• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Piutang Bermasalah Non ... - UIGM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Piutang Bermasalah Non ... - UIGM"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH EKONOMI GLOBAL MASA KINI VOLUME 10 No. 02 DESEMBER 2019 ISSN PRINT : 2089-6018 ISSN ONLINE : 2502-2024

99

Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Piutang Bermasalah (Non Performing Loan) Perusahaan Pembiayaan di

Kota Palembang

Tedy Setiawan Saputra1), Isnurhadi2), Harsi Romli3)

1)Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi APRIN

2)Program Studi Manajemen, Universitas Sriwijaya

3)Program Studi Akuntansi, Universitas Indo Global Mandiri Jl. Bala Dewa, Padang Selasa, Bukit Lama, Kec. Ilir Barat. I

Kota Palembang, 30139

Email : [email protected]1), [email protected]2), [email protected]3) ABSTRACT

One of determining factor which influenced the finance company growth is how the finance company could be created a profit. The more high profit will open chance widely the finance company to grow. One of the crucial factors which influenced the profitability of the finance company is Non-Performing Loan. The higher the Non-Performing Loan level of the finance company, the more the profit could be reduced. And the lower Non-Performing Loan level, the high profit could be created. One of the factors which influenced the Non-Performing Loan of the finance company is an economic macro variable, especially the inflation factor. The aim of the study to measure empirically the relationship of Inflation on Non-Performing Loan of a finance company in Palembang City. The research data consisted of the Non- Performing Loan statistic of a finance company in Palembang City from January 2015 to June 2018 and statistic of inflation level, from January 2015 to June 2018, which is periodic data (time series) form. The research method utilized in the research is quantitative, with linear regression as the research technique, and supported by the SPSS software 24.0 version. The research result has shown that inflation is not affected directly on Non-Performing Loan level.

Keywords : Inflation, NPL, Linier Regression

ABSTRAK

Salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan perusahaan pembiayaan adalah bagaimana perusahaan tersebut dapat menciptakan profit. Semakin tinggi profit yang dihasilkan, maka semakin besar pula peluang perusahaan tersebut untuk berkembang. Salah satu faktor krusial yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan pembiayaan adalah piutang bermasalah (Non Performing Loan). Semakin tinggi piutang bermasalah (Non Performing Loan) maka semakin besar pula profit perusahaan berkurang, demikian pula sebaliknya, semakin kecil piutang bermasalah yang timbul maka semakin besar pula profit yang dapat dibukukan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya piutang bermasalah (Non Performing Loan) pada perusahaan pembiayaan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya piutang bermasalah (Non Performing Loan) adalah faktor ekonomi makro, terutama faktor inflasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris keterkaitan Inflasi terhadap tingkat Piutang Bermasalah (Non Performing Loan) perusahaan pembiayaan di kota Palembang. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik piutang bermasalah perusahaan pembiayaan di kota Palembang dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Juni 2018, dan statistik Inflasi dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Juni 2018, dalam bentuk data berkala (time series). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan teknik analisa Regresi Linier, pengujian menggunakan program SPSS versi 24.0. Hasil penelitian menunjukkan Inflasi tidak berpengaruh terhadap tingkat piutang bermasalah (Non Performing Loan).

Kata kunci : Inflasi, NPL, Regresi Linier

(2)

JURNAL ILMIAH EKONOMI GLOBAL MASA KINI VOLUME 10 No. 02 DESEMBER 2019 ISSN PRINT : 2089-6018 ISSN ONLINE : 2502-2024

100 1. Pendahuluan

Secara umum lembaga keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu lembaga yang memiliki aktivitas utamanya memberikan pelayanan jasa di bidang keuangan. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/PJOK.05/2014 Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa. Hingga bulan Juni 2018, jumlah perusahaan pembiayaan di Indonesia yang tercatat di OJK sudah mencapai 255 perusahaan. Jumlah tersebut terdiri dari 188 perusahaan pembiayaan konsumen, 65 perusahaan modal ventura dan 2 perusahaan pembiayaan infrastruktur. Di kota Palembang sendiri, jumlah perusahaan pembiayaan berjumlah 71 perusahaan.

Menurut surat edaran OJK No 1/SEOJK.05/2016, tentang kesehatan perusahaan pembiayaan, disebutkan bahwa tingkat kesehatan keuangan adalah hasil penilaian kondisi perusahaan pembiayaan terhadap resiko permodalan, likuiditas, asset, operasional dan kinerja perusahaan pembiayaan. Pengukuran rasio tingkat kesehatan keuangan perusahaan pembiayaan ini meliputi:

1. Rasio permodalan,

2. Kualitas piutang pembiayaan, 3. Rentabilitas dan

4. Likuiditas.

Ismail (2013) menjelaskan bahwa NPL dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1. Faktor Internal, baik dari internal perusahaan (seperti kesalahan dalam prosedur pemberian piutang, kesalahan penanganan piutang dan kemampuan manajerial) ataupun dari debitur (kapasitas dan karakter). Faktor ini dapat disebut dengan faktor makro internal perusahaan.

2. Faktor Eksternal yang dapat disebabkan oleh makro ekonomi, keadaan pasar, peraturan pemerintah, politik serta bencana alam. Faktor ini dapat disebut dengan faktor makro eksternal perusahaan.

Faktor makro ekonomi yang sering berpengaruh terhadap tingkat NPL antara lain: Inflasi, Nilai Tukar Mata Uang, GDP dan lain sebagainya.

Dalam 4 tahun terakhir, pertumbuhan NPL perusahaan pembiayaan di kota Palembang mengalami fluktuasi yang dinamis, hal ini tercermin pada grafik dibawah ini:

Gambar 1. Grafik NPF

Dari grafik diatas, terlihat bahwa trend NPF dari tahun 2015 hingga 2016 mengalami penurunan, namun pada tahun 2017 terjadi kenaikan yang cukup signifikan sebesasr 125%, meskipun pada tahun 2018 NPF telah turun 9.2%.

Seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan NPF mengalami kenaikan dan penurunan. Salah faktor yang dapat mempengaruhi tingkat NPF adalah Inflasi. Grafik Inflasi Indonesia untuk periode tahun 2015 s.d 2018 sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik Inflasi

Dari grafik diatas terlihat bahwa pada tahun2016 Inflasi Indonesia mengalami penurunan sebesar 44,67%, namun ditahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 7.39%

dan ditahun 2018 (sampai dengan bulan Juni), mengalami penurunan sebesar 14,17%.

1. Inflasi

Menurut Rahardja (2004), inflasi dapat diartikan sebagai gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Sedangkan Samuelson (2001) mendefinisikan inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadi kenaikan tingkat harga umum, baik barang-barang, jasa-jasa maupun faktor-faktor produksi. Sementara itu menurut Murni (2013), bahwa pengertian inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus. Bank Indonesia sendiri memberikan pengertian Inflasi sebagai kondisi dimana meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.

Latumaerissa (2011), berpendapat bila ditinjau dari parah tidaknya inflasi, maka inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Inflasi ringan (di bawah 10% setahun) b. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun) c. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun) d. Hiperinflasi (di atas 100%)

2. Piutang Bermasalah (Non Performing Loan)

Siamat (2002) mendefinisikan bahwa kredit bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali

(3)

JURNAL ILMIAH EKONOMI GLOBAL MASA KINI VOLUME 10 No. 02 DESEMBER 2019 ISSN PRINT : 2089-6018 ISSN ONLINE : 2502-2024

101 debitur. Suhardjono (2003), menyebutkan bahwa pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada lembaga keuangan, seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian pembayaran.

Menurut Mahmoedin (2004) Non Performing Loan atau kredit bermasalah merupakan kredit dimana debiturnya tidak dapat memenuhi persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya, misalnya mengenai pembayaran bunga, pengembalian pokok pinjaman dan peninngkatan agunan

Berdasarkan surat edaran OJK Nomor /POJK.05/2014, bahwa yang dimaksud dengan piutang pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) adalah piutang yang memiliki kriteria kurang lancar, diragukan, dan/atau macet. Lebih lanjut dijelaskan dalam surat edaran tersebut, nilai piutang pembiayaan dengan kategori kualitas piutang pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) setelah dikurangi cadangan penyisihan penghapusan piutang pembiayaan wajib paling tinggi sebesar 5% (lima persen) dari total piutang pembiayaan.

3. Penelitian Sebelumnya

Sebagai referensi dan acuan dalam penelitian ini, penulis telah mengidentifikasi serta mempelajari beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki beberapa kesamaan masalah penelitian, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Mutamimah dan Siti Nur Zaidah Chasanah 2012, yang melakukan penelitian tentang faktor-faktor Eksternal dan Internal yang mempengaruhi Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Rizal Nur Firdaus 2016, dimana mereka melakukan penelitian tentang pengaruh faktor Internal dan Eksternal terhadap Pembiayaan Bermasalah pada bank umum Syariah.

4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Inflasi berpengaruh terhadap NPL.

5. Kerangka Pemikiran

Agar penelitian ini lebih terfokus, penulis telah menyusun kerangka pemikiran penelitian, sebagai berikut:

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

6. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

b. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder berupa data time series dari bulan Januari 2015 s.d Juni 2018.

c. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian ini merupakan penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang membentuknya. Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Definisi Indikator Skala Inflasi (X) inflasi adalah

suatu

kejadian yang menunjukan kenaikan tingkat harga secara umum dan

berlangsung secara terus menerus.

Statistik dari BPS

Persen

Non Performing

Loan (Y)

NPL adalah adalah piutang yang memiliki kriteria kurang lancar, diragukan, dan/atau macet.

Statistik dari OJK

Persen

d. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif.

e. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data pada penelitian ini dengan menggunakan teknik regresi linier dengan bantuan program SPSS versi 24.0

2. Pembahasan

A. Gambaran Singkat Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Pembiayaan di kota Palembang yang tercatat di OJK Regional 7 sampai dengan tahun 2018 Saat ini secara nasional jumlah perusahaan pembiayaan yang terdaftar di OJK telah mencapai 255 perusahaan. Dari jumlah tersebut 71 perusahaan diantaranya telah memiliki cabang / perwakilan yang tersebar di kota Palembang.

B. Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Variabel N Min Max Mean Std.

Deviation INFLASI 42 0.03 0.07 0.0446 0.01417

NPF 42 0.02 0.05 0.0257 0.0093 Valid N

(listwise) 42

(4)

JURNAL ILMIAH EKONOMI GLOBAL MASA KINI VOLUME 10 No. 02 DESEMBER 2019 ISSN PRINT : 2089-6018 ISSN ONLINE : 2502-2024

102 Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah sampel sebanyak 42. Dengan rata-rata tingkat inflasi sebesar 0.0446 (4.46%), inflasi tertinggi sebesar 7%, dan inflasi terendah sebesar 3%. . Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa nilai standard deviasi lebih kecil dari nilai rata- rata, ini menunjukkan bahwa data yang digunakan tidak bervariasi. Nilai rata-rata semua variabel lebih mendekati ke nilai minimum, hal ini berarti bahwa nilai rata-rata semua variabel dalam penelitian ini cukup rendah.

NPF mengalami peningkatan tertinggi sebesar 5%, dan penurunan terendah 2%, rata rata persentase NPF sebesar 2.5%.

2. Analisis Regresi Variabel X Terhadap Variabel Y Hasil analisis variabel Independen terhadap variabel dependen tersaji pada tabel Summary dan Coefficients di bawah.

Tabel 3. Model Summary Model R R Square Adjusted

R Square

Std. Error of the Estimate

1 .483a 0.233 0.173 0.00846

a. Predictors: (Constant), INFLASI

Tabel 4. Uji Regresi Variabel X Terhadap Variabel Y

Model

Unstandardized Coefficients

Standa rdized Coeffic

ients t Sig.

B Std.

Error Beta

1

Constant -0.088 0.082 -1.073 0.29

INFLASI 0.154 0.175 0.235 0.881 0.38 4

a. Dependent Variable: NPF

Hasil penelitian ini juga bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutamimah dan Siti Nur Zaidah Chasanah 2012. Namun hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizal Nur Firdaus 2016.

3. Kesimpulan

Pertumbuhan Inflasi secara langsung tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat NPL pada perusahaan pembiayaan di kota Palembang.

Meskipun inflasi turun, tidak serta merta meningkatkan kemampuan keuangan masyarakat. Hal ini dikarenakan, penurunan tingkat inflasi jarang sekali diikuti dengan penurunan harga, terutama harga barang konsumi pokok, sehingga kemampuan keuangan masyarakat tidak mengalami peningkatan, dengan demikian kemampuan masyarakat membayar kewajibannya pun tidak mengalami peningkatan. Kondisi ini berpotensi memicu peningkatan NPL.

Daftar Pustaka

As. Mahmoedin. 2004. Melacak Kredit Bermasalah, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Praktik. (Jakarta: Kencana, 2013)

Julius R. Latumaerissa. 2011. Bank dan Lembaga keuangan lain, Jakarta: Salemba Empat

Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Makro. Edisi Revisi.

Bandung : PT. Refika

Mutamimah dan Siti NUr Zaidah Chasanah. 2012.

Analisis Eksternal Dan Internal Dalam Menentukan Non Performing Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 19, No.1, Maret 2012 : 49-64.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai

significant variabel Independen (Inflasi) > 0.05, ini menunjukkan bahwa variabel independen (Inflasi) terhadap variabel dependen tidak berpengaruh signifikan. Dengan demikian hipotesa yang menyebutkan bahwa inflasi berpengaruh terhadap NPL, ditolak.

Dari hasil pengujian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa, variabel makro ekonomi terutama Inflasi tidak berpengaruh langsung terhadap tingkat Piutang Bermasalah (Non Performing Loan) perusahaan pembiayaan. Namun bukan berarti variabel makro ekonomi tersebut tidak ada pengaruh sama sekali terhadap NPL. Hal ini dapat kita lihat dari hasil pengujian koefisien determinasi pada tabel Model Summary, dimana nilai R Square sebesar 0.233, yang berarti pengaruh yang diberikan oleh variabel tersebut secara langsung sebesasr 23,3%.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hipotesa yang telah dibuat oleh peneliti, dalam hipotesa penelitian disebutkan bahwa variabel makro ekonomi (inflasi) memiliki pengaruh langsung terhadap NPL.

29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan

Prathama Rahardja, dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar, edisi II.

(Jakarta: FE UI, 2004)

Rizal Nur Firdaus. 2015. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. El-Dinar, Vol3, No 1, Januari 2015 Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. 2001.

Ilmu Makro Ekonomi.Jakarta. PT. Media Edukasi.

Siamat, Dahlan. 2002. Manajemen Lembaga Keuangan, Lembaga Penerbitan FEUI, Jakarta Suhardjono, Management Perkreditan Usaha Kecil dan

Menengah (Yogyakarta: (UPP) AMP YKPN, 2003), 252.

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/SEOJK.5/2016

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Suku Bunga(BI Rate ), Inflasi dan Non Performing Loan

Saran yang dapat diberikan adalah : (1) bagi Bank Perkreditan Rakyat di Kota Semarang hendaknya dapat meningkatkan angka Non Performing Loan (NPL)menjadi berada

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI Rate, Pertumbuhan Ekonomi, Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank

Hasil penelitian menunjukan pengujian secara parsial dan simultan individu variabel jangka pendek dan jangka panjang dapat dijelaskan sebagai berikut inflasi

Hasil pengujian menunjukan secara parsial bahwa perputaran piutang terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Hasil Penelitian ini variabel inflasi dan suku bunga (BI Rate) secara bersama – sama berpengaruh terhadap kredit bermasalah (NPL) pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) hal ini

Kredit Bermasalah (NPL/Net Performing Loan) adalah salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank, karena NPL yang tinggi adalah indikator gagalnya bank dalam mengelola

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, ROA, Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia