• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Etika Profesi PNS dan Pendidikan Anti Korupsi

N/A
N/A
Angelica

Academic year: 2024

Membagikan "Pengantar Etika Profesi PNS dan Pendidikan Anti Korupsi"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

RANSELKU TIRAMISU 2019 1

PERTEMUAN 1

PENGANTAR ETIKA PROFESI PNS DAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

I. Kedudukan dan Urgensi Mata Kuliah Etika dan Anti Korupsi

Tujuan Mata Kuliah Etika dan Anti Korupsi:

➢ Memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai yang tepat atas penerapan standar etika dalam profesi sebagai PNS

➢ Mahasiswa mampu memahami aturan dan memiliki kesadaran untuk mempraktikkan kode etik PNS

➢ Menanamkan nilai-nilai integritas dan meningkatkan kesadaran bahaya atau dampak korupsi

Mata kuliah Etika dan Anti Korupsi mempunyai kedudukan yang sangat krusial dan fundamental dalam mempersiapkan mahasiswa kedinasan sebagai bekal mereka kelak sebagai ASN yang menjunjung tinggi etika, bersih dari korupsi, serta berintegritas sesuai dengan peraturan yang berlaku maupun nilai-nilai luhur kehidupan bangsa.

Fungsi Pemerintah:

1) Fungsi Regulasi

Fungsi ini meliputi tujuan pokok pemeliharaan sistem, yakni mewujudkan ketertiban sosial. Dalam rangka ketertiban sosial, pemerintah bertanggung jawab untuk menentukan peraturan-peraturan yang secara hukum mengikat setiap warga negara.

2) Fungsi Pelayanan

Fungsi pelayanan oleh birokrasi mengacu kepada konsepsi negara kesejahteraan, bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan hidup seluruh rakyatnya. Wujud dari usaha peningkatan kesejahteraan adalah pelayanan aparatur pemerintah kepada warga negara yang memerlukannya.

Etika Pelayanan Publik

Etika pelayanan publik merupakan bidang etika terapan/praktis yang berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip atau standar-standar moral. Etika pelayanan publik berfokus pada apakah aparatur pelayanan publik/ASN/PNS telah mengambil keputusan dan berperilaku dapat dibenarkan dari sudut pandang etika.

Jenis Pelayanan Publik berdasarkan organisasi yang menyelenggarakan:

(2)

RANSELKU TIRAMISU 2019 2 1) Privat

Pelayanan publik privat merupakan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh swasta. Misalnya rumah sakit swasta dan universitas swasta.

2) Primer

Pelayanan publik primer merupakan pelayanan publik yang hanya bisa diselenggarakan oleh pemerintah. Misalnya kantor imigrasi dan penjara.

3) Sekunder

Pelayanan publik sekunder merupakan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah namun masyarakat tidak harus menggunakannya karena masyarakat memiliki opsi lain penyelenggara pelayanan.

Contohnya adalah pelayanan perbankan. Publik dapat memilih menggunakan milik pemerintah (BUMN) atau swasta. Pemerintah tetap mengatur dan menguasai melalui regulasi-regulasi yang ditetapkan. Selain itu, pemerintah juga melakukan intervensi melalui kepemilikan- kepemilikan di bank-bank BUMN.

Ciri Pelayanan Publik Profesional:

1) Efektif

Orientasi pada pencapaian tujuan dan sasaran.

2) Sederhana

Prosedur pelayanan mudah, cepat, tepat, dan tidak berbelit-belit.

3) Transparan

Kejelasan dan kepastian prosedur, persyaratan dan siapa pejabat yang bertanggung jawab.

4) Efisiensi

Dibatasi hanya pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan.

5) Keterbukaan

Prosedur atau tata cara, persyaratan, pejabat penanggung jawab pemberi layanan, waktu, dan lain-lain.

6) Ketepatan waktu

Pelayanan diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan.

Cara Memberikan Pelayanan Publik yang Profesional:

1) Penetapan standar pelayanan

• Identifikasi jenis pelanggan

• Identifikasi pelanggan

(3)

RANSELKU TIRAMISU 2019 3

• Identifikasi harapan pelanggan

• Perumusan visi dan misi pelayanan

• Analisis proses dan prosedur

• Sarana dan prasarana

• Waktu

• Biaya pelayanan

2) Pengembangan Standar Operating Procedures (SOP)

• Memastikan proses berjalan tidak terganggu

• Memastikan pelayanan perizinan berjalan sesuai peraturan yang berlaku

• Memberi informasi akurat jika terjadi penyimpangan karena kesalahan prosedur

• Memberi informasi akurat jika terjadi perubahan dalam prosedur pelayanan

• Memberi informasi akurat dalam pengendalian layanan

• Memberi informasi yang jelas dan tegas kewenangan petugas atau pegawai

3) Pengembangan survei kepuasan pelanggan

Kepuasan pelanggan dicapai apabila produk yang dihasilkan memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat.

4) Pengembangan sistem pengelolaan pengaduan

Pengaduan masyarakat menjadi sumber informasi pengelola layanan untuk secara konsisten menjaga pelayanan sesuai dengan standar yang ditentukan.

Dalam kajian tentang pelayanan publik, etika merupakan salah satu elemen yang sangat menentukan kepuasan publik yang dilayani, sekaligus keberhasilan organisasi pelayanan publik itu sendiri. Elemen etika harus diperhatikan dalam setiap fase pelayanan publik mulai dari penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi pelayanan, sampai pada manajemen pelayanan untuk mencapai tujuan akhir dari pelayanan tersebut.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, unsur aparatur negara Pegawai Negeri Sipil harus memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional. Ciri-ciri aparatur negara yang professional yaitu memiliki wawasan luas dan dapat memandang masa depan, memiliki kompetensi di bidangnya, memiliki jiwa berkompetisi atau bersaing secara jujur dan suportif, serta menjunjung tinggi etika profesi. Etika profesi yang dimaksud merupakan kode etik PNS.

Kode etik PNS adalah kewajiban, tanggung jawab, tingkah laku, dan perbuatan sesuai dengan nilai hakiki profesinya, dikaitkan dengan nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat, bangsa, dan negara.

(4)

RANSELKU TIRAMISU 2019 4 Kompetensi ASN:

1) Integritas 2) Profesional

3) Netral dan bebas intervensi politik 4) Bersih dari praktik KKN

5) Mampu menyelenggarakan pelayanan publik

6) Mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa

II. Pengertian Etika

Istilah etika berasal dari Bahasa Yunani, Ethos (bentuk tunggal) atau Ta Etha (bentuk jamak), yang berarti kebiasaan, adat, watak, perasaan, atau juga akhlak perilaku.

Etika adalah ilmu tentang nilai-nilai perilaku manusia yang baik dan buruk, manfaat dan madharat, hak dan kewajiban, serta peraturan nilai moral yang ditetapkan orang dalam membuat keputusan yang bersifat alami dalam berhubungan masyarakat.

Etika memiliki banyak makna, antara lain:

▪ Semangat khas kelompok tertentu, misalnya etos kerja dan kode etik kelompok profesi.

▪ Norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan masyarakat tertentu mengenai perbuatan yang baik dan benar.

▪ Studi tentang prinsip-prinsip perilaku baik dan benar sebagai falsafat moral.

▪ Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.

Etika juga memiliki pengertian arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda.

▪ Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas.

▪ Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan, dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu.

▪ Bagi praktisi profesional, etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan profesi dan masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional.

▪ Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersama dan pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.

(5)

RANSELKU TIRAMISU 2019 5 Hubungan Etika dan Moral

Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok yang mengatur tingkah lakunya.

Moral mengacu pada sistem nilai bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia dan sistem ini terlembagakan dalam bentuk adat istiadat yang membentuk pola perilaku yang berulang dalam jangka waktu yang lama dan berisikan norma-norma yang konkret, berkaitan dengan perintah dan larangan, bersifat normatif dan mengikat yang digunakan oleh individu atau suatu kelompok sebagai pedoman dalam berperilaku

▪ Secara filosofi, etika dan moral merupakan dua kata yang bermakna sama.

Namun, ada beberapa teori yang mendefinisikan dua kata tersebut berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada darimana sumber nilai itu berasal. Etika merupakan nilai yang berasal dari luar pribadi seseorang (misalnya kode etik) sedangkan moral merupakan nilai dasar yang berasal dari dalam diri seseorang (misalnya kejujuran).

III. Tiga Bagian Utama Etika

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu meta-etika, etika normatif, dan etika terapan.

1) Meta-Etika (Studi konsep etika)

Meta-Etika merupakan jalan menuju konsepsi benar atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa.

2) Etika Normatif (Studi penentuan nilai etika)

Etika normatif merupakan etika yang menetapkan sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki dan dijalankan manusia dan tindakan yang bernilai dalam hidup.

3) Etika Terapan (Studi penggunaan nilai-nilai etika)

Pemahaman tentang spektrum bidang terapan etika dan menunjukkan etika sebagai pengetahuan praktis.

IV. Sejarah Etika

1. Etika filosof Yunani Kuno: Socrates, Plato, Aristoteles

➢ Menurut Socrates, objek utama dari aktivitas manusia adalah kebahagiaan, dan sarana yang diperlukan untuk mencapainya adalah kebajikan.

Plato menyatakan bahwa summum bonum terdiri atas imitasi sempurna dari Tuhan, baik yang mutlak, tiruan yang tidak dapat diwujudkan sepenuhnya dalam hidup ini.

(6)

RANSELKU TIRAMISU 2019 6

Aristoteles berangkat dari titik bahwa semua orang cenderung untuk bahagia sebagai objek akhir dari semua usaha mereka, sebagai kebaikan tertinggi, yang dicari demi dirinya sendiri, dan semua barang lainnya hanya berfungsi sebagai sarana.

2. Etika filosof Yunani dan Romawi: Hedonisme, Epicurus, Sinis, Stoicisme, Skeptis

Etika Hedonisme menganggap disposisi gembira dan ceria sebagai kebaikan dan kebahagiaan tertinggi manusia.

Epicurus (341-270 SM) menyatakan bahwa jumlah total terbesar yang mungkin dari kenikmatan spiritual adalah hal tertinggi yang dapat dicapai manusia. Kebajikan adalah norma direktif yang tepat dalam attainment akhir ini.

Para Sinis mengajarkan kebalikan dari Hedonisme, yaitu bahwa kebajikan saja sudah cukup untuk kebahagiaan, bahwa kesenangan adalah kejahatan, dan bahwa manusia benar-benar bijaksana atas hukum manusia.

➢ Kaum Stoa, Zeno (336-264 SM) dan murid-muridnya, Cleanthes, Chrysippus, dan lain-lain, berusaha untuk memperbaiki dan menyempurnakan pandangan Antisthenes.

Kebajikan, menurut mereka, dalam hidup manusia sesuai dengan perintah rasional, dan, seperti alam setiap individu seseorang hanyalah bagian dari tatanan alam keseluruhan. oleh karena itu, kebajikan adalah perjanjian yang harmonis dengan Tuhan, yang membentuk keseluruhan alam. Seperti apakah hubungan Tuhan dengan dunia dalam pandangan mereka, panteistik atau rasa teistik, tidak seluruhnya jelas.

➢ Sistem etika Yunani dan Romawi berjalan atas kecenderungan skeptis, yang menolak hukum moral alam, dasar seluruh tatanan moral pada kebiasaan atau kesewenang-wenangan manusia, dan membebaskan orang bijak dari ketaatan pada ajaran biasa dari tatanan moral.

Kecenderungan ini dilanjutkan oleh kaum Sofis.

3. Etika: Sejarah Moralitas Kristen

➢ Paganisme kuno tidak pernah memiliki konsep yang jelas dan pasti tentang hubungan antara Tuhan dan dunia, kesatuan umat manusia, nasib manusia, serta sifat dan makna dari hukum moral. Kristen menjelaskan penuh pertanyaan ini dan pertanyaan lain yang sejenis.

Seperti Santo Paulus mengajarkan (Roma, ii, 24 persegi), Tuhan telah menulis hukum moral di hati semua orang, bahkan yang berada di luar pengaruh Wahyu Kristen; hukum ini memanifestasikan dirinya dalam hati nurani setiap orang dan adalah norma yang menurut seluruh umat manusia akan dinilai pada hari perhitungan.

(7)

RANSELKU TIRAMISU 2019 7

➢ Corse ini segera diadopsi dalam periode awal, seperti Yustinus Martir, Irenaeus, Tertullian, Clement dari Alexandria, Origenes, Ambrosius, Hieronimus, dan Agustinus. Mereka yang mengeksposisi dan membela kebenaran Kristen, memanfaatkan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh para filsuf pagan. Hal ini terutama berlaku St Agustinus, yang melanjutkan untuk benar-benar mengembangkan sepanjang garis filosofis dan untuk menetapkan dengan tegas sebagian besar kebenaran moralitas Kristen. Hukum abadi (lex aterna), jenis asli dan sumber dari segala hukum temporal, hukum alam, hati nurani, tujuan akhir manusia, kebajikan kardinal, dosa, pernikahan, dll diperlakukan oleh dia di paling jelas dan tajam cara.

4. Etika: Sejarah Filsafat Abad Pertengahan Etika

➢ Sebuah garis tajam pemisahan antara filsafat dan teologi, dan khususnya antara etika dan teologi moral, pertama kali bertemu dengan dalam karya-karya terpelajar besar Abad Pertengahan, khususnya Albert (1193-1280) Besar, Thomas Aquinas (1225 -1274), Bonaventura (1221-1274), dan Duns Scotus (1274-1308).

➢ Pada fondasi diletakkan filsuf dan teolog Katolik yang berhasil terus membangun. Abad keenam belas ditandai dengan kebangkitan kembali pertanyaan etis, meskipun sebagian besar dijawab melalui teologi. Contoh teolog besar adalah Victoria, Dominicus Soto, L.

Molina, Suarez, Lessius, dan De Lugo. Sejak abad keenam belas jurusan etika (filsafat moral) telah didirikan di banyak universitas Katolik. Yang lebih besar, karya-karya filosofis murni tentang etika, namun tidak muncul sampai abad ketujuh belas dan kedelapan belas, sebagai contoh yang dapat kita contoh produksi Ign. Schwarz, "Instituitiones juris et universalis Naturae Gentium" (1743)

5. Etika: Sejarah Filsafat Etika 1500-1700an

➢ Para Reformator benar-benar memegang teguh kesucian sebagai sumber wahyu yang sempurna. Melanchthon, dalam bukunya

"Elementa philosophiae moralis", masih melekat pada filosofi Aristotel, maka apakah Hugo Grotius, dalam karyanya, "De jure belli et Pacis" juga sama.

