ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
Volume 02. Nomor 02. Desember 2021
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP
NEGERI 2 SATAP PANA
The Effect of Problem-Based Learning Model on Creative Thinking Skill at the Students of SMP Negeri 2 SATAP PANA
Wilson Tombi Ma’dika1, Ramlan M2, Abdul Hamid3 Pendidikan Matematika
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)
Email1: [email protected] Email2: [email protected] Email3: [email protected]
Abstrak
This research aimed to determine the effect of the problem-based learning model on the creative thinking skills at the students of SMP Negeri 2 Satap pana. The research was about Pre-experimental design. The population of teh research was seventh garde students of SMP Negeri 2 Satap Pana with the total sample was 20students. The data collected was analyzed by using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics. The results of the descriptive statistical analysis showed that the mathematics learning outcomes of students who were taught using a problem-based learning model were in the high category with an average score was 65.250. The results of inferential statistical analysis showed that tcount= 72.458 and ttable= 40.761. So tcount= 72.458>𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡= 40.761 then H0 was rejected and H1 was accepted which means that students' mathematics learning outcomes taught by problem-based learning models were higher than learning outcomes taught by conventional learning models (question and answer and lectures)".
Student response to the learning process was quite positive. So it can be concluded that there was an effect of learning outcomes on creative thinking skill at the seventh grade students of SMPN 2 Satap Pana who are taught with a problem-based learning model on creative thinking skill.
Keywords: Problem-based learning model on creative thinking skills.
Pendahuluan
Pendidikan adalah salah satu bentuk kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadinya sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, (Theorems, 2019:51). Menurut Djumhur dan Danasuparta mengatakan bahwa “Sejarah pendidikan adalah uraian yang sistematis dari segala sesuatu yang telag dipikirkan dan dikerjakan dalam lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau”.
(Received: 03-06-2021; Reviewed: 30-07-2021; Revised: 03-08-2021; Accepted: 30-09-2021; Published: 01-12-2021)
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 2 Konsep dasar mengenai pendidikan banyak diberikan oleh para ahli. Kosep-konsep dasar tersebut saling melengkapi dan menambah kekayaan pemikiran mengenai pendidikan. Untuk memahami pendidikan ada dua istilah yang dapat mengarahkan hakikat pendidkan, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidkan. Oleh karena itu, pedadogik (pedadogics) atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagai anak atau untuk anak sampai ia mencapai dewasa.
Menurut Mudyahardjo memberikan pengertian pendidikan kedalam tiga jangkauan yaitu: “Pengertian pendidikan maha luas, sempit, luas terbatas. Definisi maha luas yaitu pendidikan adalah hidup”.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
Definisi sempit yaitu pendidikan adalah sekolah. Pendidkan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan dan tugas sosial mereka. Sementara definisi luas terbatas pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat umtuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Belajar merupakan sebuah proses yang dialami oleh setiap individu selama ia hidup. Dengan kata lain,setiap aktivitas yang dilakukan oleh individu tidak akan terlepas dari makna belajar. Tidak ada ruang, waktu,dan tempat yang dapat membatasi proses belajar yang dialaami oleh individu. Belajar dipahami sebagai proses yang berlangsung sepangjang hayat. Oleh karena itu, perhatian tentang belajar, cara, proses dan hasil belajar telah menjadi bagian penting yang menuntut perhatian guru.
Guru perlu memahami strategi belajar yang tepat bagi peserta didiknya karena strategi belajar yang di gunakan bersifat individual, artinya strategi belajar yang efektif bagi peserta didik yang satu belum tentu efektif bagi peserta didik lainnya. Untuk memperolehstrategi beajar yang efektif, guru harus memahami peserta didik dengan baik. Guru yang berhasil adalah guru yang menjadi inspirasi dan sumber rujukan bagipeserta didiknya dalam belajar dan hal tersebut akan terwujud dengan strategi belajaryang tepatbagi peserta didik.
Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions Of Learning (Purwanto, 1990:84) “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tersebut.” Hintzman (Syah, 2010:88) mengatakan “Learning is a change inorganism due to experience which can affect the organism’s behavior’. “Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri organisasi (manusia atau hewan) disebabkan oleh perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut”.
Munandar (Hergenhanhn dan Matthew,2009:2) mengemukakan “Belajar sebagai perubahan yang relatif yang permanen dalam dalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari reinforced practice (praktik yang diperkuat)”. Howard L. Kingsleny (Baharuddin, 2009:163) menyatakan “ Learning is the proces by with behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”. “Belajar adalah proses memunculkan atau mengubah tingkah laku (dalam arti luas) melalui praktik atau latihan. Secara lebih detail, Mustaqim dan Wahib (2010: 60) menyarakan beberapa pemahaman mengenai belajar sebagai berikut”.
1. Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara peransang dan reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi yang dipelopori oleh Thorndike, pengikut aliran koneksionisme.
2. Belajar adalah usahan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai kondisi atau situasi di sekitar kita. Pandangan ini dikemukakan oleh para pengikut Behaviorisme.
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 3 3. Belajar merupakan usaha untuk membentuk refleks-refleks baru. Bagi aliran psycho reflekssiologi,
belajar adalah perbuatan yang berwujud rentetan dengan gerak refleks yang dapat menimbulkan refleks-refleks buatan.
4. Belajar adalah usaha untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru. Pendapat ini dikemukakan oleh para ahli psikologi asosiasi.
5. Belajar adalah proses aktif bukan hanya aktivitas yang tampak (seperti gerakan badan), melainkan juga aktivitas mental, (seperti proses berpikir mengingat dan sebagainya). Pandangan ini dikemukakan oleh para ahli psikologi Gestalt.
6. Belajar adalah usaha untuk mengatasi keterangan psikologis. Apabila orang ingin mencapai tujuan, dan ternyata mendapatkan rintangan, hal ini menimbulkan ketegangan. Ketegangan itu berkurang apabila rintangan tersebut diatasi. Usaha mengatasi rintangan inilah yang dinamakan belajar.
Pendapat ini dikemukakan oleh para pengikut psikologi dalam atau mereka yang bergerak dalam lapangan psikologiklinis.
Berdasarkan observasi yang telah di lakukan di SMPN 2 Satap Pana didapatkan beberapa kondisi belajar siswa, yaitu (1) Kurang aktif dalam proses belajar, (2) cenderung menghafal pada saat ulangan, (3) cenderung belum biasa menganalisis soal, dan (4) rata-rata hasil belajar belum mampu mencapai nilai KKM. Hal ini di dukung juga dengan wawancara langsung dengan guru SMPN 2 Satap Pana, Khususnya di bidang studi matematika.
Mengingat tujuan pendididkan agar siswa bisa aktif dalam proses belajar mengajar, karena hal tersebut akan berdampak pada hasil belajar mereka,maska perluh di lakukan pembenahan dengan baik dari segi penyajian materi atau dalam model pembelajaran berbasis masalah terhadap siswa. Perpaduan metode dan model pembelajaran bebasis masalah sepadan tentunya akan memberikan kontribusi yang positif terhadap siswa berfikir kreatif dengan penyajian materi atau model pembelajaran berbasis masalah terhadapat siswa, sehinga pemilihan model ini juga perlu mendapatkan perhatian yang sangat penting.
Salah satu model pembelajaran yang dapat di terapakan dalam melatih hasih berfikir kreatif siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah . Dalam model pembelajaran berbasis masalah di tuntut siswa lebih aktif dalam pengembanagan sikap pengetahuannya tentang matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga akibatnya memberikan hasil yang bermakna bagi siswa.
Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode pre eksperimen design dengan jenis pretest and posttest one group design. Metode ini diberikan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 satap pana, kabupaten Mamasa, kecamatan pana dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa 20 orang.
Pemberian tes untuk memperoleh data hasil belajar yang berorentasi pada kemampuan berfikir kreatif berupa tes tulis (uraian) yang di berikan dalam dua tahap yaitu pretest dan posttest. Desain penelitian ini, tetap mengacu pada penggunan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berfikir kreatif. Selanjudnya masing- masing indicator desain penelitian ini, di analisis menggunakan jasa computer SPSS.
Populasi pada penelitian ini adalah Siswa kelas VII SMPN 2 Satap Pana, Kecamatan Pana, kabupaten Mamasa. Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota di gunakan sebagai sampel. Hal ini sering-sering di lakukan bila jumlah populasi relative 20 orang. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 2 Satap Pana, Kecamatan Pana, Kabupaten Mamasa yang terdiri dari satu kelas berjumlah 20 orang peserta didik. Laki-laki 13 orang dan perempuan 7 orang.
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 4 Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi dan tes. Selain semua data-data yang di kupulkan, Langkah selanjudnya untuk menganalis data sehigga data tersebut dapat di tarik kesimpulan . Teknik analisis data yang digunakan adalah yaitu menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang telah di tentukan peneliti. Teknis analisis data juga di gunakan serupa dengan yang di gunakan penelitian diferensial maupun eksperimen dimana perbandingan nilai variabelindependen di lakukan antar kelompok subjek atas dasar faktor yang menjadi konsep. Hal ini dapat di lakukan dengan teknik analis normalitas, homogenitas dan Uji-t tergantung dari jumlah kelompok dari faktor tersebut apapun teknis analis inferensial yang di gunakan di awali dengan menghitung Mean (rata-rata) Standar Deviasi untuk mengetahui antar kelompok secara deskriptif, nilai minimum, dan nilai Maksimum.
Analisis data statistik pada umumnya diolah dengan menggunakan analisis statistik yaitu computer dengan mengunakan aplikasi SPSS dengan tarif siqnifikan 95 % dan α = 0,05. Langkah langkah dalam penyususnan data hasil penelitian adalah:
1. Mean atau rata- rata (Arif tiro 2015) x = ∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝑘𝑖=1
∑𝑘𝑖=1𝑓𝑖
Keterangan:
X= rata- rata fi=Frekuensi xi= Titik tengah
2. Standar Deviasi(Arif tiro 2015) SD = √∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖2−(∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖
2 𝑛 𝑛−1
Keterangan:
SD = Standar Deviasi fi= Frekuensi
xi= Titik tengah
Kategori dari hasil dari hasil penelitian ini mengacu pada kategori jenjang dengan penggolongan subjek dalam 3 kategori dengan rumus sebagai berikut
Tabel 1. Tabel kategori
Kategori Batas Kategori
Rendah x < (µ - 1,0 Ơ)
Sedang (µ- 1.0Ơ) ≤ x < (µ + 1,0Ơ)
Tinggi (µ + 1,0Ơ) ≤ xx
(Munawir Anas, 2017) Keterangan:
µ = Rata-rata Ơ = Standar Deviasi
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 5 Hasil dan Pembahasan
Hasil
Statistik deskriptif digunakan untuk mendiskriptifkan variabel-variabel penelitian yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar. Data yang diperoleh dari analisis statistik deskriptif adalah minimum dan maksimum, mean, median, mudus, jangkauan (range) standar deveasi dan varians. Hasil analisis deskriptif disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Deskriptif Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel Skor rata-rata Skor maksimum
Skor minimum Median
Modus Jangkauan
Varians Standar Deviasi
20 84,44
90 75 85,00
80 15 27,039
5,200
Berdasarkan tabel 1 dari 20 siswa yang diberikan tes memperoleh skor rata-rata sebanyak 84,44 yang mengindikasikan bahwa skor hasil belajar siswa berpusat pada 84,44. Memiliki skor tertinggi 90 dan skor terendah 75. Median 85,00 yang berarti 50% dari jumlah siswa memperoleh nilai di atas 85,00 dan 50% dari jumlah siswa memperoleh nilai di bawah 85,00. Modus 80 yang berarti nilai terbanyak yang diperoleh siswa adalah 80.
Penelitian ini di lakasanakan pada tanggal 19 februari 2021 samapai 25 Februari 2021 sebanyak 6 kali pertemuan dengan rincian 6 kali pertemuan kelas eksperimen, dengan alokasi waktu satu kali pertemuan 2 X 45 menit ( 2 jam pelajaran). Materi yang di ajarkan dalam penelitian adalah Persamaan dua Variabel
Prosedur yang pertama dilakukan peneliti adalah meminta isin kepada kepala sekolah SMPN 2 satap pana bahwa akan melaksanakan penelitian di SMPN 2 satap pana tersebut. Berdasarkan kordinasi dengan garu kelas VII, yaitu bapak Joni minanga B,Sc, penelitian menggunakan nilai ulangan harian peserta didik dengan kelas VII yaitu kelas eksperimen, sebagian acuan dan bersepakat untuk menggunakan mata pelajaran matematika dengan materi persaan dua variabel sebagai materi penelitin dan tes.
Pembahasan
Dalam penelitian ini, dilaksakan pengajaran kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang di ajar dengan model pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan pengelolaan data, diperoleh bahwa terdapat kemanpuan berpikir kreatif peserta didik sebelum diberikan dengan model pembelajaran berbasis masalah di lihat dari hasil Pre test, dimana nilai rata-rata kemampuaan berpikir kreatif peserta didik yang di ajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi. Setelah diberikan perlakuan, hal ini dapat di lihat dari hasil Post test.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif di peroleh rata-rata skor hasil belajar siswa yang di ajar dengan model pembelajaran Berbasis Masalah adalah 84,44. Berdasarkan kriteria yang digunakan
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 6 untuk menentukan kategori tingkat penguasaan siswa pada pokok bahasan Persamaan Dua Variabel, maka skor hasil belajar matematika siswa di kategorikan tinggi. Sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional adalah adalah 75,00. Berdasarkan kriteria pengkategoriaan yang di gunakan nilai rata-rata skor hasil belajar tersebut berada pada kategori sedang.
Selanjutnya, pada uji normalitas data pada kelompok Pre test eksperimen dan Post test eksperimen, diperoleh nilai signifikan signifikan kolmogorow-Sminow Pre test 0,200 dan Post test0,160 degan taraf signifikan α=0,05 artinya uji normalitas distribusi sampel keseluruhan data untuk Pre test kelas eksperimen dan Pos test kelas eksperimen dalam tes kemanpuan berpikir kreatif adalah berdistribusi normal. Jika Fh<F1 maka dapat disimpulkan bahwa varians kelompok homogen, sedangkan jika Fh>F1
maka dapat disimpulkan kelompok tidak homogen.
