PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MENGATASI STRES KERJA PEGAWAI PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SELATAN RAYON
MATTOANGING
Ignata Bandaso1, Manda HM2, Dyan Fauziah Suryadi3
1,2,3STIE YPUP
ABSTRACT
Emotional intelligence is now very important. An employee who has emotional intelligence will be able to control his feelings well. So with the presence of emotional intelligence an employee will be able to cope with the stress of work experienced. This study aims to determine the positive influence of emotional intelligence in overcoming the work stress of employees. The usefulness of this research for companies is in an effort to improve employee performance through emotional intelligence in overcoming employee work stress. This research is a quantitative study using observation, interviews and questionnaires in data collection. The sample of this study was 25 permanent employees of PT. PLN (Persero) Makassar Selatan Area Mattoanging District using simple linear regression analysis. The results of the study showed that emotional intelligence has a positive effect in overcoming the work stress of employees.
Keywords: emotional intelligence, stress of work.
History of article Received: 28-05-2019 Reviewed: 29-05-2019 Revised: 23-05-2019 Accepted: 27-05-2019 Published: 30-06-2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mengamati perkembangan dunia saat ini dengan segala tuntutan kehidupan yang harus dipenuhi, seseorang harus bisa mengendalikan sikap emosional yang dimiliki apalagi dalam hal pekerjaan. Pada kenyataannya banyak pegawai yang sering mengalami beberapa kondisi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan seperti beban kerja yang berlebihan, keterbatasan waktu, hubungan yang kurang baik dengan rekan kerja dan hal- hal lain yang dapat membuat seseorang menjadi tertekan. Kecerdasan emosional menjadi penting karena dapat menghilangkan stres kerja. Seorang pegawai yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja yang dihadapinya. Tanpa adanya kecerdasan emosional sangat sulit bagi seorang pegawai dalam menghadapi masalah yang sudah menjadi bagian atau resiko profesi.
Selain itu juga perlu dipahami bahwa seorang pegawai yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu bertindak atau berperilaku dengan etis dalam pekerjaan yang dilakukan.
Stres kerja sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya baik internal maupun eksternal yang
dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis yang terjadi sebagi konsekuensi dari tindakan lingkungan.
Masalah stres kerja di dalam suatu perusahan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efesiensi di dalam pekerjaan. Stres kerja pegawai perlu dikelola dengan baik agar potensi-potensi yang merugikan perusahaan dapat diatasi.
PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang penyediaan tenaga listrik yang keberadaannya sangat dibutuhkan masyarakat. Sebagai salah satu instrumen dalam pembangunan, keberadaan perusahaan ini dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat luas.
PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging secara tidak langsung mengalami penumpukan ruang lingkup pekerjaan yang meliputi yaitu usaha penyedia tenaga listrik, diantaranya: pembangkitan, penyaluran, distribusi, perencanaan, pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik dan pengembangan penyediaan tenaga listrik.
Selain itu juga usaha penunjang tenaga listrik diantaranya konsultasi yang berhubungan ketenagalistrikan, pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagakelistrikan dan
ISSN: 2549-6182 (Online) pengembangan teknologi peralatan yang
menunjang penyedia tenaga kelistrikan. Oleh karena itu, dengan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai bisa menyebabkan stres kerja, sehingga diperlukan adanya kecerdasan emosional dalam mengatasi stres kerja pegawai.
Kecerdasaan emosional yang perlu dimiliki pegawai adalah ketika pegawai tersebut mengalami stres kerja. Stres kerja yang biasa dihadapi pegawai PT. PLN (persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging adalah beban kerja yang terlalu banyak, waktu kerja yang mendesak, lingkungan kerja, menghadapi keluhan dari pelanggan.
Fenomena masalah yang sering dihadapi perusahaan berhubungan dengan kecerdasan emosional adalah menghadapi pelanggan yang mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda- beda sehingga mengakibatkan pegawai harus mampu mengendalikan emosinya, kemudian ketidakpuasan pelanggan dalam menerima penjelasan dari pegawai yang melayani keluhan-keluhan mereka, maka pegawai tersebut harus mampu memanajemen dirinya, sehingga emosi yang timbul tidak menjadi kemarahan bagi pelanggan. Selain itu, beban kerja yang cukup banyak, menuntut pegawai harus dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kecerdasan emosional berpengaruh dalam mengatasi stres kerja pegawai pada PT. PLN (Persero) Area Makasar Selatan Rayon Mattoanging?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional dalam mengatasi stres kerja pegawai pada PT.
PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging.
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu sumber referensi perusahaan dalam mengambil kebijakan sebagai upaya meningkatkan kinerja karyawan melalui kecerdasan emosional dalam mengatasi stres kerja pegawai. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang manajemen sumber daya manusia
TINJAUAN LITERATUR
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan individu untuk memonitor perasaan sosial dan emosi pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing proses pemikiran mereka[1].
Ada 5 faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang, yaitu: (1) mengenali emosi diri. Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu terjadi. (2) Manajemen emosi.
Manajemen emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani atau mengatur perasaan yang terjadi dalam dirinya agar dapat dikendalikan dengan tepat atau sesuai sehingga tercapai keseimbangan atau kesamaan dalam diri pribadi individu.
Menjaga agar emosi yang terjadi tetap terkendali dengan baik merupakan kunci untuk menuju kesejahteraan emosi. (3) Memotivasi diri sendiri. Memotivasi diri sendiri merupakan menata atau mengatur emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi.
Maka diperlukan untuk dapat mengendalikan diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang dan mampu menyesuaikan diri dalam alur yang memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. (4) Empati (mengenali emosi orang lain). Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengenali atau peduli terhadap keadaan atau situasi yang di alami orang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan empati dalam dirinya akan lebih mampu menangkap keadaan-keadaan sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa- apa saja yang dibutuhkan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Seseorang yang mampu membaca emosi yang ada pada diri orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. (5) Keterampilan sosial. Keterampilan sosial adalah kemampuan dalam berinteraksi, berkomunikasi secara baik dalam membina hubungan antar sesama manusia. Keterampilan dalam keberhasilan membina hubungan ini akan sukses dalam
bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan baik pada orang lain. Orang-orang ini popular dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuanya berkomunikasi dan berinteraksi[2].
Kecerdasan emosi untuk mengembangkan kompetisi diri yang efektif adalah[3]:
1. Pengaturan diri. Mengelola emosi dan menahan implus-implus negatif melalui: (i) berhenti menuruti impuls-impuls jika menghasilkan perilaku-perilaku tidak produktif, tetap tenang, positif dan tidak bingung bahkan pada masa-masa sulit sekalipun; (ii) berfikir tenang dan fokus sekalipun dibawah tekanan.
2. Keaslian. Jujur pada diri sendiri dan orang lain melalui (i) membangun kepercayaan melalui keandalan diri dan perilaku yang sesuai; (ii) bertindak etis dan tidak melakukan tindakan-tindakan tercela; (iii) mengakui kekurangan diri sendiri dan memegang teguh nilai-nilai yang luhur; (iv) mengantisipasi kesalahan yang terkadang dilakukan.
3. Fleksibilitas. Memahami dan adaptif terhadap perubahan melalui (i) mengurangi potensi perubahan dalam perencanaan; (ii) mampu melepas, menerima pergeseran skala prioritas dan perubahan yang menantang; (iii) mampu beradaptasi dalam menghadapi peristiwa atau orang-orang yang berbeda; (iv) terbuka menghadapi isu- isu perubahan dalam mengeksplorasi implikasi pribadi; (v) inovatif menghadapi perubahan dan aktif mengemukakan gagasan-gagasan.
4. Motivasi diri menggembangkan wawasan secara positif melalui: (i) memiliki dorongan untuk selalu memperbaiki atau memenuhi standar yang tinggi; (ii) memperlihatkan komitmen kuat dalam semua hubungan.
5. Pengakuan emosi orang lain: (i) keinginan untuk selalu memperbaiki hubungan kerja;
(ii) empati kepada orang lain dan kemauan mendengarkan ungkapan perasaan mereka;
(iii) penguasaan emosi anda agar dapat menyalurkan emosi dengan tepat; (iv) memberikan perhatian dalam upaya membangun hubungan relasi yang positif.
Stres Kerja
Stres kerja adalah kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Jika stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang dalam berinteraksi secara positif atau baik dengan lingkungan sekitar, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun diluarnya. Artinya pegawai yang bersangkutan akan mengalami kemungkinan berbagai gejala negatif yang berpengaruh pada kegiatan di perusahaan yang dilakukan[4].
Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami pegawai dalam menghadapi pekerjaan.
Stres kerja ini tampak dari tampilan diri, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, dan lain sebagainya[5].
Empat pendekatan yang digunakan dalam manajemen stres pegawai[6]:
1. Pendekatan dukungan sosial. Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan keputusan sosial kepada pegawai agar tidak mengalami stres kerja, misalnya bermain game maupun lelucon.
2. Pendekatan melalui meditasi (meditation).
Pendekatan ini perlu dilakukan pegawai dengan cara berkonsentrasi ke alam pikiran, mengendorkan kerja otot dan menenangkan emosi.
3. Pendekatan biofeedback. Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis berupa bimbingan dokter, psikiater, dan psikiolog, sehingga diharapkan karyawan dapat menghilangkan stres yang dialaminya.
4. Pendekatan kesehatan pribadi. Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini, karyawan secara periode waktu yang berkelanjutan memeriksakan kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur.
Tiga gejala stres yaitu[7]:
1. Gejala Fisik. Gejala fisik antara lain pernafasan menjadi semakin cepat, mulut dan kerongkongan menjadi basah oleh keringat, tubuh terasa gerah atau panas, otot-otot menjadi tegang, tubuh mengalami gangguan pencernaan, diare, susah buang air besar atau sembelit, badan terasa lelah, kepala menjadi sakit atau tegang, berkedut (bergetarnya urat- urat pada kelopak mata), perasaan sangat gelisah.
ISSN: 2549-6182 (Online) 2. Gejala perilaku. Gejala perilaku antara lain
tidak termotivasi, lekas marah, sering salah paham, perasaan khawatir dan sedih, tidak berdaya, gelisah, gagal dalam menjalankan pekerjaan, tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi, menarik diri dari pergaulan orang lain.
3. Gejala di tempat kerja. Gejala di tempat kerja antara lain kepuasan kerja menurun, rendahnya prestasi kerja, hilangnya vitalitas dan semangat kerja, serta tidak komunikatif. Menurunnya kreativitas dan inovasi perhatian lebih pada tugas-tugas yang tidak produktif. Gejala-gejala lain mungkin dapat saja muncul dan jika dibiarkan dapat menimbulkan akibat-akibat yang serius. Secara umum stres dapat diidentifikasi berdasarkan gejala yang tampak dari sisi fisiologis, psikologis dan perilaku ditempat kerja.
Penyebab stres kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggungjawab, konfik kerja, perbedaan yang lain antara pegawai dengan pemimpin yang frustasi dalam pekerjaan.[8]
Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada 3 pola mengatasi stres yaitu:
(1) Pola sehat. Pola sehat adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan, sehingga dengan adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong dalam kelompok pola sehat ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak. (2) Pola harmonis. Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Ia pun selalu menghadapi tugas secara tepat dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada oranglain dengan memberikan kepercayaan penuh.
Dengan demikian akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan serta keharmonisan antara dirinya dan lingkungan. (3) Pola patalogis.
Pola patalogis adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis.[9]
Rumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis dari penelitian ini adalah kecerdasan emosional berpengaruh dalam mengatasi stres kerja pegawai pada PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari pegawai tetap pada kantor PT PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging yang berjumlah 25 orang.
Teknik Sampling
Teknik Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling jenuh.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel[10]. Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini adalah semua pegawai tetap PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging sebanyak 25 orang.
Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berupa keterangan, penjelasan dari hasil observasi dan wawancara dilapangan yang tidak berupa angka-angka atau tidak dapat dihitung. Data ini diperoleh langsung dari PT PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging. (2) Data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang dapat dihitung berupa angka-angka yang diperoleh langsung dari PT PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging.
Adapun sumber data yang digunakan adalah: (1) Data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus dan panel atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi. (2) Data sekunder.
Data sekunder yaitu data yang didapat dari catatan, buku dan majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, buku-buku sebagai teori dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data: (1) Observasi. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan; (2) Wawancara.
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumber yang dibutuhkan; (3) Angket (Questionnaire).
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang yang menjadi objek penelitian yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna[11].
Variabel dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:
1. Kecerdasan emosional (variabel independen)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan serta kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
2. Stres kerja pegawai (variabel dependen) Stres kerja adalah kondisi ketegangan yang menciptakan ketidakseimbangan fisik dan psikis seorang pekerja sehingga mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondusinya. Penyebab stres kerja seperti beban kerja yang berlebihan, waktu kerja yang diberikan tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan, lingkungan kerja dan lain sebagainya.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis deskriptif kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif digunakan dengan cara menganalisis data, menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi tentang objek penelitian dengan profil para pegawai tetap PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging.
2. Analisis regresi linear sederhana
Analisis ini terdiri atas suatu variabel independen dan dependen. Analisis regresi linear sederhana ini digunakan untuk mengetahui pengararuh kecerdasan emosional dalam mengatasi stres kerja pegawai pada PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Uji validitas
Digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sah atau valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner itu.[12] Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dan r tabel. Nilau r tabel dapat dilihat dengan degree of freedom (df)= n – 2 (n adalah jumlah sampel). Untuk mengetahui validitas item pertanyaan yang diajukan dapat dilihat dari nilai rhitung dan rtabel yang ada, jika nilai rhitung> rtabel maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Berdasarkan olah data tentang hasil uji validitas, diketahui bahwa semua item pertanyaan valid karena > , maka dalam penelitian ini semua item pernyataan kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan data.
2. Uji reabilitas
Dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid. Uji ini digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memiliki Cronbach Alpha > 0,60.[13] Berdasarkan olah data tentang uji reliabilitas diketahui bahwa semua variabel koefisien Cronbach alpha positif dan > 0,60 maka disimpulkan bahwa semua variabel reliabel.
3. Uji regresi linear sederhana
Uji regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat) yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Hal ini berarti untuk mengetahui hubungan Kecerdasan Emosional (X) dan Stres kerja pegawai (Y). Berikut adalah
ISSN: 2549-6182 (Online) hasil uji regresi linear sederhana
menggunakan SPSS.
Tabel 1. Uji Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 11,697 4,107 2,848 ,009
X ,725 ,141 ,732 5,146 ,000
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel 1 ditemukan persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut:
Y= 11,697 + 0,725x 4. Uji Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Pada penelitian ini uji koefisen korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional (X) dengan stres kerja pegawai (Y).
Tabel 2. Uji Koefisien Korelasi Model Summary
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,732a ,535 ,515 1,67337
a. Predictors: (Constant), X Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada PT.
PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging maka kecerdasan emosional berpengaruh dalam mengatasi stres kerja pegawai. Hal ini dapat dilihat dari analisis hasil penelitian yaitu melalui uji regresi linear sederhana diperoleh persamaan Y = 11,697 + 0,725x. Persamaan ini menunjukkan bahwa konstanta sebesar 11,697 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel kecerdasan emosional maka dalam mengatasi stres kerja pegawai pada PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging adalah sebesar 11,697. Apabila kecerdasan emosional mengalami kenaikan satu satuan, maka akan memberi pengaruh sebesar 0,725 terhadap kemampuan pegawai dalam mengatasi stress kerja.
Berdasarkan uji koefisien korelasi, dapat dilihat bahwa nilai R menjelaskan besarnya nilai korelasi atau hubungan antara variabel bebas (kecerdasan emosional) dan variabel
terikat (stres kerja pegawai) sebesar 0,732 atau 73,2%. Nilai R Square menunjukkan bahwa variabel bebas (kecerdasan emosional) berpengaruh sebesar 0,535 atau 53,5%
terhadap variabel terikat (stres kerja) sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pegawai PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging memiliki kecerdasan emosional yang baik, sehingga mampu mengatasi stres kerja yang dialami.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh dalam mengatasi stres kerja pegawai pada PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging. Hal ini memberikan gambaran bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki seorang pegawai maka akan semakin baik dalam mengatasi stres kerja.
Saran
PT. PLN (Persero) Area Makassar Selatan Rayon Mattoanging diharapkan dapat memberikan pelatihan dan stimulus dalam upaya peningkatan kecerdasan emosional yang dimiliki setiap pegawai untuk mengatasi stres kerja sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mernia, F. 2017. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kemampuan Pegawai dalam Mengatasi Stres Kerja Pegawai pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Pendidikan Ujung Pandang.
[2] Cahyadi, A.H. 2016. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Emosional Dan Spritual Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Baruga Asri Nusa Development Makassar.
Skripsi. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Pendidikan Ujung Pandang.
[3],[9] Mangkunegara, A.P. 2014. Perencanaan
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Edisi 6. Bandung: Refika Aditama.
[4] Siagian, P.S. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 24. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
[5],[6],[8] Sinambela, L.P. 2018. Manajemen
Sumberdaya Manusia Membangun Tim Kerja yang Solid Untuk Meningkatkan Kinerja. Edisi 3. Jakarta: PT Bumi Aksara.
[7] Wahyudi. 2017. Manajemen Konflik dan Stres dalam Organisasi. Bandung: CV Alfabeta
[10] Sugiyono. 2015. Statistik untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
[11] Riduwan. 2014. Dasar-Dasar Statistika.
Bandung: Alfabeta
[12],[13] Sujarweni, V.W. 2015. Metodologi
Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.