➢ Thomas Hobbes (1588-1679) mengandaikan bahwa manusia awalnya dalam kondisi kasar (Naturae status) di mana setiap orang bebas untuk bertindak saat dia senang, dan memiliki hak untuk semua hal, sehingga muncul perang semua melawan semua. Para penganut panteisme Spinoza Baruch (1632-1677) menganggap insting untuk mempertahankan diri sebagai dasar kebajikan. Setiap makhluk diberkahi dengan dorongan yang diperlukan untuk menyatakan diri sebagai alasan tuntutan tidak bertentangan dengan alam,

(8)

RANSELKU TIRAMISU 2019 8 membutuhkan masing-masing untuk mengikuti dorongan ini dan sesak nafas setelah apapun yang berguna baginya.

➢ Kebebasan akan terdiri hanya dalam kemampuan untuk mengikuti dorongan alami unrestrainedly ini. Shaftesbury (1671-1713) mendasarkan etika pada kasih sayang atau kecenderungan manusia. Ada kecenderungan simpatik, idiopatik, dan tidak wajar. Yang pertama dari hal ini kepentingan umum, kedua kebaikan pribadi agen, ketiga menentang yang lainnya. Untuk menjalani kehidupan moral yang baik, perang harus dilancarkan pada impuls yang tidak wajar, sedangkan kecenderungan idiopathetic dan simpatik harus dilakukan untuk menyelaraskan. Keselarasan ini merupakan kebajikan. Dalam pencapaian kebajikan prinsip subjektif dari pengetahuan adalah moralitas. Teori moralitas dikembangkan lebih lanjut oleh Hutcheson (1694-1747); sedangkan "akal sehat" disarankan oleh Thoms Reid (1710- 1796) sebagai norma tertinggi perilaku moral. Di Perancis para filsuf materialistik abad kedelapan belas, seperti Helvetius, de la Mettrie, Holbach, Condillac, dan lain-lain, menyebarluaskan ajaran sensualisme dan Hedonisme sebagaimana yang dipahami oleh Epicurus.

6. Sejarah Filsafat Etika: Kant, John Stuart Mill, Altruisme

➢ Sebuah revolusi lengkap dalam etika diperkenalkan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Dari bangkai alasan teoretis murni ia berpaling untuk penyelamatan untuk alasan praktis, dimana dia menemukan hukum, mutlak moral universal, dan kategoris. Hukum ini tidak harus dipahami sebagai otoritas eksternal, karena ini akan heteromony yang asing bagi moralitas sejati, melainkan lebih merupakan hukum akal kita sendiri, yang otonom yaitu, harus diamati untuk kepentingan sendiri, tanpa memperhatikan setiap kesenangan atau utilitas yang timbul darinya.

➢ Para pengikut Kant telah memilih satu doktrin lain dari etika dan gabungan berbagai sistem bersifat panteisme dengannya. Fichte tempat tertinggi manusia yang baik dan nasib di spontaniety mutlak dan kebebasan; Schleiermacher, dalam kooperasi dengan peradaban umat manusia progresif. Sebuah pandangan yang mirip berulang secara substansial dalam tulisan-tulisan Wilhelm Wundt dan, sampai batas tertentu, dalam orang-orang pesimis, Edward von Hartmann, meskipun budaya menganggap yang terakhir dan kemajuan hanya sebagai sarana untuk tujuan akhir, yang menurutnya, terdiri dari memberikan Mutlak dari siksaan eksistensi.

➢ Sistem Cumberland, yang mempertahankan kepentingan umum umat manusia untuk menjadi akhir dan kriteria perilaku moral, diperbaharui secara positif dalam abad kesembilan belas oleh Auguste Comte dan memiliki banyak pengikut menghitung, misalnya, di Inggris, John Stuart Mill, Henry Sidgwick, Alexander Bain, di Jerman, GT Fechner, F. E.

(9)

RANSELKU TIRAMISU 2019 9 Beneke, F. Paulsen, dan lain-lain. Herbert Spencer (1820-1903) berusaha untuk efek kompromi antara Utilitarianisme sosial (Altruisme) dan Utilitarianisme swasta (Egoisme) sesuai dengan teori evolusi.

Menurutnya, perilaku yang baik yang berfungsi untuk meningkatkan kehidupan dan kesenangan. Karena kurangnya adaptasi manusia dengan kondisi kehidupan, kebaikan mutlak seperti perilaku belum mungkin, dan berbagai kompromi harus dibuat antara Altruisme dan Egoisme. Dengan kemajuan evolusi kondisi yang ada akan menjadi lebih sempurna, dan akibatnya manfaat yang diperoleh individu dari perilaku sendiri akan sangat berguna bagi masyarakat luas. Secara khusus, simpati (dalam sukacita) akan memungkinkan kita untuk mengambil kesenangan dalam tindakan altrusitic.

V. Teori Etika

Teori Etika yang akan dibahas terdapat 3 jenis diantaranya:

1. Teori Teleologi

Teori ini disebut juga sebagai teori konsekuensialis. Teori ini menjelaskan bahwa nilai moral suatu tindakan ditentukan semata-mata oleh konsekuensi tindakan tersebut. Benar atau salahnya tindakan ditentukan oleh hasil atau akibat dari tindakan tersebut. Maka, yang menyebabkan tindakan itu benar atau salah bukan tindakan itu sendiri, melainkan akibat dari tindakan tersebut.

Akibat dalam hal ini adalah konsekuensi baik. Oleh karena itu, kebaikan merupakan konsep fundamental dalam teori teleologi.

Dari sudut pandang “apa tujuannya”, etika teleologi dibedakan menjadi dua yaitu:

o Teleologi Hedonisme (hedone= kenikmatan) yaitu tindakan yang bertujuan untuk mencari kenikmatan dan kesenangan.

o Teleologi Eudamonisme (eudamonia=kebahagiaan) yaitu tindakan yang bertujuan mencari kebahagiaan hakiki.

Dari sudut pandang “untuk siapa tujuannya”, etika teleologi dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Egoisme Etis, yaitu tindakan benar atau salah tergantung semata-mata pada baik buruknya akibat tindakan tersebut bagi pelakunya.

b. Altruisme Etis, yaitu baik dan buruknya tindakan ditentukan oleh baik buruknya akibat tindakan tersebut terhadap orang lain.

c. Utilitarianisme, yaitu tindakan yang berguna dan membawa manfaat bagi semua pihak.

2. Teori Deontologi

Menurut Teori Deontologi, perbuatan tertentu adalah benar bukan karena manfaat bagi kita sendiri atau orang lain, tetapi karena sifat atau hakikat

(10)

RANSELKU TIRAMISU 2019 10 perbuatan itu sendiri atau kaidah yang diikuti untuk berbuat. Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik bukan karena tindakan itu akan mendatangkan akibat baik. Contohnya, manusia beribadah kepada Tuhan karena sudah merupakan kewajiban manusia untuk menyembah Tuhannya, bukan karena perbuatan tersebut akan mendapatkan pahala.

Jenis-jenis Teori Deontologi yaitu:

i. Deontologi Tindakan

Menurut teori ini, bila seseorang dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan, seseorang harus segera memahami apa yang harus dilakukan tanpa mendasarkan peraturan atau pedoman.

ii. Deontologi Kaedah

Suatu tindakan benar atau salah karena kesesuaian atau tidaknya dg prinsip moral yang benar.

iii. Deontologi Monistik

Teori ini menekankan The Golden Rule sebagai prinsip moral tertinggi yang menjadi dasar menurunkan kaidah atau prinsip-prinsip moral lainnya

iv. Deontologi Pluralistik

Teori ini. dikemukakan oleh William Davis Ross yg mengidentifikasi tujuh kewajiban moral pada pandangan pertama (Prime face).

Ada 3 Prinsip dalam teori deontologi:

i. Tindakan harus dijalankan berdasarkan kewajiban

ii. Nilai moral dari tindakan ini tergantung pada niat baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu

iii. Kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal

Menurut Immanuel Kant, terdapat 3 kriteria agar suatu tindakan atau prinsip itu bermoral:

a) Tindakan atau prinsip harus secara konsisten universal

Alasan untuk melakukan tindakan pada suatu situasi tertentu juga dimiliki orang lain.

b) Tindakan atau prinsip menghargai makhluk relasional sebagai tujuan akhir

Seseorang melakukan tindakan tidak memperlakukan orang lain sebagai alat memenuhi kepentingannya tetapi MENGHARGAI ORANG LAIN sebagai tujuan akhirnya.

(11)

RANSELKU TIRAMISU 2019 11 c) Tindakan atau prinsip berasal dari dan menghargai otonomi makhluk

rasional

Suatu tindakan adalah benar secara moral jika dan hanya jika tindakan tersebut menghargai kapasitas orang untuk memilih secara bebas bagi dirinya.

David Ross mengidentifikasi 7 kewajiban moral yaitu:

a) Fidelity (kewajiban menepati janji/kesetiaan)

Kita harus menepati janji yang dibuat dengan bebas, baik eksplisit maupun implisit, dan mengatakan kebenaran.

b) Reparation (kewajiban ganti rugi)

Kita harus memberikan ganti rugi kepada orang yang mengalami kerugian karena tindakan kita yang salah, kita harus melunasi hutang moril dan materiil.

c) Gratitude (kewajiban berterima kasih)

Kita harus berterima kasih kepada orang yang berbuat baik terhadap kita.

d) Justice (kewajiban keadilan)

Kita harus memastikan bahwa kebaikan dibagikan sesuai dengan jasa orang yang bersangkutan.

e) Benefience (kewajiban berbuat baik)

Kita harus membantu orang lain yang membutuhkan bantuan kita, berbuat apapun yang dapat kita perbuat untuk memperbaiki keadaan oarng lain.

f) Self-improvement (kewajiban mengembangkan diri)

Kita harus mengembangkan dan meningkatkan diri kita dibidang keutamaan, intelegensi, dll.

g) Non-maleficence (kewajiban tidak merugikan)

Kita tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. 3. Teori Keutamaan

▪ Teori keutamaan adalah teori yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Bukan menanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, jujur, atau murah hati, melainkan apakah orang itu bersikap adil, jujur, atau murah hati.

▪ Isu utama dalam teori keutamaan adalah membicarakan tentang karakter apa saja yang membuat seseorang sebagai orang baik secara moral.

▪ Karakter yang pada umumnya dianggap sebagai keutamaan moral adalah watak baik yang ada pada setiap individu.

▪ Karakter yang umumnya dianggap sebagai keutamaan moral adalah:

➢ Keberanian/keteguhan

(12)

RANSELKU TIRAMISU 2019 12

➢ Kejujuran

➢ Kesetiaan

➢ Keandalan

➢ Moderat

➢ Pengendalian diri yang baik

➢ Toleransi terhadap sesama

➢ Keramahan

➢ Loyalitas

➢ Kehormatan

➢ Rasa malu

➢ Kesantunan

➢ Belas kasih

➢ Bangga

➢ Berkeadilan

▪ Kelebihan teori:

- Moralitas dibentuk bukan melalui indoktrinasi, perintah, larangan.

- Kebebasan dan rasionalitas

▪ Kelemahan teori:

- Keutamaan moral yang berbeda-beda sesuai dengan kelompok masyarakat

VI. Tiga Konsep Moral 1. Hak

Hak merupakan konsep moral yang penting yang memungkinkan individu memilih secara bebas dalam memenuhi kepentingan atau menjalankan aktivitas tertentu dan melindungi pilihan-pilihan tersebut.

Macam-macam Hak:

Hak Legal dan Hak Moral

o Hak legal adalah hak yang diakui dan ditegakkan sebagai bagian dari sistem hukum atau hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak-hak legal berasal dari undang-undang, peraturan hukum, atau dokumen hukum lainnya.

o Hak moral adalah hak yang berasal dari suatu sistem norma moral dan tidak bergantung kepada adanya sistem hukum. Hak moral hanya didasarkan atas prinsip atau peraturan etis. Hak moral biasanya dianggap universal mengingat hak tersebut dimiliki oleh semua umat manusia, tidak dibatasi oleh hukum tertentu.

(13)

RANSELKU TIRAMISU 2019 13

Hak Khusus dan Hak Umum (HAM)

o Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi khusus yang dimiliki orang satu terhadap orang lainnya. Jadi hak ini hanya dimiliki oleh satu atau beberapa orang. Sumber utama hak khusus adalah kontrak atau perjanjian karena instrumen ini menciptakan sejumlah hak dan kewajiban bagi individu-individu yang membuat

o Hak umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan semata-mata karena ia manusia. Hak umum juga berarti hak yang melibatkan klaim terhadap setiap orang atau kemanusiaan secara umum. Dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal dengan hak asasi manusia.

Hak Positif dan Hak Negatif

o Hak positif adalah hak yang mewajibkan orang lain bertindak untuk kita. Contohnya adalah hak pelayanan kesehatan, misalnya, menuntut perawat atau dokter melakukan tindakan sesuai standard operating procedure kepada pasien yang berhak mendapat pelayanan kesehatan.

o Hak negatif, berkorelasi dengan kewajiban pada pihak lain untuk tidak bertindak kepada kita. Contohnya adalah hak milik.

Hak Negatif terdiri : a. Hak Negatif aktif

Hak untuk berbuat atau tidak berbuat seperti orang yang orang lain kehendaki (hak kebebasan).

b. Hak Negatif pasif

Hak untuk tidak diperlakukan orang lain dengan cara tertentu.

Hak Individual dan Hak Sosial

o Hak individual adalah hak yang dimiliki individu-individu terhadap negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak yang ia miliki.

o Hak sosial bukan hanya hak kepentingan terhadap negara saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut dengan hak sosial.

2. Keadilan

Keadilan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

Keadilan tradisional

Menurut Aristoteles terdapat dua jenis keadilan yaitu keadilan universal dan keadilan khusus.

o Keadilan universal (universal justice) adalah keadilan yang berlaku bagi keseluruhan keutamaan. Dengan kata lain, orang

(14)

RANSELKU TIRAMISU 2019 14 yang adil adalah orang yang selalu berbuat benar secara moral dan mematuhi hukum.

o Keadilan khusus (particular justice) berkaitan dengan keutamaan pada situasi khusus. Adil dalam hal ini berarti mengambil hanya bagian yang patut atau tepat; memberikan kepada orang yang berhak. Sebaliknya, tidak adil berarti mengambil terlalu banyak yang bukan haknya; menolak menanggung bagian yang wajar dari beban.

