorfologi, dan sumber pencemar potensial. Khusus untuk pertemuan dua sungai atau masuknya anak sungai, lokasi pengambilan sampel adalah di daerah di mana air kedua sungai itu diperkirakan telah bercampur secara sempurna.

Memelihara integritas dan menghindari kontaminasi sampel dapat dilakukan dengan menambah bahan pengawet ke dalam sampel sesuai dengan parameter yang akan dianalisis. Bahan pengawet yang ditambahkan ke dalam sampel dapat menghambat perubahan secara mikrobiologi, kimia, maupun fisika terhadap parameter yang akan dianalisis sehingga stabil dalam waktu tertentu.

2.6 Saran

Dengan demikian kami sebagai penulis dari makalah ini meminta saran dan kritik dari para pembaca apabila masih terdapat banyak kekurangan dan hal-hal yang harus diperbaiki agar makalah ini dapat lebih baik nantinya dan diharapkan mahasiswa serta pembaca lainnya dapat memahami dan juga mempelajari terkait materi Pengambilan Sample Air Limbah.

(17)

14

DAFTAR PUSTAKA

https://sipejar.um.ac.id/pluginfile.php/830760/mod_resource/content/1/SNI_-6989-59-2008- _Metoda-Pengambilan-Contoh-Air-Limbah.pdf

https://www.scribd.com/document/370264394/Materi-Ajar-Prosedur-Sampling-Limbah-Cair https://id.scribd.com/document/577478592/SNI-8990-2021

https://id.scribd.com/document/442689588/TPS-Pengawetan-Sampel-docx

Referensi

Dokumen terkait

Praktikan melakukan percobaan untuk menentukan kandungan COD dalam sampel air limbah yang disediakan..Kandungan COD merupakan kandungan bahan pencemar berupa senyawa kimia yang

Pertimbangan karakteristik populasi akan menentukan teknik pengambilan sampel, ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan bias, sementara kemampuan estimasi

Kajian proses pengolahan air limbah Rumah Sakit Ibu dan Anak Pura Raharja (RSIA Pura Raharja) Surabaya membahas tentang proses pengolahan air limbah, kualitas dan

Bila aliran tersebut bersifat laminer, maka bagian air tercemar sulit dapat bercampur secara merata dalam air sungai atau saluran karena membutuhkan jarak yang sangat panjang,

Adapun yang menjadi tujuan penulisan paper ini adalah untuk dapat menentukan metode teknik pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sampel secara

Persyaratan Alat Pengambil Sampel Air Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat sampel Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya Sampel mudah dipindahkan ke dalam botol

Teknil Pengambilan Sampel Menurut Handayani 2020 teknik pengambilan sampel atau biasa disebut dengan sampling adalah proses menyeleksi sejumlah elemen dari populasi yang diteliti untuk

Materi ini menjelaskan perbedaan antara pengambilan sampel probabilitas dan non probabilitas, serta memberikan panduan untuk memilih teknik pengambilan sampel yang