PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU, LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS
TERPADU SISWA KELAS VII SMP N 3 PARIAMAN
JURNAL
OLEH:
IFNAWILDA 12090090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU, LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS
TERPADU SISWA KELAS VII SMP N 3 PARIAMAN Oleh
Ifnawilda
1, Dina Amaluis
2, Lovelly Dwinda Dahen
31)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar
2,3)
Dosen Program Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar Jl. Guning Pangilun No.1 Padang Sumatera Barat Email : ifna.wilda @yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru, lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi belajar dan terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII SMP N Pariaman.Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan asosiatif.Populasi berjumlah 243 orang.Sampel sebanyak 151 orang.Instrumen yang digunakan berupa angket tertutup.Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru, lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi beajar secara parsial dan simultan digunakan uji t dan uji F. Pertama kompetensi pedagogik guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar.Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,297. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 5,862 > ttabel sebesar 1,96. Artinya apabila Kompetensi Padagogik Guru baik, maka Hasil beajar akan menigkat sebesar 0,297 dalam setiap satuannya. KeduaLingkungan Fisik Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar.Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,152. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 2,602 < ttabel 1,96. Artinya apabila Lingkungan Fisik Sekolah baik, maka Hasil beajar akan menigkat sebesar 0,152 dalam setiap satuannya Ketiga Kecerdasan Emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar. Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,356. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung, 4,058 < ttabel sebesar 1,96 Artinya apabila Kompetensi Padagogik Guru baik, maka Hasil beajar akan menigkat sebesar 0,356 dalam setiap satuannya. Keempat Motivasi Belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar.Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,397. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung, 8,306 < ttabel sebesar 1,96 Artinya apabila Motivasi Belajar baik, maka Hasil beajar akan menigkat sebesar 0,397 dalam setiap satuannya. Kelima Kompetensi Pedagogik Guru, Lingkungan Fisik Sekolah, Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP N 3 Pariaman. Dimana diperoleh nilai Fhitung 72,125 > Ftabel 2,27 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 < = 0,05. Hal ini berarti Ha diterima dan H0 ditolak.
Kata kunci : Kompetensi Pedagogik Guru, Lingkungan Fisik Sekolah, Kecerdasan Emosional, Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar.
ABSTRACT
This research aim to to know Influence ofPedagogical competence, environment school,Emotional Intelligence end motivation learn, to result learn class student of VII at subject of IPS Terpadu in SMP N 3 Pariaman.Type Research is descriptive and asosiatif. Population amounting to 243 people. Sampel use counted 151 people. Instrument used for research in the form of enquette closed. To know influence of, Pedagogical competence,environment school,Emotional Intelligence, motivation learn by parsial and simultan by technique test and t F. Result of data analysis indicate that (1)There are influence which is signifikan among Pedagogical competence to result learn student at subject of IPS Terpadu Class of VIISMP N 3 Pariaman, with ttest 5,862 (2)There are influence which is signifikan among environment school to result learn student at subject of IPS Terpadu Class of VII SMP N 3 Pariaman, with ttest2,602 (3) There are influence which is signifikan among Emotional Intelligence to result learn student at subject of Manegement Class of VII SMP N 3 Pariaman, with ttest4,058 (4) There are influence which is signifikan amongmotivation learn to result learn student at subject of Management Class of VII SMP N 3 Pariaman, with ttest8,306 (5) There are influence which is signifikan amongPedagogical competence, environment school, Emotional Intelligence,motivation learn by simultan to result learn student at subject of IPS Terpadu Class of VII SMP N 3 Pariaman, with Ftest72,125. Level ofPedagogical competence, environment school,Emotional Intelligence,endmotivation learn to result learn student SMP N 3 Pariaman influenced by other factor which is input do not in this research
Keyword :Pedagogical competence, environment school, Emotional Intelligence , motivation learn, andResultofLearning
PENDAHULUAN
Pendidikan pada masa sekarang sangatlah penting, hal ini karena dengan adanya pendidikan kita bisa mendapatkan ilmu, keterampilan dan pengalaman.
Diharapkan dengan adanya pendidikan tingkat kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM) mengalami kemajuan, sehingga dapat membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mengembangkan kualitas sumber daya manusia khususnya generasi muda sebagai komponen bangsa secara optimal.
Selain itu juga mengupayakan perluasan dan pemerataan perolehan pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga akan tercipta rakyat Indonesia yang
berkualitas tinggi. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah telah berusaha mengadakan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Usaha-usaha tersebut antara lain dengan penyempurnaan kurikulum yaitu perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diganti dengan Kurikulum 2013 untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekolah serta menimbulkan peran dan keterampilan seorang guru dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pelatihan dan penataran guru. Kurikulum 2013 yang katanya sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya tetapi belum sepenuhnya dilaksanakan.
Dalam proses pembelajaran siswa dituntut agar dapat memahami materi pelajaran yang diberikan. Meskipun demikian, setiap siswa tidak memiliki
kemampuan dan tingkat pengetahuan yang sama satu dengan yang lainnya. Selain itu, adanya anggapan siswa mengenai mata pelajaran yang rumit dan terlalu sulit, diduga menyebabkan siswa tidak memperhatikan ketika proses pembelajaran berlangsung, sehingga pada akhirnya ketuntasan belajar siswa akan tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh sekolah masing-masing, dan hal ini akan menyebabkan keinginan siswa untuk belajar menjadi berkurang.
Hasil belajar merupakan output dari setiap bidang ilmu pengetahuan, baik bidang eksaktraktif maupun sosial yang terdapat pada setiap jenjang pendidikan. Abdurrahman (2003:68) dalam ( Dimyati dan Mujhiono, 2006:105) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Semakin tinggi hasil belajar maka pembelajaran yang telah dilaksanakan semakin baik.
Permasalahan yang dirujuk dalam penelitian ini ialah hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII IPS SMP N 3 Pariaman yang kurang optimal dilihat dari jumlah siswa yang belum tuntas nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Sesuai dengan nama sekolahnya SMPN Pariaman merupakan sekolah yang berkeriteria baik dilihat dari hasil yang dicapai sekolah dalam penghargaan dalam bidang olahraga, seni, olimpiade dan termasuk prestasinya dapat dilihat dari hasi UAN pada tahun ajaran 2013/2014 mendapat peringkat ke 3 pada tingkat Kabupaten/Kota.
Hasil belajar siswa sendiri banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti yang dikemukakan oleh Muhibbinsyah (2012) dalam (Purwanto, 2011:55) penjelasannya bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal siswa (minat, sikap, tingkat kecerdasan /intelegensi, bakat, dan motivasi) dan faktor eksternal siswa, yang terdiri dari lingkungan sosial (lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat) dan lingkungan non- sosial. Kurangnya pengawasan oleh pihak pengamanan sekolah membuat siswa masih ada yang membolos, keluar masuk sekolah tanpa memiliki izin dari guru yang bertugas, maupun datang terlambat ketika tidak ada penjagaan.
Berdasarkan hasil observasi di SMP N 3 Pariaman khususnya pada kelas VII, diperoleh kesimpulan bahwa siswa cenderung kesulitan dalam mengerjakan soal terbuka berbentuk cerita. Mereka juga tidak terbiasa mempresentasikan penyelesaian soal di depan kelas. Hal tersebut mengakibatkan IPS Terpadu tidak disukai para siswa sehingga mereka malas belajar. Berikut ditampilkan data nilai Mid semester genap siswa SMPN 3 Pariaman pada mata pelajaran IPS Terpadu semester 2 ( genap ) Tahun ajaran 2015/2016
Tabel 1. Nilai Mid Semester Genap siswa SMPN 3 Pariaman Mata Pelajaran IPS Terpadu Tahun Ajaran 2015/2016
N o
Kelas Jumlah siswa (orang )
KKM Tuntas Tidak tuntas
Jumlah % Jumlah %
1 VII.1 31 76 23 74,1% 8 25,8%
2 VII.2 34 76 5 14,7% 29 85,2%
3 VII.3 35 76 10 28,5% 25 74,2%
4 VII.4 36 76 5 13,8% 31 86,1%
5 VII.5 35 76 1 2,85% 34 97,1%
6 VII.6 36 76 4 11,1% 32 88,8%
7. VII.7 36 76 9 25% 27 75%
Jumlah 243 57 23,4% 186 76,5%
Sumber : Guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman Tahun ajaran 2015/2016
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa SMPN 3 Pariaman pada ujian mid semester genap mata pelajaran IPS Terpadu masih
rendah, karna dari 243 orang siswa yang dapat nilai tuntas hanya 23,4% sedangkan 76,6% siswa memperoleh nilai tidak tuntas.
Kelas yang memiliki persentase siswa terbanyak yang tidak tuntas adalah kelas VII.5 karna dari 35 siswa hanya 1 orang yang tuntas. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa tersebut penulis melihat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai ujian mid semester pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Dengan hasil nilai siswa yang belum memuaskan perlu adanya peningkatan pada proses pembelajaran siswa. Faktor penentu utama untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah kompetensi pedagogic guru, mengungkap apa yang mereka terima dari guru, Hal ini berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Selain fungsi guru sebagai pengajar, seorang guru juga mempunyai kompetensi sebagai fasilator, komunikator, motivator dan juga evaluator.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dikutip dari Mulyasa (2013:38) “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Diantara faktor-faktor yang harus diperlihatkan dalam mendapatkan hasil belajar yang memuaskan adalah faktor kemampuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan cara interaksi antara guru dengan siswa. Faktor tersebut harus dimiliki guru didalam melaksanakan proses belajar mengajar, sebab dalam proses belajar mengajar terdapat bermacam-macam perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh kemampuan guru dalam mengajar, pengetahuan yang dimilikinya, dan latar belakang pendidikan.
Dalam meningkatkan kualitas mutu
pendidikan terdapat faktor penentu yang menjadi perhatian adalah tenaga kependidikan dalam hal ini adalah guru. Guru merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Pemerintah telah merumuskan 4 jenis kompetensi guru dalam Undang-undang No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu : kompetensi pedegogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi keprofesionalan.
Kompetensi guru mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri, untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan guru yang berkulitas dan kompoten dalam mengajar. Kreatifitas seorang guru ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya kualitas dan efektifitas. Menurut Rustamam (2003:261) seorang guru yang efektif menguasai konsep diri, memahami prinsip-prinsip mendasar dalam proses belajar mengajar, serta mampu mengelola kelas secara efisien. Adapun observasi awal yang dilakukan peneliti tentang jumlah guru yang telah lulus sertifikasi dan guru honor yang ada di SMPN 3 Pariaman sebagai berikut
Sumber : Tata Usaha SMPN 3 Pariaman Tahun ajaran 2015/2016
Dari Tabel diatas jumlah guru di SMPN 3 Pariaman yang berjumlah 49 orang, terdiri dari 42 guru yang sudah mendapatkan sertifikasi dan 9 orang tenaga kerja yang honor. Guru yang sudah mendapatkan sertifikasi adalah guru yang mempunyai kompetensi yang baik. Berdasarkan jumlah tenaga pendidikan di SMPN 3 Pariaman guru yang sudah sertifikasi dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan sangat baik dan dapat menghasilkan peserta didik yang mempunyai hasil belajar yang baik.
Salah satu faktor lain meningkatkan Hasil belajar siswa adalah dengan adanya lingkungan sekolah yang mendukung dalam proses pembelajaran. Menurut Syaodih (2004:164) lingkungan sekolah seperti lingkungan fisik, sosial,dan akademis. Disini pada lingkungan sekolah terdapat lingkungan fisik tidak lengkapnya sumber-sumber dan media belajar seperti jaringan internet sekolah tidak dapat dimanfaatkan oleh siswa pada saat siswa membutuhkan sehingga siswa pergi kewarnet diluar perkarangan sekolah.
Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya yaitu adanya keributan dalam proses pembelajaran bagi yang serius mengikuti pelajaran merasa terganggu, hubungan siswa dengan guru kurangnya perhatian guru kepada siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi. Berasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan di SMPN 3 Pariaman bahwa yang termasuk lingkungan sekolah tidak hanya soal kebersihan dan kriteria sekolah tetapi kondisi fisik dari sekolah tersebut juga mempengaruhi hasil belajar siswa dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Data Hasil Observasi Lingkungan Fisik Sekolah SMP Negeri 3
Pariaman Tahun Ajaran 2015/2016
NO Jenis Ruangan Jumlah
Ruangan
Ukuran (p 𝒙 l)
Kondisi Fisik Keterangan
1. Perpustakaan 1 8x12m Baik Kerusakannya hanya <
15%
2. Ruang keterampilan 1 8x12m Baik Kerusakannya hanya <
15%
3. Musolla 1 10x12m Baik Kerusakannya hanya <
15%
4. Ruangan guru 1 15x8m Rusak Kerusakannya hanya <
65%
5. Ruangan kelas 21 7x9m Baik Kerusakannya hanya <
15%
Sumber : Tata usaha SMPN 3 Pariaman Tahun ajaran 2015/2016
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa lingkungan fisik sekolah sangat
berperan penting dalam proses pembelajaran siswa, dilihat dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lingkungan fisik seperti perpustakaan, labor IPA, ruang BK, musholla dan ruangan kelas. Apa sebab itu katakannya sarana dan prasarana pada lingkungan fisik sekolah yang telah baik contohnya perpustakaannya, yang sudah memiliki berbagai buku referensi yang baru, jadi siswa dengan mudah untuk mencari tugas di perpustakaan. Meminjam buku yang dibutuhkan. Untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai terlihat pada labor computer dan ruangan guru karna pada saat ini masih proses perbaikan.
Selain lingkungan sekolah faktor internal yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah adalah kecerdasan emosional siswa. Proses belajar merupakan proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Ada peserta didik yang mempunyai kemampuan intelektual tinggi, tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah, sebaliknya ada peserta didik yang mempunyai intelektual rendah, tetapi memperoleh hasil belajar yang tinggi.
Menurut Abraham (2011:87) kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan siswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya. Kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati, serta mampu berempati dan bekerjasama dengan orang lain. Kemampuan- kemampuan ini mendukung seorang siswa dalam mencapai tujuan dan cita-cita.
Pengendalian emosi yang ada dalam diri sangat berperan penting dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul, sehingga peran keceerdasan emosional sangat diperlukan.
Berikut hasil pengamatan penulis lakukan dikelas VII.3 pada saat proses belajar berlangsung pada tanggal 4 maret 2016.
Berdasarkan tabel diatas dari 36 siswa yang dapat berkonsentrasi dalam belajar di kelas walaupun ada gangguan dari teman hanya 16 orang dan 20 orang lainnya diganggu oleh temannya seperti mengobrol dikelas, mengajak teman lainya keluar masuk kelas saat proses belajar berlangsung dan ada sebagian siswa yang tidak mampu mengontrol emosinya saat temannya mengejek dan mengolok-olokkannya. Siswa harus mampu mengelola emosinya sendiri, karna mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam dirinya.
Kecerdasan emosional membantu untuk mengenal diri sendiri orang lain dan lingkungan sekitar. Kecerdasan emosional siswa diharapkan mampu membantu siswa untuk mengenal kemampuan dirinya sendiri, terutama dalam mengikuti pelajaran disekolah. Untuk mengenal orang lain maka teman sekelas bisa dijadikan sebagai orang lain yang tentunya harus dikenali agar siswa dapat berinteraksi sebagai makhluk sosial.
Faktor lain yang biasa meningkatkan hasil belajar siswa adalah motivasi belajar siswa. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses pembelajaran.
Menurut Sardiman (2011:75) menyatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dihendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.
Dengan kata lain, hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan maka akan
berhasil pula pelajaran yang ingin dicapai.
Sedangkan menurut Hamalik (2001:158) menyatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.Selanjutnya sewaktu proses pembelajaran berlangsung rata-rata 2 orang siswa mengganggu teman yang lainnya dengan mengajak ribut dan bersikap tak acuh dengan proses pembelajaran. Kurang aktif dalam pembelajaran karena yang berminat untuk menjawab pertanyaan dari guru hanya 2 atau 3 orang siswa. Permasalahan lainnya, pada saat mengerjakan tugas yang diberikan guru, siswa yang mengerjakan tidak secara mandiri dan kurang semangat.
Rendahnya kesadaran untuk membaca buku pelajaran IPS Terpadu di rumah dan kurangnya rasa ingin tahu terhadap permasalahan pelajaran. Dari permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa siswa yang sengaja menciptakan keributan sehingga membuat suasana belajar tidak menyenangkan. Hal ini tidak akan terjadi jika guru tersebut dapat mengelola kelas dengan baik. Guru dapat mengatur keadaan kelas dengan cara membuat peraturan-peraturan dalam proses pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh siswa dan guru.
Menurut pengamatan penelitian hal semacam inilah yang belum peneliti temukan pada saat mengadakan observasi dilapangan.
Permasalahan kurangnya motivasi belajar siswa juga bisa dilihat pada ketepatan siswa dalam mengumpulkan tugas rumah dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Data Observasi KetepatanPengumpulan Tugas 3 IPS Terpadu oleh kelas VII.3 SMP Negeri
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat disimpulkan bahwa dua kelas yang masih banyak siswa yang tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugasnya yang diberikan oleh guru. Dengan begitu dapat kita simpulkan bahwa masih kurangnya
Keberhasilan proses pembelajaran ditandai dengan hasil belajar siswa yang baik. Apabila hasil siswa belum baik, maka proses belajar belum berhasil. Hasil belajar dijadikan sebagai tolak ukur yang digunakan baik itu oleh guru maupun siswa yang dijadikan sebagai alat untuk peningkatan pendidikan. Dalam proses pembelajaran siswa memiliki hasil belajar yang bervariasi, ada yang mendapat hasil diatas rata- rata dan ada pula yang mendapat hasil belajar di bawah rata-rata. Hasil belajar dapat dipengerahui oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah semua yang bersumber dari dalam diri siswa seperti disiplin, faktor kesehatan, minat, bakat, motivasi, daya nalar siswa dan lain-lain. Sedangkan faktor ekternal adalah semua yang bersumber dari luar diri siswa seperti sarana prasarana, lingkungan sekolah, keadaan ekonomi, metode guru mengajar, suasana rumah, kurikulum dan lain- lain.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dan Asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan suatu hal seperti apa adanya. Selanjutnya Arikunto (2006:239) menjelaskan bahawa metode asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa erat hubungannya.
Sebagaimana diketahui bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh lingkungan sekolah, motivasi belajar dan belajar mandiri terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran manajemen siswa kelas X SMK N 3Padang.
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian, dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh kelas X yang terdapat di SMK N 3 Padang. Maka populasi dalam penelitian ini berjumlah 62 orang peserta didik.
Menurut Sugiyono (2011: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Arikunto (2002:112) mengemukakan mengenai sampel populasi yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, penulis menetapkan populasi sebagai sampel karena jumlahnya kurang dari 100. Maka populasi yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini berjumlah 62 orang siswa sehingga penelitian ini tidak dilakukan sampling.
Berdasarkan cara memperolehnya, data dibedakan atas dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang bisa dilakukan oleh peneliti. Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak ketiga. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, angket atau kuisioner yang diisi oleh siswa mengenai lingkungan sekolah, motivasi belajar dan belajar mandiri.
No Kelas Jumlah siswa Siswa yang mengumpulkan tugas
Tepat waktu
Tidak tepat waktu
1. VII.1 31 23 8
2. VII.2 34 13 21
3. VII.3 35 25 10
4. VII.4 36 15 21
5. VII.5 35 19 16
6. VII.6 36 17 18
7. VII.7 36 22 14
Jumlah
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah angket yang disusun dari indikator-indikator dan untuk mengukur skor variabel digunakan dalam bentuk skala likert yang terdiri dari 5 (lima) kategori dengan pernyataan yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), Tidak pernah (TP).
Adapun skor masing-masing jawaban tersebut terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 5. Skala Likert
Kategori
Skor Item Positif
Skor Item Negatif Selalu
Sering
Kadang - kadang Jarang
Tidak Pernah
5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 Sumber : Sugiyono (2011:135)
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan analisis deskriptif, uji kelayakan model dengan menggunakan uji Likelihood Ratio dan uji Ramsey, uji penyimpangan asumsi klasik, uji regresi berganda dan uji hipotesis.
HASIL PENELITIAN A. Hasil Belajar Siswa (Y)
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar
B. KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU Berdasarkan hasil TCR variable Kompetensi Pedagogik Guru adalah 3,34 dan tingkat capaian responden sebesar 66,7%
dengan kategori sedang. Rata-rata perindikator pada variabel kompetensi kemampuan pedagogik antara lain kemampuan dalam memahami peserta didik dengan rata-rata skor sebesar 3,47 dan tingkat capaian responden sebesar 69,45% dengan kategori sedang, kemampuan dalam membuat perencanaan pembelajaran dengan rata-rata skor sebesar 3,30 dan tingkat capaian responden sebesar 65,96 dengan kategori sedang, kemampuan melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis dengan rata-rata skor 3,61 dengan tingkat capaian responden sebesar 72,23% dengan kategori baik. kemampuan dalam mengembangkan peserta didik dengan rata- rata skor 2,96 dengan tingkat capaian
No. Kelas Interval Frekuensi
Fi %
1 50-57 1 0,66
2 58-65 15 9,93
3 66-73 38 25,17
4 74-81 62 41,06
5 82-89 27 17,88
6 90-97 8 5,30
Jumlah 151 100,00
Rata-rata 76,45
Median 75
Modus 80
Maksimum 96
Minimum 50
responden sebesar 59,17% dengan kategori buruk.
Tanggapan yang paling tinggi nilainya terdapat pernyataan nomor 1 adalah guru IPS terpadu saya memberikan pembelajaran sesuai dengan tahapan pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran dengan nilai rata-rata sebesar 4,05% dan tingkat capaian responden sebesar 81,06% dengan kategori baik. Dimana 43 responden menyatakan selalu, 73 responden menyatakan sering, 35 responden menyatakan kadang-kadang, tidak responden menyatakan jarang, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak pernah.
Pernyataan yang mempunyai nilai terendah terdapat pada pernyataan nomor 13 yaitu guru IPS terpadu saya tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dengan nilai rata- rata sebesar 2,31 dan tingkat capaian responden sebesar 46,23% dengan kategori sangat buruk. Dimana tidak ada satu pun responden menyatakan selalu, 2 responden menyatakan sering, 67 responden menyatakan kadang-kadang, 58 responden menyatakan jarang, dan 24 responden yang menyatakan tidak pernah
.
C. LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH
Berdasarkan hasil TCR variable lingkungan fisik sekolah belajar diperoleh rata- rata skor adalah 3,28 dan tingkat capaian responden sebesar 65,52% dengan kategori sedang. Rata-rata perindikator pada variabel lingkungan fisik sekolah antara lain: ruang kelas dengan rata-rata skor sebesar 3,14 dan tingkat capaian responden sebesar 62,88%
dengan kategori buruk, fasilitas kelas dengan rata-rata skor sebesar 2,96 dan tingkat capaian responden sebesar 59,27 dengan kategori buruk, alat pembelajaran dengan rata-rata skor 2,67 dengan tingkat capaian
responden sebesar 53,47% dengan kategori buruk, perpustakaan sekolah dengan rata-rata skor sebesar 3,93 dan tingkat capaian responden sebesar 78,63% dengan kategori sedang, ventilasi kelas dengan rata-rata skor sebesar 3,96 dan tingkat capaian responden sebesar 79,14 dengan kategori sedang, ruang laboratorium dengan rata-rata skor 3,33 dengan tingkat capaian responden sebesar 66,53% dengan kategori buruk dan ruang serba guna / aula dengan rata-rata skor 2,94 dengan tingkat capaian responden sebesar 58,74% dengan kategori buruk.
Tanggapan yang paling tinggi nilainya terdapat pernyataan nomor 10 adalah saya selalu menyusun buku di perpustakaan dengan rapi dengan nilai rata-rata sebesar 3,99% dan tingkat capaian responden sebesar 79,87% dengan kategori sedang. Dimana 37 responden menyatakan selalu, 81 responden menyatakan sering, 28 responden menyatakan kadang-kadang, 5 responden menyatakan jarang, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak pernah.
Pernyataan yang mempunyai nilai terendah terdapat pada pernyataan nomor 19 yaitu saya tidak memanfaatkan aula ketika jam pelajaran olahraga dengan nilai rata-rata sebesar 1,92 dan tingkat capaian responden sebesar 38,41% dengan kategori sangat buruk. Dimana tidak satupun responden menyatakan selalu, 2 responden menyatakan sering, 13 responden menyatakan kadang- kadang, 107 responden menyatakan jarang, dan 29 responden yang menyatakan tidak pernah.
D. KECERDASAN EMOSIONAL
Berdasarkan hasil TCR variable kecerdasan emosional diperoleh rata-rata adalah 3,81 dan tingkat capaian responden sebesar 76,25% dengan kategori sedang.
Rata-rata perindikator pada kecerdasan emosional antara lain: mengenali emosi diri
dengan rata-rata skor sebesar 4,05 dan tingkat capaian responden sebesar 81,06%
dengan kategori baik, mengelola emosi dengan rata-rata skor sebesar 3,86 dan tingkat capaian responden sebesar 77,17% dengan kategori sedang, memotivasi diri sendiri sebesar 3,83 dan tingkat capaian responden sebesar 76,62% dengan kategori sedang, mengenal emosi orang lain sebesar 3,83 dan tingkat capaian responden sebesar 76,51%
dengan kategori sedang dan membina hubungan sebesar 3,49 dan tingkat capaian responden sebesar 69,87% dengan kategori sedang.
Tanggapan yang paling tinggi nilainya terdapat pada pernyataan no 1 yaitu saya menyadari kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri saya dengan nilai rata-rata sebesar 4,09 dan tingkat capaian responden sebesar 81,72% dengan kategori baik.
Dimana 40 responden menyatakan selalu, 88 responden menyatakan sering, 19 responden menyatakan kadang-kadang, 4 responden menyatakan jarang, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak pernah.
Pernyataan yang mempunyai nilai terendah terdapat pada pernyataan nomor 12 yaitu saya membangkitkan semangat teman untuk meraih kesuksesan dengan nilai rata- rata sebesar 3,19 dan tingkat capaian responden sebesar 63,71% dengan kategori buruk. Dimana 13 responden menyatakan selalu, 40 responden menyatakan sering, 67 responden menyatakan kadang-kadang, 24 responden menyatakan jarang, dan 7 responden yang menyatakan tidak pernah.
E. MOTIVASI BELAJAR
Berdasarkan hasil TCR variable motivasi belajar diperoleh rata-rata adalah 3,19 dan tingkat capaian responden sebesar 63,84% dengan kategori buruk. Rata-rata perindikator pada variabel motivasi belajar antara lain: tekun mengadapi yugas dengan
rata-rata skor sebesar 4,07 dan tingkat capaian responden sebesar 81,37% dengan kategori baik, ulet dalam mengadapi kesulitan dengan rata-rata skor sebesar 3,28 dan tingkat capaian responden sebesar 65,70% dengan kategori sedang, menunjukkan minat teradap sesuatu masalah sebesar 3,28 dan tingkat capaian responden sebesar 65,52% dengan kategori sedang, lebih senang bekerja mandiri sebesar 2,29 dan tingkat capaian responden sebesar 45,83% dengan kategori sangat buruk dan cepat bosan pada tugas rutin sebesar 3,04 dan tingkat capaian responden sebesar 60,79% dengan kategori buruk.
Tanggapan yang paling tinggi nilainya terdapat pada pernyataan no 1 yaitu saya selalu mengerjakan soal-soal LKS yang diberikan guru di rumah dengan nilai rata-rata sebesar 4,22 dan tingkat capaian responden sebesar 84,37% dengan kategori baik.
Dimana 49 responden menyatakan selalu, 86 responden menyatakan sering, 16 responden menyatakan kadang-kadang, tidak satu pun responden menyatakan jarang, dan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak pernah.
Pernyataan yang mempunyai nilai terendah terdapat pada pernyataan nomor 14 yaitu saya bosan dengan tugas ringkasan yang diberikan guru setia minggunya dengan nilai rata-rata sebesar 2,77 dan tingkat capaian responden sebesar 43,44% dengan kategori sedang.
Dimana 7 responden menyatakan selalu,
22 responden menyatakan sering, 15
responden menyatakan kadang-kadang,
51 responden menyatakan jarang, dan 55
responden yang menyatakan tidak pernah
PEMBAHASAN
A. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman.
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kompetensi pedagogik guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas X SMP Negeri 3 Pariaman. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai koefisien sebesar 0,297. Nilai koefisien ini signifikan karenanilai thitung 5,862 > ttabel
sebesar 1,665 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 < = 0,05. Selain itu, berdasarkan analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,664, yang artinya 66,40%
perubahan pada variabel dependen (hasil belajar) dapat dijelaskan oleh variabel independen, termasuk didalamnya variabel kompetensi pedagogik guru (X1). Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman. Semakin baik kompetensi pedagogik guru maka akan semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh oleh siswa tersebut, begitu juga sebaliknya jika kompetensi pedagogik guru kurang baik, maka hasil belajar yang diperoleh siswa juga kurang baik atau kurang memuaskan.
Secara keseluruhan kompetensi pedagogik guru berada pada kategori baik yakni memiliki rata-rata sebesar 3,34 dantingkat capaian responden sebesar 66,7%.
Hal ini membuktikan bahwa kompetensi pedagogik guru sudah baik.
Menurut (Sagala.S,2009) menyatakan Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Secara subtantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Menurut (Mulyasa, 2007) faktor-faktor yang terdapat dalam Kompetensi Pedagogik Guru yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah Kemampuan dalam memahami peserta didik, Kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, Kemampuan melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dan Kemampuan dalam mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sedangkan menurut Mulyasa (2007:195),” Kompetensi pedagogik Guru sangat mempengaruhi hasil dalam belajar dalam artian Untuk memperoleh hasil belajar siswa yang memuaskan diperlukan guru yang berkualitas dan berkompetensi, namun problem baru dilihat dari segi kualitas itu biasanya disebabkan oleh adanya rasa kurang pengabdian seorang guru terhadap tugasnya, mungkin karena ada niat sebelumnya untuk tidak menjadi guru sehingga merasa terpaksa dari pada tidak bekerja, atau juga karena faktor ekonomi dan status sosial guru dimasyarakat yang semakin memadai.
Disamping itu guru juga kurang memperhatikan kualitas kerja. Guru hanya sekedar melakukan kewajibannya sebagai guru yang hanya mengajar dikelas saja tanpa mampu membimbing dan mendidik dengan serius anak didiknya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Hardiana.
(2013). Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas X SMK
Muhamadiah. Skripsi : Universitas Pontianak.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kompetensi Pedagogik Guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar SMK Muhammdiah Pontiankak.
B. Pengaruh Lingkungan Fisik Sekolah Guru Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman.
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa lingkungan fisik sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai koefisien sebesar 0,152. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung
2,602 > ttabel sebesar 1,665 dengan taraf signifikan sebesar 0,010 < = 0,05. Selain itu, berdasarkan analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,664, yang artinya 66,40% perubahan pada variabel dependen (hasil belajar) dapat dijelaskan oleh variabel independen, termasuk didalamnya variabel lingkungan fisik sekolah (X2). Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan fisik sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman. Semakin baik lingkungan fisik sekolah maka akan semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh oleh siswa tersebut, begitu juga sebaliknya jika lingkungan fisik sekolah kurang baik, maka hasil belajar yang diperoleh siswa juga kurang baik atau kurang memuaskan.
Secara keseluruhan lingkungan fisik sekolah berada pada kategori baik yakni memiliki rata-rata sebesar 3,28 dan tingkat capaian responden sebesar 65,52%. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan fisik sekolah sudah baik.
Menurut Sabdulloh (2010) dalam (Hendarwati, 2013) bahwa: Lingkungan Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat seperti harus berjenjang dan berkesinambungan, sehingga disebut pendidikan formal dan sekolah adalah lembaga khusus, suatu wahana, suatu tempat untuk menyelenggarakan pendidikan, yang di dalamnya terdapat suatu proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Menurut Syaodih (2004) dalam (Hendarwati, 2013) faktor-faktor yang terdapat di lingkungan fisik sekolah yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah ruang kelas, fasilitas kelas, alat pembelajaran, perpustakaan, ventilasi kelas, ruang laboratorum dan ruang serba guna/aula.
Sedangkan menurut Menurut Oemar Malik (2009: 5). Lingkungan sekolah sangat mempengaruhi hasil dalam belajar dalam artian dapat belajar secara efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur seperti:
ruang belajar harus bersih, tidak ada bau- bauan yang menganggu konsentrasi belajar dan konsentrasi pikiran, ruang cukup terang, tidak gelap yang dapat menganggu mata, serta cukup sarana yang diperlukan pelajar, misalnya: alat pelajaran, buku sumber.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi afriadi (2014) dengan judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah, Disiplin Belajar dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas VII SMPN 26 Padang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lingkungan sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar SMPN 26 Padang
C.
Pengaruh
Pengaruh Kecerdasan Emosional Sekolah Guru Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman.Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil, bahwa kecerdasaan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman . Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil koefisien sebesar 0,356. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 4,058 > ttabel1,665 dengan taraf signifikan sebesar 0,000< = 0,05. Selain itu, berdasarkan analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,664, yang artinya 66,40% perubahan pada variabel dependen (hasil belajar) dapat dijelaskan oleh variabel independen, termasuk didalamnya variabel kecerdasaan emosional (X3).Hal ini berarti bahwa semakin baik kecerdasaan emosional maka akan semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, begitu juga sebaliknyaapabila kecerdasaan emosional tidak baik maka hasil belajar yang diperoleh oleh siswa juga tidak akan baik.
Secara keseluruhan kecerdasan emosional berada pada kategori baik yakni memiliki rata-rata sebesar 3,81 dantingkat capaian responden sebesar 76,25%. Hal ini membuktikan bahwa kecerdasan emosional sudah baik. Menurut (Daniel,2002) menjelaskan bahwa kecerdasan emosinal adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir dan berperilaku seseorang. Menurut Salovey (2005) faktor-faktor Kecerdasa Emosional yang mempengaruhi Hasil Belajar adalah mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Menurut Menurut Hamid (2013:
138) dalam proses belajar siswa, kecerdasan emosional harus berfungsi dengan baik agar partisipasi penghayatan siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan disekolah dapat dapat berperen dengan baik. EQ yang baik dapat menentukan keberhesilan individu dalam hasil belajar dan membangun kesuksesan dan mengurangiagresivitas khususnya kalangan remaja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rezia Afari (2010) Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMKN 3 Padang. UNP : Padang Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar SMKN 3 Padang.
D.
Pengaruh
Motivasi Belajar Sekolah Guru Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman.Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil, bahwa motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil koefisien sebesar 0,397. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung
8,306> ttabel 1,665 dengan taraf signifikan sebesar 0,000< = 0,05. Selain itu, berdasarkan analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,664, yang artinya 66,40% perubahan pada variabel dependen (hasil belajar) dapat dijelaskan oleh variabel independen, termasuk didalamnya variabel motivasi belajar (X4). Hal ini berarti bahwa semakin baik motivasi belajar maka akan semakin baik pula hasil belajar yang
diperoleh oleh siswa, begitu juga sebaliknya apabila motivasi belajar tidak baik maka hasil belajar yang diperoleh oleh siswa juga tidak akan baik. Secara keseluruhan motivasi belajar berada pada kategori baik yakni memiliki rata-rata sebesar 3,19 dantingkat capaian responden sebesar 63,84%. Hal ini membuktikan bahwa motivasi belajar sudah baik.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dimana motivasi bagian dari faktor-faktor yang psikologis dalam belajar yang akan memberikan peran cukup penting dalam mencapai tujuan belajar secara optimal.
Sardiman (2010:173), mengemukan bahwa proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik kalau didukung oleh faktor- faktor psikologis dan pelajar. Salah satu faktor tersebut adalah motivasi belajar siswa.
Keinginan atau dorongan yang ada dalam diri siswa untuk belajar yang disebut dengan motivasi. Dalam proses belajar yang terpenting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses belajar yang menggerakan siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
Menurut Menurut Sardiman (2011:83) faktor- faktor motivasi belajar yang mempengaruhi hasil belajar adalah Tekun menghadapi tugas, Ulet menghadapi kesulitan, Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, Lebih senang belajar mandiri, Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, Dapat mempertahankan pendapatnya, Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu dan Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Menurut Menurut Sadirman (2011: 37) mengemukakan bahwa “proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari pelajar” salah satu faktor tersebut adalah motivasi belajar siswa. Keinginan atau
dorongan yang ada dalam diri siswa untuk belajar disebut dengan motivasi. Pernyataan tersebut mendeskripsikan bahwa motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Dimana motivasi berhubungan dengan tujuan dan tujian pembelajaran akan tercapai jika dalam diri siswa ada suatu motivasi belajar yang akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Destian Nutrisiana, (2013). Pengaruh Motivasi Belajar, Cara Belajar, dan Kemampuan Sosial-Ekonomi Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Ma Al-Asror Ajaran 2012/2013.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Motivasi Belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar Ma Al- Asror Ajaran 2012/2013
.
E. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru, Lingkungan Fisik Sekolah, Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Kompetensi pedagogik Guru, lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman. Hal ini dapat dilihat pada Tabel f yang menyatakan bahwa Fhitung 69,518> Ftabel 2,36 dengan taraf signifikan 0,000 < = 0,05. Selain itu, berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R Squaresebesar 0,782 yang artinya 78,20% perubahan pada variabel dependen (hasil belajar) dapat dijelaskan oleh variabel independen ( kompetensi pedagogik guru, lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi
belajar) sedangkan sisanya sebesar 21,80%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Hal ini berarti bahwa semakin baik kompetensi pedagogik guru lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi belajar maka akan semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, begitu juga sebaliknya tidak kompetensi pedagogik guru lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi belajar tidak baik, maka hasil belajar yang diperoleh oleh siswa juga tidak akan baik.Dari hasil penelitian kompetensi pedegogik guru, lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi belajar berada pada kategori baik, dilihat dari frekuensi kompetensi pedagogik guru, lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Pariaman yaitu rata rata variable kompetensi pedagogik guru sebesar 66,7%, rata-rata lingkungan fisik sekolah sebesar 66,40%, rata-rata variable kecerdasan emosional sebesar 76,25% dan rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 63,48% .Hal ini berarti menunjukkan bahwa kompetensi pedegogik guru berada dalam kategori baik , lingkungan fisik sekolah berada dalam kategori baik, kecerdasan emosional berada dalam kategori baik dan motivasi belajar berada dalam kategori baik.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi pedagogik guru, lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi belajar, berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa.
Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat diupayakan dengan meningkatkan kompetensi pedagogik guru, lingkungan fisik sekolah, kecerdasan emosional dan motivasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan beberapa ahli
.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S.B.(2011).Psikologi pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mujhiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Goleman, Daniel. (2002). Kecerdasan emosi untuk Mencapai Prestasi Puncak.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum Hendarwati, E. (2013). Pengaruh
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar melalui metode inkuiri terhadap hasil belajar siswa sdn i sribit delanggu pada pelajaran ips, 2(1), 59–
70.
Mulyasa. (2007). Menjadi Guru yang Profesional : Menciptakan Pembelajaranyang Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Jonathan sarwono.(2012). Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS.
Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Mangkunegara,A.A.(1993).Perkembangan Intelegensi Anak dan Pengukuran IQ-nya. Bandung : Angkasa.
Nutrisiana, Destian.(2013). Pengaruh Motivasi Belajar,Cara Belajar, dan Kemampuan Sosial-Ekonomi Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Ma Al-Asror Ajaran 2012/2013. Economic Education Analysis Journal.2(2): 97–102.
Oemar Hamalik. (2008). Perencanaan pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : PT. Bumi Aksar Purwanto. (2011). Evaluasi hasil belajar .
Yogyakarta : Pustaka Pelajar (pp. 1–
224).
Rezia, Afari (2010). Pengaruh Kecerdasan
Emosional Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMKN 3 Padang. UNP : Padang Rire, Aulia. (2013). Pengaruh Lingkungan
Keluarga, Lingkungan Sekolah Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS SMAN Se-Kecamatan Kota Tangah Kota Sadirman, A.M (2010). Interaksi dan
motivasi belajar mengajar.Jakarta : Raja Grafindo Pustaka
Sagala, S. (2009). Kemampuan Profsional Guru dan Tenaga Kependidikan (p. 29).
Sugiyono. (2009). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tri, Hardiana. (2013). Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas X SMK Muhamadiah.
Skripsi : Universitas Pontianak Widiastuti, Anik (2012).Kompetensi
Mengajar Guru IPS SMP Di Kabupaten Sleman. Jurnal Nuansa.1(1):2-15.
Windardjono, A.(2013). Ekonometrika Pengantar dan aplikasi.Yogyakarta:
Ekonesia
Yudhawati, R. dan Haryanto, D.
(2011).Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan (pp. 79–100). Jakarta : Prestasi Pustaka
Uno, Hamzah. (2012). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan (pp. 58 – 68).
Jakarta : PT Bumi Aksara