• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

Dewi Agustini, 2023: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Kemampuan Siswa Memahami Konsep Matematika Dan Berkolaborasi Pada Pertidaksamaan Linier Satu Variabel Di SMP Plus Darus Sholah Jember. 102 4.8 Histogram kategorisasi partisipasi siswa kelas eksperimen sebelum penggunaan model pembelajaran kolaboratif Make A Match. 117 4.12 Perbandingan histogram partisipasi siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah penggunaan model pembelajaran kolaboratif Make A Match.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap pemahaman konsep matematika siswa pada materi pertidaksamaan linier satu variabel. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap kerja sama siswa pada materi pertidaksamaan linier satu variabel.

Manfaat Penelitian

Indikator Variabel

Definisi Operasional

Model pembelajaran kooperatif tipe Make a match merupakan model pembelajaran dimana siswa mencari kartu soal atau jawaban sambil mempelajari suatu konsep materi dan bekerja sama dalam suasana yang menyenangkan. Memahami konsep matematika berarti memahami secara akurat dan benar suatu rancangan atau ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan atau mengklasifikasikan sekelompok objek, serta memahami maksud, implikasi, dan penerapannya sehingga dapat menggeneralisasi suatu objek ke berbagai situasi lain dengan tepat. indikator untuk memahami konsep terpenuhi. Kolaborasi dapat diartikan sebagai interaksi atau hubungan antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Hipotesis

Pertidaksamaan linier satu variabel merupakan pernyataan terbuka yang terdiri dari satu variabel dan memuat lambang atau tanda pertidaksamaan seperti <, >, ≤, dan .

Sistematika Pembahasan

Efektivitas model pembelajaran Make A Match terhadap kemampuan penalaran matematis dan motivasi belajar siswa. 20 Zumaroh Sani, “Efektivitas Model Pembelajaran Make A Match Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis dan Motivasi Belajar Matematika Siswa” (Skripsi, UIN PANCASAKTI TEGAL, 2019). 21 Yeni Yuliana, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match yang Didukung Video Pembelajaran Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Terhadap Motivasi Belajar Siswa” (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2020).

Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu  N
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N

Kajian Teori

Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Kerja Sama Siswa”, berbeda dengan penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian mengenai model pembelajaran make a match, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran make a match adalah model pembelajaran dimana siswa mencari kartu yang berisi soal atau jawaban sambil mempelajari konsep materi dan mengikuti suasana yang menyenangkan. Pada tahap ini guru menjelaskan materi dari kartu yang berisi soal dan jawaban.28 Langkah-langkah pembuatan model pembelajaran mencocokkan adalah sebagai berikut: 29.

Membimbing

Evaluasi

Memberikan

Analisis Data

  • Sejarah Berdirinya SMP Plus Darus Sholah Jember
  • Letak Geografis SMP Plus Darus Sholah Jember
  • Visi dan Misi

Dalam penelitian ini terdapat dua uji hipotesis, dimana untuk menguji hipotesis kemampuan pemahaman konsep matematika menggunakan Uji T Welch karena tidak memenuhi dua uji prasyarat yaitu data berdistribusi normal dan tidak homogen.82 Sementara itu, untuk menguji hipotesis kerjasama siswa menggunakan uji Independent Sample t-Test karena memenuhi dua uji prasyarat yaitu data berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji hipotesis ini menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 26 dengan langkah klik analisa → bandingkan mean → one way ANOVA → options → Welch → continue → ok. Dalam pengujian hipotesis kolaboratif ini menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 26 dengan langkah-langkahnya klik analisa → bandingkan mean → uji T sampel independen → ok.

SMP Plus Darus Sholah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam di Jember. Seiring berjalannya waktu, banyak permintaan dari warga sekitar serta masukan dari pengurus Yayasan Pendidikan Islam Darus Sholah untuk mendirikan SMA Darus Sholah Plus agar anak-anaknya selain belajar agama juga bisa belajar. pengetahuan umum seperti Matematika dan IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS dan bagian lainnya. Akhirnya pada bulan Juli 1994 didirikanlah SMA Plus Darus Sholah sebagai kelanjutan dari sekolah dasar yang menerapkan ilmu agama dan pengetahuan umum, namun tidak semua orang harus bersekolah di sekolah tersebut jika kelak ingin belajar di SMA. Sholah.

Hal ini ditunjukkan karena perkembangan dan persaingan yang sangat pesat dengan sekolah swasta lainnya dan SMP Plus Darus Sholah berhasil mendapatkan nilai akreditasi tertinggi. SMP Plus Darus Sholah juga menerima bantuan dari tenaga kependidikan seperti alumni yang pernah menempuh atau lulus perguruan tinggi baik swasta maupun negeri, serta tenaga kependidikan alumni dari Pondok Pesantren Salafiyah agar semuanya dapat dikelola dengan baik. Lokasi SMP Plus Darus Sholah berdekatan dengan lokasi Pondok Pesantren Darus Sholah yang dibangun di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Darus Sholah Jl.

Sebelah Timur berbatasan dengan : Perumahan Tegal Besar Permai Sumber Data : Dokumentasi SMP Plus Darus Sholah Tegal Besar Jember September 2022.

Penyajian Data

Hasil pre-test kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diperoleh dilaksanakan pada kelas VII A sebagai kelas kontrol dan kelas VII G sebagai kelas eksperimen. Kemudian peneliti menganalisis data tersebut dengan menggunakan statistik deskriptif yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:. Uraian di atas menunjukkan bahwa hasil pre-test pada kelas kontrol terdapat 4 orang siswa dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 14,3%, 20 orang siswa dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 71,4% dan 4 orang siswa dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 14,3%.

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas diketahui bahwa pretest kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas kontrol berada pada kategori sedang dengan rentang skor 40 < Skor < 76 untuk 20 siswa. Dari uraian di atas terlihat hasil pretest pada kelas eksperimen sebanyak 5 orang siswa berkategori tinggi dengan persentase 21%, 15 orang siswa berkategori sedang dengan persentase 63% dan 4 orang siswa berkategori rendah dengan persentase 21%. persentase 16%. Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa pre-test kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas eksperimen berada pada kategori sedang dengan rentang skor 36 < Skor < 80 untuk 15 siswa.

Peneliti memberikan posttest di akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa ketika disajikan materi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Dari uraian di atas terlihat bahwa hasil posttest siswa pada kelas kontrol terdapat 2 siswa dalam kategori tinggi dengan persentase 7,14%, 20 siswa dalam kategori sedang dengan persentase 71,43% dan 6 siswa dalam kategori sedang. kategori rendah. kategori dengan persentase 21,43%. Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa posttest kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas kontrol berada pada kategori sedang dengan rentang skor 65 < skor < 82 untuk 20 siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa nilai post-test sebanyak 7 orang siswa berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 29,2%, 11 orang siswa berada dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 45,8% dan 6 orang siswa berada dalam kategori rendah dengan persentase persentase 25%. Berdasarkan Gambar 4.4 hasil post-test kelas eksperimen berada pada kategori sedang dengan rentang skor 70 < Skor < 94 untuk jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya 11 orang. Perbandingan kategorisasi pre-test dan post-test kelas kontrol Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa perbandingan kategorisasi pre-test dan post-test kelas kontrol dengan rata-rata skor meningkat dari awalnya 58 menjadi 73,57 tanpa menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe make a match menggunakan model.

Berdasarkan Gambar 4.6 diperoleh perbandingan pretest dan posttest kelas eksperimen meningkat dengan rata-rata skor dari awal 58 menjadi 81,96 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif make a match.

Dari uraian di atas diperoleh hasil observasi kerjasama antar siswa kelas kontrol sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif make a match, diperoleh 1 siswa dalam kategori sangat baik dengan persentase 3,6%, 5 siswa dalam kategori sangat baik dengan persentase 3,6%, 5 siswa dalam kategori sangat baik dengan persentase 3,6%, 5 siswa dalam kategori sangat baik dengan persentase 3,6%, 5 siswa dalam kategori sangat baik dengan persentase 3,6%, 5 siswa dalam kategori sangat baik dengan persentase 3,6%. kategori baik. dengan persentase 17,9%, terdapat 13 siswa yang termasuk dalam kategori sedang dengan persentase.

Dari uraian di atas diperoleh hasil observasi kerjasama kelas eksperimen sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match bahwa 1 siswa berada pada kategori sangat baik dengan persentase 4,2%, 1 siswa berada pada kategori baik. dengan persentase 4,2%, kategori sedang sebanyak 14 orang dengan persentase 58,3%, kategori kurang baik sebanyak 6 orang dengan persentase 25%, dan kategori sangat kurang sebanyak 2 orang dengan persentase 8,3%.

Pembahasan

Dilihat dari meannya, terdapat perbedaan antara siswa kelas kontrol dan eksperimen setelah diberikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match tanpa dan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas kontrol sebelum dan sesudah tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif Make A Match dengan kemampuan pemahaman konsep matematika pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif Make A Match. Setelah keterampilan pre-test diperoleh maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match di Kelas VII G dan memberikan treat tanpa menggunakan model pembelajaran Make A Match di Kelas VII A.

Kolaborasi kelas kontrol sebelum dan sesudah tanpa menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dengan kolaborasi kelas eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match. Mengenai kerjasama siswa kelas VII G yang menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan rata-rata 31,5, terdapat 3 siswa yang memperoleh nilai ≥ 36 dengan persentase 12,5%. Jadi dapat disimpulkan terdapat perbedaan kerjasama antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dan sesudah penerapan tanpa dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebesar 21,9%.

Artinya terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang diajar dan tidak diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas VII di SMP Plus Darus Sholah Jember. Dengan kata lain terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Artinya terdapat kerjasama yang signifikan antara siswa yang diberi perlakuan dan tidak diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas VII SMP Plus Darus Sholah Jember.

Dengan kata lain terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap kerja sama siswa.

KESIMPULAN

Saran

  • Pendekatan Penelitian

“Dampak Model Thought-Pair Split terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa.” Pendidikan Matematika Unila Revista 6, no. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match Berbantuan Video Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Dilihat Dari Motivasi Belajar Siswa.” Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2020. 2 contoh pertidaksamaan linier satu variabel b. 2 contoh pertidaksamaan yang bukan linier pada satu variabel 3. Ubahlah pernyataan berikut ini ke dalam bentuk persamaan.

Pertidaksamaan linier satu variabel merupakan pernyataan terbuka yang hanya mempunyai satu variabel dan merupakan pangkat satu dengan menggunakan tanda pertidaksamaan <, >, ≤, dan ≥. a) Mempunyai variabel dan mempunyai derajat pertama serta menggunakan tanda pertidaksamaan. Indikator Pencapaian Kompetensi 4.6.1 Menyelesaikan masalah ketimpangan linier dengan satu variabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa mungkin dapat mentransformasikan permasalahan yang melibatkan pertidaksamaan linier dalam satu variabel ke dalam model matematika;

Siswa dapat menyelesaikan permasalahan nyata yang berkaitan dengan pertidaksamaan linier dalam satu variabel. Guru memeriksa keterampilan prasyarat siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang penyelesaian persamaan linear satu variabel. Siswa menerima materi stimulus atau stimulus tentang pertidaksamaan linear satu variabel melalui pendekatan saintifik (mengamati, bertanya, bereksperimen, mengasosiasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan).

Guru dan siswa menarik kesimpulan tentang poin-poin yang muncul dalam kegiatan pembelajaran baru tentang pertidaksamaan linier satu variabel.

KUNCI JAWABAN

Dengan mengamati gambar-gambar tersebut, siswa dapat memahami dengan benar konsep pertidaksamaan linier suatu variabel. Melalui model pembelajaran kooperatif make-a-match, siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan model matematika yang berkaitan dengan pertidaksamaan linier satu variabel. Guru menghubungkan materi/kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan pengalaman siswa dengan materi sebelumnya.

Siswa diminta membentuk kelompok heterogen sesuai pembagian kelompok yang direncanakan guru (langkah 3). Siswa diberikan beberapa kartu sesuai kelompoknya, yaitu kelompok A memegang kartu soal, kelompok B memegang kartu jawaban dan kelompok C memegang kartu jawaban (langkah 4).

KUNCI JAWABAN

Referensi

Dokumen terkait