• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model pembelajaran contextual teaching

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh model pembelajaran contextual teaching"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA

Oleh Tiara Riana NIM 160103006

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2020

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh Tiara Riana NIM 160103006

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2020

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh : Tiara Riana, NIM : 160103006 dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal :

Pembimbing I

Lalu Sucipto, M.Pd

NIP. 198106222009121004

Pembimbing II

Mauliddin, M.Si

NIP.198308052015031005

(4)

Mataram, 25 Juni 2020

Hal : Ujian Skripsi Yang Terhormat

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, Kami berpendapat bahwa skripsi Saudari :

Nama Mahasiswa : Tiara Riana

NIM : 160103006

Jurusan/Prodi : Tadris Matematika

Judul :Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Lalu Sucipto, M.Pd

NIP. 198106222009121004

Mauliddin, M.Si

NIP.198308052015031005

(5)
(6)

MOTTO

“Melakukan sesuatu dengan sebaik – baiknya, sesuai

dengan kemampuan yang kita miliki”

(7)

PERSEMBAHAN

Rasa syukur tak terhingga ku panjatkan kepada Allah SWT, pemberi nikmat tanpa batas dan Rasulullah SAW guru semua ummat yang terbaik disetiap waktu

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

❖ Ayah dan Ibu tercinta. Terima kasih untuk curahan kasih sayang, cinta, doa, dorongan, semangat dan pengorbanan yang tiada tara, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua pengorbanan Ayah dan Ibu serta kedua orang tua yang membesarkan saya.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil aalamin. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Aamiin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta motivasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Lalu Sucipto, M.Pd sebagai pembimbing I dan Mauliddin, M.Si sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

2. Dr. Al kusaeri, M.Pd sebagai penguji I dan Samsul Irpan, M.Pd sebagai penguji II yang memberikan koreksi mendetail, memberikan bimbingan terus- menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadi skripsi ini lebih matang dan cepat selesei.

3. Dr. Al kusaeri, M.Pd selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika atas kebijaksanaan dalam mengurus jurusan.

4. Dr. Hj. Lubna, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) atas segala upaya memajukan universitas.

5. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

(9)

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Tadris Matematika atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan tanpa mengenal lelah. Semoga dengan ilmu yang diberikan bermanfaat bagi masyarakat nusa dan bangsa.

7. Saudara saudaraku, Deni Wahyudi, Muhammad Ropaldi, dan Muhammad Arta Zaeron terimakasih atas segala kasih sayang, bantuan, do’a dan senyum semangat dari kalian. Semoga Allah SWT membalasnya.

8. Sahabat-sahabatku TMA16 terima kasih atas kebersamaan dan motivasi kalian selama kurang lebih 3 tahun.

9. Sahabat-sahabat Solehah terimakasi atas doa dan semangatnya.

10.Semua orang yang dengan sengaja dan tanpa sengaja kurepotkan, Jazakillah.

11.Rekan-rekan yang telah memberikan masukan yang berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah SWT. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Aamiin

Mataram, 25 Juni 2020

Tiara Riana

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat ... 5

D. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 9

B. Kerangka Berpikir ... 30

C. Materi ... 32

D. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III PEMBAHASAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel ... 38

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

D. Variable Penelitian ... 40

E. Desain Penelitian ... 40

(11)

F. Instrument/Alat dan Bahan Penelitian ... 42 G. Teknik pengumpulan Data/Prosedur Penelitian ... 43 H. Teknik Analisa Data ... 44 BAB IV PENUTUP

A. Hasil Penelitian ... 48 B. Pembahasan ... 54 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 59 B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Banyak Kelas VII, 39.

Tabel 3.2 Desain Penelitian, 42.

Tabal 4.1 Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol, 49.

Tabel 4.2 Catatan Validator, 50.

Tabel 4.3 Hasil perhitungan uji Homogenitas pada posttest, 53.

Tabel 4.4 Hasil perhitungan uji hipotesis pada posttest,53.

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas, 62.

Lampiran 2 Uji Homogenitas, 64.

Lampiran 3 Uji Hipotesis, 66.

Lampiran 4 RPP Kelas Eksperimen, 68.

Lampiran 5 RPP Kelas Kontrol, 80.

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Tes Pemecahan Masalah Matematika, 86.

Lampiran 7 Soal Tes Pemecahan masalah Matematika, 87.

Lampiran 8 Pedoman Penskoran Soal, 88.

Lampiran 9 Foto Kegiatan Penelitian, 90.

(14)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA Oleh:

Tiara Riana 160103006

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTs. Hidayatullah Ampenan Mataram Tahun Pembelajaran 2019/2020.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Hidayatullah Ampenan Mataram yang terdiri dari 2 kelas, kelas VII A dan VII B.

sampel penelitian diperoleh dengan cara acak (sampling random). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII A sebagai kelas control dan kelas VII B sebagai kelas eksperimen.

Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan penguji hipotesis. Dari analisis data untuk kelas eksperimen diperoleh hitung2 =0,190 dan taraf signifikan 5% dengan n = 19, maka tabel2 =28,869. Jadi 2hitung2tabel, berarti data berdistribusi normal. Sedangkan analisis data untuk kelas control diperoleh hitung2 =0.174 dan taraf signifikan 5% dengan n= 16, maka

995 ,

2 =24

tabel

. Jadi hitung2 tabel2 berarti data berdistribusi normal. Berarti dapat

dismpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dalam penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTs Hidayatullah Ampenan Mataram Tahun Pembelajaran 2019/2020 pada pokok bahasan perbandingan.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini menuntut semua pihak yang makin berat dan kompleks, terutama tantangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk menghadapi tantangan tersebut, dalam bidang pendidikan telah ditetapkan tujuan Pendidikan Nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelajaran di sekolah adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia atau upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat kemanusiaanya.1 Pada posisi lain konsepsi pendidikan juga diartikan pendidikan sebagai proses pertumbuhan individu yang mendapat pertolongan untuk mengembangkan kekuatan bakat, kemampuan minat dan motivasi.

Pendidikan adalah suatu proses, melalui proses seseorang mengesoalkan diri dengan unsur-unsur pengalamannya yang menjadi kepribadian kehidupan modern sehingga dapat mempersiapkan diri bagi kehidupan manusia dewasa yang berhasil.

1 Dinn Wahyudin, Penghantar Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008

(16)

Menurut Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Salah satu upaya dalam meningkatkan kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik, adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan, dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran, diantaranya dengan cara menerapkan strategi dan metode pembelajaran baru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Siti Ma’arifah, S.Pd selaku guru matematika di MTs Hidayatullah Ampenan, ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, salah satu masalah yang dihadapi yaitu prestasi belajar siswa sebagian besar masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga dapat disebut bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanakan proses belajar mengajar, metode yang digunakan cenderung didominasi dengan metode ceramah yang mengakibatkan peserta didik belajar secara pasif dan tidak banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar aktif, sehingga peserta didik hanya menerima, melihat dan

(17)

mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, sehingga prestasi peserta didik masih rendah.2

Agar metode ceramah tidak mengakibatkan peserta didik belajar secara pasif, maka peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran contextual teachin and learning (CTL). Model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL), kata kontekstual(contextual) berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”.Model pembelajaran contextual teachinglearning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota dan masyarakat.Sehingga contextual teaching and learning (CTL) dapat diartikansebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivisme), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), penilaian yang sebenarnya (authentic assesment).

Prestasi adalah hasil usaha siswa selama masa tertentu melakukan kegiatan. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

2Wawancara, Siti Ma’arifah, observasi awal penelitian skripsi. Rabu 16 Oktober. 2019.

(18)

mengokohkan keperibadian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha siswa yang dapat dicapai berupa penguasan pengetahuan, kemampuan kebiasaan dan keterampilan serta sikap setelah mengikuti proses pembelajaran yang dapat dibuktikan dengan hasil tes.

Dalam proses pembelajaran, akan digunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

Penerapan model pembelajaran contextual teaching learning (CTL) dalam pembelajaran melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik dan prestasi belajar matematika siswa meningkat. Belajar dengan model pembelajaran contextual teaching learning (CTL) diharapkan akan mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional. Siswa yang mampu mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah-masalah dan berperan aktif dalam bimbingan guru, prestasi belajarnya akan meningkat dalm proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melalukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Hidayatullah Mataram Tahun Pembelajaran 2019/2020”.

(19)

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada peneliti ini adalah apakah ada pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) terhadap prestasi belajar matematika siswa di MTs Hidayatullah Ampenan Mataram tahun pelajaran 2019/2020?

2. Batasan Masalah Penelitian

Masalah pada penelitian yaitu terbatas pada materi dan prestasi belajar, dimana materi yang akan diajarkan dalam penelitian ini adalah materi matematika perbandingan, prestasi belajaryang diukur yaitu prestasi belajar matematika siswa dalam mengerjakan soal uraian yang diberikan pada akhir pertemuan setelah diberikan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) di MTs Hidayatullah Ampenan Mataram tahun pelajaran 2019/2020.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

(20)

a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pemikiran baru khususnya dalam bidang pendidikan mengenai penerapan model pembelajaran untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa.

b. Manfaat Praktis

1) Mengetahui Adanya Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII di MTs Hidayatullah Pada Materi Perbandingan Tahun Pelajaran 2019/2020.

2) Dapat bermanfaat bagi para guru dalam meningkatkan keterampilan para siswa dalam pembelajaran matematika dan memberikan rangsangan kepada peneliti lainnya dan dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam terutama yang tidak terjangkau dalam penelitian ini.

