Pengaruh Biological Asset Intensity, Ukuran Perusahaan, dan Tingkat Internasionalisasi Terhadap Pengungkapan Aset Biologis (Pada Perusahaan Agrikultur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)
Lentina Diah Jamilatus Sa’diyah1, Muhaimin Dimyati 2, Wahyuning Murniati 3 STIE Widya Gama Lumajang
E-mail: [email protected]
Abstrak
Perusahaan agrikultur memiliki aset berupa hewan maupun tanaman hidup yang mengalami transformasi biologis dalam aktivitas pengelolaannya. Aset berupa hewan dan tanaman hidup inilah yang disebut sebagai aset biologis. Pengungkapan informasi atas aset biologis sangat diperlukan mengingat kontribusinya dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. PSAK 69: Agrikultur yang baru disahkan pada Desember 2015 tentunya membawa dampak pada penyajian laporan keuangan perusahaan agrikultur di Indonesia. Penelitian ini menganalisis praktik pengungkapan akuntansi di bidang agrikultur terhadap aset biologis berdasarkan PSAK 69: Agrikultur pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017. Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa hipotesis terkait faktor penentu tingkat perusahaan, yaitu biological asset intensity, ukuran perusahaan, dan tingkat internasionalisasi terhadap pengungkapan aset biologis perusahaan. Sampel terpilih sebanyak 45 perusahaan diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data sekunder diperoleh dengan metode dokumentasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial biological asset intensity dan tingkat internasionalisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa biological asset intensity, ukuran perusahaan, dan tingkat internasionalisasi berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis.
Kata Kunci: Aset biologis, Biological Asset Intensity, Ukuran Perusahaan, Tingkat Internasionalisasi, Pengungkapan Aset Biologis.
Abstract
Agricultural companies have assets in the form of animals and living plants that undergo biological transformation in their management activities. These assets in the form of animals and living plants are referred to as biological assets. Disclosure of information on biological assets is very necessary given its contribution in generating profits for the company. PSAK 69: Agriculture that was just passed in December 2015 certainly had an impact on the presentation of the financial statements of agricultural companies in Indonesia. This study analyzes the practice of disclosure of accounting in agriculture to biological assets based on PSAK 69: Agriculture in agricultural companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2013-2017. This study aims to examine several hypotheses related to company- level determinants, namely the biological asset intensity, company size, and the internationalization level on disclosure of the company's biological assets. The selected sample of 45 companies was obtained using purposive sampling technique. Secondary data
obtained by the documentation method which was then analyzed using multiple linear regression analysis. The results showed that partially the biological asset intensity and the internationalization level had a significant negative effect on the disclosure of biological assets, while the size of the company had no effect on disclosure of biological assets.
Simultaneous testing results show that the biological asset intensity, company size, and internationalization level affect the disclosure of biological assets.
Keywords: Biological Assets, Biological Asset Intensity, Company Size, Internationalization Level, Biological Asset Disclosures.
PENDAHULUAN
Melimpahnya keanekaragaman hayati Indonesia terbentuk dari beberapa faktor, diantaranya dari segi astronomi, geologi, serta geografis. Fakta melimpahnya keanekaragaman hayati tersebut menjadikannya sebagai salah satu tulang punggung dalam perkembangan ekonomi di Indonesia yang berkelanjutan (green economy). Perusahaan di bidang agrikultur yang mencakup berbagai aktivitas seperti peternakan, kehutanan, tanaman semusim (annual) atau tahunan (perennial), budidaya kebun dan perkebunan, budidaya bunga, dan budidaya perikanan (termasuk peternakan ikan) memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan sektor industri lain. Hal ini ditunjukkan oleh adanya aktivitas pengelolaan dan transformasi biologis atas aset yang dimiliki yang berupa hewan maupun tanaman hidup.
Keunikan aset yang ada pada perusahaan agrikultur inilah yang disebut dengan aset biologis.
