PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Apakah ada pengaruh fermentasi air cucian beras dan air kolam terhadap produktivitas tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Ho : Fermentasi air cucian beras dan air kolam tidak mempengaruhi produktivitas tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Ha : Terdapat pengaruh fermentasi air cucian beras dan air kolam terhadap produktivitas tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
Fermentasi air cucian beras dan air kolam ikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh fermentasi air limbah pencucian beras dan air kolam ikan terhadap produktivitas tanaman cabai merah (Capsicum frutescens L.). Manfaat bagi masyarakat adalah menambah informasi tentang pembuatan pupuk organik dengan menggunakan air cucian beras dan air kolam ikan di sekitar lingkungan kita serta cara pengaplikasiannya pada tanaman. Masyarakat dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai manfaat air limbah pencucian beras dan air tambak terhadap hasil panen cabai (Capsicum frutescens L.).
Definisi Operasional
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Kajian Pustaka
Cabai merah (Capsicum frutescens L.) mempunyai banyak kultivar dan pola pertumbuhan serta bentuk buah, dengan asumsi 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di negara asalnya. 26 Nikodemus Lede, “Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Annum L.) Terhadap Penggunaan Trichokompos dalam Pemupukan Berimbang”, Universitas Respati, Indonesia. Persiapan tanah untuk menanam cabai merah (Capsicum frutescens L.) berbeda-beda tergantung dari petani itu sendiri.Sebelum ditanam, tanah yang digunakan terlebih dahulu diolah dengan cara dicangkul, hal ini berguna untuk menggemburkan tanah yang akan ditanami sebelum dibentuk bedengan sebagai tempat menanam cabai merah. merica. paprika manis (Capsicum frutescens L.). . 2) Persiapan benih.
Kendala yang sering dihadapi petani dalam meningkatkan hasil panen cabai rawit (Capsicum frutescens L.) adalah serangan hama dan penyakit.
Kerangka Berfikir
Tidak terdapat pengaruh fermentasi air cucian beras dan air kolam ikan terhadap produktivitas tanaman cabai rawit. Tidak terdapat pengaruh fermentasi air cucian beras dan air kolam ikan terhadap produktivitas tanaman cabai rawit. Jumlah buah pada tanaman cabai rawit dengan pengaruh fermentasi air cucian beras dan air kolam ikan terhadap produktivitas tanaman cabai rawit.
Dengan demikian tidak terdapat pengaruh penyediaan air sisa cucian beras dan air tambak terhadap produktivitas tanaman cabai merah.
Hipoteisis Penelitian
METODE PENELITIAN
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Populasi dan Sampel
- Waktu dan Tempat Penelitian
- Variabel Penelitian
- Desain Penelitian
- Alat dan Bahan Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
Jumlah dan berat buah kemudian diukur untuk memperoleh data produktivitas tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Banyaknya tanaman cabai rawit pada minggu ke 7 setelah tanam dapat dijelaskan dengan adanya perlakuan dengan air cucian beras fermentasi dan air kolam ikan. Jumlah panen buah cabai rawit pada umur 70 hari setelah tanam (HST) tertinggi terjadi pada perlakuan kedua dengan konsentrasi 31%.
Artinya, dengan hasil yang tidak signifikan, tidak terdapat pengaruh fermentasi air cucian hasil fermentasi dan air tambak terhadap produktivitas tanaman cabai rawit. Pengamatan pengaruh fermentasi air cucian beras dan air tambak terhadap produktivitas tanaman cabai merah dilakukan setiap minggu hingga tanaman cabai berbuah pada umur 70 hari setelah tanam (HST). Jumlah buah yang dipanen dari perlakuan berupa fermentasi sisa air cucian beras dan air kolam ikan terhadap produktivitas tanaman cabai rawit berdasarkan Tabel 4.2 dilakukan setelah hari ke 70 setelah tanam (HST) dengan proses pemanenan sebesar 2 kali.
Berat basah buah dengan pemberian perlakuan berupa fermentasi sisa air cucian beras dan air kolam ikan terhadap produktivitas tanaman cabai rawit, terdapat berat basah buah cabai rawit tertinggi pada perlakuan ke 2 dengan konsentrasi 31 %. Hasil uji statistik berupa uji anova menunjukkan Ho diterima dan Ha ditolak yaitu tidak ada pengaruh fermentasi sisa air cucian beras dan air kolam ikan terhadap produktivitas tanaman cabai rawit. Berat kering tanaman cabai rawit, dengan memberikan perlakuan berupa fermentasi sisa air cucian beras dan air viscola terhadap produktivitas tanaman cabai rawit dengan 4 perlakuan (P0, P1, P2, P3) dan masing-masing 6 ulangan.