3) Sebagai dasar pertimbangan bagi kepala sekolah dalam mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam mengetahui kebutuhan study bagi siswa baik berupa fasilitas pendidikan maupun layanan lainnya yang menunjang keberhasilan belajar dan meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah.

(21)

D. Definisi Operasional

Untuk menjelaskan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada mata pelajaran matematika di MTs Hidayatullah Tahun Pelajaran 2019/2020”, maka perlu untuk ditegaskan istilah secara operasional

dari judul tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya kesalah pahaman dalam penafsiran.Untuk menghindari hal tersebut maka peneliti perlu untuk memberikan batasan-batasan sebagai berikut.

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang atau benda) yang akan membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Jadi, pengaruh dapat diartikan sebagai daya yang timbul dalam rangka ikut membantu watak, kepercayaan dan perbuatan. Pengaruh yang akan diteliti pada skripsi ini adalah pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar matematika siswa.

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

(22)

3. Prestasi

Prestasi yang akan dilihat adalah hasil belajar ujian harian siswa seteleha dilakukannya proses belajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

1. Kajian Pustaka a. Kajian Teoritis

1) Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pengajaran kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual.

Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan professor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.3

Penyelenggaraan program ini berhasil dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya direkomendasikan untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk tingkat sekolah, pelaksanaan dari program ini memperlihatkan suatu hasil yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa untuk

3Muhammad Ridho Eisy, ‘’ Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika’’, Refleksi Pendidikan, Vol. 2, Nomor. 1, Agustus 2003, hlm. 52.

(24)

belajar, dan meningkatkan partisipasi aktif siswa secara keseluruhan.4

2) Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Banyak pendapat yang berusaha mendefinisikan tentang Contextual Teaching and Learning (CTL). Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memaknai materi pelajaran sekolah dengan cara menghubungkan pelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka baik konteks personal, sosial maupun kebudayaan sekitar5.

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki beberapa karakteristik dimana untuk prosesnya, pembelajaran tentang suatu pelajaran harus dikaitkan dengan materi pelajaran lain sehingga peserta didik memperoleh sebuah perspektif hidup yang nyata. Di samping itu, situasi dan masalah-masalah nyata jarang terwakili hanya oleh satu bidang ilmu. Dengan demikian mereka akan memandang bagaimana pengetahuan dan keterampilan berhubungan dengan kehidupan mereka baik saat ini maupun masa yang akan datang. Hal ini juga dimaksudkan agar peserta didik lebih memahami situasi kehidupan nyata, mengidentifikasi dan memecahkan masalah dengan efektif, membuat keputusan yang bijaksana dan berpikir kreatif.6

Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

4 Ibid., hlm. 53.

5Sutarto dan Syarifuddin, Desain Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2013), hlm.62.

6Ibid., hlm.62 – 63.

(25)

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.7

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran. Peserta didik didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses pengalaman langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan peserta didik terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek efektif dan juga aspek psikomotor.8

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang autentik (real world learning). Pembelajaran autentik dimaksudkan sebagai pembelajaran yang mengutamakan pengalaman nyata, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata.

Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

7H.M. Idris Hasibuan, “Model Pembelajaran CTL”, Vol. 11, Nomor 1, Januari 2014, hlm. 2.

8 Ibid., hlm. 4.

(26)

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 9

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran aktif.

Pembelajaran ini berpusat pada keaktifan peserta didik. Belajar merupakan aktifitas penerapan pengetahuan, bukan menghafal.

Peserta didik ”acting”, guru mengarahkan.

Prinsip saling ketergantungan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan guru, peserta didik lain (dalam bentuk kerjasama) dan lingkungan sekitar. Prinsip perbedaan menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda sehingga tidak bisa diperlakukan layaknya sesuatu yang homogen. Pada pelaksanaan prinsip yang ketiga, yaitu prinsip pengelolaan diri, Contextual Teaching and Learning (CTL) membantu peserta didik dalam mencapai prestasi akademik, memperoleh keterampilan-keterampilan kerja dan mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan kegiatan sekolah dengan pengetahuan dan pengalaman sendiri. Tugas guru di sini adalah mendorong para peserta didik untuk mengaktualisasikan semua potensi dirinya.10

Model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran

9 Ibid., hlm 5.

10Ibid., hlm.62

(27)

untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa “model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu bentuk model pembelajaran yang mengarahkan dan memotivasi peserta didik untuk melakukan atau belajar aktif dan menemukan sendiri konsep-konsep baru yang sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari”.

Contextual Teaching and Learning (CTL) berdasarkan pada kecenderungan pemikiran tentang belajar berikut ini:

(1) Proses Belajar

(a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa disini juga harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

(b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola- pola bermakna dari pengetahuan baru dan bukan diberi saja oleh guru.