Adanya proses transformasi biologis mengakibatkan diperlukannya suatu pengukuran yang dapat menunjukkan nilai aset secara wajar yang sesuai dengan kontribusinya dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Untuk menunjukkan nilai aset biologis pada suatu perusahaan, maka pihak perusahaan perlu melakukan pengungkapan informasi laporan keuangan yang disampaikan melalui laporan tahunan (annual report). Pengungkapan informasi keuangan secara penuh didasari oleh kebutuhan para pengguna laporan yang berubah-ubah sehingga hal ini menyebabkan meningkatnya persyaratan pengungkapan secara substansial. Pada pertengahan tahun 2015, DSAK IAI (Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia) memutuskan untuk mengadopsi IAS 41 Agriculture dengan menerbitkan Exposure Draft (ED) PSAK 69: Agrikultur yang kemudian disahkan pada 16 Desember 2015. Pengesahan ED PSAK 69 berdampak pada penyajian laporan keuangan perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang agrikultur. Melihat fenomena yang terjadi di Indonesia, dimana banyak perusahaan-perusahaan agrikultur mulai berkembang, maka sudah seharusnya perusahaan-perusahaan tersebut melakukan pengungkapan pengelolaan aset biologis (aset hewan dan tanaman hidup) dalam laporan tahunan (annual report), serta berbagai kebijakan akuntansi yang terkait dengan pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan aset biologis yang ada dalam PSAK 69 harus segera diterapkan oleh perusahaan agrikultur di Indonesia.
Berdasarkan penelitian terdahulu, faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis diantaranya: Biological asset intensity (intensitas aset biologis), merupakan gambaran seberapa besar nilai investasi prusahaan terhadap aset biologis. Jika sebuah perusahaan memiliki nilai aset biologis yang tinggi, maka perusahaan tersebut cenderung ingin mengungkapkannya dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Goncalves & Patricia, 2014; Yurniwati et al., 2018) memperoleh hasil bahwa intensitas aset biologis berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis. Ukuran perusahaan, menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan maka semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan informasi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Goncalves
& Patricia, 2015; Yurniwati et al., 2018) memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis. Tingkat internasionalisasi perusahaan juga sangat berkaitan erat dengan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini karena perusahaan yang telah berada pada posisi internasional secara otomatis dituntut untuk meningkatkan pengungkapan informasi keuangannya, mengingat bahwa perusahaan yang besar dengan tingkat kompleksitas aktivitas yang tinggi pasti memiliki stakeholder yang lebih banyak. Penelitian (Lestari, 2016) memperoleh hasil bahwa internasionalisasi berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela melalui internet.
Penelitian (Goncalves & Patricia, 2015) memperoleh hasil bahwa tingkat internasionalisasi berpengaruh negatif terhadap pengungkapan wajib dan sukarela terhadap aset biologis.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh (Yurniwati et al., 2018). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah, pertama dalam penelitian ini peneliti memilih periode penelitian tahun 2013-2017, sedangkan pada penelitian sebelumnya meneliti tahun 2012-2015. Kedua, dalam penelitian ini peneliti menambahkan variabel baru yaitu tingkat internasionalisasi. Ketiga, dalam penelitian ini peneliti menggunakan item pengungkapan aset biologis berdasarkan PSAK 69, sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan item pengungkapan aset biologis berdasarkan IAS 41.
Alasan peneliti menggunakan item pengungkapan aset biologis berdasarkan PSAK 69 adalah terkait disahkannya PSAK 69: Agrikultur pada Desember 2015 sehingga peneliti ingin mengetahui apakah perusahaan agrikultur di Indonesia telah melakukan pengungkapan aset biologis yang dikelolanya di dalam laporan tahunan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah biological asset intensity, ukuran perusahaan, dan tingkat internasionaisasi secara parsial berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis.
Serta Untuk mengetahui apakah biological asset intensity, ukuran perusahaan dan tingkat internasionalisasi secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Adapun jenis data yang digunakan adalah data sekunder, sedangkan sumber data yang digunakan berupa sumber data eksternal.
Data diperoleh dari laporan tahunan yang telah diterbitkan oleh perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017 yang diperoleh dari website resmi Buersa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor agrikultur, baik dari sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, serta sub sektor lainnya yang termasuk dalam sektor agrikultur yang terdafatar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel yang terpilih sejumlah 45 perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017 yang memiliki kriteria tertentu yang mendukung penelitian.
Operasionalisasi Variabel
Biological asset intensity (intensitas aset biologis) menggambarkan seberapa besar investasi perusahaan terhadap aset biologis yang dimiliki perusahaan tersebut (Yurniwati et al., 2018).
Biological Asset Intensity sesuai dengan rasio antara aset biologis dan total aset (Goncalves &
Patricia, 2015).
Ukuran perusahaan merupakan skala yang mengelompokkan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil yang dapat dilihat dari besarnya total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata- rata tingkat penjualan, serta jumlah penjualan (Machfoedz, 1994) dalam (Yurniwati et al., 2018). Ukuran perusahaan diukur berdasarkan logaritma dari total aset (Goncalves & Patricia, 2015).
Feng dan Jui (2012) dalam (Pithaloka & Andry, 2016) menjelaskan bahwa internasionalisasi fokus sebagai strategi perusahaan yang berekspansi dalam penjualan barang maupun jasa pada pasar asing. Tingkat internasionalisasi sesuai dengan rasio antara penjualan asing dengan total penjualan (Goncalves & Patricia, 2015).
Pengungkapan aset biologis merupakan penyampaian informasi secara formal di dalam laporan tahunan oleh perusahaan agrikultur terkait dengan aset biologis yang dikelolanya.
Pengungkapan aset biologis diukur dengan membandingkan total skor yang diperoleh dari indeks pengungkapan aset biologis dengan total skor yang diwajibkan menurut PSAK 69.
Item pengungkapan terdapat pada tabel 1. Indeks pengungkapan yang akan digunakan untuk mengukur luas pengungkapan aset biologis diperoleh dengan cara apabila setiap item diungkap dalam laporan tahunan, maka diberi skor 1 (satu), dan apabila tidak diungkapkan maka diberi skor 0 (nol). Pengukuran luas pengungkapan aset biologis dilakukan dengan menggunakan Indeks Wallace dengan rumus sebagai berikut:
Tabel 1 Indeks Pengungkapan Aset Biologis Paragraf
PASK 69 Indeks Pengungkapan Skor
Mandatory Items:
40 Keuntungan atau kerugian yang timbul selama periode berjalan:
40 Pengakuan awal aset biologis 1
40 Pengakuan awal produk agrikultur 1
40 Perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual 1 41 Deskripsi dari setiap kelompok aset biologis 1
42 Penjelasan paragraf 41 1
42 Penjelasan pengungkapan paragraf 41 1
46 Penjelasan aktivitas perusahaan dengan masing-masing
kelompok aset biologis 1
46 Penjelasan tahapan pengukuran nonkeuangan:
46 Aset yang tersedia di akhir periode 1
46 Hasil agrikultur selama periode tersebut 1
46
Asumsi dan metode yang digunakan dalam menentukan nilai wajar dari masing-masing produk agrikultur pada titik panen
dan setiap kelompok aset biologis
1 46 Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual produk agrikultur
yang dipanen pada periode tersebut 1 49 Informasi terkait aset biologis yang dibatasi atau dijaminkan 1 49 Komitmen dalam pembangunan atau akuisisi aset biologis 1 49 Strategi manajemen terkait resiko keuangan aset biologis 1 50 Penyajian rekonsiliasi perubahan jumlah tercatat aset biologis
antara awal periode dan akhir periode berjalan 1
50 Rekonsiliasi yang meliputi desegregasi 1
Pengungkapan tambahan ketika nilai wajar tidak dapat diukur secara andal
54
Pengungkapan jika entitas mengukur aset biologis pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan
nilai pada akhir periode
54 Deskripsi aset biologis 1
54 Penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat diukur secara
andal 1
54 Rentang estimasi keberadaan nilai wajar atau perkiraan
tingkat ketidaksesuaian nilai wajar 1
54 Metode penyusutan yang digunakan 1
