• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh pemberian pakan suplemen pada induk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pengaruh pemberian pakan suplemen pada induk"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUPLEMEN PADA INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) BUNTING TERHADAP PERFORMAN SELAMA KEBUNTINGAN DAN BOBOT LAHIR ANAK

SKRIPSI

SITI ZUMIYATI 45 13 035 027

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

(2)

ii

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUPLEMEN PADA INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) BUNTING TERHADAP PERFORMA SELAMA

KEBUNTINGAN BOBOT LAHIR ANAK

OLEH:

Siti Zumiyati 4513035027

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR 2017

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Pemberian Pakan Suplemen pada

Induk Kambing Peranakan Etawa (PE) Bunting terhadap Performa selama Kebuntingan dan Bobot Lahir Anak

Nama Peneliti : Siti Zumiyati

Stambuk : 4513035027

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Ir. Tati Murniati, MP. Ir. Muhammad Idrus, MP.

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Mengetahui:

Dr. Ir. Syarifuddin,S.Pt.,MP. Ir. Muhammad Idrus, MP.

DekanFakultasPertanian KetuaJurusanPeternakan

Tanggal Ujian: September 2017

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan meyebut nama Allah Yang maha Pengasih lagi maha Penyayang. Puji Syukur Penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan hidaya-Nya Penulis dapat meyusun Skripsi yang berjudul

“PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUPLEMEN PADA INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) BUNTING TERHADAP PERFORMA INDUK SELAMA KEBUNTINGAN DAN BOBOT LAHIR”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasi kepada :

1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil demi penulisan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Tati Murniati, MP. dan Bapak Ir. Muhammad Idrus. MP.

yang masing-masing sebagai pembimbing Utama dan serta pembimbing anggota, yang penuh rasa ikhlas dan penuh rasa tanggung jawab dan bersedia meluangkan waktun dan tenaganya dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasi selama penulisan Skripsi

3. Kakanda Ilham Ahmad S. Pt beserta keluarga yang senantiasa membimbing kami selama proses penelitian berlangsung.

4. Teruntuk teman penelitian Maria Susanti Sina dan Hafiat Anu yang selama ini bersama-sama berjuang mendapat ilmu dan sebuah gelar.

(5)

v

5. Terkhusus buat sahabat ku Herlina Heni, yang selalu senantiasa meluangkan waktunya dalam membantu penulis demi terselesainya Skripsi.

6. Adik ku Sri Wahyuni yang selalu memberi ku suport dalam penulisan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan bimbingan dan arahan serta dorongan dalam meyelesaikan skripsi ini.

Penulis meyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan, maupun penggunaan tata bahasanya, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi peyempurnaan skripsi. Akhirul kalam semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi saya selaku penulis dan berbagai pihak yang telah membacanya. Amiin

Makassar, Agustus 2017

Penulis

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

C. Hipotesis ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karateristik Ternak Kambing ... 4

B. Kambing Peranakan Etawa (PE) ... 6

C. Pemberian Pakan Suplemen ... 7

D. Pertambahan Bobot Badan Pada Induk ... 8

E. Bobot Lahir Pada Kambing ... 10

F. Kebutuhan Nutrisi Selama Kebuntingan ... 12

BAB III METEDOLOGI PEMBAHASAN A. Waktu dan Tempat ... 15

B. Materi Penelitian ... 15

C. Prosedur Penelitian ... 15

D. Parameter Terukur ... 16

E. Analisis Data ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Bobot Badan Induk Kambing Peranakan etawa ... 18

B. Bobot Lahir Kambing PE ... 21

(7)

vii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 24 B. Saran ... 24 LAMPIRAN

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman 1.Komposisi Bahan dan Kandungan Protein Pakan Suplemen ... 16 2. Rata-Rata Pertambahan Bobot badan Pada induk ... 18 3. Rata-Rata Bobot lahir Cempe ... 20

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.Pertambahan Bobot Badan induk kambing ... 28

2. Bobot Lahir Cempe ... 31

(10)

x

ABSTRAK

Siti Zumiyati (4513035027) Pengaruh Pemberian Pakan Suplemen Pada Induk Kambing Peranakan Etawa (PE) Bunting Terhadap Performa Selama Kebuntingan dan Bobot Lahir Anak (Dibawah bimbingan Tati Murniati dan Muhammad Idrus)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan suplemen pada induk kambing peranakan etawa (PE) terhadap performans selama kebutingan dan meningkatkan pengetahuan pengaruh pemberian pakan suplemen selama induk bunting dan bobot lahir.