(c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan ( subject matter).

(d) Pengetahuan tidak dapat terpisah-pisah tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

(28)

(e) Anak yang mempunyai tingkat yang berbeda dalam menyikapi situasi baru atau masalah baru.

(f) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide- ide.

(g) Proses belajar dapat merubah struktur otak. Perubahan itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.11

(2) Transfer Belajar

(a) Siswa belajar dari dari hal yang di alami sendiri bukan dari pemberian orang lain.

(b) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit.

(c) Penting siswa tahu untuk apa ia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.12

(3) Siswa sebagai Pembelajar

(a) Siswa mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu dan seorang siswa mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal yang baru.

(b) Strategi belajar sangat penting untuk mempelajari hal-hal yang sulit.

11Sutarto dan Syarifuddin, Desain Pembelajaran Matematika, )Yogyakarta: Samudra Biru, 2013), hlm. 64

12 Ibid, hlm. 64.

(29)

(c) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.

(d) Tugas guru adalah memfasilitasi pembelajaran, agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dan menyadarkan peserta didik untuk menerapkan strategi mereka sendiri.13

(4) Pentingnya Lingkungan Belajar

(a) Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik.

(b) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka sehingga strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

(c) Pentingnya umpan balik bagi peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar.

(d) Pentingnya menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok.14

3) Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Berdasrkan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Terdapat Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu:

13 Ibid., hlm. 65.

14 Ibid.,hlm. 65.

(30)

(a) Kerja sama

(b) Saling menunjang

(c) Menyenangkan, tidak membosankan (d) Belajar dengan bergairah

(e) Pembelajaran terintegrasi (f) Mengunakan berbagai sumber (g) Siswa aktif

(h) Sharing dengan teman (i) Siswa kritis guru kreatif.15

4) Komponen Utama Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) melibatkan tujuh komponen pembelajaran yaitu:

(a) Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofis) pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak secara tiba-tiba. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksikan dan bukan menerima pengetahuan. Pada saat proses pembelajaran, peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar dimana peserta didik menjadi pusat kegiatan dan bukan guru.

Pandangan konstruktivis lebih mengutamakan strategi memperoleh dibandingkan seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

15 Siti Zulaiha, “Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Dan Implementasinya Dalam Rencana Pembelajaran PAI MI”, (Skripsi, FTK UIN Mataram, Mataram 2016), hlm. 56.

(31)

(a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik.

(b) Memberi kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

(c) Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

(b) Penemuan (Inquiry)

Penemuan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran yang berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta- fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) adalah: (1) Merumuskan masalah, (2) Mengamati atau melakukan observasi, (3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya, (4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pembaca, teman sekelas, guru atau audien lain.

(c) Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis, (2) Mengecek pemahaman peserta didik, (3) Membangkitkan respon kepada peserta didik, (4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan peserta didik, (5) Memfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki guru, (6) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta didik, dan (7) Menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik.

(d) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antara peserta didik yang belum tahu. Guru dalam kelas Contextual Teaching and Learning (CTL), disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen dalam hal kepandaian dan kecepatan belajar. Kelompok peserta didik bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah bahkan bisa melibatkan peserta didik di kelas atasannya atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.

(e) Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah pengandalan model yang dapat ditiru oleh peserta didik dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu dalam pembelajaran Contextual

(32)

Teaching and Learning (CTL), guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan peserta didik atau mendatangkan model dari luar.

(f) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang kita lakukan di masa lalu. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang dimiliki peserta didik kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu peserta didik membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi. Realisasinya berupa: (1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, (2) Catatan atau jurnal di buku peserta didik, (3) Kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu, (4) Diskusi, dan (5) Hasil karya.

(g) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran yang benar.

Karakteristik Authentic Assassement adalah: (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, (2) bisa digunkan untuk formatif maupun sumatif, (3) yang diukur ketersmpilan dan performansi, bukan mengingat fakta, (4) berkesinambungan, (5) terintegrasi, dan (6) dapat digunakan sebagai feed back.

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi belajar peserta didik adalah: (1) Proyek/kegiatan dan laporannya, (2) PR, (3) Kuis, (4) Karya peserta didik, (5) Presentasi atau penampilan peserta didik, (6) Demonstrasi, (7) Laporan, (8) Jurnal, (9) Hasil tes tulis, dan (10) Karya tulis.16

Komponen yang akan digunakan dalam proses pembelajaran meliputi, konstruktivisme (contruktivism), penemuan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi

16Sutarto dan Syarifuddin, Desain Pembelajaran Matematika…, hlm. 65-69.

(33)

(reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).

5) Kelebihan dan Kekurangan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah:

(1) Pembelajaran menjadi lebih berermakna dan nyata. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.

