i
IN SCIENCE) TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR NEGERI 79 BENGKULU TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dalam Bidang Ilmu Tarbiyah
Diajukan oleh:
INTAN PURNAMA SARI NIM. 1711240244
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2022
ABSTRAK
Intan Purnama Sari, judul “Pengaruh Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah”.
Kata Kunci: Model CLIS, Hasil Belajar, IPA
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh model CLIS (Children Learning In Science) terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode quasi eksperimen atau eksperimen semu. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data di uji dengan menggunakan uji statistik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, serta sesuai dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model CLIS (Children Learning In Science) terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah. Hal ini dapat dilihat dari thitung yang diperoleh adalah 4,227 sedangkan ttabel=2,00 maka thitung lebih besar dari ttabel baik pada taraf signifikansi 5% Dengan demikian hipotesis kerja yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh model CLIS (Children Learning In Science) terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah dapat diterima.
ABSTRACT
Intan Purnama Sari, entitled "The Influence of the CLIS (Children Learning In Science) Learning Model on Science Learning Outcomes of Grade IV Students at SD Negeri 79 Central Bengkulu".
Keywords: CLIS Model, Learning Outcomes, Science
The formulation of the problem in this study is whether there is an effect of the CLIS (Children Learning In Science) model on the science learning outcomes of fourth grade students of SD Negeri 79 Central Bengkulu. The purpose of this study was to determine the effect of the CLIS (Children Learning In Science) model on the learning outcomes of fourth graders at SD Negeri 79 Central Bengkulu. The type of research that will be used is quantitative research using quasi-experimental or quasi-experimental methods. Data collection techniques in this study are observation, tests and documentation. Data analysis techniques were tested using statistical tests. Based on the results of the research that has been carried out, and in accordance with the discussions that have been described, it can be concluded that there is an effect of the CLIS (Children Learning In Science) model on the learning outcomes of fourth grade students at SD Negeri 79 Central Bengkulu. This can be seen from the tcount obtained is 4,227 while ttable
= 2.00, then tcount is greater than ttable both at a significance level of 5%. IV SD Negeri 79 Central Bengkulu is acceptable.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah”. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Tadris Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno Bengkulu. Penulis sangat menyadari sepenuhnya, terselesaikannya penyusunan skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Prof. Dr. KH. Zulkarnain Dali, M. Pd selaku Rektor IAIN Bengkulu yang telah memberikan berbagai fasilitas dalam menimba ilmu pengetahuan di Tadris Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno Bengkulu.
2. Dr Mus Mulyadi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris Tadris Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno Bengkulu.
3. Adi Saputra, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Tarbiyah yang selalu memberikan arahan dan memberikan motivasi kepada penulis.
4. Abdul Aziz Mustamin, M. Pd. I selaku Koordinator Proram Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.
5. Riswanto, Ph.D, selaku pembimbing I yang selalu membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Detti Lismayanti, M. Hum dan Bapak Meddyan Heriadi, M. Pd selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan tabah dalam mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh stfa kepegawaian Tadris Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno Bengkulu yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai bekal pengabdian bagi masyarakat, agama, nusa dan bangsa.
8. Kepala Unit Perpuastakaan Tadris Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno Bengkulu yang telah membantu penulis dalam mencari buku-buku referensi.
9. Kepala SD Negeri 79 Bengkulu Tengah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
Akhirnya, semoga segala kebaikan dan bantuan serta partisipasi dari semua pihak yang telah membantu dan memotivasi penulis menjadi amal yang sholeh di sisi Allah SWT.