Respon pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum Annum L.) terhadap penggunaan trikokompos dalam pemupukan berimbang. Judul Penelitian : Pengaruh Fermentasi Air Cucian Beras dan Air Kolam Ikan Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) Dan Perkembangannya Sebagai Petunjuk Praktikum.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Data jumlah buah tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) selama penelitian diukur seminggu sekali sampai buah matang tidak lebih dari 70 hari setelah tanam (HST), yaitu dengan memastikan pengolahan yaitu fermentasi sisa beras. pencucian. air dan air kolam, serta data jumlah tanaman cabai rawit yang berbuah pada setiap perlakuan selama seminggu terakhir sebelum panen disajikan pada Tabel 4.1 di bawah ini. Jumlah buah terbanyak terdapat pada perlakuan 2 dengan konsentrasi 31% air cucian beras + 31% air kolam yaitu sebanyak 238 buah dengan rata-rata 39 buah, dan paling sedikit pada perlakuan 0 dengan konsentrasi 100% air biasa. yaitu cabai rawit sebanyak 104 buah dengan rata-rata cabai sebanyak 17 buah. Buah cabai rawit dipanen pada hari ke 70 dan dipanen sebanyak dua kali dengan jarak waktu panen masing-masing 1 minggu.
Cabai rawit yang dipanen merupakan cabai yang sudah matang sempurna, dengan warna merah mencolok sebagai tanda bahwa cabai sudah matang. Diagram di atas menjelaskan bahwa jumlah panen cabai rawit tertinggi terdapat pada perlakuan ke-2 dengan konsentrasi air cucian beras 31% + air tambak 31%, kemudian jumlah tertinggi kedua terdapat pada perlakuan ke-3 yaitu air cucian beras 39% + 39%. %% air kolam kemudian pada perlakuan 1, sedangkan jumlah buah yang dipanen paling sedikit terdapat pada perlakuan 0 dengan konsentrasi air biasa 100%. Berat basah tanaman cabai rawit dihitung dengan menggunakan timbangan digital, kemudian dihitung berat buah pada panen pertama dan kedua, setelah itu dijumlahkan menjadi data akhir berat basah tanaman cabai rawit, data berat basah cabai rawit yang dipanen menggunakan gram (gr).
Pada data berat basah buah cabai rawit yang diberi perlakuan berupa air cucian beras fermentasi dan air kolam ikan, hasil berupa berat tertinggi terdapat pada perlakuan kedua dengan konsentrasi air cucian beras 31% . + 31% air kolam ikan dengan berat buah total 233 gram dengan rata-rata 38 gram dan berat terendah terdapat pada perlakuan 0 dengan konsentrasi 100% air biasa dengan berat basah 111 gram dengan rata-rata 18 gram Berat Diagram cabai merah basah dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini. Gambar diatas merupakan diagram berat basah cabai rawit dengan perlakuan berupa air cucian beras hasil fermentasi dan air kolam ikan, sehingga menghasilkan data berat basah cabai rawit yang lebih banyak pada perlakuan kedua dengan konsentrasi. dengan 31% air cucian beras + 31% air kolam ikan dengan berat basah buah cabai sebesar 233 gram, kemudian dilanjutkan perlakuan ketiga sebesar 158 gram, perlakuan pertama sebesar 148 gram, sedangkan berat buah cabai basah terendah terdapat pada perlakuan pertama sebesar 148 gram. Perlakuan ke 0 dengan konsentrasi bias air 100% dengan berat buah basah 111 gr. Berat kering buah cabai merah dihitung dengan menggunakan timbangan digital, pada berat kering ini buah cabai dijemur terlebih dahulu selama seminggu di bawah sinar matahari langsung untuk mengurangi kadar air pada buah cabai.
Setelah buah cabai benar-benar kering dan ciri fisik warna dan bentuk berubah dari segar menjadi kering dan keriput serta warna merah cerah berubah menjadi kuning kecoklatan, dilakukan penimbangan untuk memperoleh data berat kering buah cabai. Tabel 4.6 diatas menunjukkan data berat kering buah cabai rawit dengan perlakuan berupa air cucian beras hasil fermentasi dan air kolam ikan, sehingga data berat kering buah cabai terberat terjadi pada perlakuan ke 2 dengan konsentrasi 31%. air cucian beras + 31% air kolam ikan seberat 55,49 gram dengan rata-rata 9,24 gram dan data berat terendah terdapat pada perlakuan 0 dengan konsentrasi air biasa 100% seberat 24,6 gram dengan rata-rata 4,1 gram, berikut grafiknya menunjukkan berat kering buah cabai seperti terlihat pada gambar 4.4 di bawah ini.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian sebelumnya Risky Putra Sampurna yang berjudul pengaruh pemberian pupuk organik cair dari kotoran ikan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum frutescens L.), terdapat jumlah buah terbanyak pada perlakuan dengan konsentrasi cairan 45% pupuk organik ditambahkan 100% air biasa. Pengaruh mikroorganisme tanah dapat membantu dalam proses pertumbuhan dan meningkatkan hasil pada tanaman cabai merah 34 Hasil yang diperoleh tidak sama pada penelitian ini dengan jumlah buah terbanyak pada perlakuan dengan pemberian pupuk organik hingga 31%. . Banyaknya buah pada tanaman cabai merah dipengaruhi oleh faktor luar seperti serangan hama, intensitas sinar matahari, hujan dan kandungan mikroorganisme dalam tanah.
Berdasarkan uji statistik jumlah buah pada tanaman cabai rawit berdistribusi normal dan homogen, sehingga dilanjutkan uji anova, pada uji anova jumlah buah pada tanaman cabai rawit tidak. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fatimatus Zahro dalam studi perbandingan variasi konsentrasi pupuk organik cair dari limbah ikan terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum annum L.), terdapat jumlah buah terbanyak pada perlakuan pupuk dengan konsentrasi 45%, pupuk organik hasil fermentasi dengan mikroba yang mengandung EM4 membantu proses fermentasi sehingga memberikan hasil serapan hara yang tinggi. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Makrawati berjudul Pengaruh Pemberian Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Tomat (Solannum lycipersichum L.), terdapat bobot basah buah tertinggi pada perlakuan air cucian beras 60%, sedangkan pada penelitian ini berat basah cabai rawit dilakukan perlakuan dengan pemberian konsentrasi 31% air cucian beras dan air kolam ikan.
Faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman cabai rawit selain intensitas sinar matahari dan curah hujan; Berbagai penyakit ditemukan dalam penelitian ini. Setelah dilakukan penelitian produktivitas tanaman cabai rawit, hasilnya akan dikembangkan menjadi pedoman praktikum kelas XII IPA yang akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Islahuddyn Kediri. Nurlaili, Pertumbuhan dan Respon Produksi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Annum L) Terhadap Pemberian Pupuk Majemuk NPK, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Baturaja, Sumatera Selatan, Maret 2021.
Diskusikan dan rencanakan praktik pengukuran rata-rata pertumbuhan tanaman cabai rawit setiap minggu selama 1 bulan.
PENUTUP
Kesimpulan
Pengembangan petunjuk praktikum dengan metode 4D mendapat respon 86% siswa sangat setuju dan 72% siswa memilih setuju terhadap petunjuk praktikum.
Saran
Alfindra, Pengaruh Lama Penyimpanan Tepung Daun Sirih Kayu (Piper Aduncum L.) Terhadap Pengendalian Hama Kutu Daun Persik (Myzus Persicae Zulcer) (Homoptera:. Aphididae) Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.), Fakultas Pertanian Universitas Riau , Riau. Desi Natalia Edowai, Mutu Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) pada Berbagai Tahap Kematangan dan Suhu Penyimpanan, Departemen Teknologi Pertanian, Universitas Papua, Papua Barat, 2018. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L.) Cairan Hidroponik Pupuk kotoran kambing organik dengan unsur hara.
LEMBAR VALIDASI KUESIONER JAWABAN SISWA TENTANG MANFAAT BUKU PELAJARAN Mata Pelajaran/Materi : IPA, Biologi/Pertumbuhan dan Perkembangan. Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan sayuran penting di Indonesia karena selain memiliki nilai gizi yang tinggi juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.