(2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuanya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme peserta didik diharapkan belajar melalui

“mengalami” bukan “menghafal”

(3) Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas peserta didik secara penuh, baik fisik maupun mental.

(4) Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat memperoleh informasi, akan tetapi sebagi tempat untuk menguji dan hasil temuan mereka dilapangan.

(34)

(5) Materi pembelajaran dapat ditemukan sendiri oleh peserta didik, bukan pemberian dari guru.

(6) Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.17

Sedangkan kekuranganya adalah:

(1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontextual berlangsung

(2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.18

6) Tujuan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

(1) Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainnya.

(2) Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.

17Ibid., hlm. 60.

18 Ibid., hlm. 60.

(35)

(3) Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.

(4) Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

(5) Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini bertujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.

(6) Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.

(7) Tujuan pembelajran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini bertujuan agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.19

7) Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material , fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari

19 Ibid., hlm. 61.

(36)

siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga labora torium.

Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual dan computer.

Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, dan sebagainya20

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka koseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Brady mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru didalam mempersiapkan dan melaksanakan pembeajaran.21

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut

20Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2017), hlm.

9.

21 Ibid., hlm. 18.

(37)

strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterpkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.

8) Prestasi Belajar

a) Pengertian Prestasi Belajar

Mengenai prestasi belajar seorang ahli berpendapat bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.22

Prestasi belajar merupakan hasil belajar, secara lebih khusus setelah peserta didik mengikuti pelajaran dalam waktu tertentu. Senada dengan pendapat-pendapat di atas mengenai prestasi belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.23

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau kecakapan nyata yang dimiliki oleh individu setelah mengalami proses belajar khususnya pembelajaran Matematika dalam

22Ahmad Syafi.i, “Komunikasi Pendidikan ‘’, Panduan Penelitian, Vol. 2, Nomor 2, Juli 2018, hlm. 117.

23 Ibid., hlm. 117.

(38)

waktu tertentu yang dinyatakan dengan angka sesuai dengan hasil yang ditetapkan.24

Istilah prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi dikamus ilmiah populer didefinisikan sebagai hasil yang dicapai. Menurut Noehi Nasution, menyimpulkan bahwa “ belajar dalam arti luas dapat

diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.

Prestasi merupakan kumpulan hasil akhir dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan. Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok”. 25

b) Pentingnya Prestasinya Belajar

Prestasi belajar yang tinggi dan optimal sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan dan pengajaran. Prestasi belajar dari hasil penilaian dapat dijadikan tolak ukur dari hasil yang diperoleh peserta didik untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik setelah menyelesaikan suatu aktifitas.

24Ibid., hlm. 118.

25 Ibid., hlm. 119.

(39)

Adapaun prestasi belajar sebagai hasil penilaian berfungsi untuk :

(a) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.

(b) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.

(c) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada para orang tua.26

Selain itu juga prestasi belajar penting sebagai alat untuk memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar.

c) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pesrta didik secara garis besar dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor ekstern.

(a) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang melakukan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang berasal dari dalam diri seseorang dikelompokkan menjadi faktor fisik dan faktor psikologis.

Faktor fisik yang mempengaruhi hasil belajar antara lain keadaan panca indera, kesehatan dan umur serta keadaan tubuh. Sedangkan faktor psikologis yang

26 Ibid., hlm. 120.

(40)

mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain tingkat kecerdasan, kreatifitas, bakat dan minat, prestasi belajar terdahulu, dan motivasi belajar. Inteligensi (kecerdasan) merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Bahwa terdapat kecerdasan yang berbeda dimiliki oleh siswa sehingga terdapat perbedaan dalam menerima pelajaran yang diberikan.

Kreatifitas merupakan kemampuan seseorang dalam mengahsilkan sesuatu yang baru berdasarkan hal-hal yang telah ada. Bakat dan minat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang. Ada siswa yang lebih berbakat dalam kemampuan berbahasa dan ada juga yang lebih berbakat dalam kemampuan berhitung dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Belajar pada dasarnya merupakan proses yang berkelanjutan, hasil belajar terdahulu atau prestasi belajar terdahulu mendasari proses dan prestasi belajar berikutnya.

Motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting menentukan dalam kegiatan belajar. Tanpa adanya motivasi belajar, proses belajar akan kurang berhasil meskipun sesorang siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi.

(41)

Akan tetapi kurang berhasil dalam belajarnya apabila mereka tidak memiliki motivasi belajar yang rendah.27 (b) Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar seseorang merupakan faktor yang berasal dari pengaruh luar seseorang. Faktor luar tersebut anatara lain factor lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan sekolah dan masyarakat.

Faktor keluarga merupakan factor yang sangat penting untuk perkembangan siswa. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi setiap individu dan merupakan pendidikan yang pertama dan utama, baik secara individu maupun kelompok. Adapaun prestasi belajar sebagai hasil penilaian berfungsi untuk :

Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar

peserta didik kepada para orang tua.