Keadilan khusus dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu:

a. Keadilan Distributif

▪ Keadilan distributif terkait dengan distribusi manfaat dan beban. Kedaan ini diperlukan apabila manfaat yang tersedia lebih sedikit daripada jumlah dan keinginan/hasrat orang, atau terlalu banyak beban atau pekerjaan tak menyenangkan tetapi tidak cukup orang yang bersedia memikulnya.

▪ Prinsip yang mendasari keadilan ini adalah bahwa orang yang sama dalam keadaan yang sama harus diperlakukan sama.

▪ Keadilan distributif bersifat perbandingan/ komparatif.

b. Keadilan Kompensasi

▪ Keadilan kompensasi menyangkut masalah pemberian imbalan atau penggantian (kompensasi) kepada seseorang karena kekeliruan atau kesalahan yang menimpanya.

▪ Alasan yang mendasari keadilan kompensasi adalah bahwa suatu kecelakaan yang menyebabkan seseorang dalam keadaan lebih buruk. Akan tetapi, dengan memberikan kompensasi, keadaan si korban dapat dikembalikan seperti sebelum terjadi kecelakaan, sehingga keseimbangan moral tercapai kembali.

▪ Pada intinya, keadilan kompensasi bertujuan untuk mengembalikan apa yang hilang dari seseorang akibat kesalahan orang lain.

▪ Kondisi bagi berlakunya keadilan kompensasi:

o Perbuatan yang menyebabkan kerugian merupakan perbuatan yang salah/kelalaian (negligence).

o Perbuatan yang bersangkutan merupakan penyebab sesungguhnya kerugian tersebut.

o Orang tersebut secara sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan kerugian.

c. Keadilan retributif

▪ Keadilan retributif berkaitan dengan pemberian hukuman terhadap pelaku kesalahan. Seperti halnya keadilan

(15)

RANSELKU TIRAMISU 2019 15 kompensasi, seseorang yang melakukan suatu kejahatan merusak keseimbangan moral karena menjadikan orang lain dalam keadaan lebih buruk.

▪ Pemulihan keseimbangan moral dalam kasus ini dicapai dengan memberikan hukuman yang sesuai dengan kejahatan tersebut.

Jumlah hukuman yang dikenakan kepada pelaku kejahatan ditentukan oleh karakteristik masing-masing kasus, bukan membandingkannya dengan kasus-kasus lain.

▪ Keadilan retributif berkaitan dengan pemberian hukuman terhadap pelaku kesalahan.

▪ Alasan yang mendasari adalah seseorang yang telah melakukan kejahatan telah merusak keseimbangan moral karena menjadikan orang lain dalam keadaan buruk.

▪ Tujuan pemberikan hukuman adalah untuk perbaikan.

▪ Hal-hal yg perlu diperhatikan:

o Seseorang tidak dapat dihukum jika tidak tahu atau tidak memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ia perbuat.

o Orang tersebut sungguh-sungguh melakukan kejahatan.

o Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan tingkat kejahatan.

Keadilan egalitarian

o Berdasarkan konsep Egalitarian (John Rawls), perspektif keadilan berhubungan dengan pertanyaan: Bagaimana keadilan akan dapat dicapai ketika beberapa orang yang bebas dan setara berusaha mencapai tujuannya namun berbenturan dengan orang lain yang juga berusaha mencapai tujuannya (yang mungkin saja tidak setara).

o Keadilan diartikan sebagai kewajaran (fairness). Konsep keadilan ini mengakomodasi suatu kondisi dimana terjadi banyak perbedaan yang menimbulkan kesulitan untuk menetapkan keadilan secara absolut, sehingga diperlukan adanya personal judgement untuk menetapkan kewajaran.

o Keadilan egalitarian didasarkan pada 2 prinsip, yaitu:

i. Setiap orang memiliki kebebasan yang sama

ii. Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga:

• menguntungkan pihak yang paling kurang beruntung (prinsip perbedaan)

• sesuai dengan tugas dan kedudukan yang terbuka bagi semua pihak berdasarkan

(16)

RANSELKU TIRAMISU 2019 16 persamaan kesempatan (prinsip kesetaraan dalam kesempatan).

3. Kepedulian

o Dalam etika kepedulian, tugas moral tidaklah mengikuti prinsip-prinsip moral universal dan imparsial, melainkan memberikan perhatian dan tanggapan terhadap kebaikan orang-orang tertentu yang dengannya kita memiliki hubungan dekat dan bernilai.

o Perlu diperhatikan dalam etika kepedulian ini, gagasan hubungan konkret tidaklah terbatas pada hubungan antara dua individu atau hubungan antara seseorang dan kelompok tertentu. Etika kepedulian harus mencakup juga sistem hubungan yang lebih besar yang membentuk komunitas yang konkret.

o Etika Kepedulian meliputi jenis-jenis kewajiban yang disebut etika komunitarian.

Etika Komunitarian adalah etika yang melihat komunitas dan hubungan komunal konkret memiliki nilai fundamental yang harus dilestarikan dan dibina. Yang penting dalam etika komunitarian bukanlah individu-individu yang terisolasi, tetapi komunitas yang di dalamnya individu-individu menemukan diri mereka dengan memandang diri mereka sendiri sebagai bagian integral dari komunitas yang lebih besar, dengan tradisi, kebudayaan dan sejarahnya.

o Pada etika kepedulian, tugas moral tidaklah mengikuti prinsip-prinsip moral universal dan imparsial, melainkan memberikan perhatian dan tanggapan terhadap kebaikan orang-orang tertentu yang dengannya kita memiliki hubungan dekat dan bernilai.

o Dalam Etika kepedulian, gagasan hubungan konkret tidaklah terbatas pada hubungan antara dua individu atau hubungan antara seseorang dan kelompok tertentu tetapi harus mencakup juga sistem hubungan yang lebih besar yang membentuk komunitas yang konkret.

o Etika Kepedulian meliputi jenis-jenis kewajiban yang disebut etika komunitarian, yakni etika yang melihat komunitas dan hubungan komunal konkret memiliki nilai fundamental yang harus dilestarikan dan dibina.

“Orang yang tak beretika adalah yang tidak mengetahui bahwa di atas ilmu itu ada adab”

(17)

RANSELKU TIRAMISU 2019 17

PERTEMUAN 2

ASN serta Teori dan Konsep Etika Lanjutan

I. Pemahaman Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang ASN

a. Aparatur Sipil Negara

➢ Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

➢ Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

➢ Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

Pegawai ASN terdiri atas PNS dan PPPK. (Pasal 6) o PNS

▪ Berstatus pegawai tetap dan memiliki NIP secara Nasional

▪ Menduduki jabatan pemerintahan o PPPK

▪ Diangkat dengan perjanjian kerja sesuai kebutuhan instansi dan ketentuan Undang-undang

▪ Melaksanakan tugas pemerintahan b. Jabatan ASN

(18)

1. Jabatan administrasi

i. Jabatan administrator

Bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.

ii. Jabatan pengawas

Bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana.

iii. Jabatan pelaksana

Bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.

2. Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan.

Jabatan fungsional keahlian terdiri atas:

i. Ahli utama ii. Ahli madya iii. Ahli muda iv. Ahli pertama

Jabatan fungsional keterampilan terdiri atas:

i. Penyelia ii. Mahir iii. Terampil iv. Pemula

3. Jabatan Pimpinan Tinggi

Jabatan pimpinan tinggi terdiri atas:

i. Jabatan pimpinan tinggi utama ii. Jabatan pimpinan tinggi madya iii. Jabatan pimpinan tinggi pratama

Jabatan pimpinan tinggi berfungsi memimpin dan memotivasi setiap pegawai ASN pada instansi pemerintah melalui:

o Kepeloporan dalam bidang:

▪ keahlian profesional

▪ analisis dan rekomendasi kebijakan

▪ kepemimpinan manajemen

o Pengembangan kerja sama dengan instansi lain

o Keteladanan dalam mengamalkan nilai dasar ASN dan melaksanakan kode etik dan kode perilaku ASN

c. Hak Pegawai ASN

(19)

o Hak PNS

PNS berhak memperoleh:

▪ gaji, tunjangan, dan fasilitas

▪ cuti

▪ jaminan pensiun dan jaminan hari tua

▪ perlindungan

▪ pengembangan kompetensi o Hak PPPK

PPPK berhak memperoleh:

▪ gaji dan tunjangan

▪ cuti

▪ perlindungan

▪ pengembangan kompetensi d. Kewajiban Pegawai ASN

Pegawai ASN wajib:

▪ Setia dan taat pada Pancasila, UUD RI 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah

▪ Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

▪ Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang

▪ Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan

▪ Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab

▪ Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan

▪ Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

▪ Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI e. Pejabat Pembina Kepegawaian

Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat mendelegasikan kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat fungsional keahlian utama kepada:

o Menteri di kementerian;

o Pimpinan lembaga di LPNK;

(20)

o Sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan LNS;

o Gubernur, di provinsi; dan

o Bupati/walikota, di kabupaten/kota.

f. Pejabat yang berwenang

Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Presiden dapat mendelegasikan kewenangan pembinaan Manajemen ASN kepada Pejabat yang Berwenang di kementerian, sekjen/ sekretariat LN, sekretariat LNS, Sekda provinsi dan kabupaten/kota.

• Pejabat yang Berwenang dalam menjalankan fungsi Manajemen ASN di Instansi Pemerintah berdasarkan Sistem Merit dan berkonsultasi dengan Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.

• Pejabat yang Berwenang memberikan rekomendasi usulan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.

• Pejabat yang Berwenang mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional kepada Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.

g. Manajemen PNS

Manajemen PNS meliputi:

(a) Penyusunan dan penetapan kebutuhan;

(b) Pengadaan;

(c) Pangkat dan jabatan;

(d) Pengembangan karier;

(e) Pola karier;

(f) Promosi;

(g) Mutasi;

(h) Penilaian kinerja

(i) Penggajian dan tunjangan;

(j) Penghargaan;

(k) Disiplin;

(l) Pemberhentian;

(m) Pensiun dan tabungan hari tua; dan (n) Perlindungan.

(21)

h. Pangkat dan Jabatan

o PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu.

o Setiap jabatan dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan PNS yang menunjukkan kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola kerja.

o PNS dapat berpindah antar dan antara JPT, Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja.

o PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan instansi TNI dan Polri yang pangkat/jabatannya disesuaikan dengan pangkat dan jabatan di lingkungan instansi TNI dan Polri.

i. Pengembangan Karir

Pengembangan karir PNS dilakukan berdasarkan:

o kualifikasi

o kompetensi (teknis, manajerial, sosial kultural) o penilaian kinerja, dan

o kebutuhan Instansi Pemerintah.

Pengembangan karir PNS dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas

j. Pengembangan Kompetensi

o Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi antara lain melalui: pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran.

o Harus dievaluasi oleh PyB dan digunakan sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karier.

o Wajib disusun dalam rencana pengembangan kompetensi tahunan dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi.

k. Promosi PNS

o Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.

o Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara:

▪ kompetensi

▪ kualifikasi

▪ persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan

▪ penilaian atas prestasi kerja

▪ kepemimpinan, kerja sama, kreativitas

▪ pertimbangan dari Tim Penilai Kinerja PNS pada Instansi Pemerintah

“tanpa membedakan gender, suku, agama, ras, dan golongan.”

(22)

o Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh PPK setelah mendapat pertimbangan Tim Penilai Kinerja PNS pada Instansi yang dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang.

l. Mutasi PNS

o Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam satu Instansi Pusat, antar-Instansi Pusat, satu Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan NKRI di luar negeri.

o Dilakukan oleh PPK dalam wilayah kewenangannya.

o Perpindahan PNS antarkabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan oleh Gubernur setelah memperoleh pertimbangan Kepala BKN.

o Mutasi PNS antar provinsi ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Kepala BKN.

o Mutasi PNS daerah ke Instansi Pusat atau sebaliknya, ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang setelah mendapatkan pertimbangan teknis dari Kepala BKN.

o Mutasi PNS antar Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala BKN.

m. Penilaian Kinerja PNS

Dilakukan berdasarkan: perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi

Memperhatikan: target, sasaran, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS.

Metode:

o Objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.

o Berada di bawah kewenangan Pejabat yang Berwenang, didelegasikan secara berjenjang kepada atasan langsung dari PNS, dan dapat mempertimbangkan pendapat rekan kerja setingkat dan bawahannya.

o Hasil penilaian kinerja PNS disampaikan kepada Tim Penilai Kinerja PNS.

PNS yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja dikenakan sanksi administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penggajian dan Tunjangan PNS

o Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS.

o Dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, & resiko pekerjaan.

o Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

o PNS di pusat dibebankan pada APBN, PNS di daerah dibebankan APBD.

(23)

o Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas yang meliputi:

▪ tunjangan kinerja dan (dibayar sesuai pencapaian kinerja)

▪ tunjangan kemahalan (dibayar sesuai tingkat kemahalan: indeks harga di daerah)

o Tunjangan PNS dibebankan pada APBN dan APBD n. Penghargaan PNS

PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan.

Penghargaan sebagaimana dimaksud dapat berupa pemberian:

o tanda kehormatan;

o kenaikan pangkat istimewa;

o kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau o kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.

o. Pemberhentian PNS

PNS diberhentikan dengan hormat karena:

o meninggal dunia

o atas permintaan sendiri o mencapai batas usia pensiun

o perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini

o tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.

PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena:

dihukum penjara/kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara singkat 2 (dua) tahun dengan tidak berencana.

PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena:

melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.

p. Pemberhentian Tidak dengan Hormat

PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:

(a) Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUDNRI 1945.

(b) Dihukum penjara/kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum.

(c) Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik

(24)

(d) Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.

q. Batas Usia Pensiun PNS yaitu:

o 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi.

o 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi.

o Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat Fungsional.

r. Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua

o PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS.

o PNS diberikan jaminan pensiun apabila:

▪ meninggal dunia

▪ atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu

▪ mencapai batas usia pensiun

▪ perampingan organisasi /kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini

▪ tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.

o Jaminan pensiun dan jaminan hari tua mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional.

o Sumber pembiayaan berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iuran PNS yang bersangkutan.

s. Perlindungan

Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:

o Jaminan kesehatan o Jaminan kecelakaan kerja o Jaminan kematian

o Bantuan hukum

berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.

Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional.

(25)

t. Organisasi

o Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia

o Tujuan :

▪ Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN

▪ Mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.

o Fungsi :

▪ Pembinaan dan pengembangan profesi ASN

▪ Memberikan perlindungan hukum dan advokasi terhadap dugaan pelanggaran sistem merit dan masalah hukum dalam melaksanakan tugas

▪ Memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik instansi terhadap pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi

▪ Menyelenggarakan usaha-usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi ASN RI sesuai dengan peraturan perudang-undangan

II. Etika Deskriptif dan Normatif

Etika terbagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif.

▪ Etika deskriptif menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.

▪ Etika normatif menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini

Perbedaan antara etika deskriptif dan etika normatif yaitu:

▪ Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku yang dilakukan.

▪ Etika normatif memberikan penilaian, sekaligus memberikan norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

III. Etika dan Etiket

Pengertian etiket adalah sebagai berikut:

▪ Ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain.

▪ Peraturan atau tata krama yang harus dipenuhi dalam pergaulan formal atau resmi.

▪ Kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan manusia yang beradab.

(26)

▪ Rambu-rambu yang membantu mengetahui apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan dalam situasi tertentu.

▪ Etiket lebih spesifik daripada etika dimana etika adalah falsafah moral yang dilandasi agama, budaya, serta perilaku mana yang baik atau buruk.

Perbedaan antara etika dan etiket yaitu:

▪ Etika berkaitan dengan moral.

▪ Etiket berkaitan dengan nilai sopan santun dan tata karma dalam pergaulan formal.

IV. Nilai

Pengertian Nilai

o Suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.

o Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.

➢ Menurut Schwartz, ada sepuluh nilai yang dianut oleh manusia:

1) Power

Nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu tipe kebutuhan yang universal, yaitu transformasi kebutuhan individual akan dominasi dan kontrol yang diidentifikasi melalui analisa terhadap motif sosial. Tujuan utama tipe nilai ini adalah pencapaian status sosial dan prestise serta dominasi.

2) Achievement

Nilai ini bertujuan untuk keberhasilan pribadi dengan menunjukkan kompetensi sesuai standar sosial.

3) Hedonism

Nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang diasosiasikan dengan pemuasan kebutuhan tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan kesenangan dan kepuasan diri sendiri.

4) Stimulation

Nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan rangsangan untuk menjaga agar aktivitas seseorang tetap pada tingkat yang optimal.

Unsur biologis mempengaruhi variasi kebutuhan ini.

5) Self direction

Nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan kontrol dan penguasaan. Tujuan nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang independen.

6) Universalism

(27)

Nilai ini mengutamaan penghargaan, toleransi, pemahaman atas sesama manusia, dan perlindungan terhadap kesejahteraan umat manusia.

7) Benevelonce

Nilai ini berhubungan dengan nilai universalism, tetapi dalam prakteknya lebih kepada kedekatan kepada interaksi sehari-hari. Tujuan nilai ini adalah peningkatan kesejahteraan individu yang terlibat dalam kontak personal yang intim.

8) Tradition

Nilai ini berhubungan dengan tradisi dan ritual yang sama. Tujuan nilai ini adalah penghargaan, komitmen, dan penerimaan terhadap kebiasaan, adat, tradisi, atau agama.

9) Conformity

Nilai ini bertujuan untuk pembatasan tingkah laku, dorongan individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau norma sosial.

10) Security

Nilai ini bertujuan untuk mengutamakan kemanan, harmoni, dan stabilitas masyarakat, sesama manusia, maupun diri sendiri.

Sistem hubungan antarnilai

1) Tipe nilai power dan achievement

Menekankan pada superioritas sosial dan harga diri 2) Tipe nilai achievement dan hedonism

Menekankan pada pemuasan yang terpusat pada diri sendiri 3) Tipe nilai hedonism dan stimulation

Menekankan keinginan untuk memenuhi kegairahan dalam diri 4) Tipe nilai stimulation dan self-direction

Menekankan minat intrinsik dalam bidang baru atau menguasai suatu bidang

5) Tipe nilai self-direction dan universalism

Mengekspresikan keyakinan terhadap keputusan atau penilaian diri dan pengakuan terhadap adanya keragaman dari hakekat kehidupan

6) Tipe nilai universalism dan benevolence

Menekankan orientasi kesejahteraan orang lain dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi

7) Tipe nilai benevolence dan conformity

Menekankan tingkah laku normatif yang menunjang interaksi intim antar pribadi

8) Tipe nilai benevolence dan tradition

Mengutamakan pentingnya arti suatu kelompok tempat individu berada 9) Tipe nilai conformity dan tradition

Menekankan pentingnya memenuhi harapan sosial di atas kepentingan diri sendiri

(28)

10) Tipe nilai tradition dan security

Menekankan pentingnya aturan-aturan sosial untuk memberi kepastian dalam hidup

11) Tipe nilai conformity dan security

Menekankan perlindungan terhadap aturan dan harmoni dalam hubungan sosial

12) Tipe nilai security dan power

Menekankan perlunya mengatasi ancaman ketidakpastian dengan cara mengontrol hubungan antar manusia dan sumberdaya yang ada

Fungsi Nilai

1) Nilai sebagai standar

Fungsi nilai sebagai standar adalah sebagai berikut:

▪ Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issues tertentu

▪ Mempegaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding ideologi politik yang lain

▪ Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain

▪ Melakukan evaluasi dan membuat keputusan

▪ Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang lain

2) Sistem nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan keputusan

Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistim nilai individu. Umumnya nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang bersangkutan.

3) Fungsi motivasional

Nilai dapat memotivasi individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu, memberi arah dan intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku.

4) Nilai sebagai keyakinan

Selama ini pengukuran nilai didasarkan kepada hasil evaluasi diri yang dilaporkan oleh individu ke dalam suatu skala pengukuran. Evaluasi diri membutuhkan pemahaman kognitif maupun afektif terhadap diri sendiri, termasuk untuk membedakan antara nilai ideal normatif dan nilai faktual yang ada saat ini.

(29)

Pengukuran Nilai

Didasarkan kepada evaluasi diri yang dilaporkan oleh individu ke dalam skala pengukuran atau dengan teknik wawancara.

Indikator penentuan nilai seseorang:

1) Bagaimana cara bertingkah laku

2) Tingkah laku subyek dalam kehidupan sehari-hari 3) Memotivasi tingkah laku

V. Norma

1. Pengertian Norma

Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa.

Namun masih ada segelintir orang yang masih melanggar norma-norma dalam masyarakat. Pelanggaran ini disebabkan berbagai faktor, seperti pendidikan, tingkat ekonomi, dan lain-lain.

Jenis norma yang berlaku di masyarakat antara lain:

a) Norma agama

Norma yang berdasarkan ajaran suatu agama. Norma ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan penganutnya untuk mengikuti ajaran yang diterima.

b) Norma kesusilaan

Norma yang berdasarkan hati nurani dan perilaku manusia.

c) Norma kesopanan

Norma yang berdasarkan dari aturan tingkah laku yang berlaku di masyarakat.

Norma ini timbul dan diadakan masyarakat sehingga masing-masing anggota masyarakat saling menghormati.

d) Norma kebiasaan

Norma ini merupakan hasil perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Sehingga anggota masyarakat yang tidak melakukan ini dianggap aneh.

e) Norma hukum

Norma ini berdasarkan oleh peraturan-peraturan yang diciptakan oleh lembaga penguasa untuk mengatur tata tertib masyarakat. Sanksi dalam norma hukum bersifat mengikat dan terpaksa.

2. Norma dari sudut pandang umum

Norma juga berarti sebagai aturan-aturan atau pedoman sosial yang khusus mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di lingkungan kehidupannya.

Jenis norma dari sudut pandang umum terdiri atas:

a) Cara (usage)

(30)

Cara mengacu pada suatu bentuk perbuatan yang lebih menonjolkan pada hubungan antarindividu. Umumnya pelanggaran atas norma ini hanya berakibat celaan dari individu.

b) Kebiasaan (folkways)

Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat karena masyarakat lebih menyukai hal tersebut.

c) Tata kelakuan (mores)

Mencerminkan sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilaksanakan atas pengawasan baik secara sadar maupun tidak sadar.

d) Adat istiadat (custom)

Tata kelakuan yang terintegrasi secara kuat dengan pola perilaku dapat meningkat menjadi adat istiadat. Sanksi keras berlaku dalam pelanggaran atas adat istiadat. Dan norma adat istiadat umumnya berlaku pada suatu lingkungan, sehingga tidak heran sering terdapat perbedaan adat antar satu lingkungan dengan lingkungan lainnya.

“Without hard work and discipline it is difficult to be a top professional.”

-Jahangir Khan-

(31)

PERTEMUAN 3

DISIPLIN PNS, ETIKA PROFESI, ETIKA KERJA

& ETOS KERJA

Disiplin PNS I. Definisi

Disiplin PNS adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

II. Kewajiban PNS

1) Mengucapkan sumpah/janji PNS 2) Mengucapkan sumpah/janji jabatan

3) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945, Negara Kesatuan R.I Dan Pemerintah

4) Menaati segala ketentuan peraturan Perundang-Undangan

5) Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab

6) Menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah, dan martabat PNS

7) Mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan

8) Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan

9) Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara 10) Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan Negara atau Pemerintah terutama di bidang kemanan, keuangan, dan materiil

11) Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja 12) Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan

13) Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dan sebaik-baiknya 14) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat

15) Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas

16) Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier 17) Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang III. Larangan PNS

Menurut PP No. 53 tahun 2010 ttg Disiplin Pegawai Negeri Sipil psl 4, yaitu : 1) Menyalahgunakan wewenang;

(32)

2) Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

3) Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

4) Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;

5) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang- barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

6) Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

7) Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;

8) Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

9) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

10) Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

11) Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

12) Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:

a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;

c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

13) Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara:

a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

14) Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan; dan

15) Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:

a) terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;

b) menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;

(33)

c) membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

d) mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

IV. Hukuman Disiplin Hukuman

Disiplin

Ringan Sedang Berat

Jenis Hukuman Teguran lisan;

Teguran tertulis; dan

Pernyataan tidak puas secara tertulis.

• Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun;

• Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun;

dan

• Penurunan pangkat

setingkat leih rendah selama 1 tahun.

o Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun;

o Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;

o Pembebasan dari jabatan;

o Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan

o Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Bagi Pelanggar terhadap

larangan dan kewajiban yang berdampak negatif pada

Unit Kerja Instansi yang Bersangkutan

Pemerintan dan/atau Negara

V. Pejabat yang berwenang menghukum 1. Presiden

2. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat

3. Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang setara 4. Pejabat struktural eselon II dan pejabat yang setara 5. Pejabat Struktural eselon III dan pejabat yang setara 6. Pejabat Struktural eselon IV dan pejabat yang setara

(34)

7. Pejabat Struktural eselon V dan pejabat yang setara

Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan :

A. PNS yang menduduki jabatan :

1. struktural eselon I di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin;

2. fungsional tertentu jenjang Utama di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d dan golongan ruang IV/e di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin;

4. struktural eselon II dan fungsional tertentu jenjang Madya dan Penyelia di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin;

5. struktural eselon II di lingkungan instansi vertikal dan pejabat yang setara yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis hukuman disiplin;

6. fungsional umum golongan ruang IV/a sampai dengan golongan ruang IV/c di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin;

7. struktural eselon III ke bawah, fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke bawah di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin; dan

8. fungsional umum golongan ruang III/d ke bawah di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin.

B. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang menduduki jabatan:

1. struktural eselon I untuk jenis hukuman disiplin;

2. fungsional tertentu jenjang Utama untuk jenis hukuman disiplin;

3. fungsional umum golongan ruang IV/d dan golongan ruang IV/e untuk jenis hukuman disiplin; dan

4. struktural eselon II ke bawah dan fungsional tertentu jenjang Madya dan Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman disiplin;

C. PNS yang diperbantukan di lingkungannya yang menduduki jabatan:

➢ struktural eselon I untuk jenis hukuman disiplin;

➢ fungsional tertentu jenjang Utama untuk jenis hukuman disiplin;

➢ fungsional umum golongan ruang IV/d dan golongan ruang IV/e untuk jenis hukuman disiplin;

➢ struktural eselon II dan fungsional tertentu jenjang Madya untuk jenis hukuman disiplin;

➢ fungsional umum golongan ruang IV/a sampai dengan golongan ruang IV/c untuk jenis hukuman disiplin;

➢ struktural eselon III ke bawah dan fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman disiplin; dan

➢ fungsional umum golongan ruang III/d ke bawah untuk jenis hukuman disiplin;

Gambar

Gambar 3.2 Empat Peran Kepemimpinan
Gambar 3.3: Empat karakteristik kepemimpinan pribadi
Gambar 3.4: Apa yang dilakukan oleh Pemimpin Yang Sukses?

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini membahas konsep etika dalam profesi guru, berbagai peran guru, kedudukan guru sebagai tenaga profesional, pengembangan kompetensi dan profesi guru, guru

Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah membahas tentang etika dan moral agar mahasiswa mempunyai tanngung jawab moral serta dapat mengimplementasikan etika profesi dalam

pengembangan perangkat pembelajaran mata kuliah pendidikan anti korupsi bagi mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, khususnya di Universitas Kanjuruhan

Upaya untuk menenamkan sifat dan budaya anti korupsi, sebaiknya seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia seperti UPI dengan mata kuliah

Etika & Tanggung Jawab Profesi Mata kuliah ETP Æ diharapkan dalam menjalani profesi hukum bisa menjadi panutan/bisa menjalani profesi dengan baik, apalagi kondisi sekarang

Upaya untuk menenamkan sifat dan budaya anti korupsi, sebaiknya seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia seperti UPI dengan mata kuliah

Model Pembelajaran Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi Program Studi Hubungan Internasional Unmul Pada Program Studi Hubungan Internasional, pengampu mata kuliah Pendidikan

Bentuk pemberian pendidikan anti korupsi dapat diselenggarakan melalui mata kuliah atau di sisipkan dalam mata kuliah yang relevan.13 Selain itu pula dapat diberikan melalui kegiatan