Kutipan hanya untuk tujuan pendidikan, penelitian, penulisan artikel ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu permasalahan; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan Universitas Maritim Raja Ali Haji. Dilarang mempublikasikan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin Universitas Maritim Raja Ali Haji. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
RIEZKI MEININDA, Pengaruh perbedaan bobot awal benih dengan pemberian pupuk cair terhadap laju pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui jalur SNMPTN, dan penulis diterima di program sarjana Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Sebagai salah satu yang akan menempuh studi S1 di Program Sarjana Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
Shavika Miranti, S.Pi, M.Si, Ketua Departemen Budidaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji yang memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan
- Manfaat
Berdasarkan hal tersebut, perlu diketahui pengaruh perbedaan bobot awal benih dengan pemberian pupuk cair terhadap laju pertumbuhan benih rumput laut Kappaphycus alvarezii di masa depan. Apakah bobot awal benih dapat berbeda dengan pemberian pupuk cair pada rumput laut Kappaphycus alvarezii untuk mempercepat pertumbuhan bibit rumput laut di masa depan? Berapa berat benih yang optimal untuk menyerap unsur hara pada pupuk sehingga dapat mempercepat pertumbuhan benih rumput laut Kappaphycus alvarezii kedepannya.
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan bobot awal benih dan pemberian pupuk cair terhadap laju pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii. Untuk menentukan bobot benih awal yang optimal digunakan pupuk cair yang diberikan pada benih rumput laut Kappaphycus alvarezii.
TINJAUAN PUSTAK A
- Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Varian Hijau
- Kebutuhan N utrisi Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
- Klasifikasi Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Varian Hijau
- Morfologi Kappaphycus alvarezii
- Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii
- Habitat dan Penyebaran Kappaphycus alvarezii
- Komposisi Pupuk Organik Cair
- Pemberian Pupuk Cair Pada Rumput Laut
Bibit potensial rumput laut yang telah disiapkan dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran atau organisme yang menempel. Hasil parameter pertambahan bobot absolut rumput laut seluruh perlakuan A, B, C, D dan E dapat dilihat pada Gambar 5 berikut. Tingkat kelangsungan hidup rumput laut (Catatan: A: bobot benih 1 g, Perlakuan B: bobot benih 2 g, Perlakuan C: bobot benih 3 g, Perlakuan D: bobot benih 4 g, Perlakuan E: bobot benih benih 5 g).
Menurut (Hamid, 2009), pertumbuhan rumput laut disebabkan oleh cukupnya unsur hara di dalam air untuk pertumbuhannya. Menurut Hendrajat (2008), pertambahan panjang rumput laut disebabkan karena alga tersebut sudah memasuki fase pemanjangan sel karena ketersediaan unsur hara dari pupuk cukup untuk pertumbuhannya, karena kandungan nitrogen yang tinggi mempengaruhi pertumbuhannya. (berat dan panjang) rumput.laut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Yudasmara (2014) yang menyatakan bahwa suhu yang baik untuk rumput laut adalah 27,5⁰C.
Nilai salinitas media budidaya benih rumput laut yang diperoleh berkisar antara 29-30 ppt. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan berbagai jenis pupuk cair seberat 1 gram terhadap laju pertumbuhan rumput laut K.alvarezii. Pengaruh panjang thallus yang berbeda dengan berat awal yang sama terhadap pertumbuhan bibit rumput laut K.alvarezii.
Pengaruh perendaman pupuk organik cair dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan rumput laut (Caulerpa lentifera). Pertumbuhan rumput laut Eucheuma spinosum dengan perlakuan berbeda asal usul dan berat thallus di Teluk Lampung Provinsi Lampung. Aklimatisasi Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dihasilkan dari kultur jaringan dengan kepadatan berbeda di akuarium rumah kaca.
METODE PEN ELITIAN
Waktu dan Tempat
Sedangkan lokasi penelitiannya berada di Balai Benih Ikan di Desa Pengujan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.
Alat dan BahaN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cairan superbionik yang diperoleh dari pasar dan bibit rumput laut calon Kappaphycus alvarezii yang dipesan dari Pulau Jaga Kabupaten Karimun.