Selain itu juga prestasi belajar penting sebagai alat untuk memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah serangkaian dari kegiatan jiwa raga yang telah dilakukan oleh seseorang dari suatu hasil yang telah dicapai sebagai perubahan dari

27 Ibid., hlm. 121.

(42)

tingkah laku yang dilalui dengan pengalaman serta wawasan untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang telah dinyatakan dalam hasil akhir.28

b. Penelitian Terdahulu

1) Husnul Laili, 2016, Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa MTs Nurul Hakim Kediri Ditinjau Dari Segi Gender, Perbedaan dari penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dari segi gender sedangkan penelitianyang akan dilakukan bertujuan untuk melihat adanya pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar matematika siswa sedangkan persamaanya adalah meneliti dengan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada siswa kelas VII.

2) Riskha Yulianti, 2017, Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Himpunan Siswa Kelas VII SMPN 2 Ngunut, Perbedaan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar

28 Ibid., hlm. 122.

(43)

matematika siswa kelas VII pokok bahasan Himpunan sedangkan penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk melihat prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Perbandingan, sedangkan persamaanya ini mengunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

3) Nurdalilah, 2017, Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Perbedaan dari penelitian ini hanya dibatasi perlakuanya pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) sedangkan penelitian yang akan dilakukan mencakup pokok Perbandingan, sedangkan persamaanya adalah meneliti tentang adanya pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL).

4) Dinny Rahmi, 2017, Pengaruh Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Ajar Kubus Dan Balok Kelas VIII MTs Swasta AL- WASHLIYAH Medan, perbedaan dari penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif pada pokok bahasan Kubus dan Balok sedangkan penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengukur prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Perbandingan, sedangkan persamaanya adalah menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

(44)

5) Chozinul Abrori, 2017, Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi SPLTV Kelas X SMKN Bandung, Perbedaan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas X pokok bahasan SPLTV sedangkan penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengukur prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Perbandingan, sedangkan persamaanya kedua ini mengunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses untuk menciptakan lingkungan belajar siswa dengan menggunakan suatu rancangan pembelajaran yang sesuai sehingga dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa.

Dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika adalah pembentukan sifat, yaitu pola berpikir kritis dan kreatif. Pola pikir seperti ini perlu dikembangkan, terlebih dalam menghadapi persaingan global. Dengan pola pikir seperti ini diharapkan siswa mampu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Hal ini menunjukkan pentinggnya matematika sebagai sarana dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran matematika yang terjadi di MTs Hidayatullah cenderung berpusat pada guru dengan menerapkan model pembelajaran konvensional. Dengan pembelajaran seperti ini partisipasi dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar belum optimal. Permasalahan lain yang

(45)

dihadapi guru adalah rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini semakin terlihat saat guru memberikan soal dengan sedikit variasi yang membutuhkan penalaran lebih. Hasilnya beberapa siswa saja yang mampu menyelesaikan soal tersebut dengan benar, sedangkan yang lain masih merasa kesulitan untuk meningkatkan presatsi belajar dalam bidang matematika.

Faktor yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar matematika dilihat dari aspek lingkungan belajar dan guru. Guru menyediakan lingkungan belajar yang mendorong kebebasan siswa untuk berekspresi, menghargai pertanyaan siswa dan ide- idenya, memberi kesempatan bagi siswa untuk mencari dan menemukan solusi dengan cara sendiri.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan salah satu cara yaitu penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Melalui pembelajaran ini, siswa terlatih untuk berperan aktif dalam mengikuti pelajaran dan dapat menemukan konsep sendiri sehingga mampu memahami materi yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran Kontekstual menekankan pada pentingnya pemecahan masalah dan kegiatan belajar dilakukan dalam konteks. Dalam proses belajar Contextual Teaching and Learning (CTL), siswa tidak hanya menghafal melainkan mengkonstruksikan pengetahuan yang dimiliki. Siswa belajar dari kegiatan yang mereka alami sendiri, bukan diberi saja oleh guru sehingga meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.

(46)

Mengacu pada hal tersebut, diduga dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang mencakup tujuh komponena pembelajaran yaitu konstruktivisme (contruktivism), penemuan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa kelas VII di MTs Hidayatullah Mataram Pokok Pembahasan Perbandingan Tahun Pelajaran 2019/2020.

C. Materi Perbandingan

1. Menentukan Perbandingan Dua Besaran

Perbandingan antara a dan b dengan b ≠ 0 adalah a : b atau 𝑎

𝑏 dan dibaca “a berbanding b”. untuk memudahkan memahami pengertian dari perbandingan perhatikan uraian berikut ini.

Berat badan Audi, 24 kg, sedangkan berat badan bela 30 kg. Perbandingan berat badan Audi dan bela dapat dinyatakandengan dua cara berikut.

a. Berat badan Audi kurang dari berat badan Bela, dalam hal ini yang dibandingkan adalah selisih berat badan.

b. Berat badan Audi: berat badan Bela = 24 : 30 = 4 : 5. Dalam hal ini, yang dibandingkan adalah hasil badan Audi dan berat badan Bela.

Sehingga bedasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada dua cara dalam membandingkan dua besaran, yaitu sebagai berikut.

1) Dengan menncari selisih.

2) Dengan mencari hassil bagi.

(47)

2. Perbandingan Dua Besaran dengan Satuan Berbeda

Dalam kehidupan sehari-hari banyak permasalahan yang berkaitan dengan perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda.

Contoh:

a. Harga beras di toko Makmur yakni Rp 9.000,00 per kg.

b. Yani membeli 3 lusin buku tulis isian 48 lembar dengan harga Rp 48.000,00 per lusin.

c. Mobil X mampu menempuh jarak 30 km dengan menghabiskan 1 liter bensin.

d. Petani yang menggunakan bibit unggul mampu menghasilkan 100 karung padi dalam 1 hektar sawah.

Semua pernyataan diatas membandingkan dua besaran dengan satuan yang berbeda. Misalnya harga beras terhadap masanya (kg), harga buku terhadap banyaknya buku (lusin), jarak (km) terhadap volume bensin (liter) dan banyaknya padi (karung) terhadap luas sawah (hektar).

3. Perbandingan Senilai

a. Pengertian perbandingan senilai

Perbandingan senilai adalah perbandingan dua besaran yang memiliki nilai yang sama. Dalam hal ini, dua besaran tersebut dapat dikatakan berbandingan lurus.

b. Perhitungan perbandingan senilai 1) Berdasarkan nilai satuan

(48)

Contoh:

Harga 10 buah buku tulis Rp 35.000,00. Hitunglah harga 25 buah buku tulis bedasarkan satuan dan perbandingan.

Jawab:

Jika banyak buku tulis ditambah, harganya juga ditambah.

Perhitungan berdasarkan satuan Harga 1 buku tulis = 𝑅𝑝35.000,00.

10 = Rp 3.500,00 Jadi, harga 25 buah buku tulis 25 x Rp3.500,00.

2)Berdasarkan perbandingan Contoh:

Sepeda motor Danis memerlukan 2 liter bensin untuk menempuh jarak 70 km. Berapa liter bensin yang diperlukan sepeda motor itu untuk menempuh jarak 210 km?

Jawab:

Perhitungan berdasarkan perbandingan

Jarak tempuh (km) banyak bensin (liter)

70 2

210 x

210

7 = 𝑥

2

𝑥 = 𝑥 2 x = 210 𝑥 2

70 x = 420

70 = 6

(49)

Jadi, bensin yang diperlukan sepeda motor itu untuk menempuh jarak 6 liter.

4. Perbandingan Berbalik Nilai

a. Pengertian perbandingan berbalik nilai

Jika jumlah suatu benda makin bertambah, maka nilainya makin kecil. Jika jumlah suatu benda makinberkurang, maka nilainya makin besar. Inilah yang disebut perbandingan berbalik nilai.

b. Perhitungan perbandingan berbalik nilai 1) Berdasarkan hasil kali

Contoh:

Wisnu mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam dalam waktu 2 jam. Jika jarak yang sama tersebut ditempuh dalam waktu 3 jam,hitunglah kecepatan rata-rata wisnu.

Jawab:

Jarak yang ditempuh dalam waktu 2 jam = 2 jam x 60 km/jam = 120 km.

Jadi, kecepatan rata-rata dalam waktu 3 jam adalah 40 km/jam.

2) Berdasarkan perbandingan

Menghitung faktor-faktor perbandingan berbalik nilai.

a : b = 1

𝑝:1𝑞

a b

𝑝1 𝑞1

(50)

Contoh:

Satu keranjang wortel dapat dihabiskan oleh 10 kelinci dalam waktu 6 hari. Berapa lamakah wortel tersebut akan habis jika dimakan oleh 15 kelinci?

Jawab:

Banyak kelinci Waktu

10 6

15 x

x = 10

15 × 6 x = 60

15

x = 4

jadi, wortel tersebut akan habis jika dimakan 15 kelinci dalam waktu 4 hari.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian. Walaupun sebagai jawaban sementara, hipotesis penting artinya untuk memberikan batasan pada peneliti mengenai hal-hal yang akan diteliti sehingga pengumpulan data yang akan dilaksanakan terfokus pada hipotesis tersebut. Di samping itu, dengan hipotesis dapat disusun desain penelitian dan analisis data yang sesuai dengan yang tersurat dalam hipotesis tersebut.

Karena hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian, maka kebenaran jawaban tersebut perlu diuji. Uji statistik sering digunakan untuk

(51)

menguji hipotesis benar atau salah atau hipotesis tersebut diterima atau ditolak.29

Adapun hipotesis dalam penelitian yaitu “Ada pengaruh penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VII di MTs Hidayatullah Ampenan Mataram tahun pelajaran 2019/2020.

29 B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), hlm. 73.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen, dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka dan penyajian data dan dianalisis menggunakan uji statistik berdasarkan data kuantitatif yang dikumpulkan melalui tes dan subjek penelitian dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.30

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah semua subyek dan obyek sasaran penelitian.

Populasi dapat dipilih atas dua kategori, yakni populasi terbatas (finite population) dan populasi tak terbatas (infinite population). Populasi terhingga adalah populasi yang jumlah anggotanya terbatas dan dapat ditentukan atau diketahui jumlahnya. Sedangkan populasi tak hingga adalah populasi yang jumlahnya tidak dapat ditentukan dan diketahui secara pasti. Jenis populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi terhingga, dimana populasinya yaitu seluruh siswa kelas VII MTs Hidayatullah Ampenan. Rincian jumlah siswa pada setiap kelas dapat dilihat pada tabel berikut :

30Sugyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta,2016), hlm.

1.

(53)

1.1 Tabel

Rincian Jumlah Siswa Kelas VII MTs Hidayatullah Mataram Pelajaran 2019/202031

No Kelas Jumlah siswa

1 VII A 16

2 VII B 19

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Sehubung dengan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa sampel adalah wakil atau sebagian dari populasi yang akan diteliti dan diambil dari jumlah populasi yang ada. Jadi sampel yang di ambil disini adalah seluruh populasinya. Dimana sampel yang dimaksud adalah Sampling Jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dengan demikian berdasarkan jumlah populasi kelas VII MTs Hidayatullah Mataram yang terdiri dari 35 siswa, maka kelas yang diambil oleh peneliti sebagai sampel adalah kelas VII-B sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 19 orang dan kelas VII-A sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 16 orang. Jadi sampel dalam penelitian berjumlah 35 orang.

31Sumber: Data Sekolah MTS Hidayatullah Ampenan, Tahun Pelajaran 2019/2020

(54)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaa penelitian ini direncanakan pada bulan Januari 2020 sampai selesei tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Hidayatullah Ampenan-Mataram yang berlokasi di Jalan Hidayatullah No.06 Karang Baru, Kebun Sari, Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.32 Dalam penelitian yang dilakukan ini, model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai variabel bebas (Variabel Independent) dan prestasi belajar matematika sebagai variabel terikat (Variabel Dependent). Sehingga dalam penelitian) ini akan dicari pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap prestasi belajar matematika siswa.

E. Desain Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah strategi unuk memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa. Desain penelitian ditetapkan dengan mengacu pada hipotesa yang telah dibangun. Pemilihan desain yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin pembuktian hipotesa secara tepat pula.33

32 Sugiyono, Metode Penelitian…, hlm. 60

33 Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2006), hlm. 105.

(55)

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian Quasi Experimental Design dengan pendekatan kuantitatif. Quasi Experimental Design disebut juga dengan experiment semu. Desain ini hampir sama dengan posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok experiment maupun kelompok control tidak dipilih secara random. Menurut Sugiyono metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari efektivitas penerapanperlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari efektivitas penerapan treatment (perlakuan) tertentu.34

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain true experimental design tipe Posttest-only control design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing tidak dipilih secara random.

Kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok yang lain tidak diberi perlakuan. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok Kontrol.35

34Ibid., hlm.72.

35Ibid., hlm. 112.

(56)

1.2 Tabel Desain Penelitian

Grup Perlakuan Tes

Eksperimen 𝑋 𝑌1

Kontrol - 𝑌2

Keterangan :

𝑋 = Perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL

− = Tidak ada perlakuan 𝑌1 = Pemberian tes akhir 𝑌2= Pemberian tes akhir

F. Instrument/ Alat dan Bahan Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes yang digunakan untuk mengetahui: Pengaruh ada tidaknya Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII di MTs Hidayatullah Ampenan Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument tes yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada pokok materi Perbandingan. Tes yang diberikan siswa berupa tes tertulis yang berbentuk tes uraian meliputi pos-test yang bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sudah diberikan perlakuan. Dalam penelitian pembelajaran dengan munggunakan model pembelajaran Contextal

Gambar

Tabel 3.1  Banyak Kelas VII, 39.
Lampiran 9  Foto Kegiatan Penelitian, 90.
Tabel Data Posttest Uji Homogenitas  No  Eksperimen
Tabel perbandingan
+2

Referensi

Dokumen terkait

“Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Berbantuan Media Konkret Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Tahun Ajaran