54 Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan 1 54
Jumlah tercatat nilai bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan akumulasi kerugian penurunan nilai)
pada awal dan akhir periode
1 55 Pengakuan keuntungan atau kerugian pelepasan aset biologis 1 55 Kerugian penurunan nilai terkait penghentian aset biologis 1 55 Pembalikan rugi penurunan nilai terkait penghentikan aset
biologis 1
55 Penyusutan terkait penghentian aset biologis 1 56
Pengungkapan entitas terkait nilai wajar aset biologis yang sebelumnya diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai menjadi dapat diukur secara andal selama periode berjalan
56 Deskripsi aset biologis 1
56 Penjelasan mengapa nilai wajar dapat diukur secara andal 1
56 Dampak perubahan tersebut 1
57 Hibah Pemerintah
57 Pengungkapan entitas terkait hibah pemerintah dalam
aktivitas agrikultur 1
57 Sifat dan cakupan hibah pemerintah yang diakui dalam
laporan keuangan 1
57 Kondisi yang belum terpenuhi dan kontinjensi lainnya yang
melekat pada hibah pemerintah 1
57 Perkiraan penurunan signifikan dalam jumlah hibah
pemerintah 1
Non-mandatory but recommended items:
43 Deskripsi kuantitatif terhadap setiap kelompok aset biologis:
43 Aset yang dapat dikonsumsi dan aset produktif (bearer
biological assets) 1
43 Aset biologis menghasilkan (mature) dan aset biologis belum
menghasilkan (imature) 1
51
Pengungkapan terpisah atas perubahan fisik atau perubahan harga yang mengakibatkan jumlah nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual aset biologis dalam laba rugi berubah
1 36 Sumber: PSAK 69 Agrikultur
Teknik Analisis Data
Satatistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, dan minimum dari masing-masing sampel (Ghozali, 2013:19).
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi syarat regresi linier, yaitu penaksir tidak bias dan terbaik. Ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi agar kesimpulan hasil pengujian tidak bias, diantaranya:
Uji Normalitas. Pengujian normalitas residual data dalam penelitian ini menggunakan One- Sample Kolmogorov Smirnow Test (K-S), yang mana jika tingkat signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi secara normal (Ghozali, 2013).
Uji Multikolinieritas.Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas, dalam penelitian ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10 maka model dinyatakan tidak mengandung multikolinieritas.
Uji Autokorelasi. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson (DW test). Apabila angka d terletak antara dU sampai dengan (4 – dU) maka dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji glejser adalah sebagai berikut:
1. J f (S .) > α (0,05), m d p d mp d r d heteroskedastisitas dalam model regresi.
2. J f (S .) < α (0,05), m d p d mp r d heteroskedastisitas dalam model regresi.
Analisis Regresi
Analisis penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Regresi linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk meguji biological asset intensity, ukuran perusahaan, dan tingkat internasionalisasi terhadap pengungkapan aset biologis. Adapun model regresi berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan:
Y = Pengungkapan Aset Biologis
a = Intercept (kostanta) yaitu nilai perkiraan Y jika X=0 b1, b2 & b3 = Koefisien regresi
X1 = Biological Asset Intensity
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Tingkat Internasionalisasi
e = Nilai residu (nilai-nilai dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan)
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:95).
Uji Hipotesis Uji Parsial (t test)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:171). Tingkat signifikansi yang digunakan dalam
p d h α = 0,05. d p r r p y d d h b berikut:
1. J h ≤ b S f (S .) > 0,05 m H d r m d H ditolak.
2. Jika nilai t hitung > t tabel atau nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima.
Uji Pengaruh Simultan (F test)
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2013:171). Tingkat f y d d m p d h α = 0,05. d p r r p yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. J F h ≤ F b S f (S .) > 0,05 m H d r m d H ditolak.
