PERTAMBANGAN BATU BARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN
2016-2019
SKRIPSI
OLEH:
WAHYUNI OKTAFIA SEREGAR
NIM. 1662201139
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU
2021
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate social responsibility, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan likuiditas terhadap agresivitas pajak pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2016-2019. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah corporate social responsibility, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan likuiditas. Sedangkan, variabel dependen dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak yang diukur menggunakan proksi effective tax rate (ETR).
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 20 perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan rentang periode penelitian selama 4 tahun (2016-2019) sehingga keseluruhannya berjumlah 80 populasi.
Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Dari metode tersebut memperoleh sampel sebanyak 14 perusahaan pertambangan batu bara dengan rentang periode penelitian selama 4 tahun (2016-2019) sehingga keseluruhannya berjumlah 56 sampel. Analisis data pada penilitian ini menggunakan analisis regresi linear berganada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat agresivitas pajak, yang artinya semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan menurunkan tingkat agresivitas pajak.
Variabel likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak, yang artinya semakin tinggi likuiditas perusahaan maka akan menurunkan tingkat agresivitas pajak. Sedangkan variabel corporate social responsibility, ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Dan untuk keseluruhan, Corporate social responsibility, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Kata kunci : Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Agresivitas Pajak.
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of corporate social responsibility, firm size, leverage, profitability and liquidity on tax aggressiveness in coal mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2016-2019 period. The independent variables used in this study are corporate social responsibility, firm size, leverage, profitability and liquidity. Meanwhile, the dependent variable in this study is tax aggressiveness which is measured using the effective tax rate (ETR) proxy.
The population in this study amounted to 20 coal mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange with a research period spanning 4 years (2016- 2019) so that the total population is 80. Determination of the sample in this study using purposive sampling method. From this method obtained a sample of 14 coal mining companies with a research period span of 4 years (2016-2019) so that in total there are 56 samples. Data analysis in this research uses multiple linear regression analysis.
The results show that the profitability variable has a significant negative effect on the level of tax aggressiveness, which means that the higher the company's profitability, the lower the level of tax aggressiveness. The liquidity variable has a significant negative effect on tax aggressiveness, which means that the higher the company's liquidity, the lower the level of tax aggressiveness. While the variables of corporate social responsibility, firm size and leverage have no significant effect on tax aggressiveness. And for the whole, Corporate social responsibility, firm size, leverage, profitability and liquidity together affect the tax aggressiveness.
Keywords: Corporate Social Responsibility, Firm Size, Leverage, Profitability, Liquidity, Tax Aggressiveness.
1 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Indonesia merupakan negara yang terkenal memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti hutan, lautan, minyak bumi, gas alam, dan batu bara.
Sehingga tidak sedikit perusahaan berdiri di Indonesia yang mengambil keuntungan dari pemanfaatan sumber daya alam Indonesia. Penghasilan yang diperoleh perusahaan tersebut juga tidak terlepas dari perlakuan pajak yang berlaku di Indonesia. Sampai saat ini penerimaan dari sektor pajak masih menjadi sumbangsi terbesar bagi pendapatan negara Indonesia. Putri dkk (2018;17) berpendapat bahwa pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara yang akan berpengaruh terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah.
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sifat yang memaksa pada pajak mengakibatkan banyak perusahaan melakukan tindakan perlawanan terhadap pajak. Karena bagi
perusahaan, pajak adalah suatu beban yang dapat menurunkan jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan (Hidayat dan Fitria;2018;157).
Pada tanggal 8 Januari 2020, Menteri Keuangan menyampaikan realisasi pendapatan negara mencapai Rp. 1.957,2 triliun atau 90,4 persen dari target APBN tahun 2019. Realisasi pendapatan negara tersebut terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp. 1.545,3 triliun atau 86,5 persen dari target APBN tahun 2019, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 405 triliun atau 107,1 persen dari target APBN tahun 2019, dan hibah sebesar Rp. 6,8 triliun (www.kemenkeu.go.id; 2020; diakses tanggal 11 Oktober 2020).