Metode dan Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian
- Sterilisasi Air Laut
- Wadah dan Tanaman Uji
- Persiapan Pupuk
- Persiapan Calon Bibit
- Pemeliharaan Calon Bibit
Pupuk yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk organik cair PSBN dengan dosis 3,5 mL/L dengan dosis total pupuk organik cair untuk 15 pot sebesar 78,75 mL/L. Konsumsi pupuk selama penelitian sebanyak 5 kali pergantian pupuk, sehingga konsumsi pupuk sebesar 78,75 ml/L dikali 5 kali pergantian pupuk sehingga total konsumsi pupuk adalah 393,75 ml/L. Kemudian pupuk yang telah disesuaikan dengan perlakuannya dilarutkan dalam toples plastik berisi 1,5 L air laut.
Syarat bibit rumput laut Kappaphycus alvarezii yang dipilih adalah bibit yang masih muda, segar, bersih dan bebas dari hama lain. Kemudian benih yang akan datang ditimbang dari masing-masing perlakuan yaitu 1 gram, 2 gram, 3 gram, 4 gram dan 5 gram. Benih yang akan datang kemudian disebarkan ke dalam wadah bekas yang telah diisi air dan dicampur dengan pupuk.
Jika air tampak berkurang, tambahkan air laut hingga ketinggian air yang tertera pada media. Benih rumput laut disimpan dalam wadah terkontrol selama 35 hari dan kemudian diukur kualitas airnya. Kemudian dilakukan pengambilan sampel untuk mengukur berat benih potensial dengan cara mengangkat benih potensial tersebut ke atas permukaan air dan mengeringkannya terlebih dahulu sebelum menimbang benih.
Proses pengambilan sampel dilakukan setiap 7 hari sekali, selanjutnya dilakukan kegiatan pemantauan kualitas air setiap 7 hari sekali, disertai dengan pengukuran berat.
Parameter yang Diamati
- Pertumbuhan Bobot Mutlak
- Laju Pertumbuhan Harian (SGR)
- Pertumbuhan Panjang Mutlak
- Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
- Perkembangan Jumlah Thallus
- Kualitas Air
Nt : Jumlah alga hidup pada masa pertumbuhan di akhir Nr : Jumlah rumput laut pada awal pertumbuhan. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi suhu, salinitas, pH, DO, nitrat dan fosfat yang diukur setiap 7 hari menggunakan multitester dan refraktometer. Kemudian untuk fosfat, menurut Andrias (1997), kisaran fosfat yang sesuai untuk rumput laut adalah 0,9-1,8 ppm.
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
- Pertumbuhan Bobot Mutlak (Absolut Weight Growth/AWG)
- Laju Pertumbuhan Harian (Spesific Growth Rate /SGR)
- Pertumbuhan Panjang Thallus (cm)
- Perhitungan Jumlah Thallus
- Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate/SR)
- Kualitas Air
Pertambahan bobot badan harian merupakan hasil pengukuran bobot rumput laut akhir penelitian dikurangi bobot rumput laut awal penelitian ditambah rumput laut mati dibagi lama waktu pemeliharaan dikalikan 100%. Laju pertumbuhan harian (Keterangan: Perlakuan A: bobot benih 1 gram, perlakuan B: bobot benih 2 gram, perlakuan C: bobot benih 3 gram, perlakuan D: bobot benih 4 gram, perlakuan E: bobot benih 5 gram dan angka merupakan nilai rata-rata ± kesalahan standar). Hasil analisis statistik menggunakan ANOVA of variance, dimana laju pertumbuhan spesifik alga K. alvarezii yang diperoleh berbeda nyata (p < 0,05), sehingga perlu dilakukan uji Tukey lebih lanjut.
Pertumbuhan panjang thallus merupakan hasil pengukuran panjang rumput laut pada akhir penelitian dikurangi panjang rumput laut pada awal penelitian. Pertumbuhan Panjang Thallus Rumput Laut (Keterangan: Perlakuan A: bobot benih 1 g, Perlakuan B: bobot benih 2 g, Perlakuan C: bobot benih 3 g, Perlakuan D: bobot benih 4 g, Perlakuan E: bobot benih 5 g). Setelah dilakukan uji statistik dengan uji T terlihat jelas bahwa pertumbuhan panjang thallus rumput laut Kappaphycus alvarezii selama penelitian pada setiap perlakuan A H-0 berbeda nyata dengan perlakuan A H-35, dan perlakuan B H-0 dan perlakuan B H-35 berbeda nyata dimana (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan A H-0 dengan H-35 memberikan hasil terbaik untuk panjang thallus.
Perhitungan jumlah thallus pada setiap perlakuan, dimana perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah thallus selama penelitian yaitu selama 35 hari. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan Uji T menunjukkan jumlah thallus seluruh perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05). Hasil parameter kelangsungan hidup masing-masing perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji statistik deskriptif untuk menjelaskan kelangsungan hidup benih rumput laut Kappaphycus alvarezii selama penelitian pada setiap perlakuan, maka perlakuan A, B, C, D dan E menunjukkan hasil yang sama atau identik, dimana tidak terdapat perbedaan antar perlakuan A. , B, C, D. dan E. Keterangan: PBM=Pertumbuhan bobot absolut, LPS=Laju Pertumbuhan Spesifik dan PPT=Penghitungan panjang thallus, PJT=Penghitungan jumlah thallus, TKH=viabilitas. Data rata-rata kualitas air pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, yang dapat dilihat pada Tabel 8, sebagai berikut :.
Pembahasan
- Pertumbuhan Bobot Mutlak (Absolut Weight Growth/AWG)
- Laju Pertumbuhan Harian (Spesific Growth Rate /SGR)
- Pertumbuhan Panjang Thallus (cm)
- Perhitungan Jumlah Thallus
- Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate/SR)
- Kualitas Air
Dalam kondisi stres, rumput laut akan melepaskan zat-zat organik yang menyebabkan thallus menjadi berlendir dan merangsang pertumbuhan bakteri yang melimpah sehingga menyebabkan penurunan berat badan akibat keluarnya thallus yang terinfeksi penyakit. Menurut (Rochmady, 2015), perbedaan pertumbuhan bobot absolut pada setiap perlakuan juga didukung oleh adanya kecukupan nutrisi pada media pemeliharaan untuk mendukung rumput laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Isnan Setyo. & Kurniastuti, 1995) bahwa pertumbuhan rumput laut erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara dan kondisi lingkungan perairan yang meliputi cahaya, suhu dan pH air serta kondisi lingkungan perairan. salinitas air.
Apabila kegiatan budidaya rumput laut memperoleh tingkat pertumbuhan spesifik diatas 3%, maka kegiatan budidaya rumput laut dapat dikatakan menguntungkan. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa pertumbuhan rumput laut memerlukan unsur hara untuk pembentukan jaringan baru atau dalam hal ini pembentukan tunas guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sesuai dengan penelitian sebelumnya, khususnya penelitian Arisandi dkk., (2011) menunjukkan bahwa rumput laut dalam keadaan stres akan mengeluarkan zat-zat organik yang menyebabkan thallus menjadi licin dan menyebabkan tumbuhnya thallus, perubahan warna tubuh, hal ini menjadi licin, badan menjadi lunak, dan cabang-cabang thallus menjadi patah.
Selain itu, matinya thallus diduga disebabkan oleh sterilisasi eksplan, penyembuhan luka yang belum sempurna akibat buruknya pemotongan ujung thallus pada bibit sehingga menyebabkan bibit rumput laut menjadi berlendir dan kemudian mati. Sumber eksplan yang digunakan untuk budidaya sebaiknya dari rumput laut hasil seleksi dengan ciri-ciri subur, bebas penyakit, dan bebas pertumbuhan rumpun epifit. Eksplan yang digunakan pada kultur jaringan rumput laut merupakan jaringan muda yang sedang aktif tumbuh dan membelah (jaringan meristematik).
Kisaran kualitas air selama 35 hari penelitian masih berada pada kisaran optimal untuk pemeliharaan rumput laut Kappaphycus alvarezii. Kondisi perairan pada lingkungan pemeliharaan rumput laut yang sesuai akan menjamin pertumbuhan dan kelangsungan hidup rumput laut yang baik (Wijayanto dkk. 2011; Nadlir dkk. 2019). Salinitas tersebut sangat baik untuk pertumbuhan rumput laut, hal ini sejalan dengan pernyataan BSN (2011), nilai salinitas untuk menunjang pertumbuhan rumput laut berkisar antara 28-34 ppt.
K ESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Laju pertumbuhan dan analisis karagenan pada empat strain Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) yang dibudidayakan di perairan subtropis negara bagian Sao Paulo, Brasil. Perbanyakan benih rumput laut Glacilaria verrucosa melalui kultur in vitro pada berbagai media kultur dan aplikasinya. Kajian Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottoni dengan Cara Penanaman Berbeda di Perairan Kalianda Lampung Selatan 86.