2. Jika nilai F hitung > F tabel atau nilai Signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Biological Asset Intensity 45 .04 .61 .3009 .16376
Ukuran Perusahaan 45 26.47 31.14 29.7307 1.32145 Tingkat Internasionalisasi 45 .00 .87 .2445 .20205
Pengungkapan Aset Biologis
45 .53 .69 .5938 .03774
Valid N (listwise) 45 Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 45 sampel penelitian.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .02991855 Most Extreme Differences
Absolute .128
Positive .128
Negative -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .861
Asymp. Sig. (2-tailed) .449
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa uji normalitas One-Sample Kolmogorov Smirnow Test (K-S) dengan model unstandardizied memperoleh hasil sebesar 0,449 sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini memiliki nilai signifikansi > 0,05 yang artinya data berdistribusi secara normal.
Uji Muktikolinieritas
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Biological Asset Intensity .250 4.000
Ukuran Perusahaan .292 3.430
Tingkat Internasionalisasi .524 1.907 Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua variabel independen dalam penelitian ini > 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk semua variabel independen dalam penelitian ini < 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Tabel 5 Hasil Uji Autokorelasi Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 .609a .371 .325 .03099 1.748
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW test) sebesar 1,748 dengan nilai dU sebesar 1,666 dan (4-dU) sebesar 2,334 maka Durbin-Watson terletak di antara dU sampai dengan (4-dU), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat masalah autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficient
s t Sig.
B Std.
Error
Beta
1 (Constant) .206 .119 1.737 .090
Biological Asset Intensity -.029 .032 -.269 -.926 .360
Ukuran Perusahaan -.006 .004 -.439 -
1.631 .110 Tingkat Internasionalisasi .009 .018 .106 .526 .601 a. Dependent Variable: Abs_RES
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 6, menunjukkan nilai signifikansi (Sig.) pada setiap variabel > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficient
s
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .742 .214 3.459 .001
Biological Asset Intensity -.167 .057 -.723 - 2.921
.006 Ukuran Perusahaan -.003 .007 -.091 -.399 .692 Tingkat Internasionalisasi -.082 .032 -.438 -
2.561 .014 a. Dependent Variable: Pengungkapan Aset Biologis
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2019)
Berdasarkan output hasil analisis regresi linier berganda pada tabel 7, maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Y = 0,742 – 0,167X1 – 0,003X2 – 0,082X3
Koefisien Determinasi
Tabel 8 Hasil Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 .609a .371 .325 .03099 1.748
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2019)
Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkan dari nilai Adjusted R Square sebesar 0,325 mengandung arti bahwa variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 32,5%, di mana ini merupakan kontribusi variabel biological asset intensity, ukuran perusahaan, dan tingkat internasionalisasi terhadap variasi pengungkapan aset biologis, sedangkan sisanya sebesar 67,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil Pengujian Hipotesis Uji Parsial (t test)
Tabel 9 Hasil Uji Parsial (t test) Model
Unstandardized Coefficients
Standardize d Coefficient
s
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .742 .214 3.459 .001
Biological Asset Intensity
-.167 .057 -.723 -2.921 .006 Ukuran Perusahaan -.003 .007 -.091 -.399 .692 Tingkat
Internasionalisasi
-.082 .032 -.438 -2.561 .014 a. Dependent Variable: Pengungkapan Aset Biologis
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2019)
Berdasarkan output hasil uji t pada tabel 9, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
Pengujian Hipotesis 1
H0: Biological asset intensity tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis H1: Biological asset intensity berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Biological asset intensity memiliki nilai t hitung > t tabel (–2,921 > –2,020). Penentuan t b m α = 0,05 d r m b = (α/2 ; -k-1 atau df residual) sehingga didapatkan nilai t tabel sebesar 2,020. Tingkat signifikansi biological asset intensity lebih kecil dari alpha (0,006 < 0,05), dengan demikian maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa biological asset intensity (X1) secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis.
Pengujian Hipotesis 2
H0: Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Ukuran perusahaan memiliki nilai t hitung < dari t tabel (–0,399 < –2,020). Penentuan t tabel m α = 0,05 d r m b = (α/2 ; -k-1 atau df residual) sehingga didapatkan nilai t tabel sebesar 2,020. Tingkat signifikansi ukuran perusahaan lebih besar dari alpha (0,692 > 0,05), dengan demikian maka H0 diterima dan H2 ditolak.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (X2) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis.
Pengujian Hipotesis 3
H0: Tingkat internasionalisasi tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis H3: Tingkat internasionalisasi berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis
Tingkat internasionalisasi memiliki nilai t hitung > t tabel (–2,561 > –2,020). Penentuan t b m α = 0,05 d r m b = (α/2 ; -k-1 atau df residual) sehingga didapatkan nilai t tabel sebesar 2,020. Tingkat signifikansi tingkat internasionalisasi lebih kecil dari alpha (0,014 < 0,05), dengan demikian maka H0 ditolak dan H3 diterima.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat internasionalisasi (X3) secara parsial berpengaruh negative signifikan terhadap pengungkapan aset biologis.
Uji Pengaruh Simultan (F test)
Tabel 10 Hasil Uji Pengaruh Simultan (F test)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .023 3 .008 8.076 .000b
Residual .039 41 .001
Total .063 44
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (2019)
Pengujian Hipotesis 4
H0: Biological asset intensity, ukuran perusahaan, dan tingkat internasionalisasi secara simultan tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan Aset Biologis
H4: Biological asset intensity, ukuran perusahaan, dan tingkat internasionalisasi secara simultan berpengaruh terhadap Pengungkapan Aset Biologis
Berdasarkan output hasil uji F pada tabel 10, menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (8,076 > 2,83). Penentuan F tabel menggunakan rumus F tabel = (k ; n-k) sehingga didapatkan nilai F tabel sebesar 2,83. Tingkat signifikansi lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,05), dengan demikian maka H0 ditolak dan H4 diterima. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa biological asset intensity, ukuran perusahaan, dan tingkat internasionalisasi secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis.
Pembahasan
Pengaruh Biological Asset Intensity terhadap Pengungkapan Aset Biologis
Besarnya intensitas aset biologis pada perusahaan agrikultur tidak menjamin keluasan pengungkapan aset biologis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa skor pengungkapan aset biologis pada perusahaan agrikultur baik yang intensitas aset biologisnya besar maupun yang intensitas aset biologisnya kecil tidak jauh berbeda. Hal ini terjadi karena aset biologis merupakan aset utama yang dimiliki oleh perusahaan agrikultur sehingga bagaimanapun keadaannya perusahaan akan tetap mengungkapkan aset biologisnya. Penyebab lainnya adalah standar akuntansi terkait pengungkapan aset biologis yang baru disahkan pada Desember 2015 dan baru akan berlaku efektif pada Januari 2018, yang menyebabkan perusahaan dengan intensitas aset biologis yang lebih besar beranggapan bahwa beberapa hal terkait aset biologisnya belum wajib untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Pramitasari, 2018) yang menyatakan bahwa biological asset intensity berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Aset Biologis
Perusahaan agrikultur yang memiliki total aset dalam jumlah besar terkadang belum tentu memiliki aset biologis yang besar pula, sehingga hal ini menunjukkan bahwa perusahaan agrikultur yang memiliki total aset dalam jumlah besar tidak menjamin akan memperhatikan keluasan dan kelengkapan pengungkapan aset biologisnya dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki total aset dalam jumlah kecil. Perusahaan agrikultur yang total asetnya kecil, mereka juga memiliki kepentingan yang sama untuk menarik perhatian pihak eksternal, sehingga perusahaan agrikultur yang memiliki total aset dalam jumlah kecil akan tetap mengungkapkan aset biologis yang dimilikinya minimal agar dapat bersaing dengan perusahaan besar. Penyebab lainnya adalah standar akuntansi agrikultur yang baru akan berlaku efektif pada Januari 2018, yang menyebabkan beberapa perusahaan besar beranggapan bahwa hal-hal tertentu terkait aset biologisnya belum wajib untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Dengan demikian, ukuran perusahaan agrikultur baik itu perusahaan berukuran kecil, menengah, maupun besar tidak memberikan pengaruh terhadap pengungkapan aset biologis. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Alfiani, 2019; Kusumadewi, 2018) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis.