Tertekannya perekonomian di sektor manufaktur dan pertambangan memberikan dampak penurunan terhadap penerimaan pajak yang menjadi penyebab tidak tercapainya target APBN tahun 2019. Penurunan ini terjadi akibat meningkatnya restitusi pajak yang naik 11,6 persen dan penerimaan PPh Badan yang mengalami penurunan 21,63 persen (Victoria; www.katadata.co.id; 2020;
diakses tanggal 11 Oktober 2020). Menteri Keuangan juga mengatakan bahwa sektor pertambangan terus melambat sepanjang tahun 2019 karena secara volume dan harga komoditas pertambangan berada dalam tren pelemahan, terutama batu bara (Santoso; nasional.kontan.co.id; 2019; diakses tanggal 22 Maret 2021).
Tertekannya perekonomian tersebut memungkinkan bagi perusahaan melakukan tindakan dalam mengurangi beban pajak.
Penerimaan pajak yang tidak mencapai target tidak hanya terjadi pada Tahun 2019 saja. Berdasarkan Laporan Tahunan Direktorat Jendral Pajak, realisasi penerimaan pajak pada tahun 2016 mencapai Rp. 1.105,97 triliun atau
81,61 persen dari target sebesar Rp. 1.355,20 triliun. Selanjutnya pada tahun 2017, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp. 1.151,03 triliun atau 89,67 persen dari target sebesar Rp. 1.283,57 triliun. Pada tahun 2018, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp. 1.313,32 triliun atau 92,23 persen dari target sebesar Rp.
1.424 triliun. Belum mampunya pemerintah merealisasi penerimaan pajak secara maksimal menimbulkan pertanyaan apakah dari sisi wajib pajak terdapat beberapa tindakan penghindaran pajak, ataukah pemungutan yang dilakukan belum berjalan maksimal (Adisamartha dan Noviari;2015;974).
Pada tahun 2019, LSM Internasional Global Witness yang merupakan organisasi pemantau masalah lingkungan dan korupsi menerbitkan laporan mengenai akal-akalan pajak yang dilakukan PT Adaro Energy Tbk. Perusahaan tersebut diduga melakukan penghindaran pajak dengan melakukan transfer pricing melalui Coaltrade Services International yang merupakan anak perusahan PT Adaro Energy Tbk yang berada di Singapura. Upaya tersebut dilakukan sejak tahun 2009 hingga tahun 2017 (Sugianto; www.finance.detik.com; 2019; diakses tanggal 11 Oktober 2020).
Praktik tersebut dilakukan PT Adaro Energy Tbk dengan cara menjual batu bara ke anak perusahaan dangan harga yang rendah, kemudian anak perusahaan tersebut menjual kembali dengan harga yang tinggi. Trik penghindaran pajak memang tidak melanggar aturan, tetapi tidak semestinya PT Adaro Energy Tbk melakukan hal tersebut. Mengingat batu bara yang dihasilkan merupakan sumber daya alam dari Indonesia, yang seharusnya Indonesia mendapatkan penerimaan pajak yang lebih maksimal. Di tambah lagi, PT Adaro
Energy Tbk mendapatkan penghargaan Apresiasi Wajib Pajak Tahun 2019 dari Kementerian Keuangan, dan menjadi suatu hal yang negatif apabila PT Adaro Energy Tbk terbukti melakukan praktik penghindaran pajak tersebut. Sampai saat ini Direktorat Jendral Pajak masih mendalami dugaan kasus penghindaran pajak yang dilakukan oleh PT Adaro Energy Tbk.
Penghindaran pajak (Tax Avoidance) merupakan usaha untuk mengurangi utang pajak yang bersifat legal (lawful), oleh karena itu persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan unik (Rinaldi dan Cheisviyanny;2015;472). Tidak sedikit perusahaan yang melakukan penghindaran pajak, mengingat penghindaran pajak merupakan suatu hal yang wajar dilakukan perusahaan selama masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Namun, tetap saja upaya ini memberikan dampak berkurangnya penerimaan pajak. Untuk itu, pemerintah juga berupaya menutup celah bagi perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak.
Berbeda dengan penghindaran pajak, penggelapan pajak (Tax Evasion) ialah suatu tindakan untuk meminimalkan beban pajak dengan cara melawan ketentuan pajak atau ilegal yang dapat dihukum dengan sanksi pidana (Santoso dan Rahayu;2019;6). Seperti perusahaan yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya, misalnya tidak melaporkan seluruh penghasilan perusahaan atau bahkan melaporkan kerugian perusahaan di SPT, yang pada kenyataannya perusahaan tersebut memiliki penghasilan yang lebih atau bahkan tidak mengalami kerugian. Tentu saja hal ini
mengarah kepada tindakan pidana yang mana akibatnya memberikan dampak kerugian terhadap pendapatan negara.
Di tambah lagi dengan sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menganut Self Assessment System, hal ini tertuang dalam Undang-undang KUP Pasal 12 Ayat 1 bahwa setiap wajib pajak membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. Hutomo (2018;3) juga mengatakan bahwa wajib pajak diminta untuk memenuhi kewajiban pajak dengan cara menghitung, menyetorkan, mencatat, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya praktik penghindaran pajak dan penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.
Suatu perusahaan apabila mengurangi beban pajak secara agresif disebut dengan tindakan agresivitas pajak. Yoehana (2013;5) berpendapat bahwa agresivitas pajak merupakan keinginan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak melalui aktivitas perencanaan pajak (tax planning) dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Agresivitas pajak perusahaan juga dinilai dari seberapa besar perusahaan tersebut mengambil langkah penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah-celah yang ada dalam peraturan perpajakan (Mustika;2017;1887). Menurut Frank, et al. (2009) dalam Gemilang (2017;4-5) agresivitas pajak perusahaan adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dirancang melalui tindakan perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion).
Jika dikaitkan dengan penghindaran atau penggelapan pajak, agresivitas pajak lebih mengarah pada tindakan penghindaran pajak. Namun, terdapat pembeda antara penghindaran pajak dengan agresivitas pajak yaitu, dalam agresivitas pajak kegiatan mengurangi pajak terutang dilakukan dengan lebih agresif (Jessica dan Toly;2014). Jadi, Semakin banyak celah yang digunakan dalam meminimalkan beban pajak, maka wajib pajak dianggap semakin agresif terhadap pajak.
Faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi agresivitas pajak adalah corporate social responsibility (CSR) (Mustika;2017;1887). CSR adalah tanggung jawab sosial yang wajib dilakukan perusahaan terhadap kepentingan-kepentingan perusahaan seperti, konsumen, karyawan, pemegang saham, dan masyarakat sekitar. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat 1 meyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Sudah semestinya perusahaan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar perusahaan, terlebih lagi apabila perusahaan tersebut beroperasi di tengah- tengah masyarakat yang sering sekali terjadi pencemaran lingkungan. Selain itu, perusahaan harus memastikan keselamatan bagi pekerja-pekerja sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan. Dengan terealisasinya tanggung jawab tersebut, akan memberikan citra positif bagi perusahaan. Lain halnya jika perusahaan tidak memenuhi tanggung jawab sosial dan lingkungan, maka masyarakat akan beranggapan bahwa perusahaan tidak peduli terhadap
lingkungan sekitar, terlebih lagi jika ternyata perusahaan tersebut diketahui tidak membayar pajak atau kurang membayar pajak. Padahal sumber daya alam di lingkungan tersebut telah banyak digunakan oleh perusahaan, tentu saja hal ini memberikan pandangan negatif terhadap perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai peringkat rendah dalam CSR dianggap sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab secara sosial sehingga dapat melakukan strategi pajak yang lebih agresif dibandingkan perusahaan yang sadar sosial (Watson;2011 dalam Ramadhani dan Hartiyah;2020;240). Semakin perusahaan peduli terhadap pentingnya CSR, maka perusahaan tersebut semakin sadar akan pentingnya pajak bagi masyarakat umum (Yoehana;2013;7). Penelitian yang dilakukan Yoehana (2013) menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, maka semakin rendah tingkat agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan. Hasil yang sama juga dilakukan oleh Kuriah dan Asyik (2016;16) bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan aktivitas CSR maka semakin tinggi sikap tanggung jawab perusahaan yang tercermin dalam patuhnya perusahaan membayar pajak.
Kesadaran perusahaan dalam pengungkapan CSR tentunya akan memberikan kontribusi pada masyarakat melalui jalur pembayaran pajak yang artinya tingkat agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan semakin rendah, sehingga apabila perusahaan acuh dalam hal CSR maka tingkat agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan semakin tinggi.
Faktor lain yang mempengaruhi agresivitas pajak adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar
atau kecilnya suatu objek (Rinaldi dan Cheisviyanny;2015;474). Ukuran perusahaan menggambarkan jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan (Putri dkk;2018;18). Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula aset yang dimiliki perusahaan dan diharapkan juga dapat meningkatkan produktifitas perusahaan, sehingga apabila produktifitas perusahaan meningkat maka akan menghasilkan laba yang maksimal. Besarnya laba perusahaan ini juga akan mempengaruhi besarnya beban pajak perusahaan. Mustika (2017;1888) berpendapat bahwa perusahaan besar yang memperoleh laba besar akan menarik perhatian pemerintah untuk dikenakan pajak yang sesuai.
Perusahaan yang besar juga memiliki sumber daya manusia yang mampu dalam melakukan manajemen pajak. Sehingga tidak sedikit perusahaan yang berukuran besar melakukan perencanaan pajak untuk mengecilkan beban pajak.
Sementara perusahaan yang berukuran kecil biasanya tidak dapat mengelola pajak dengan optimal, hal ini di karenakan kurangnya sumber daya manusia yang mampu dalam melakukan perencanaan pajak. Sehingga ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan Setyoningrum dan Zulaikha (2019;12) memberikan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak. Hal ini di karenakan, aset perusahaan yang besar disertai dengan sumber daya manusia yang cukup membuat tercapainya tax saving yang optimal.
Kondisi keuangan yang diprediksi akan mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan adalah leverage (Purwanto;2016;581). Leverage adalah penggunaan sumber dana yang menimbulkan biaya tetap dalam rangka untuk membiayai
kebutuhan suatu perusahaan. Leverage dapat di ukur menggunakan rasio leverage.
Menurut Hery (2016;70) rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Salah satu rasio yang dapat digunakan adalah debt to asset ratio (DAR). DAR merupakan rasio yang membandingkan antara total kewajiban dengan total aset dan dikenal juga sebagai debt ratio (rasio utang) (Hery;2016;75).
Adanya utang, maka akan memunculkan biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga inilah yang dapat dimanfaatkan perusahaan sebagai celah untuk mengurangi beban pajak pada tahun berjalan. Hal ini tertuang dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 Ayat 1 huruf a bahwa biaya bunga merupakan salah satu biaya yang dapat dikurangi dari penghasilan bruto. Beban bunga akan mengurangi laba perusahaan, sehingga dengan berkurangnya laba akan mengurangi beban pajak dalam satu periode berjalan (Adisamartha dan Noviari;2015;977-978). Sehingga, apabila tingkat leverage semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan dari pemanfaatan biaya bunga.
Penelitian yang dilakukan Suyanto dan Supramono (2012;174) memberikan hasil bahwa leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini di karenakan, perusahaan yang memiliki utang tinggi akan mendapatkan insentif pajak berupa potongan atas bunga pinjaman sesuai undang-undang yang berlaku.
Hasil yang sama juga dilakukan oleh Hidayat dan Fitria (2018;166) bahwa perusahaan memanfaatkan bunga yang muncul dari utang untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar. Menurut Purwanto (2016;581) Perusahaan yang
memiliki kewajiban pajak tinggi akan memiliki utang yang tinggi pula, sehingga perusahaan sengaja berutang tinggi untuk mengurangi beban pajak.
Tujuan dibentuknya suatu perusahaan ialah untuk memperoleh laba semaksimal mungkin. Laba merupakan alat ukur utama kesuksesan suatu perusahaan (Mustika;2017;1890). Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba (Rinaldi dan Cheisviyany;2015;472). Tingkat profitabilitas yang dimiliki suatu perusahaan akan berpengaruh pada beban pajak yang akan dibayar oleh perusahaan. Apabila perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar maka beban pajak perusahaan juga besar dan apabila perusahaan memiliki laba yang kecil maka beban pajak perusahaan juga kecil.
Salah satu rasio yang dapat mengukur tingkat profitabilitas perusahaan adalah return on asset (ROA). ROA merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih (Hery;2016;106). Menurut Kusumo dan Asyik (2017;5) ROA merupakan suatu rasio penting untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin bagus performa perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah nila ROA maka semakin buruk performa perusahaan (Leksono dkk;2019;303- 304). Dengan demikian, apabila ROA yang dihasilkan tinggi maka beban pajak juga tinggi.
Profitabilitas perusahaan dapat mempengaruhi adanya agresivitas pajak (Leksono dkk;2019;303). Hal ini di karenakan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi memiliki kesempatan untuk melakukan praktik
penghindaran pajak guna mengecilkan beban pajak. Menurut Goh dkk (2019;94) Perusahaan dengan tingkat ROA yang tinggi kemungkinan resiko untuk melakukan penghindaran pajak akan semakin tinggi.
Likuiditas sebuah perusahaan diprediksi akan mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan (Suyanto dan Supramono;2012;168). Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo. Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendek (Ramadani dan Hartiyah;2020;240). Sehingga dapat di pastikan perusahaan juga mampu membayar pajak sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku. Hal ini di karenakan pajak merupakan salah satu bagian dari kewajiban jangka pendek perusahaan (Adisamartha dan Noviari;2015;977).
Untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan digunakan rasio likuiditas (Purwanto;2016;583). Rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo (Hery;2016;47). Suatu perusahaan yang apabila mampu melunasi utang jangka pendek yang telah jatuh tempo maka dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid, sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu melunasi utang jangka pendeknya yang telah jatuh tempo dapat dikatakan perusahaan tersebut tidak likuid.
Sulitnya perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya akan berdampak pada kurangnya ketaatan perusahaan terhadap peraturan perpajakan.
Hal ini di karenakan perusahaan akan lebih mendahulukan pembayaran utang ke
kreditur untuk mempertahankan kepercayaan kreditur dibandingkan harus membayar pajak, sehingga perusahaan akan berusaha untuk menekan pembayaran pajak seminimal mungkin. Purwanto (2016;589) menemukan adanya pengaruh likuiditas terhadap agresivitas pajak. Penelitian tersebut membuktikan bahwa, apabila likuiditas perusahaan baik maka tingkat agresivitas pajak akan rendah, sedangkan apabila likuiditas perusahaan buruk maka tingkat agresivitas pajak perusahaan akan tinggi.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Goh dkk (2019), yang mana Goh dkk meneliti pengaruh corporate social responsibility, ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas terhadap agresivitas pajak pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018. Goh dkk menemukan hasil bahwa corporate social responsibility dan return on assets berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Sedangkan ukuran perusahaan dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Secara keseluruhan penelitian tersebut menunjukkan bahwa corporate social responsibility, ukuran perusahaan, leverage, dan return on assets secara simultan berpengaruh terhadap agresivitas pajak pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode tahun 2015- 2018.
Perbedaan pada penelitian ini ialah, peneliti menambahkan satu variabel independen yaitu likuiditas. Hal ini di karenakan faktor likuiditas diprediksi dapat mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan. Perusahaan yang memiliki kesulitan dalam membiayai utang jangka pendeknya diprediksi akan menekan pembayaran
pajak seminimal mungkin. Hal ini disebabkan perusahaan lebih memilih mempertahankan kepercayaan kreditur demi kelancaran usahanya. Sehingga perusahaan menekan pembayaran pajak agar dapat melunasi utang ke kreditur yang akan jatuh tempo serta menggunakan dana tersebut untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan lainnya. Sehingga apabila tingkat likuiditas perusahaan rendah akan ada kemungkinan perusahaan tersebut agresif terhadap pajak.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini di karenakan sektor pertambangan merupakan salah satu penyebab tertekannya penerimaan pajak pada tahun 2019 terutama batu bara. Tertekannya penerimaan pajak tersebut juga tidak terlepas dari tindakan agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan pertambangan batu bara.
Dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penelitian ini, peneliti mengambil rentang periode dari tahun 2016 hingga tahun 2019, hal ini juga di karenakan pada periode tersebut penerimaan pajak masih belum mencapai target.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari informasi terkait agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan dengan menggunakan proksi effective tax rate (ETR) sebagai pengukur agresivitas pajak perusahaan dengan cara membagi total beban pajak penghasilan dengan laba sebelum pajak. ETR digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et al;2009 dalam Gemilang;2017;20). ETR menggambarkan presentase total beban pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan dari seluruh total pendapatan sebelum pajak (Kusumo dan Asyik;2017;8). Selain itu, proksi ETR
lebih banyak digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu untuk mengetahui adanya agresivitas pajak pada perusahaan. Adapun syarat untuk menggunakan rumus ETR adalah perusahaan tidak mengalami kerugian dan terdapat beban pajak penghasilan pada laporan keuangan.
Berdasarkan latar belakang di atas dan penelitian sebelumnya maka penulis tertaik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Pertambangan Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2016-2019.”
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Apakah corporate social responsibilty memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak ?
2. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak ? 3. Apakah leverage memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak ?
4. Apakah profitabilitas memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak ? 5. Apakah likuiditas memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak ?
6. Apakah corporate social responsibilty, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, dan likuiditas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak ?
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak.
2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak.
3. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak.
4. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas pajak.
5. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap agresivitas pajak.
6. Untuk mengetahui pengaruh corporate social responsibilty, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, dan likuiditas secara bersama-sama terhadap agresivitas pajak.
1.3.2. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan memberikan motivasi bagi peneliti untuk lebih bertanggung jawab serta lebih berhati-hati dalam bekerja khususnya di bidang perpajakan.
2. Bagi pembaca, hasil penelitan ini diharapkan memberikan informasi dan menambah wawasan dalam bidang perpajakan serta menjadi referensi yang baik bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian terhadap masalah atau objek yang sama.
3. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak positif terlebih lagi dalam hal tanggung jawab terhadap pemerintah, masyarakat, dan juga karyawan perusahaan seperti membayar pajak dengan semestinya.
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian mengenai pengaruh corporate social responsibility, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, dan likuiditas terhadap agresivitas pajak pada perusahaan pertambangan batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2019. Dengan latar belakang tersebut dapat dilakukan perumusan masalah penelitian, selanjutnya membahas mengenai tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TELAAH PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Pada bab ini membahas mengenai telaah pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang mencakup objek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan
sampel, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, identifikasi dan operasionalisasi variabel, serta teknik analisis data yang digunakan dalam pengujian hipotesis.
BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum mengenai objek penelitian seperti profil singkat perusahaan sampel penelitian.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil pengolahan data dan membahas mengenai pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, dan saran yang berkaitan dengan penelitian sejenis di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Adisamartha, Ida Bagus Putu F., dan Naniek Noviari, 2015, Pengaruh Likuiditas, Leverage, Intensitas Persediaan dan Intensitas Aset Tetap pada Tingkat Agresivitas Wajib Pajak Badan, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.13 No.3 Desember, hal 973-1000
Ardyansah, Danis, 2014, Pengaruh Size, Leverage, Profitabilitas, Capital Intensity Ratio dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate (ETR) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Selama Periode 2010-2012), Skripsi, Universitas Diponegoro, Samarang
Gemilang, Dewi N., 2017, Pengaruh Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2013-2015), Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Surakarta
Ghozali, Imam, 2018, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25 Edisi 9, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Goh, Thomas S., Jatongan Nainggolan, dan Edison Sagala, 2019, Pengaruh
Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2015-2018, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Methodist, Vol.3 No.1 Oktober, hal. 83-96
Hery, 2016, Financial Ratio for Business: Analisis Keuangan Untuk Menilai Kondisi Finansial dan Kinerja Perusahaan, Jakarta, PT Grasindo
Hidayat, Agus T., dan Eta Febrina Fitria, 2018, Pengaruh Capital Intensity, Inventory Intensity, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak, Jurnal Riset Ekonomi & Bisnis,Vol.13 No.2 Oktober, hal. 157-168
Hutomo, Sigit, 2018, Terampil Pajak Penghasilan, Yogyakarta, Andi
Jessica, dan Agus Arianto Toly, 2014, Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak, Tax & Accounting Review, Vol.4 No.1
Kemenkeu, 2020, Ini Realisasi Penerimaan Negara di Penghujung 2019, Januari, www.kemenkeu.go.id (diakses tanggal 11 Oktober 2020)
Kuriah, Hanik L., dan Nur Fadjrih Asyik, 2016, Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol.5 No.3 Maret, hal. 1-19 Kusumo, Wahyu Kencono Rukmi H., dan Nur Fadjrih Asyik, 2017, Pengaruh
Agresivitas Pajak, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan ROA Terhadap Corporate Social Responsibility, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol.6 No.12 Desember, hal. 1-17
Leksono, Ari W., Setya Stanto Albertus, dan Rendika Vhalery, 2019, Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Periode Tahun 2013-2017, Journal of Applied Business and Economic, Vol.5 No.4 Juni, hal. 301-314 Mustika, 2017, Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, Capital Intensity dan Kepemilikan Keluarga Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan dan Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014, JOM Fekon Universitas Riau, Vol.4 No.1 Februari, hal. 1886-1900
Nugraha, Novia B., 2015, Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar di BEI Selama Periode 2012-2013, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang
Purwanto, Agus, 2016, Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba, dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan pada Perusahaan Pertanian dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013, JOM Fekon Universitas Riau, Vol.3 No.1 Februari, hal. 580-594
Putri, Hellen W., Desi Handayani, dan Dedy Djefris, 2018, Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Karakter Eksekutif, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Agresivitas Pajak (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017), Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol.13 No.1, hal. 17-33
Ramdhani, Dinda C., dan Sri Hatiyah, 2020, Pengaruh Corporate Social Responsibiliy, Leverage, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Komisaris Independen Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 sampai 2018), Journal of Economic, Business and Engineering (JEBE), Vol.1 No.2 April, hal. 238-247
Rinaldi, dan Charoline Cheisviyanny, 2015, Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013), Seminar Nasional Ekonomi Manajemen dan Akuntansi (SNEMA) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, ISBN:
978-602-17129-5-5
Santoso, Iman, dan Ning Rahayu, 2019, Corporate Tax Management: Mengulas Upaya Pengelolaan Pajak Perusahaan Secara Konseptual-Partikal, Edisi Revisi 2019, Jakarta, Ortax
Santoso, Yusuf Iman, 2019, Harga batubara turun, penerimaan pajak dari sektor pertambangan terkontraksi 20,6%, November, www.nasional.kontan.co.id (diakses tanggal 22 Maret 2021)
Setyoningrum, Dewi, dan Zulaikha, (2019), Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Agresivitas Pajak, Diponegoro Journal of Accounting, Vol.8 No.3, hal. 1-15
Sugianto, Danang, 2019, Mengenal Soal Penghindaran Pajak yang Dituduhkan ke Adaro, Juli, www.finance.detik.com (diakses tanggal 11 Oktober 2020) Sujarweni, V. Wiratna, 2019, Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi,
Yogyakarta, Pustaka Baru Press
Suyanto, Krisnata D., dan Supramono, 2012, Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen, dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16 No.2 Mei, hal. 167- 177
Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya, Bab III: Penetapan dan Ketetapan Pajak, Pasal 12 Ayat 1
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Victoria, Agatha Olivia; 2020, Manufaktur & Pertambangan Lesu, Penerimaan Pajak 2019 Kurang Rp 245 T, Januari, www.katadata.co.id (diakses tanggal 11 Oktober 2020)
Yoehana, Maretta, 2013, Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011), Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang