328
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL SISWA DI SMA
NEGERI I TANETE RILAU
Rukaya
Prodi Bimbingan Konseling PPs Universitas Negeri Makassar (UNM) Alamat e-mail [email protected]
Abstrak Permasalahan pokok yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di SMA Negeri 1 Tanete Rilau. Populasi pada penelitian ini sebanyak 592 siswa, sedangkan sampel adalah 59 siswa/responden yang diperoleh dengan teknik penarikan proportional random sampling, adapun teknik pengumpulan data digunakan teknik angket, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan rumus regresi sederhana. Hasil penelitian membuktikan dengan regresi sederhana dan pengujian hipotesis bahwa Ftabel
= 4,03 dan diketahui Fhitung = 5,96, jadi Fhitung> dari Ftabel, maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruhyang signifikan antara pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di SMA Negeri 1 Tanete Rilau. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa ada pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di SMA negeri 1 Tanete Rilau.
Kata kunci: layanan bimbingan dan konseling, perkembangan moral siswa, SMA
329 PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan ruh bagi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, maju mundurnya suatu bangsa dilihat dari faktor lembaga pendidikan itu sendiri.
Bagaimana pendidikan harus mampu membentuk karakter suatu bangsa yang cerdas yang memiliki moral serta etika yang baik, di samping membentuk sebuah peradaban yang modern yang mempunyai intelektual yang punya daya saing dengan bangsa-bangsa modern lainnya.
Lembaga pendidikan dianggap sebagai motivator atau pergerak di dalam mewujudkan karakter sebuah bangsa, yang harus bisa memecahkan berbagai permasalahan yang ada. Sekolah harus mampu memanajemen persoalan-persoalan di dalam lembaga pendidikan itu sendiri maupun masalah yang dihadapi oleh siswa-siswinya, maka sekolah harus benar-benar membentuk sebuah manajemen bimbingan dan konseling di sekolah yang di dalamnya terdiri dari planing (perancanaan), oganising (pengoranganisasian) comanding (pemberian perintah), coordinating (pengkoordinasian), controling (pengawasan).
Persoalan kehidupan masyarakat yang kompleks serta diakibatkan oleh sistem perekonomian yang tidak kuat serta fondasi mental spritual yang rapuh, telah mengantarkan masyarakat bangsa pada krisis moral yang berkepanjangan. Krisis yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan sebenarnya bersumber dari rendahnya kualitas, kemampuan, serta pola hidup masyarakat yang konsumtif, dan belum mampu menghadapi persoalan yang ia hadapi.
Secara jujur dapat di katakan bahwa bangsa ini belum mampu mandiri dan terlalu banyak mengandalkan intervensi pihak asing sehingga masuknya pengaruh luar yang mengakibatkan bangsa kita satu sisi belum bisa memfilter mana yang harus diambil dan mana yang seharusnya tidak diambil (dalam konteks budaya sosial yang tidak baik).
Semakin banyak budaya asing yang kurang baik masuk, maka semakin banyak masalah yang timbul, sehingga masyarakat kita perlu dibimbing dan di arahkan di dalam menerima masukan budaya asing. Oleh
karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan.
Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) tersebut adalah pendidikan sehingga kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan kualtas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan.Sebagai faktor penentuh keberhasilan pembangunan manusia seutuhnya, pada tempatnyalah sumber daya manusia (SDM) ditingkatkan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan berlandaskan keimanan dan ketakwaan (Imtak).
Perkembangan pendidikan formal di negara kita dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya perubahan kurikulum dan perubahan peraturan dan perundang- undangan. Perubahan-perubahan itu terdampak pula pada layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.
Berbagai peraturan sistem perundang- undangan yang berlaku saat ini (di antaranya, undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20/2003, Permendiknas No 23/2006) telah dikaji sedemikian rupa dalam rangka menjawab perkembangan pendidikan dan melakukan penataan konselor sebagai profesi dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Dari hasil kajian tersebut semakin mengukuhkan bahwa sejatinya layanan bimbingan dan konseling dilakukan oleh tenaga ahli yang disebut sebagai konselor.
Sementara itu dalam Permendiknas No.
22/2006 tentang standar isi pendidikan ditemukan adanya komponen pengembangan diri dan itu dikaitkan dengan konseling. Itu bisa ditafsirkan bahwa konselor harus menyampaikan materi pengembangan diri melalui layanan bimbingan konseling serta dipertanggung jawabkan melalui penilaian pada tiap akhir penyampaian kegiatan, sehingga berdampak menyamakan materi pembelajaran sebagai konteks layanan.
Secara yuridis, keberadaaan konselor dalam sistem pendidikan nasional sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
330 kualifikasi guru, dosen, pamong, dan tutor
sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat 6 undang-undang No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam undang-undang tersebut menunjukkan adanya pengakuan eksplisit kesejajaran antara setiapa kualifikasi tenaga pendidik. Menunjukkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan terhadap perkembangan moral siswa.
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan Nasional Nomor 20, tahun 2003, pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini bertujuan untuk mengembangkannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Adanya kebutuhan orang untuk dapat memahami perilaku dengan baik dan benar merupakan petunjuk bahwa perkembangan moral diperlukan. Seperti di ketahui, masyarakat selalu berkembang dan mengalami perubahan, termasuk perubahan nilai dan moralitas serta pandangan terhadap perkembangan.
Serta peradaban bangsa yang bermartabat mengartikan bahwa ada sebuah harapan ke depan pemuda-pemudi Indonesia selain pintar juga mempunyai akhlak dan akidah yang baik, dan untuk mencapai itu maka dengan pendidikan di dalamnya terdapat bimbingan dan pembinaan yang mengajari siswa bersikap sebagaimana sebaiknya manusia bersikap.
Demi mewujudkan harapan pendidikan tersebut, maka seorang guru betul-betul dituntut untuk siap bekerja multi, yakni selain mengajar juga sebagai pembimbing dan pembina. Kegiatan bimbingan di sekolah, seorang guru harus lebih memperhatikan kondisi siswa. Kondisi siswa tentunya berbeda-beda sesuai dengan karakteristik setiap individu sehingga tidak salah kalau banyak pernyataan bahwa menjadi seorang
sama halnya dengan menjadi Supermen yang begitu kuat bekerja tanpa mengharapkan imbalah dan jaza.
Saat ini, fokus pembinaan siswa melalui proses bimbingan sudah diperhatikan oleh pemerintah dengan melihat kecenderungan bahwa apabila seorang guru mengajar kemudian juga terfokus melayani siswa menyelesaikan masalahnya dianggap sangat berat, sehingga dibentuklah seorang guru yang khusus menangani permasalahan siswa dan guru tersebut disebut guru bimbingan dan konseling (BK).
Berangkat dari hal dasar tersebut di atas kita mencoba memperhatikan keadaan pendidikan di Kab. Barru. Kegiatan pendidikan di Kab. Barru sudah cukup berkembang, terutama kesiapan pemerintah daerahnya menanggapi kebutuhan siswa memperoleh bimbingan secara terpadu yang diperolehnya bukan dari kegiatan pembelajaran melainkan bimbingan tersebut diperoleh dari proses bimbingan dari seorang guru yang khusus menangani masalah- masalah yang dihadapi siswa. Oleh karena itu peneliti mencoba melakukan penelitian mengenai pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa. Objek penelitian ini difokuskan pada SMA Negeri 1 Tanete Rilau, karena menurut informasi di sekolah ini masih ada siswa yang kurang memahami perkembangan moral yang baik di dalam sekolah ataupun di luar sekolah.
Layanan Bimbingan dan Konseling Perkembangan Moral
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Definisi yang diungkapkan oleh Miller (Wardati dan Jauhar Mohammad, 2011: 19) bahwa “Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat”. John Lock dalam teori Tabularsanya yang bersifat empiris menyatakan bahwa “Anak lahir seperti kertas putih yang belum mendapat coretan sedikitpun.” Pendapat tersebut memberikan penafsiran bahwa seorang anak akan mudah terpengaruh dari apa yang diperolehnya dari lingkungan ia beradaptasi, tergantung
331 bagaimana bentuk pengaruh yang
diperolehnya. Apakah pengaruh itu baik, atau tidak baik.
Membentuk seorang anak agar dapat bersifat dan bertingkah laku yang berkategori mulia, maka anak tersebut harus di ajari untuk bersikap baik pula sesuai dengan bagaimana kita membimbing dan membentuk anak tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Rony Gunawan K, 2001:98), kata bimbingan berasal dari kata dasar bimbingan yang artinya pimpin atau tuntun. Sementara kata bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dimana yang prosesnya bersifat memimpin dan menuntun kearah yang lebih baik
Bimbingan di tafsirkan olehWardati dan Jauhar Mohammad (2011: 19-20), bahwa:
“Bimbingan atau bantuan diberikan agar individu dapat mengembangkan dirinya semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan agar individu dapat lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), menerima keadaan dirinya dan dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuannya”.
Defenisi tersebut memberikan pandangan bantuan yang diberikan kepada individu berupa kesiapannya menghadapi kehidupan sosial dan memperbaiki atau meningkatkan taraf hidup dari suatu pekerjaan yang digelutinya. Dalam Peraturan Pemerintah No. 28/1990 tentang pendidikan Dasar, Pasal 25 ayat 1, (Depdiknas, 2003:5)disebutkan bahwa:“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan” Peraturan tersebut sudah jelas memberikan pandangan bahwa dengan adanya bimbingan yang diterapkan di sekolah maka diharapkan bimbingan tersebut dapat memperbaiki pola hidup siswa yang lebih baik yaitu dengan cara membawa siswa menemukan pribadi masing- masing dan mengenal lingkungannya.
Selanjutnya Rochman Natawijaya (Raflis Kosasi dan Soetjipto, 2004:62) mengemukakan tentang pengertian bimbingan sebagai berikut: “Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikia di dapat mengecap kebahagiaan hidpnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Bimo Walgito (Raflis Kosasi dan Soetjipto, 2004:62) bahwa:” Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan- kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Pengertian bimibingan juga diutarakan oleh Prayitno (2013:4) bahwa: “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri”. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri yaitu: a). Mengenal diri sendiri dan lingkunannya, b). Menerima diri sendiri dan linkungan secara positif dan dinamis, c).
Mengambil keputusan, d). Mengarahkan diri, dan e). Mewujudkan diri.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada seseorang oleh orang lain dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya demi kelangsungan hidupnya yang lebih baik sesuai dengan apa yang dicita-citakannya.
Berdasar hal tersebut maka diketahuilah bahwa bimbingan di sekolah itu menjadi tugas utama guru selain mengajar, namun perlu diketahui pula bahwa guru mempunyai keterbatasan dalam membimbing karena terkait dengan waktu yang tersedia, karena guru harus mengajar dengan program yang sudah terencana.Kemudian juga bimbingan ini hanya bersifat umum, yaitu guru hanya menjelaskan hal-hal yang positf terkait dengan permasalahan yang ada, dan untuk permasalahan siswa yang lebih spesifik penyelesaiannya tidak cukup dengan bimbingan secara umum, maka perluh
332 penyelesaian yang lebih dalam lagi dan
berkesinambungan dengan bentuk konseling.
Tolbert yang dikutip oleh Prayitno (2013:101) mengatakan bahwa “Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang di milikinya, menyediakan situasi belajar.
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat”.
Selanjutnya Winkel (Ismaya Bambang, 2015:6) mendefenisikan Konseling sebagai berikut: “Konseling adalah serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus”.
Selanjutnya Jones (Prayitno, 2013:100) Mengemukakan bahwa “Konseling itu merupakan kegiatan di mana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, di mana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
Berdasarkan hal tersebut mengenai defenisi Konseling, maka dapat disimpulkan bahwa Konseling adalah Proses atau upaya yang diberikan oleh Konselor kepada individu (konseli) supaya dia memperoleh konsep dalam memahami dirinya untuk dimanfaatkan dan diperbaiki yang erat hubungannya dengan masalah yang dihadapi, baik saat sekarang maupun yang akan datang.
B. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam rangka pencapaian tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, terdapat beberapa jenis layanan yang diberikan kepada siswa, sebagaimana yang disebutkan oleh Prayitno (2013) sebagai berikut:
1. Layanan Orientasi; layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang- kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester.
Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
2. LayananInformasi; layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti: informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai.
Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
3. Layanan Konten; layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
4. Layanan Penempatan dan Penyaluran;
layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan kotekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya.
Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.
333 5. Layanan Konseling Perorangan; layanan
yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
6. Layanan Bimbingan Kelompok; layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan Pengembangan
7. Layanan Konseling Kelompok; layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.
8. Konsultasi; yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
9. Mediasi; yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.
Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung, mencakup:
1. Aplikasi Instrumentasi Data; merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuanuntuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
2. Himpunan Data; merupakan kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
3. Konferensi Kasus; merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
4. Kunjungan Rumah; merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien.
Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
5. Alih Tangan Kasus; merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan
334 yang lebih tepat dan tuntas atas
permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.
C. Fungsi, Tujuan dan Asas-asas Bimbingan dan Konseling 1. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Menurut Wardati, (2011:21) ditinjau dari segi sifatnya, layanan Bimbingan dan Konseling mempunyai fungsi:
a. Fungsi Pemahaman; Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbngan dan konseling membantu konseli (siswa/anak) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi Pencegahan (Preventif); Fungsi pencegahan (Preventif) yang dimaksud yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalu fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
Adapun teknik yang digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
c. Fungsi perbaikan; Setelah adanya fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli suapaya
memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
d. Fungsi Pengembangan dan Pemeliharaan; Fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpeliharanya dan berkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Fungsi-fungsi yang disebutkan di atas terlaksana melalui berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung lainnya untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung pada masing-masing fungsi bimbingan dan konseling.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Ahmad Juntika Nurichsan (2005:15) menyatakan tujuan dari bimbingan dan konseling terbagi atas 2 yaitu:
a. Tujuan Umum; Tujuan Umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20/2003 (Badan Standar Nasional (BNSP), 2006:7), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan madiri, serta rasa tangggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai suatu upaya membentuk perkembangan kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan dan dan konseling haruslah dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia.
Dalam rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan, yaitu adanya relevansi program Pendidikan dengan tuntutan dunia kerja atau adanya pendidikan dengan tutuntan dunia kerja
335 atau adanya “link and match” (kaitan dan
padanan), maka secara umum layanan bimbingan dan konseling secara umum layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenai bakat, minat dan kemampuannya, serta memilih, dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
b. Tujuan Khusus; Secara khusus layanan bimbingandan koseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi sosial, belajar, dan karier.
Bimbingan pribadi sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
3. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Wardati (2011:33) menyatakan asas-asas dari bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a. Asas kerahasian yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangannya yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memiliki dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiannya benar-benar terjamin.
b. Asas keterbukaan yaitu, asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam keterangan tentang dirinya sendiri maupun berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien).
c. Asas kesukarelaan yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukarelaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang di peruntukkan
baginya. Dalam hal ini guru pembimbing atau diperuntuhkan baginya.
d. Asas ahli tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalih tangankan kasus kepada guru pembimbing dapat mengalih tangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan ahli-ahli lain.
D. Perkembangan Moral Siswa
Sebelum penulis membahas tentang perkembangan moral siswa di sekolah, terlebih dahulu di bahas secara singkat mengenai perkembangan merupakan
“berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas: (a) Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah, dan (b) Sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.
Menurut Undang-undang NO. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam pasal 3, bahwa. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dari segi estimologi menurut Yusuf Syamsu (2014:132) berpendapat: “perkataan moral berasal dari bahasa latin yaitu “mos”
(moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan.
336 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008. (Hidayat Otib Satibi. 2013:1.3) Moral memiliki makna akhlak atau tingkah laku yang susila, sedangkan moralitas dimaknai dengan kesusilaan. Etika diartikan dengan tata susila atau suatu cabang filsafat yang membahas atau menyelidiki nilai-nilai dalam tindakan atau perilaku (akhlak) manusia.
Ketiga istilah tersebut memberikan gambaran bahwa yang menjadi pembahasan adalah masalah aturan berperilaku manusia dalam kehidupannya. Masing-masing istilah saling menguatkan dan melengkapi serta dapat dipergunakan sesuai konteks dan kebutuhan.
Segala hal yang berhubungan dengan etika dan buruk merupakan moral baik yang diatur oleh agama maupun norma-norma budaya, sehingga manusia harus memiliki moral semejak dia kecil sampai dewasa, bila manusia tidak memiliki moral, maka pengembangan dan peningkatan kehidupan yang beradab akan musnah dari muka bumi ini karena tidak adanya pembatasan terhadap tingkah laku manusianya yang hidup dipermukaan bumi, bila manusia tidak bermoral, maka mereka akang saling membunuh seperti hewan, dan tdk memiliki rasa hormat terhadap orang lain.
Sedangkan menurut Hidayat Otib Satibi (2013:1.4) mengemukakan bahwa
“Perkembangan moral anak dapat dilihat dari berbagai tinjauan teoritis dan menurut berbagai disiplin ilmu yang terkait di dalamnya. Dapat disebut juga dengan pola perkembangan moral anak. Yanag memiliki ruang lingkup, seperti kejiwaan manusia dalam mengernalisasi nilai moral kepada dirinya sendiri, memersonalisasi dan mengenternalisasi nilai moral kepada dirinya sendiri, memersonalisasi dan mengembangkannya dalam pembentukan kepribadian yang mempunyai prinsip, serta mematuhi, melaksanakan/menentukan pilihan, menyikapi/menilai, atau melakukan tindakan nillai moral.
Kemudian secara khusus Piaget (Hidayat Otib Satibi, 2013:1.5) mengemukakan tentang Perkembangan Moral anak yaitu “Anak berpikir tentang moralitas dalam dua tahap.
Hal ini tergatung pada tingkat perkembangannya. Cara/tahap yang pertama
adalah tahap moralitas heteronomus (heteronomus morality) yang terjadi pada anakberusia 4 sampai 7 tahun. Pada tahap perkembangan moral ini, anak menggap keadilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia”.
Selanjutnya Lickona (Hidayat Otib Satibi, 2013:1.10) menyatakan bahwa untuk mendidik moral anak sampai pada tataran moral action, diperlukan tiga proses pembinaan yang berkelanjutan, yaitu (1) mulai dari proses moral knowing, (2) mora feeling, hingga (3) moral actio.ketiganya harus dikembangkan secara terpadu dan seimbang dengan demikian, diharapkan potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal, baik pada aspek kecerdasan intelektual, kemampuan membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah, maupun menentukan mana yang bermanfaat.
Moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan, istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak, patut atau tidak patut.
Moral dalam istilah dipahami juga sebagai: (a) Prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah. (b) Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
Berdasar pada paparan di atas, cukup jelas bahwa moral harus dimiliki oleh setiap manusia karena bila mereka tidak memiliki moral, maka manusia tersebut tidak pantas disebut sebagai manusia. Oleh karena itulah anak didik harus dibekali dengan ajaran- ajaran yang baik dari sumbernya yaitu syariat agama hukum negara, agar anak kita nantinya memiliki akhlak yang mulia dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa serta agamanya, ini merupakan keinginan dari semua orang tua yang memiliki anak.
E. Pencegahan dan Penanganan Perkembangan Moral Siswa melalui Penerapan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Berdasar uraian tersebut, mengenai bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa terdapat suatu hubungan yang sangat erat terutama dalam
337 mengantisipasinya. Bimbingan dan konseling
adalah bantuan yang diberikan oleh seorang Konselor kepada seseorang (klien) dalam memperbaiki proses hidup yang dijalaninya.
Sedangkan perkembangan moral siswa adalah merupakan suatu kebutuhan dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang anak yang berusia dini.
Untuk itu pada kesempatan ini perkembangan moral siswa dikalangan peserta didik perlu di perhatikan hal-hal berikut:
1. Guru Bimbingan dan Konseling sebaiknya mengetahui data pribadi siswa mulai dari lingkungan hidupnya, orang tuanya dan masalah ekonominya.
2. Guru bimbingan dan konseling lebih banyak berinteraksi dengan siswa terkait dengan dampak negatif yang ditimbulkan oleh perilaku buruk, baik dalam bentuk bimbingan maupun secara umum maupun dalam bentuk bimbingan secara tatap muka (face to face)
3. Guru bimbingan dan konseling sebaiknya melakukan identifikasi masalah siswa kemudian mencatat dan satu persatu dihadapkan kemudian memberikan solusi yang terhadap permasalahan yang dihadapi.
4. Guru bimbingan dan konseling harus banyak-banyak melakukan kegiatan kunjungan rumah sehingga dapat diperoleh informasi tentang keseharian siswa setelah atau sebelum ke sekolah.
5. Guru bimbingan dan konseling perlu banyak memberikan contoh konkrit mengenai kerugian yang diperoleh apabila berperilaku nakal, baik dari media elektronik ataupun dari media cetak.
6. Apabila disekolah terlanjur didapati anak yang berperilaku buruk dalam hal ini berkategori fatal, guru bimbingan dan konseling perlu mengambil tindakan yang tepat dan cepat, seperti melakukan kerja sama dengan guru-guru bidang studi, Kepala Sekolah, Staf Sekolah atau perlu dilakukan kerjasama dengan pihak yang berwajib untuk memberikan efek jera kepada siswa yang demikian itu.
Perkembangan moral siswa, tentunya tidak muncul begitu saja,perkembangan moral ini muncul karena ada faktor-faktor yang menyebabkan seorang siswa mengalami pendidikan dan perkembangan. Berikut beberapa penyebab timbulnya perkembangan moral siswa.
1. Faktor Keluarga; Telah diketahui bersama bahwa keluarga merupakan orang terdekat dari anak. Sikap, perilaku, dan pendidikan dasar anak dibentuk oleh orang tua sebagai manajer kehidupan anak. Anak akan cenderung melakukan kegiatan atau perilaku buruk apabila di dalam keluarganya sering terjadi permasalahan yang sangat besar, dimana sang anak tidak lagi bisa menerima kejadian tersebut dan memutuskan untuk melakukan tindakan di luar koridor sebagai pelampiasan permasalahan yang dipikirkannya.
2. Faktor Lingkungan; Terbayang dari suatu istilah bahwa orang yang bergaul dengan orang jahat, maka orang tersebut akan berperilaku jahat pula. Orangyang dengan ustadz, maka lama kelamaan orang tersebut akan menjadi ustadz. Dari istilah tersebut, maka lingkungan menjadi faktor utama dalam terjadinyaperkembangan moral siswa.
Apabila seorang anak hidup dilingkungan dimana terdapat anak yang sering melakukan tindakan yang melanggar tata tertib, kemudian anak tersebut ikut bergaul di dalamnya, maka secara otomatis anak tersebut akan terpengaruh untuk melakukan kegiatan atau berperilaku tidak baik.
3. Factor Ekonomi; Anak yang lahir dalam keluarga yang kondisi ekonomi susah, maka anak tersebut akan mengalami yang namanya hidup serba kekurangan.
Dengan hidup yang serba kekurangan ini, menuntut anak tersebut untuk melakukan hal-hal yang bisa memperbaiki keadaan ekonominya. Dan untuk memperbaiki keadaan ekonomi diperlukan modal baik itu modal usaha, kreatifitas dan sebagainya. Dan inilah yang tidak dimiliki anak yang berekonomi susah.
Oleh karena itu untuk memenuhi
338 kebutuhannya seorang anak akan
melakukan apa saja, tidak pandang apakah yang dikerjakan itu halal atau haram. Namum yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana cara memperoleh uang untuk memnuhi ekonominya
4. Hasil peneltian (di Amerika Serikat) menunjukkan bahwa satu dari lima oranganak dan remaja memiliki masalah kesehatan mental, dan satu dari sepuluh (sebanyak enam juta) anak memiliki gangguan emosional yang serius.
Ada dua indikator dalam masalah kesehatan mental pada perkembangan anak, yaitu gangguan perasaan dan perilaku.
1. Gangguan perasaan; Gangguan perasaan sebagai indikator masalah kesehatan mental pada anak dan remaja meliputi beberapa hal berikut:
a. Perasaan sedih tak berdaya (helplessness).
b. Sering marah-marah atau bereaksi yang berlebihan terhadap sesuatu.
c. Perasaan tak berharga.
d. Perasaan takut, cemas, atau khawatir yang berlebihan.
e. Kurang bias konsentrasi.
f. Merasa bahwa kehidupan ini sangat berat.
g. Perasaan pesimis menghadapi masa depan.
2. Gangguan perilaku; gangguan perilaku sebagai indicator masalah kesehatan mental pada anak dan remaja meliputi berapa hal berikut:
a. Mengkomsumsi alkohol atau obat- obat terlarang
b. Suka mengganggu hak-hak orang lain.
c. Melakukan sesuatu perbuatan yang dapat mengancam kehidupan yang bersangkutan.
d. Melakukan diet secara terus menerus atau obsesi untuk memiliki tubuh yang langsing.
e. Menghindari persahabatan, atau senang hidup menyendiri.
f. Sering melamun (day dreaming).
g. Sering menampilkan sesuatu yang kurang baik, atau melakukan kenakalan di sekolah
METODE
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang bersandar pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif, dengan menggunakan angket serta melaksanakan pengujian teori dengan uji statistik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan hasil penelitian dalam bentuk angka.
B. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitusatu variabel bebas yang diberi simbol X danvariabel terikat yang diberi simbol Y.
Variabel bebas (Variabel Independen) adalah yang mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabel terikat, sedangkan Variabel terikat (Variabel dependen) adalah yang dipengaruhi akibat dari adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel bebas (X) dalam penelitian ini yaitu layanan bimbingan dan konseling sedangkan yang menjadi variabel terikat (Y) dalam penelitian ini yaitu perkembangan moral siswa.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang mengacu kepadapengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di SMA Negeri 1 Tanete Rilau.
Gambar 2. Desain Penelitian Keterangan:
X :Layanan bimbingan dan konseling Y : Perkembangan moral siswa D. Definisi Operasional
Untuk memberikan batasan mengenai persepsi terhadap pembahasan dalam proposal ini dikemukakan definisi oprasional sebagai berikut:
1. Layanan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam
X Y
339 tugas-tugas perkembangan yang harus
dikuasainya sebaik mungkin.
2. Perkembangan moral siswa adalah pendidikan dimulai dari lingkungan terdekat dengan manusia dan dapat dimulai sejak usia dini sampai manusia itu mampu bersikap dan menentukan perilakunya sesuai dengan tingkat kedewasaan masing-masing.
E. Populasi dan sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Tanete Rilau.
Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 592 siswa yang tersebar pada kelas X, XI, dan XII, Dengan memperhatikan jumlah populasi yang banyak dan keterbatasan waktu penelitian, maka penelitian mengambil sampel sebanyak 10% dari jumlah populasi.
Dengan demikian 592 x 10% = 59 Siswa yang diperoleh dengan teknik penarikan proportional random sampling.
F. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam Kegiatan penelitian ini, instrument pengumpulan data yang digunakan sebagai field research adalah Angket; yaitu suatu instrument pengumpulan data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden yang sehubungan dengan variabel yang diteliti.
G. Tekhnik Analisa Data
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan rumus regresi sederhana.
Adapun rumus regresi sederhana adalah sebagai berikut:
Ŷ = a + bX Keterangan:
Ŷ =Subjek variabel terikat yang diproyeksikan
X = Variabel bebas
a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0 b= Nilai arah pertama penentu ramalan prediksi yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau penurunan (-) variable Y
(Riduwan, 2010: 148)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini dikemukakan data-data penelitian yang telah didapatkan berdasarkan edaran angket pada 59 sampel dari total 592 populasi di SMA Negeri I Tanete Rilau. Berdasarkan data yang dikumpukan peneliti, pemeriksaan keberartian regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol, bahwa koefisien regresi sama dengan nol (tidak berarti) melawan hipotesis tandingan bahwa koefisien arah regresi tidak sama dengan nol.
Pengujian koefisien regresi dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah pengujian hipotesis berikut (Riduwan 2010:
148):
1. Menghitung rumus b dengan rumus
( )
( )
2. 2
. .
−
= −
X X
N
Y X Y
X
b N
2. Menghitung rumus a dengan rumus X
b N Y
X b
a Y − = −
=
.
.
3. Menghitung persamaan regresi sederhana
bx a y ˆ = +
Dengan Y adalah variabel dependent, dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi, dan X adalah variabel independent.
Sedangkan a dan b adalah nilai konstanta yang dicari.
(Riduwan 2010:148)
4. Menentukan rumusan hipotesis ho dan h1. Ho: = 0:Tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
H1: ≠ 0:Ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
5. Menentukan uji statistika yang sesuai.
Uji statistika yang digunakan adalah uji f. Untuk menentukan nilai uji f dapat mengikuti langkah-langkah berikut (riduwan, 2010:149):
A. Menghitung jumlah kuadrat regresi (jk reg (a)) dengan rumus:
340
( )
n JKrega Y
2 )
(
=
B. Menghitung jumlah kuadrat regresi b|a (jk reg b|a), dengan rumus:
−
= b XY X n Y
JK
regb a.
)
.
/ (
C. Menghitung jumlah kuadrat residu (jk res) dengan rumus:
) ( Re )
/ ( Re 2
a g a
b g
res
Y JK JK
JK = − −
D. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (rjk reg (a)) dengan rumus:
) ( Re )
(a ga
reg JK
RJK =
E. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (rjk reg (a)) dengan rumus:
) / ( Re )
/
(b a gb a
reg JK
RJK =
F. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (rjk res) dengan rumus:
2
Re
= − n RJKres JK s
G. Mengitung f, dengan rumus:
s a b g
RJK F RJK
Re ) / (
= Re
6. Menentukan nilai kritis (α) atau nilai tabel f pada derajat bebas dbreg b/a = 1 dan dbres = n – 2.
7. Membandingkan nilai uji f dengan nilai tabel f, dengan kriteria uji, apabila nilai hitung flebih besar atau sama dengan (≥) nilai tabel f, maka h0 ditolak.
Berdasarkan jumlah pada setiap variabel maka dapat diketahui:
A) Jumlah n = 59 B) Jumlah ∑x = 1169 C) Jumlah ∑y =1450 D) Jumlah ∑x2 = 23401 E) Jumlah ∑y2 = 35296 f) Jumlah ∑xy = 28828
1. Menghitung rumus b dengan rumus
( )
( )
2. 2
. .
−
= −
X X
N
Y X Y
X
b N =
( )
1366561 23401
. 59 .
1450 . 1169 28828
. 59
−
= −
b =
14098
= 5802 b
= 0,4
2. Menghitung rumus a dengan rumus .
.N X b a=
Y−
=59 1169 ) 4 , 0 ( 1450−
=
a =
59 4 ,
=982
a =
16,65
3. Menghitung persamaan regresi sederhana
Berdasarkan nilai konstant-nya adalah 16,65 dan nilai kemahiran berprosesnya adalah 0,4. Dari keterangan tersebut kita dapat memperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut:
X bx
a
y ˆ = + = 16 , 65 + 0 , 4 .
4. Menentukan Rumusan Hipotesis Ho
Dan Ha
Ha = ada pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di sma negeri 1 tanete rilau.
Ho = tidak ada pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di sma negeri 1 tanete rilau.
5. Menentukan uji statistika yang sesuai. Uji statistika yang digunakan adalah uji f. Untuk menentukan nilai uji f dapat mengikuti langkah- langkah berikut:
a. Menghitung jumlah kuadrat regresi (jk reg (a)) dengan rumus:
( )
n JKrega Y
2 )
(
=
= 59 2102500) (a =
JKreg =35635,59
B. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi B|A (Jk Reg B|A), Dengan Rumus:
341
−
= b XY X n Y
JK
reg b a.
)
.
/ (
=
−
= 59
1450 . 28828 1169
. 4 ,
) 0
/ (b a
JKreg
(
28828 28729,6)
. 4 ,
) 0
/
(b a = −
JKreg
=39,36
C. Menghitung jumlah kuadrat residu (jk
res) dengan rumus:
) ( Re )
/ ( Re 2
a g a
b g
res
Y JK JK
JK = − −
= 35296- 39,36 – 35635,59 = 378,95 D. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (rjk reg (a)) dengan rumus:
) ( Re )
(a ga
reg JK
RJK = =35635,59
E. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (rjk reg (a)) dengan rumus:
) / ( Re )
/
(b a gb a
reg JK
RJK = = 39,36
F. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (rjk res) dengan rumus:
2
Re
= − n
RJKres JK s =
2 59 378,95
= −
RJKres = 6.6
g. Mengitung fhitung, dengan rumus:
s a b g
RJK Fhitung RJK
Re ) / (
= Re = 6 , 6
36 ,
39 =
5,96
B. Pembuktian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
“ada pengaruh bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di sma negeri 1 tanete rilau.” Untuk menguji hipotesis ini, maka hipotesis deskriptif ini akan diubah menjadi hipotesis statistik dengan ketentuan sebagai berikut:
Ha = Adalah Hipotesis Alternatif
Ho = Adalah Hipotesis Nihil, Pengujian Statistik Hanya Menguji Hipotesis Nihil (Ho)
Karena hipotesis nihil merupakan pernyataan tentang parameter yang bertentangan dengan keyakinan peneliti, apabila dari pengujian diperoleh keputusan yang mendukung atau setuju dengan ho maka dapat dikatakan ho diterima.
Pada penelitian ini yang menjadi hipotesis statistik adalah:
Ha = terdapat pengaruh yang signifikan antara layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di sma negeri 1 tanete rilau.
Ho = tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di sma negeri 1 tanete rilau.
Jika fhitung ≥ ftabel, maka tolak ho artinya signifikan dan
Jika fhitung ≤ ftabel, maka terima ho artinya tidak signifikan
Dengan taraf signifikansi (α) = 0,05
Menentukan nilai kritis (α) atau nilai tabel f pada derajat bebas dbreg b/a = 1 dan dbres = n – 2.
Mencari nilai ftabel menggunakan tabel f dengan rumus:
Ftabel = f((1-α) (db reg [b/a]), (db res)) = f((1-00,5)(1.59-2))
= f((0,95) (1.57)) ketentuan angka 1 = pembilang dan angka 57 adalah penyebut (lihat lampiran nilai ftabel)
Ftabel = 4,03 dan diketahui fhitung = 5,96 Kaidah pengujian hipotesis adalah:
Jika fhitung ≥ ftabel, maka tolak ho artinya signifikan dan
Jika fhitung ≤ ftabel, maka terima ho artinya tidak signifikan
Ternyata fhitung lebih besar dari ftabel, atau 5,96> 4,03, maka dapat disimpulkan bahwa ho
di tolak artinya terdapat hubungan yang
342 signifikan antara pengaruh layananbimbingan
dan konseling terhadap perkembangan moralsiswa di sma negeri 1 tanete rilau.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Peran guru bimbingan dan konseling tampaknya tidaklah mudah, salah satu peran yang penting seorang guru bimbingan di sekolah adalah peranan bimbingan dan konseling dalam menyiapkan siswa baik secara mental dan spiritual untuk perkembangan moral. Perkembangan moral bagi siswa adalah kebutuhan yang harus dilalui. Akan tetapi, proses perkembangan moral bagi sebagian siswa hanya menjadi kebutuhan sesaat di hidupnya. Dengan demikian, siswa tidak dapat mengolah perkembangan moralnya secara maksimal.
Disinilah dibutuhkan perkembangan moral siswa. Perkembangan moral dibutuhkan untuk membentuk perilaku yang baik.
Perilaku yang baik hanya dapat ditunjukkan dengan kesungguhan dalam perkembangan moral. Guru Bimbingan dan Konseling memiliki waktu yang banyak untuk membentuk perkembangan moral siswa.
Dengan demikian, siswa dapat menjadikan perkembangan moral sebagai kebutuhan bukan menggugurkan kewajiban saja saat di sekolah.
Mencermati perkembangan dalam dunia pembelajaran hari ini, maka masih banyak kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi oleh guru dan siswa, guru harus memiliki waktu yang lebih luang dan intensif dalam melakukan bimbingan, sementara siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dengan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk belajar dan berkreasi. Tuntutan ini adalah tuntutan perkembangan zaman yang semakin hari semakin memicu percepatan atau akselerasi dalam segala bidang termasuk pendidikan.
Akan tetapi persoalan tersebut tidak semudah membalik telapak tangan, banyak kendala yangharus dihadapi guru mata pelajaran, dan guru bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Penelitian ini membuktikan bahwa peran guru bimbingan tidak mudah karena memiliki kompleksitas masalah yang harus diselesaikan
di sekolah, salah satunya adalah membuat siswa lebih baik dalam perkembangan moralnya agar dapat mencapai cita-cita. Akan tetapi penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa di SMA Negeri 1 Tanete Rilau.dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di SMA Negeri 1 Tanete Rilau.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan layanan bimbingan dan konseling terhadap perkembangan moral siswa di sma negeri 1 barru. Hal ini dibuktikan dengan uji signifikansi dan hipotesis yang diketahui fhitung
lebih besar dari ftabel, atau 5,96> 4,03 maka dapat disimpulkan bahwa ho di tolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara kedua variabel.
REFERENSI
Ahmad Juntika Nurihsan, 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Rafika Aditama, Bandung.
Ali, M. F. (2006). Filsafat Administrasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003.
Pedoman Bimbingan dan Konseling, Depdiknas, Jakarta.
Elvino Ardianto, 2011. Metode Penelitian, Simbiosa Rekatam Media, Bandung.
Hidayat Otib Satibi, 2013.Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agam, Universitas Terbuka, Tangerang Selatan.
Ismaya Bambang, 2015.Bimbingan dan Konseling, PT Refika Aditma, Bandung.
Moradi M., Etemad S. Gh., Moheb A. (2010).
Synthesis of Magnetic Polyvinyl Alcohol Nanoparticles for Fast Adsorption of Pb(II) Ions from Water
“Proc. of Int. Conf. Nanotech.
Fundam. Appl.,” Ottawa, Canada, Aug. 4–6, pp. 587-1–587-7.
Prayitno, 2013. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, PT Rineka Cipta, Jakarta.
343 Pace, W., & Faules, D. F. (2001). Komunikasi
Organisasi. Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Cetakan ke 3.
Bandung: Remaja Rosdakarya Rony Gunawan. K, 2001. Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, Terbit Terang, Surabaya.
Riduwan, 2010. Belajar Mudah Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Raflis Kosasi, Soetjipto, 2004. Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta.
Suharsimi Arikunto, 2012. Prosedur Peneliti, Rineka Cipta, Jakarta.
Sujarweni V. Wiratna, 2014.Metodologi Penelitian, Pustaka Barupress, Yogyakarta.
Sugiyono, 2011.Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
Sujana M.G., Anand S. (2011). Fluoride removal studies from contaminated ground water by using bauxite.
Desalination, 267, 222-227.
Vallero D. (2007). “Fundamentals of Air Pollution 4th edition” Elsevier.
Yusuf Syamsu, 2014. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Wardati, Jauhar Mohammad, 2011.
Impelementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Prestasi Pustakaraya, Jakarta.