Pengaruh Tingkat Internasionalisasi terhadap Pengungkapan Aset Biologis
Tingginya tingkat internasionalisasi tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut melakukan pengungkapan aset biologis yang lebih luas dan lengkap dibandingkan dengan perusahaan agrikultur yang tingkat internasionalisasinya rendah. Terbukti dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa skor pengungkapan aset biologis pada perusahaan agrikultur yang tingkat internasionalisasinya tinggi tidak jauh berbeda dengan perusahaan agrikultur yang tingkat internasionalisasinya rendah. Perusahaan agrikultur yang tingkat internasionalisasinnya rendah terkadang justru melakukan pengungkapan secara lebih lengkap dibanding perusahaan yang tingkat internasionalisasinya tinggi. Hal ini terjadi juga dikarenakan standar akuntansi terkait pengungkapan aset biologis yang baru akan berlaku efektif pada Januari 2018, sehingga perusahaan agrikultur dengan tingkat internasionalisasi yang tinggi sekalipun, beranggapan bahwa sebelum standar tersebut berlaku efektif beberapa hal terkait aset biologisnya belum wajib untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Goncalves & Patricia, 2015) yang menyatakan bahwa tingkat internasionalisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis.
Pengaruh Biological Asset Intensity, Ukuran Perusahaan, dan Tingkat Internasionalisasi secara simultan terhadap Pengungkapan Aset Biologis
Hasil secara simultan menjelaskan bahwa biological asset intensity, ukuran perusahaan, dan tingkat internasionalisasi secara bersama-sama mempengaruhi pengungkapan aset biologis.
Biological asset intensity, didukung oleh teori yang menjelaskan bahwa aset biologis adalah aset berupa hewan atau tanaman hidup yang merupakan aset utama yang dimiliki oleh perusahaan agrikultur. Sebagai aset utama, sudah seharusnya besarnya proporsi investasi perusahaan terhadap aset biolgis yang dimilikinya juga diungkapkan di dalam laporan tahunan sebagai bentuk pelaporan perusahaan agrikultur atas aset yang telah dikelolanya yang merupakan sumber laba bagi perusahaan agrikultur. Perusahaan agrikultur yang total asetnya besar cenderung akan melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas dan lengkap, namun tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan kecil untuk mengungkapkan aset biologis yang dimilikinya secara lengkap sebagai upaya untuk menarik perhatian pihak eksternal serta untuk bersaing dengan perusahaan besar. Perusahaan yang telah melakukan proses internasionalisai memiliki banyak pemangku kepentingan yang menginginkan sebuah transparansi infomasi, sehingga perusahaan yang telah melakukan proses internasionalisasi akan berusaha meningkatkan pengungkapan informasinya di dalam laporan tahunan parusahaan. Penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh (Kusumadewi, 2018) yang menyatakan bahwa biological asset intensity dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis, dan penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, 2016) yang memperoleh hasil bahwa internasionalisasi berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela melalui internet financial reporting (IFR).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa secara parsial Biological Asset Intensity berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017, Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017, dan Tingkat Internasionalisasi berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan aset biologis pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017. Sedangkan hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa Biological Asset Intensity, Ukuran Perusahaan, dan Tingkat Internasionalisasi berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis pada perusahaan agrikultur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2017. Saran dari peneliti untuk penelitian di masa yang akan datang yaitu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel lain untuk diuji yang mungkin berpengaruh terhadap pengungkapan aset biologis, diharapkan penelitian
selanjutnya menggunakan periode pengamatan terbaru serta memperpanjang periode pengamatan penelitian agar dapat memberikan gambaran terkini mengenai pengungkapan aset biologis. Bagi perusahaan agrikultur, diharapkan lebih memperhatikan pengungkapan aset biologis yang dikelolanya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiani, L. K. (2019). Pengaruh Biological Asset Intensity, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Konsentrasi Kepemilikan Manajerial, dan Jenis KAP Terhadap Pengungkapan Aset Biologis. (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Argiles, J. M., & Eric J. S. (2001). New Opportunities for Farm Accounting. The European Accounting Review, 10(2), 361-383.
Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan dan Tahunan. Diperoleh pada 7 Februari 2019 http://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/
Darmawan, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Duwu, M. I., Sylvia C. D., & Hastutie N. A. (2018). Pengaruh Biological Asset Intensity, Ukuran Perusahaan, Konsentrasi Kepemilikan, Jenis KAP, dan Profitabilitas Terhadap Biological Asset Disclosure. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Daerah, 13(2), 56-57.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Goncalves, R., & Patricia L. (2014). Financial Determinant of Agricutural Financial Reporting. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 110, 470-481.
Goncalves, R., & Patricia L. (2015). Accounting in Agriculture: Disclosure Practices of Listed Firms. Portuguese Journal of Accounting and Management.
IAI. (2016). Berita pengesahan PSAK 69 dan Amandemen PSAK 16. Diperoleh pada 28 Desember 2018 http://iaiglobal.or.id/V03/berita-kegiatan/detailarsip-889
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), D. S. A. K. (2016). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
IAI.
Kieso, D. E., Jerry J. W., & Terry D. W. (2018). Akuntansi Keuangan Menengah-Volume 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Kusumadewi, A. A. (2018). Pengaruh Biological Asset Intensity dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Aset Biologis (Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Periode 2017). (Skripsi). Universitas Pasundan, Bandung.
Lestari, P. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Internet Financial Reporting (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah).
Menteri Perdagangan republik Indonesia. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Diperoleh pada 26 januari 2019 http://jdih.kemendag.go.id
Pithaloka, R., & Andry I. (2016). Pengaruh Status Perusahaan (Multinasional/Domestik) dan Degree of Internationalization (DOI) Terhadap Firm Performance. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Pramitasari, R. K. D. (2018). Pengaruh Faktor Firm Level Terhadap Pengungkapan Aset Biologis Pada Perusahaan Perebunan Terdaftar di BEI Tahun 2012-2016. (Skripsi).
Universitas Airlangga, Surabaya.
Ula, F., Sochib, S., & Ermawati, E. (2018, August). Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Stuktur Kepemilikan Publik Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI. In Proceedings Progress Conference (Vol. 1, No. 1, pp. 670-680).
Ridwan, A. (2011). Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT Perkebunan Nusantara XIV Makassar (Persero). (Skripsi). Universitas Hasanuddin, Makassar.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuatitatif-Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Prenadamedia Group.
Suwardjono. (2006). Teori Akuntansi-Perekayasaan Pelaporan Keuangan-Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE.
Trina, I. (2017). Analisis Perlakuan Akuntansi dan Deplesi Aset Biologis Berdasarkan IAS 41 pada Perusahaan Peternakan (Studi Kasus pada CV Milkindo Berka Abadi Kepanjen). (Skripsi). Universitas Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Yadiati, W. (2007). Teori Akuntansi:Suatu Pengantar. Jakarta: Prenadamedia Group.
Yurniwati, Amsal D., & Frida A. (2018). Effect of Biological Asset Intensity, Company Size, Ownership Concentration, and Type Firm Against Biological Asst Disclosure. The Indonesian Journal of Accounting Research, 21(1), 121-146.
Zulkifli, A. (2017). Dasar-dasar Ilmu Lingkungan. Jakarta: Salemba Teknika.