Berdasarkan uji homogen dilampiran di ketahui nilai signifikan adalah sebesar Pre test eksperimen adalah 0,184. Dan Post test kelas eksperimen adalah 0,184 dengan tarap signifikan α=0,05. Sehingga dapat disimpulkan varians data Pre test dan Post test adalah sama atau homogen. Setelah diketahui sampel distribusi normal dan memiliki varians yang homogen selanjutnya digunakan uji hipotesis dengan mengunakan uji t-tes dan Manova. Hal dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian apakah diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis yang di lakukan pada data Post testdi uji dengan pihak dengan cara membandinkan rata-rata Post test antara kelas eksperimen. Adapun data pengambilan keputusan adalah: (a) jika nilai sig (2-tailed)>0,05, maka Ho diterima dan Ha. (b) jika nilai sig (2-tailed)<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Pembelajaran berbasis masalah adalah konsep yang membantu guru yang mengingat antara materi yang di ajarkan dengan situasi permasalahan peserta didik yang mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang di milikinya dengan penerapan dalam kehidudpan mereka sehari- hari. Belajar dalam konteks permasalahan merupakan: (a) Belajar bukan menghafal, tetapi proses mengkontruksi dengan permasalahan dan pengalaman yang mereka miliki. (b) belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan ini pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang di alami, sehingga dengan pengetahuan yang memeiliki pola piker, pola tindak, kemampuan memecahkan persoalan temasuk penampilan sesorang. (c) Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dan kenyataan. (d) Belajar adalah proses pengalaman diri sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menjadi kompleks. Oleh karan itu, belajar tidak bias belajar sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan yang di miliki peserta didik.
Dari penelitian ini di peroleh rata-rata hasil belajar matematika siswa yang di ajar dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah lebih tinggi dengan materi yang di ajarkan Persamaan Dua Variabel. Sehingga dapat di simpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Satap Pana yang di ajar dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang di kemukakan sebelumnya, maka dapat di tarik kesimpulan di bawah ini:
Hasil Kemampuan berfikir kreatif peserta didik SMPN 2 Satap Pana sebelum di ajarkan model pembelajaran berbasis masalah dengan nilai rata-rata pada kelas Eksperimen 65.250 Data ini di dapat dari pre test peserta didik sebelum di ajarkan dengan modelpembelajaran berbasisi masalah.
Model pembelajaran berbasis masalah terhadap berfkir kreatif peserta didik SMPN 2 Satap Pana sangat berpengaruh dengan rata-rata pada kelas eksperimen 84.250 di mana terlihat peningkatan berfikir kreatif setelah di ajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah.
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar 7 Kemampuan berfikir Kreatif peserta didik yang di belajarkan dengan modelpembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pada skor kemampuan berfikir kreatif peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran Konvensional (Tanya jawab dan cerama). Dan terlihat pengaruh yang signifikan di mana tingkat signifikanyan 0,05>0.00 pada uji t-tes kemapuan berfikir kreatif. Hal ini berarti bahwa ada pengaru yang signifikan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berfikir kreatidf peserta didik SMPN 2 Satap Pana.
Saran
Berdasarkan temuan penulis dalam penelitian ini, ada beberapa saran dari penilis terkait penelitian ini, di antaranya:
1. Guru dapat mewujudkan kondidsi belajar yang dinamis yaitu meningkatkan aktivitas siswa sehigga dapat meningkatkan Kemampuan berfikir kreatif siswa.
2. Guru dapat menjadikan model pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematika siswa sehinnga tujuan belajar mudah tercapai.
3. Sekolah memberikan dukungan dalam memaksimalkan sarana dan prasarana sekolah agar guru dapat menerapakan berbagai jenis metode pembelajaran untuk meningkatkan kalitas pendidikan sekolah.
4. Bagi penelti selanjutnya, perlu di lakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji seberapa besar pengaru masing-masing tahapan model pembelajaran Berbasis masalah terhadap indicator kemampuan berfikir Kreatif siswa.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian maupun penulisan artikel ini.
Referensi
Azhari. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme Di Kelas VII Sekolag Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Banyuasin III.
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7, No.2.
La Moma. 2015. Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Untuk Siswa SMP. Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika. Vol. 4, No. 1.
Munandar, U. 2009. Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Priansa, Donni Juni. 2017. Pengembangan Strategi Dan Model Pembelajaran. Bandung: Penerbit CV PUSTAKA SETIA.
Yamin, Martinis. Strategi Dan Metode Dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press Group Info lebih lanjut
Hubungi
LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar