Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah biasanya siswa menjadi subjek yang dituntuk untuk agar lebih aktif ketika pembelajaran di kelas berlangsung. Pendidik atau guru harus memberikan pendekatan, model, atau metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau jenjang yang akan diajar olehnya. Tanpa model pembelajaran yang sesuai dan menarik maka siswa akan kesulitan dalam memahami materi yang telah
dijelaskan oleh gurunya serta bosan dan tidak bersemangat pada saat pembelajaran berlangsung.
Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Ada perbedaan ketika dilihat dari rata-rata antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diberikan tanpa model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Selain itu, dapat dilihat dari nilai minimum dan nilai maksimum dari kedua kelas tersebut. Hal tersebut dibuktikan menggunakan IBM SPSS Statistic 25.
Peneliti memperoleh data pada saat penelitian yang berperan langsung menjadi guru matematika di kelas VII A dan di kelas VII G. Peneliti memberikan perlakuan pada kelas VII G dengan menggunakkan model pembelajaran Make A Match sedangkan di kelas VII A peneliti memberi perlakuan tanpa menggunakan menggunakkan model pembelajaran Make A Match. Sebelum diberikannya perlakuan di kelas VII G dan kelas VII A diadakan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya peneliti jelaskan sebagai berikut:
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas Kontrol Sebelum dan Sesudah Tanpa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dengan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen Sebelum dan Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match.
Adapun hasil pretest yang diperoleh berupa nilai rata-rata kelas VII A yakni 58 dan kelas VII G dengan rata-rata 58 dengan kategori sedang.
Jika dilihat dari hasil rata-rata kedua kelas tersebut memiliki rata-rata yang sama. Setelah kemampuan pretest diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match di kelas VII G dan perlakuan tanpa menggunakan model pembelajaran Make A Match pada kela VII A. Dari perbedaan tersebut diperoleh kemampuan posttest pada kelas VII A tanpa menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan rata- rata 73,57 sebanyak 2 siswa memperoleh skor ≥ 82 dengan persentase 7,14%, 20 siswa memperoleh skor antara 65 - 82 dengan persentase 71,43%, dan 6 siswa memperoleh skor ≤ 65 dengan persentase 21,43%,.
Adapun kemampuan posttest pada kelas VII G yang menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan rata-rata nilai sebesar 81,96 sebanyak 7 siswa memperoleh skor ≥ 94 dengan persentase 29,2%, 11 siswa memperoleh skor antara 70-94 dengan persentase 45,8%, dan 6 siswa memperoleh skor ≤ 70 dengan persentase 25%. Untuk kelas kontrol yang awalnya memiliki rata-rata sebesar 58 menjadi 71,43 yang berarti meningkat sebesar 26,8%. Sedangkan kelas eksperimen, rata-rata awal juga sebesar 58 dan meningkat menjadi 81,96 yang berarti meningkat sebesar 41,3%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dan
sesudah diterapkan tanpa dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebesar 14,5%.
2. Kerja Sama Kelas Kontrol Sebelum dan Sesudah Tanpa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dengan Kerja Sama Kelas Eksperimen Sebelum dan Sesudah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match.
Adapun hasil observasi yang diperoleh berupa skor rata-rata kelas VII A yakni 17,5 dan kelas VII G dengan rata-rata 17,35 dengan kategori sedang. Jika dilihat dari hasil rata-rata kedua kelas tersebut memiliki rata-rata yang hampir sama. Setelah hasil observasi kerja sama pertama diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match di kelas VII G dan perlakuan tanpa menggunakan model pembelajaran Make A Match pada kelas VII A untuk mengetahui kerja sama siswa yang kedua. Dari perbedaan tersebut diperoleh kemampuan kerja sama siswa pada kelas VII A tanpa menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan rata-rata sebesar 27,9 sebanyak 0 siswa memperoleh skor ≥ 34 dengan persentase 0% berada pada kategori sangat baik, 6 siswa memperoleh skor antara 31 - 34 dengan persentase 21,4% berada pada kategori baik, 13 siswa memperoleh skor antara 27 - 30 dengan persentase 46,4%
berada pada kategori sedang, 7 siswa memperoleh skor antara 23 – 26 dengan persentase 25% berada pada kategori kurang dan 2 siswa memperoleh skor ≤ 22 dengan persentase 7,2% dengan kategori sangat
kurang. Adapun kerja sama siswa pada kelas VII G yang menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan rata – rata sebesar 31,5 sebanyak 3 siswa memperoleh skor ≥ 36 dengan persentase 12,5%
berada pada kategori sangat baik, 1 siswa memperoleh skor antara 34 - 36 dengan persentase 4,2% berada pada kategori baik, 14 siswa mendapatkan skor antara 31 - 33 dengan persentase 58,3% berada pada kategori sedang, 5 siswa memperoleh skor antara 28 – 30 dengan persentase 20,8% berada pada kategori kurang dan 1 siswa memperoleh skor ≤ 27 dengan persentase 4,2% berada pada kategori sangat kurang.
Untuk kelas kontrol yang awalnya memiliki rata-rata sebesar 17,5 menjadi 27,9 yang berarti meningkat sebesar 59,4%. Sedangkan kelas eksperimen, rata-rata awal sebesar 17,35 dan meningkat menjadi 31,5 yang berarti meningkat sebesar 81,3%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kerja sama antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dan sesudah diterapkan tanpa dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebesar 21,9%.
3. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Dari perbedaan sebelumnya yang sudah dijelaskan, suatu penelitian dikatakan memiliki hipotesis yang diterima jika nilai sig. < 0,05, dimana H01 ditolak dan Ha1 diterima. Dari uji hipotesis atau analisis inferensial penelitian pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan welch’s t test sampel terhadap kedua kelompok
dengan hasil yang diperoleh nilai sig. yaitu 0,005 sehingga hipotesis pada penelitian ini dapat dikatakan terbukti karena 0,005 < 0,05. Artinya terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis yang signifikan antara siswa yang diajar dan tidak diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas VII di SMP Plus Darus Sholah Jember. Dengan kata lain, terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
4. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Kerja Sama Siswa.
Dari hitung pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan uji t-test independen sampel terhadap kedua kelompok dengan hasil yang diperoleh sig. (2-tailed) yaitu 0,000 sehingga hipotesis pada penelitian ini dapat dikatakan terbukti karena 0,000 < 0,05. Artinya terdapat kerja sama yang signifikan antara siswa yang diberikan perlakuan dan tanpa perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas VII di SMP Plus Darus Sholah Jember. Sehingga dapat dikatakan bahwa H02 ditolak dan Ha2 diterima yaitu terdapat perbedaan kemampuan kerja sama yang signifikan antara siswa yang diajar dan tidak diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas VII di SMP Plus Darus Sholah Jember. Dengan kata lain, terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap kerja sama siswa.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang sebelumnya, yaitu yang dilakukan oleh Heti Nursa’adah pada tahun 2017 menunjukkan bahwa model pembelajaran make a match memiliki komunikasi matematis maupun keaktifan siswa yang lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh .Penelitian yang dilakukan oleh Armin Sanor tahun 2019 juga menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give berpengaruh terhadap Pemahaman Konsep Matematis dikarenakan nilai siswa di kelas meningkat, terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Sepka Anugrah Tohaga tahun 2021 dengan judul “pengaruh model pembelajaran Make A Match terhadap hasil belajar matematika”, yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika meningkat setelah menggunakan atau diterapkan model pembelajaran Make A Match.
BAB V