Bengkulu, Oktober 2021 Penulis
Intan Purnam Sari NIM. 1711240244
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
NOTA PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ...viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi Masalah ...5
C. Batasan Masalah ...5
D. Rumusan Masalah Tujuan Penelitian ...5
E. Manfaat Penelitian ...6
F. Sitematika Penulisan ...6
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pembelajaran IPA ...8
B. Konsep Hasil Belajar ...11
C. Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) ...25
D. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ...35
E. Kerangka Berfikir ...37
F. Hipotesis Penelitian ...38
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...39
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...39
C. Populasi dan Sampel ...40
D. Teknik Pengumpulan Data ... E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...43
F. Teknik Analisis Data ...45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian ...49 B. Hasil Penelitian ...51 C. Pembahasan ...60 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...62 B. Saran ...62 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Nonequivalent Control Group Posstest Design 40
3.2 Populasi Penelitian 40
3.3 Indikator Soal Tes 41
3.4 Pedoman Observasi 43
3.5 Case Processing Summary 44
3.6 Reliability Statistics 44
4.1 Data Guru SD Negeri 79 Bengkulu Tengah 44 4.2 Keadaan Siswa SD Negeri 79 Bengkulu Tengah 51
4.3 Hasil Observasi Aktifitas Guru 53
4.4 Hasil Observasi Aktifitas Siswa 53
4.5 Nilai Hasil Tes Tes Awal 54
4.6 Nilai Hasil Tes Akhir 55
4.7 Tests of Normalityb 56
4.8 Test of Homogeneity of Variancea 58
4.9 Paired Samples Test 59
DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Keterangan Penunjukan Pembimbing
2. Surat Izin Penelitian
3. Surat Keterangan telah Selesai Penelitian 4. Kartu Bimbingan
5. Instrumen Penelitian 6. Dokumentasi Penelitian
1 A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan dan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sistem pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, kualitas dan profesionalisme guru, kurikulum yang sedang digunakan, serta kualitas pembelajaran. Terlepas faktor mana yang menjadi penentu utama, kualitas pembelajaran tetap memengang porsi yang besar terhadap keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan.1
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan dampak logis dari pembelajaran yang baik. Pembelajaran yang baik mengharuskan penyesuaian dan peningkatan proses pembelajaran secara terus menerus. Disamping itu, perlu adanya perbaikan dalam pemilihan konsep-konsep pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kualitas lulusan itu sendiri.
Demikian halnya dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Secara substansi keberadaan Ilmu Pengetahuan Alam pada pendidikan dasar adalah sarana dalam mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana individu dan kelompok hidup bersama dan berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu, siswa dibimbing untuk mengembangkan kemampuannya dalam
1Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda, 2009), h. 67.
mengungkapkan pendapat dan berpikir kritis terhadap fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggal siswa.2
Akan tetapi, sampai saat ini tujuan tersebut belum tercapai secara maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah mata pelajaran IPA dianggap sebatas memuat materi berupa fakta, konsep, dan prinsip-prinsip. Siswa dianggap berprestasi dan tujuan pendidikan IPA dianggap berhasil manakala siswa hafal dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang fakta-fakta yang ada. Tetapi, penekanan dalam penerapan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan siswa masih sangat minim dilakukan oleh guru.
Agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat dikuasai oleh peserta didik secara tuntas, maka proses belajar mengajar yang berkualitas menjadi sesuatu yang penting. Kedudukan siswa menjadi titik pusat proses pembelajaran. Siswa harus dipandang sebagai subjek dan objek pendidikan.
Hal ini menyebabkan proses pembelajaran harus dialami oleh setiap siswa.
Pembelajaran tidak hanya menekankan kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan kepada keaktifan siswa dalam memperoleh informasi.3
Disinilah guru mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan dan membentuk motivasi belajar dalam diri siswa. Karena pada dasarnya belajar akan menjadi sia-sia manakala didalam diri siswa tidak ada motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar.
2Sri Sulistyorini, Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (Jogyakarta: Tiara Wacana, 27), h. 49.
3Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana, 2009), h.
54.
Tidak kalah penting bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses dalam mencari pengalaman untuk mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Belajar bukan kegiatan yang hanya memindahkan materi dari guru kepada siswanya. Menurut Siberman menyatakan bahwa proses belajar akan lebih meningkat apabila siswa diminta untuk mengemukakan informasi dengan kata-kata mereka sendiri, memberikan contoh, mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, menggunakan dengan beragam cara, memprekdisikan sejumlah konsekuensinya, dan menyebutkan lawan atau kebalikannya.4
Namun pada kenyataannya saat ini pembelajaran IPA hanya disajikan di dalam kelas dengan proses pembelajaran yang dibatasi oleh empat dinding ruangan kelas, serta didominasi oleh penjelasan kata-kata atau ceramah guru, sehingga pengetahuan dan ingatan anak-anak hanya terbatas pada informas- informasi yang diperoleh dari buku dan ucapan guru saja. Hal tersebut menyebabkan anak-anak seringkali hares berusaha mencari kejelasan kata-kata dan istilah yang sulit mereka pahami, bahkan hal lain yang dapat terjadi adalah hal tersebut sudah sangat sering mereka dengar atau mereka pelajari dan didiskusikan di kelas tetapi belum pemah mereka alami sendiri.5
Kenyataannya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih berpusat pada guru dan minimnya keterlibatan siswa dalam proses
4Melvin Silberman, Terjemahan dari Active Learning Strategi: 101 Strategies To Teach Any Subject. (Bandung: Rosad, 2006), h.133.
5Adelia Vera. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdor Study). (Jogjakarta: DIVA press, 2012), h.31.
pembelajaran. Siswa merasa bosan dengan rutinitas kegiatan yang sama, sehingga aktivitas belajar siswa menjadi kurang maksimal dan berdampak pula pada hasil belajar siswa yang kurang baik. Sehingga ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirancang menjadi kurang maksimal. Kegiatan pembelajaran semacam ini juga terjadi di SD Negeri 79 Bengkulu Tengah.
Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh keterangan bahwa selama ini guru masih menggunakan model pembelajaran yang belum tepat. Dalam proses pembelajarannya guru menggunakan metode ceramah, sedangkan siswa lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, sehingga siswa cenderung bosan saat proses pembelajaran yang berakibat hasil belajar menurun. Hal ini menyebabkan rata-rata nilai ulangan akhir semester siswa masih rendah. Dari 26 siswa kelas IV, 42% dari mereka memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA, berarti 58% siswa belum mencapai batas KKM. Nilai KKM mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah yaitu 65. Selain itu, aktivitas dan partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran juga rendah. Masih ada beberapa siswa yang kurang berkontribusi dalam pembelajaran, adanya siswa yang cerita sendiri dan bermain-main pada saat proses pembelajaran berlangsung.6
Maka untuk mengatasi hal tersebut peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian di kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah dengan mengangkat judul: “Pengaruh Model CLIS (Children Learning In Science)
6Hasil observasi awal pada 11 Januari 2021
terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah”.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
2. Siswa bosan saat proses pembelajaran yang berakibat hasil belajar menurun.
3. Rata-rata nilai ulangan akhir semester siswa masih rendah.
C. Batasan Masalah
Agar terarah dalam menjawab rumusan masalah maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Kelas dalam penelitian ini dibatasi pada kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah.
2. Hasil belajar IPA pada yaitu pada pembelajaran energi dan penggunaannya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh model CLIS (Children Learning In Science) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka menjadi tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh model CLIS (Children Learning In Science) terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diberikan melalui penelitian ini, yaitu 1. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian dapat membantu meningkatan
pembinaan profesional dan supervisi kepada agar guru secara lebih efektif dan efisien dalam menerapkan pembelajaran menggunakan model CLIS (Children Learning In Science).
2. Bagi para guru, hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan guna melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas profesinya dengan menerapkan model CLIS (Children Learning In Science).
3. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata. pelajaran IPA di siswa kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah dengan menerapkan model CLIS (Children Learning In Science).
4. Bagi peneliti, dapat memberikan pengalaman dalam merencanakan pembelajaran dengan menerapkan model CLIS (Children Learning In Science).
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori meliputi pengertian konsep pembelajaran IPA, konsep hasil belajar, model pembelajaran CLIS, hasil penelitian yang relevan, hipotesis penelitian.
BAB III Metode Penelitian meliputi jenis penelitian, setting penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian deskripsi kondisi awal, hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
8
LANDASAN TEORI
A. Konsep Pembelajaran IPA 1. Pengertian Belajar
Dalam kehidupannya, manusia tidak pernah terlepas dari aktivitas atau kegiatan belajar. Aktivitas yang dilakukan oleh seseorang baik sebagai individu atau bagian dari suatu kelompok, pada hakekatnya adalah kegiatan belajar. Hal ini berarti bahwa belajar tidak pernah dibatasi oleh usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam arti luas mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan sikap dan sebagainya.7 Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.8
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Definisi di atas menunjukkan bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk merubah tingkah laku yang dilakukan melalui berbagai kegiatan sehingga individu
7Rosma Hartiny Sams, Model Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakata: Teras, 2010), h. 31.
8Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 13.
memperoleh penambahan ilmu pengetahuan dan berbagai bentuk kecakapan.9
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.10
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru. Adapun istilah lain dari belajar yaitu pembelajaran.
2. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai-nilai yang baru.11 Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu
9Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda, 2009), h. 88.
10Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 13.
11Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 61.
dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul). Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI, meliputi:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu: manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan,
2) Benda meliputi: cair, padat, dan gas,
3) Energi dan perubahannya: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana,
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda- benda langit lainnya.12
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris “science”
yang berarti saya tahu. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembangnya melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur.13
Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
12Sri Sulistyorini, Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (Jogyakarta : Tiara Wacana, 2007), h.
69.
13Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana, 2009), h. 136.
1) Memperoleh keyakinan tehadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat,
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam semesta memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5) Meningkatkan untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam,
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.14
B. Konsep Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan penting. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan belajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam arti luas mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya. Setiap
14Sri Sulistyorini, Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (Jogyakarta : Tiara Wacana, 2007), h. 30.
perilaku ada yang tampak atau dapat diamati dan ada pula yang tidak diamati.15
Definisi belajar sebagai tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan belajar yaitu: (1) belajar menunjuk pada suatu perubahan tingkah laku, (2) perubahan tingkah laku tersebut tersebut lebih mantap, (3) perubahan tingkah laku tersebut tidak terjadi segera setelah mengikuti pengalaman belajar, (4) perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil pengalaman dan latihan, (5) pengalaman dan latihan harus diberi penguatan.16
Secara umum, belajar dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id–ego–super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin terwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu pengertian bahwa proses interaksi itu, yakni sebagai berikut.17
Belajar secara etimologis memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, sedangkan secara terminologi belajar adalah proses perubahan manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.18
15Oemar Hamalik, Omar. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h.
36.
16Rosma Hartiny Sam,s,.Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 76.
17Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2011), h. 22.
18Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar Dan Pembelajaran. (Yogjakarta: Ar- Ruzmedia, 2007), h. 15.
Ada enam hal pokok yang penting dalam belajar yaitu:
a. Bahwa belajar adalah suatu usaha
b. Bahwa belajar bertujuan mengadakan perubahan didalam diri antara lain tingkah laku.
c. Bahwa belajar dapat merubah kebiasaan.
d. Bahwa belajar dapat merubah sikap dari negatif menjadi positif e. Bahwa belajar dapat mengubah keterampilan
f. Bahwa belajar dapat menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.19
Dalam pengertian kuantitatif (ditinjau dari sudut Jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Sedangkan pengertian belajar secara kualitatif (ditinjau dari mutu) adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman- pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di keliling siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu usaha kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan baik fisik maupun psikis didalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Kegiatan tersebut dilakukan dengan sadar serta perubahannya menuju kearah yang lebih baik dan bersifat menetap.
19Dalyono. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 91-92.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan suatu pernyataan tentang kemampuan peserta didik yang dapat dikerjakan atau pengetahuan yang diharapkan dalam setiap akhir bidang studi.20
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie” dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Oleh karena itu maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar sama dengan hasil belajar.21
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.22 Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.23
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh, jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.24
Untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang baik bukanlah suatu hal yang mudah, karena dengan keberhasilan siswa itu terdapat beberapa faktor yang harus dicapai.Berhasil atau tidaknya siswa belajar terdapat faktor yang
20Abdurrahman Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 37.
21Abdullah, Abu Muhammad Ibnu, Prestasi Belajar, (http://ipotes.wordpress.com /2008/05/24/prestasi-belajar/, 2005), h. 1.
22Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Posdakarya, 2004), h. 22.
23Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Pengembangan Propesi Guru (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), h. 62.
24Rosma Hartiny Sams, Model Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakata: Teras, 2010), h.
33.
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa, antaralain faktor internal dan faktor eksternal.25
Prestasi belajar atau hasil belajar adalah hasil yang didapatkan setelah mengikuti pembelajaran yang disertai perubahan yang sudah dicapai oleh siswa dan dapat dilihat dari bentuk angka, huruf, simbol, ataupun kalimat yang dijadikan sebagai ukuran tingkatan keberhasilan siswa yang dilihat dari standarisasi penilaian yang sudah ditetapakn pada pihak sekolah.Hasil belajar tersebut menjadi tolak ukur penilaian disekolah untuk menentukan prestasi belajar siswa yang sudah dilakukan.26
Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah penguasaan dan perubahan tingkah laku dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar dan penilaiannya diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.
3. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Selanjutnya tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkret serta dapat
25Isnaini Wijayani, Dkk, Hubungan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V, Http://Jurnal.Fkip.Unila.Ac.Id/Index.Php/Pgsd/Article/Download/13942/10090, Diakses Tanggal 30 Agustus 2021, h. 4.
26Ester Putri Setiyowat, Dkk, Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru danPrestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen, Jurnal Pendidikan Agama Kristen Volume 1, No 2, Agustus 2020, h. 87.
dilihat dan fakta yang bersamarkan. Tujuan pembelajaran merupakan suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan peserta didik tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.27
Tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah berlangsung pengajaran. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran serta kemampuan yang harus dimiliki peserta didik.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spesifik yang dinyatakan dalam penelitian yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik pada tingkat kompetensi tertentu setelah berlangsung proses belajar mengajar.
4. Indikator Hasil Belajar
Sasaran hasil belajar antara lain:
a. Ranah Kognitif, yaitu: aspek pengenalan, aspek mengingat kembali, dan aspek pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-„Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
27Hamzah B Uno, Model Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 35.
b. Ranah Afektif, yaitu: aspek penerimaan, sambutan, aspek penilaian, aspek organisasi, dan aspek karakteristik diri dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
c. Ranah Keterampilan, yaitu: aspek keterampilan kognitif, aspek keterampilan motorik, aspek keterampilan reaktif.28 Ciri-ciri hasil belajar aspek psikomotorik ini adalah siswa dapat membaca Al-Quran, siswa dapat mempraktekkan tata cara berwudlu, sholat dan lain sebagainya.29
Indikator dari hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu sebagai berikut:
a. Kognitif
Kawasan kognitif ini terdiri dari enam tingkatan yang secara hierarki berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tingkat pengetahuan (knowledge).
2) Daerah ini berisi kemampuan mengingat konsep-konsep yang umum;
28Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 161-163
29Hikmatu Ruwaidi, Proses Kognitif Dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis Kemampuan Mencipta (C6) Pada Pembelajaran Fikih Di MI Miftahul Anwar Desa Banua Lawas, Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 4. No. 1. Tahun 2019, h. 60
metode dan proses; dan pattern: struktur.
3) Tingkat pemahaman (komprehension).
4) Pemahaman disini diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
5) Tingkat penerapan (application).
6) Daerah ini adalah kemampuan peserta didik memahami dengan jelas hierarki ide-ide dalam suatu unit bahan atau membuat keterangan yang jelas tentang hubungan yang satu dengan yang lain.
7) Tingkat analisis (analyisis).
8) Daerah ini adalah kemampuan peserta didik memahami dengan jelas hirarki ide-ide dalam suatu unit bahan atau membuat keterangan yang jelas tentang hubungan yang satu dengan yang lain.
9) Tingkat sintesis (synthesis).
10) Sintesis disini diartikan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
11) Tingkat evaluasi (evaluation), bagian ini menyangkut kemampuan peserta didik dalam mempertimbangkan nilai bahan dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan.30
30Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 44.
b. Afektif (sikap dan perilaku)
Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai intern, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana hingga yang kompleks adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan menerima 2) Kemampuan menanggapi 3) Berkeyakinan
4) Penerapan karya
5) Ketekunan dan ketelitian.31 c. Psikomotorik
Domain psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik, urutan tingkatan pada rana kognitif adalah:
1) Persepsi
2) Kesiapan melakukan kegiatan 3) Mekanisme
4) Respon terbimbing 5) Kemahiran
6) Adaptasi 7) Organisasi.32
31Hamzah B. Uno. Model Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 45.
32Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 47.
Bentuk-bentuk prestasi, indicator serta cara evaluasi hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Bentuk-Bentuk Hasil Belajar
Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi
Ranah Cipta (Kognitif) 1. Pengamatan
1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan
Tes lisan, tertulis, dan observasi 2. Ingatan
1. Dapat menyebutkan
2. Dapat menunjukkan kembali
Tes lisan, tertulis, dan observasi 3. Pemahaman
1. Dapat menjelaskan
2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
Tes lisan, tertulis
4. Penerapan
1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara
tepat
Tes tertulis, Pemberian tugas, dan observasi 5. Analisis dan pemeliharaan
secara teliti
1. Dapat menguraikan 2. Dapat
mengklasifikasikan/memilah- milah
Tes tertulis dan pemberian tugas
6. Sintesis
1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat mengeneralisasikan
Tes tertulis dan pemberian tugas B. Ranah Rasa (Afektif)
1. Penerimaan
1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak
Tes tertulis, skala sikap, dan observasi 2. Sambutan
1. Kesediaan
berpartisipasi/terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan
Tes skala sikap, pemberian tugas, dan observasi 3. Apresiasi
1. Menganggap penting dan bermanfaat
2. Mengnggap indah dan harmonis
3. Mengagumi
Tes kala sikap, pemberian tugas, dan observasi 4. Internalisasi
(Pendalaman)
1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari
Tes skala sikap, pemberian tugas ekspresi, dan observasi
5. Karakterisasi
1. Melembagakan atau maniadakan
Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
Pemberian tugas, ekpresi proyektif, dan observasi Ranah Karsa
(Psikomotor)
1. Keterampilan bargerak dan bertindak
1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya
Observasi dan tes tindakan 2. Kecakapan ekspresi
varbal dan nonverbal
1. Mengucapkan Membuat mimik dan gerakan jasmani
Tes lisan, observasi, dan tes tindakan Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa indikator hasil belajar meliputi tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Proses belajar mengajar merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran, karena setiap belajar orang akan mengalami kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.33
Hal yang mempengaruhi hasil belajar menurut Uno adalah dorongan internal dan eksternal siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku34. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto adakalanya dari dalam diri siswa (intern) dan dari luar dirinya (ekstern).35
33Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 6.
34Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 31.
35Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 54-57.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a. Faktor raw input (faktor murid itu sendiri) dimana setiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam: (1) kondisi fisiologis, (2) kondisi psikologis.
b. Faktor environmental input (faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami ataupun lingkungan sosial.
c. Faktor instrumental input, antara lain kurikulum, program/bahan pengajaran, sarana dan fasilitas, guru (tenaga pengajar).36
Untuk mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern).37
Faktor pertama merupakan faktor dari dalam, dan faktor kedua dan ketiga disebut sebagai faktor dari luar, yang secara lengkap dipaparkan sebagai berikut:
a. Faktor dari luar
1) Faktor environmental input (lingkungan)
Lingkungan fisik termasuk di dalamnya adalah suhu, kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya. Belajar pada keadaan
36Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), h. 103
37Ngalim Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 107
udara yang segar, akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.
Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Lingkungan sosial antara lain seperti, suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, gemuruhnya pasar dan sebagainya. Karena itulah disarankan agar lingkungan sekolah didirikan di tempat yang jauh dari keramaian.
2) Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya sesuai dengan prestasi belajar yang diharapkan.
Faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancang.
Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan dan sebagainya. Maupun faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan/program yang harus dipelajari, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya.
b. Faktor dari dalam
1) Kondisi fisiologis anak
Kondisi panca indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran tidak kalah penting dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar.
2) Kondisi Psikologis a) Minat
Minat sangat mempengaruhi proses dan prestasi belajar.
Jika seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kekuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan di simpan, karena minat menambah kegiatan belajar
b) Kecerdasan
Hasil dari pengukuran kecerdasan biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence Quotient (IQ). Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi pengaruh yang positif. Intelegensi yang tinggi membuat siswa dengan mudah memcahkan masalah
akademis disekolah. Dengan kemampuan intelegensi yang baik siswa dengan mudah untuk meraih prestasi yang baik.38
c) Bakat
Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah bahwa, belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi, banyak sekali hal- hal yang menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat di inginkan oleh setiap orang. Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.
d) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
e) Kemampuan-kemampuan kognitif.
Kemampuan-kemampuan kognitif terutama adalah persepsi, ingatan dan berfikir.39
38Alfauzan Amin, dkk, The Study of Differences and Influences of Teacher Communication and Discipline Characters of Students, Jurnal lmiah Sekolah Dasar.
https://www.hrpub.org/journals/article_info.php?aid=9897
39Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK. (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), h. 111.
C. Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) 1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar secara etimologis memiliki arti "berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu" sedangkan secara terminologi belajar adalah proses perubahan manusia ke arah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.40 Sedangkan belajar ditinjau secara psikologis adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain.41 Maka, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.42 Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.43
40Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2007), h. 15.
41Made Pidarta, Landasan Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 197.
42Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 239.
43Isjoni. Cooperatif Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. (Bandung:
Alfabeta,2009), h. 11.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah peserta didik dan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih baik.
dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.44
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah didalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran, komponen tersebut ialah guru, isi atau materi pelajaran dan siswa.45 Interaksi ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media, dan penataan lingkingan tempat belajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar. Jadi, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang menuju ke arah yang lebih baik, dalam arti menimbulkan peningkatan, dan perubahan. Dimana hal itu merupakan hasil dari latihan dan pengalaman menyangkut aspek kepribadian baik fisik maupun psikis.
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Baharuddin dan Wahyuni berikut ini:
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.
b. Perubahan prilaku relative permanent
44Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), h. 100
45Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengejar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 4.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.46
Dalam pengertian secara luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Sedangkan pengertian secara sempit adalah sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.47
Sedangkan Skinner berpendapat sebagaimana dikutip oleh Dimyati bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Sehingga di dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar b. Respons si pembelajar.
c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.48
Dengan demikian, belajar adalah suatu usaha kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan baik fisik maupun psikis di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sebagainya. Kegiatan tersebut dilakukan
46Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2007), h. 15.
47Sardiman, A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pres, 2007), hal. 20-21.
48Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 9.
dengan sadar serta perubahannya menuju ke arah yang lebih baik dan bersifat menetap.
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas maka dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses transfer ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
2. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru.49 Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapannya model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.50
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan belajar dapat tercapai yaitu adanya perubahan dari siswa.
49Hanafiah dkk, Konsep Srategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 41.
50Isjoni, Cooperatif Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 50.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model pembelajaran
Setiap model pembelajaran mempunyai sifat masing-masing, baik mengenai kebaik-kebaikannya maupun menetapkan mengenai kelemahan- kelemahamannya. Guru akan lebih mudah menetapkan model pembelajaran yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing model pembelajaran tersebut.
Djamarah dan Aswan Zain mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan model pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:51 a. Anak Didik
Siswa sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda- beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motifasi, situasi sekolah lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Perbedaan anak dari aspek psikologis seperti sifat pendiam super aktif, tertutup, terbuka, periang, pemurung dan bahkan ada yang menunjukkan prilaku-prilaku yang sulit untuk dikenal. Semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap penentuan model pembelajaran.
b. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
51Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 78.
c. Situasi
Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi pada waktu-waktu tertentu guru perlu melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau alam terbuka.
d. Fasilitas
Fasilitas ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan.
e. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru yang bukan berlatar belakang pendidikan keguruan dan ditambah tidak berpengalaman mengajar, akan banyak menemukan masalah di kelas.
4. Pengertian Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)
Model pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan guru dalam mengajar di kelas. Menurut Aren(dalam Trianto)berpendapat bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termaksud di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengolahan kelas.52
Model pembelajaran CLIS adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar
52Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan imlementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik (KTSP)),(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.51
mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan.
Model CLIS merupakan salah satu model pembelajaran yang strateginya berorientasi pada konstruktivisme. Model pembelajaran CLIS pada prinsipnya merupakan pengembangan dari modelpembelajaran generatif.
Model CLIS lebih menekankan pada kegiatan siswa untuk menyempurnakan dalam mendapatkan ideide, menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang ada, memecahkan dan mendiskusikan masalah-masalah yang muncul sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya sendiri.53
5. Langkah-Langkah Children Learning in Science (CLIS)
Model pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) terdiri dari lima tahap utama yakni:
a. Tahap orientasi
Pada orientasi merupakan tahap yang dilakukan guru dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dapat dilakukan dengan cara menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam, kejadian yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya menghubungkan dengan topik yang akan dibahas.
b. Tahap pemunculan gagasan
Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran. Cara yang dilakukan bisa dengan meminta siswa untuk
53Januari Nur Laili, dkk., “Pengaruh Model Children Learning In Sience (CLIS) Disertai LKS Berbasis Multirepresentasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMA Kabupaten Jember”, Jawa Timur: Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 4 No.2, 2015, h. 172
menuliskan apa saja yang mereka ketahui tentang topik yang dibahas atau bisa dengan cara menjawab pertanyaan uraian terbuka yang diajukan oleh guru. Bagi guru tahapan ini merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa. Guru memberikan pertanyaan yang sama, tapi jawaban pada sesi ini dijawab secara terbuka bagi beberapa siswa sebagai sampel dalam memacu atau memunculkan gagasan siswa yang ada. Tahap penyusunan ulang gagasan Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan penukaran gagasan, pembukaan pada situasi konflik, serta konstruksi gagasan baru dan evaluasi. Pengungkapan dan pertukaran gagasan merupakan upaya untuk memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi keseluruh kelas. Dalam kegiatan ini guru tidak membenarkan atau menyalahkan gagasan siswa. Pada tahap pembukaan kesituasi konflik, siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang dipelajari di dalam buku teks. Selanjutnya siswa mencari beberapa perbedaan antara konsep awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks. Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mencocokan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagasan baru.Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan atau observasi, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok untuk menyusun gagasan baru.
c. Tahap Penerapan Gagasan
Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menerapkan gagasan baru yang dikembangkan melalui percobaan atau observasi kedalam situasi baru. Gagasan baru dalam aplikasinya dapat digunakan untuk menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada dilingkungan.
Misalnya dengan cara siswa mencari dan mencatat benda yang mereka temukan di sekitar sekolah yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan topik pembelajaran sebanyak mungkin sesuai waktu yang diberikan.
d. Tahap Pemantapan gagasan
Konsep yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah akan dengan sadar mengubahnya menjadi konsep ilmiah. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam tahap-tahap model pembelajaran CLIS.
Guru memusatkan perhatian kepada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan melakukan percobaan secara langsung.54
3. Kelebihan dan Kelemhan CLIS (Children Learning In Science
Berikut ini penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CLIS. Kelebihan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CLIS antara lain:
54Nuryani Rustaman, dkk, Materi dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta: Universitas Terbuka.
2010), h. 28
a. Gagasan siswa lebih mudah dimunculkan. Kegiatan yang dilakukan seperti menjawab pertanyaan, melakukan percobaan, dan diskusi akan memunculkan gagasan pada siswa. Siswa akan berani mengeluarkan gagasannya melalui kegiatan percobaan dan diskusi yang dilakukan secara berkelompok.
b. Membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah. Siswa akan belajar untuk menemukan sendiri pengetahuannya melalui kegiatan percobaan. Hasil percobaan akan didiskusikan bersama teman kelompoknya.
c. Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif. Terjadi kerjasama antar siswa dan 44 siswa terlibat langsung dalam melakukan kegiatan. Siswa juga ulet dan rajin mengerjakan tugas serta berani mengemukakan pendapat.
d. Menciptakan suasana belajar yang lebih bermakna sehingga timbul kebanggaan karena siswa dapat menemukan sendiri konsep ilmiah yang dipelajari. Konsep yang telah ditemukan akan bertahan lebih lama dalam pemikiran siswa.
Kekurangan Model Pembelajaran CLIS yaitu:
a. Kejelasan setiap tahap dalam CLIS tidak selalu mudah untuk dilaksanakan, walaupun telah direncanakan dengan baik. Guru perlu mengantisipasi hal-hal yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran, sehingga tidak akan mengganggu setiap tahapan yang akan dilaksanakan.
b. Kesulitan pada perpindahan dari penerapan gagasan kepada pemantapan gagasan. Guru kadang lupa untuk memantapkan gagasan siswa, sehingga jika hal ini terjadi, tentunya siswa akan kembali kepada konsepsi awal.
c. Konsepsi awal siswa akan sulit diubah jika guru lupa memantapkan gagasan baru siswa. Konsepsi gagasan baru yang dihasilkan melalui kegiatan percobaan perlu disampaikan dan dimantapkan agar siswa tidak mempertahankan konsep awal mereka yang mungkin tidak sesuai. 55 D. Hasil Penleitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
Hasil penelitian yang relevan merupakan landasan empiris yang peneliti gunakan dalam penelitian. Terdapat penelitian yang relevan terkait keefektifan penggunaan model pembelajaran CLIS terhadap hasil belajar. Berikut ini hasil penelitiannya:
1. Dewi, dkk dari Universitas Negeri Semarang, melakukan penelitian pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan Model CLIS terhadap Hasil Belajar Materi IPA di SD ”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar kelas eksperimen sebesar 0,59 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,48.
Ketuntasan belajar pada kelas eksperimen 78,13 lebih tinggi dibanding kelas kontrol 43,75. Aktivitas siswa kelas eksperimen 71 aktif lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol 55 cukup aktif.
55Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan imlementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik (KTSP)),(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 60
2. Saputri dari Universitas Negeri Semarang, melakukan penelitian pada tahun 2012 yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model Pembelajaran CLIS Berbasis Lingkungan”. Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas PTK. Hasil penelitian ini Ketuntasan hasil belajar siswa siklus I dengan persentase 65,9 dalam kategori cukup, siklus II dengan persentase 75% dan siklus III dengan persentase 90%.
E. Kerangka Berfikir
Dalam interaksi belajar banyak sekali faktor yang mempangaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam proses pembelajaran ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar, salah satunya yaitu faktor pendekatan pembelajaran (approach to learning). Ini berkaitan dengan upaya belajar yang dilakukan siswa yang meliputi Model Pembelajaran CLIS.
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar IPA meningkat diperlukan situasi, cara dan model pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar.
F. Hipotesis Peneltian
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh model CLIS (Children Learning In Science) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 79 Bengkulu Tengah.