Penelitian ini dirancang menggunakan pola faktorial 4X2 dengan 3 ulangan dan rancangan acak lengkap dengan jumlah kambing yang digunakan sebanyak 27 ekor.

Hasil Penelitian Menunjukan bahwa Pemberian level protein pakan suplemen dan waktu pemberian yang berbeda pada induk bunting tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan bobot lahir anak.

Kata Kunci : Kambing PE, suplemen, bobot badan induk dan bobot lahir anak

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kambing merupakan salah satu komuditas ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak ini banyak dipelihara dipedesaan, karena telah diketahui kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang sederhana, kekurangan pakan, dan dapat efisien dalam mengubah pakan yang berkualitas rendah menjadi air susu dan daging, selain itu kambing mempunyai kemampuan reproduksi relatif tinggi dan tahan terhadap penyakit.

Produktifitas ternak kambing seringkali menurun karena ketidak seimbangan dalam peyediaan hijauan yang berkualitas, khususnya, pada musim kering yang panjang. Kandungan energi, protein, mineral dan vitamin merupakan sebagai kendala utama dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Kebutuhan nutrisi pada kambing berbeda- beda sesuai kondisi umur, status fisiologi, dan tingkat produktifitasnya harus mengandung protein, energi, mineral, dan vitamin. Terutama untuk hidup pokok, pertumbuhan dan reproduksi. kebutuhan nutrisi tergantung kepada status ternak tersebut (Pinekerto dan Pinekerto, 2013)

Upaya mengatasi perbaikan nutrisi pada kambing dapat dilakukan dengan pemberian pakan konsentrat dan suplemen, pemberian konsentrat yang terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber

(12)

2

energi (biji-bijian, sumber protein, jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral) karena konsentrat mudah dicerna, dan pakan suplemen guna memproses nutrisi dalam rumen dengan pemberian pakan Urea Molases Multi Blok (UMMB) yaitu pakan suplemen yang tersusun dari kombinasi bahan ilmiah sumber protein dengan tingkatan jumlah tertentu yang secara efisien dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan dan kegiatan mikroba secara efisien di dalam rumen.

Sehingga meningkatkan daya cerna dan efesiensi ransum berserat kasar tinggi untuk pertambahan bobot badan pada kambing (Siregar, 2003).

Penambahan Pakan suplemen pada kambing dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan, dari beberapa hasil penelitian penambahan pakan suplemen dalam ransum meningkatkan performans reproduksi.

Secara umum pakan suplemen bermanfaat bagi ternak untuk melengkapi Zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh sehingga dapat berproduksi secara optimal karena itu pakan suplemen diharapkan meminimalkan kekurangan vitamin, mineral, asam amino, karbohidrat, nitrogen dan nonnitrogen. Kandungan protein dalam pakan ternak ruminansia sangat penting untuk meningkatkan kinerja produktif. (Abdel Ghani dkk,2011)

Peyaluran Nutrisi pada massa telah terbukti mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin baik selama dikandungan kemudian kehidupan dewasa. Upaya peningkatan produktifitas perlu dilakukan, seperti memperhatikan bobot lahir anak, bobot lahir mempunyai

(13)

3

arti penting untuk laju pertumbuhan, ukuran dewasa dan daya hidup anak menurut Gatenby (1991). Bobot lahir yang lebih berat, sangat berpengaruh pada kemampuan hidup dan percepatan pertambahan bobot hidup pada masa pertumbuhan.

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan suplemen pada induk kambing peranakan etawa (PE) bunting terhadap performans selama kebutingan, dan bobot lahir anak.

C. Hipotesis

Diduga bahwa terdapat perbedaan dengan pemberian pakan

suplemen terhadap pertambahan bobot badan induk selama kebuntingan dan bobot lahir pada anak kambing.

(14)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karateristik Ternak Kambing

Kambing adalah sub–species kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa. Kambing liar tersebar dari spanyol ke arah timur sampai di India dan dari india ke utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukai kambing adalah daera pegunungan yang berbatu-batu. Kambing sudah dijinakan manusia sejak 7.000 – 9.000 tahun sebelum masehi. Kambing merupakan hewan pemama biak yang berukuran sedang. kambing liar jantan maupun betina memiliki sepasang tanduk, namun tanduk kambing jantan lebih besar.

Pada umumnya kambing memiliki jenggot, dahi cembung, ekor agak keatas, berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh Kambing liar,adalah 1,3 – 1,4 m, dengan panjang ekor 12- 15 cm. Bobot badan kambing betina berkisar 50-55 kg, sedangkan kambing jantan dapat mencapai 120 kg.

berdasarkan tipenya kambing dibedakan menjadi tipe tipe pedaing dan penghasil susu (Drevandra dan Burns,1994).

Kambing merupakan jenis ruminansia yang lebih efisien dibandingkan domba. Kambing dapat mengkonsumsi bahan kering lebih banyak dibandingkan dengan ukuran tubuhnya berat badannya. Selain itu kambing mampu mencerna secara efisien pakan yang mengandung serat

(15)

5

kasar tinggi dibandingkan dengan sapi atau domba (Blakely dan Bade, 1991).

Ternak kambing tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, karena memiliki sifat toleransi tinggi terhadap bermacam- macam hijauan pakan ternak, rerumputan dan dedaunan, Kemampuan adaptasi kambing yang luas memungkinkan kambing dapat hidup berkembang biak dalam berbagai keadaan lingkungan. Domestikasi kambing terjadi sejak zaman prasejarah bersama ternak lain dari pusat-pusat domestikasi kambing (Sudono dan Abde Ghani, 2002).

Ternak kambing yang dipelihara peternak umumnya merupakan ternak lokal. Kambing lokal berkembag biak di Indonesia, yaitu kambing kacang dan kambing perankan atawa (PE). Selain itu terdapat kambing lokal lain seperti kambing Gembrong, Kosta, Marica, Jawa Randu dan Bligon (Sudono dan Abdul Ghani, 2002). Pemeliharaan kambing di Indonesia masih ditujukan untuk produksi daging, sedangkan produksi susu merupakan produksi skunder, sedangkan menurut Drevandra dan Burns (1994) bahwa kambing berfungsi sebagai ternak penghasil daging, susu, kulit, bulu dan kotoran.

Menurut Kardisastra (1997) kambing mempunyai klafikasi sebagai berikut :

Kindom : Animalia

Filum : Chordata

(16)

6

Sub –filum : Vetebrata

Class : Mamalia

Ordo : Artidactyla

Sub- ordo : Ruminansia

Famili : Bovidae Sub –family :Caprinae

Genus : Capra

Spesies : Hircus

B. Kambing Peranakan Etawa (PE)

Kambing PE merupakan hasil persilangan pejantan etawa dari india dengan kambing kacang asli indonesia, Kambing PE memiliki keunggulan badan yang lebih besar dibanding kambing kacang yaitu yaitu antara 40- 50 kg, bisa menghasilkan susu dan mempunyai nilai jual lebih tinggi, (kambing yang sedang populer dibudidayakan di pulau jawa ). Tetapi kambing PE memerlukan perawatan yang lebih eksternal dibanding kambing kacang diantara kebersihan kandang dan kwalitas pakan.

Sulastri (2001) menyatakan bahwa kambing PE memiliki ciri- ciri sebagai berikut : profil muka cembung, telinga panjang dan menggantung, postur tubuh tinggi, panjang, dan ramping agak melengkung, bulu tubuh berwarna belang hitam, merah, cokelat, kadang-kadang putih, telingah

(17)

7

panjang dan terkulai, gelambir cukup besar, tanduk kecil, dan pada paha bagian belakang terdapat bulu yang panjang.

Keberadaan kambing PE sudah beradaptasi dengan kondisi indonesia, diternak terutama untuk menghasilkan daging dan susu. bobot kambing jantan dewasa rata-rata 35-50 kg, dan 30-35 untuk betina (Darmadi,1990) dengan menerapkan manejemen pemeliharaan yang baik, kambing PE dapat mampu beranak 3 kali per tahun, anaknya bervariasi antara 1-4 kor perkelahiran atau rata –rata 2 ekor perkelahiran.

C. Pemberian Pakan Suplemen

Bahan pakan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat dan bahan serat. konsentrat serta bahan serat merupakan komponen atau peyusun ransum (Blakely dan Bade,1994).

Konsentrat adalah bahan pakan yan digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruan pakan dan dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (Anggorodi,1997).

Murtidjo (1993) mejelaskan bahwa konsentrat untuk ternak kambing umumnya disebut sebagai pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Pakan penguat dapat berupa dedak jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, atau campuran pakan tersebut.

(18)

8

Pembuatan pakan konsentrat diformulasikan sebagai berikut:

bekatul 35%, pollard 20%, bungkil kedelai 13%, empok jagung 8%, onggok 20%, mineral dan garam dapur 4%( Ali,dkk,2012). Menurut Siregar (1990) standar nutrien dalam konsentrat untuk penggemukan kambing protein minimal 16% dan serat kasar kurang dari 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan dicampurkan pakan konsentrat lalu dimasukan sejumlah air panas lalu diaduk merata, menunggu dingin baru diberikan pada ternak. dengan demikian akan meningkatkan efisiensi pakan karena nutrien konsentrat menjadi pass.

D. Pertambahan Bobot Badan Pada Induk

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas bahan makanan ternak, karena pertumbuhan yang diperoleh dari suatu percobaan merupakan salah satu indikasi pemanfaatan zat-zat makanan dari pakan yang diberikan. Dari data pertambahan bobot badan harian akan diketahui nilai suatu bahan pakan ternak (Hatmono dan Hastoro, 1997). Mathius dkk, (1996), meyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, maksudnya penilian pertambahan bobot badan ternak sebanding dengan ransum yang dikonsumsi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa bobot badan merupakan suatu kriteria pengukuran penting pada seekor hewan dan menentukan perkembangan pertumbuhan, dan juga merupakan salah satu dasar

(19)

9

pengukuran untuk produksi disamping jumlah anak yang dihasilkan dalam menentukan nilai ekonominya.

Kualitas bahan pakan dicerminkan dari nilai kecernaan bahan pakan tersebut. Bahan pakan yang baik mempunyai kecernaan yang tinggi sehingga banyak zat nutrisi yang dapat diserap oleh tubuh dan sedikit keluarkan dari tubuh melalui feses. Manfaat pakan bagi ternak ruminansia sangat ditentukan oleh nilai nutrisi dan kemampuan ternak mencerna pakan yang dikonsumsi. Siregar (1990) bahwa, hanya pakan sempurna yang mengoptimalkan metabolisme oleh sel tubuh. Pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbonhidrat, lemak, air, vitamin, dan mineral.

Salah satu cara untuk mengetahui nilai gizi dari pakan ternak ruminansia adalah dengan cara menentukan nilai kecernaan nutrien yang dikandungnnya, sedangkan kecernaan dipengaruhi oleh jumlah serta kandungan nutrien yang dikonsumsi oleh ternak tersebut. Besarnya kecernaan menentukan banyaknya nutrien yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan (Siregar, 1990),

Kebutuhan nutrisi kambing direkomendasikan tergantung kondisi ternak, laju pertumbuhan, kebuntingan dan laktasi merupakan faktor yang dipengaruhi kebutuhan nutrisi kambing. Total asupan bahan kering berkisar 3.5- 5,5% dari berat badan (Pinekerto dan Pinekerto, 2013)

(20)

10

Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis kelamin, umur, keadaan genetis, lingkungan, kondisi setiap individu dan manajemen. Bobot tubuh berfungsi sebagai salah satu kriteria ukuran produksi dan penentu ekonomi. Bobot tubuh seekor ternak dipengaruhi oleh bangsa ternak, jenis kelamin, umur, jenis kelahiran, dan jenis pakan (National Research Council,1985)

E. Bobot Lahir Pada Kambing

Hardjosubroto (1984) meyatakan bahwa bobot lahir dipengaruhi oleh perbedaan hormon yang memengaruhi perumbuhan fetus didalam kandungan induk. Menurut Alfiansyah (2011), hormon androgen terdapat pada sistem harmon kambing jantan bekerja dan menghasilkan pertumbuhan pada semua jaringan tubuh. Hal tersebut berbeda dengan pada fetus betina. Hormon androgen yang terdapat pada fetus betina membatasi pertumbuhan tulang pipa pada fase prenetal. Hormon estrogen sudah bekerja sejak fetus berumur 50 hari didalam kandungan induk. Tulang pipa merupakan tempat melekatnya otot. Terhambatnya per-tumbuha pada jaringan tulang pipa mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otot. Hal tersebut meyebabkan bobot lahir anak kambing jantan lebih tinggi dari pada anak kambing betina.

Bobot lahir anak kambing jantan hasil penelitian ini yang lebih tinggi dari pada anak kambing juga disebabkan oleh pewarisan dari tetua jantan

(21)

11

dan induknya. Menurut Hardjosubroto (1984), tetua jantan dan induk masing-masing akan mewariskan 50% sifat genetik kepada keturunannya.

Hasil penelitian lain juga menunjukan bahwa bobot lahir anak kambing jantan dan betina pada parietas kedua lebih tinggi dari pada bobot lahir anak kambing jantan dan betina pada parietas pertama. Hal tersebut disebabkan organ reproduksi induk betina pada parietas pertama belum berkembang secara sempurna sedangkan pada parietas kedua sudah semakin sempurna. Organ reproduksi kambing betina yang semakin sempurna pada paritas kedua meyebabkan anak kambing yang dilahirkan memiliki bobot lahir lebih tinggi dari pada anak kambing yang dilahirkan pada parietas pertama. Organ reproduksi induk mengalami perkembangan seiring dengan pertambahannya umur sehingga bobot lahir anak kambing yang dilahirkan oleh induk pada parietas kedua lebih tinggi dari pada parietas pertama (Sumaryadi dan Manalu,1996).

Bobot lahir pada anak kambing PE jantan lebih tinggi dari pada bobot lahir anak kambing betina. hal tersebut disebabkan adanya pengaruh hormon pada individu jantan terhadap perkembangan fetus sehingga bobot lahir anak kambing jantan lebih tinggi dari pada betina.

Menurut Drevandra dan Burns (1994), anak kambing jantan hampir selalu lebih tinggi bobot badanya dari pada anak kambing betina pada bangsa kambing yang sama pula. Anak kambing yang dilahirkan dalam keadaan kembar dua dan berjenis kelamin betina memiliki bobot lahir yang lebih rendah dari pada anak kambing yang dilahirkan dalam keadaan tunggal

(22)

12

dan berjenis kelamin betina. Sumaryadi dan Manalu (1995) meyatakan bahwa kelahiran tunggal mengakibatkan bobot lahir anak kambing lebih tinggi dari pada anak kambing kelahiran kembar.

Selain itu, kuantitas pakan yang diberikan pada kambing selama bunting sama dengan yang diberikan pada saat tidak bunting sehingga pakan tersebut tidak mampu mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh induk maupun fetus yang dikandungnya. Hal tersebut mengakibatkan bobot lahir anak kambing pada paritas pertama dan kedua tidak menunjukan perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulastri (2001) yang menyatakan bahwa rata-rata bobot lahir dipengaruhi oleh bangsa kambing yang bersangkutan, jenis kelamin, tipe kelahiran, umur induk dan bahan makanan yang diperoleh induk kambing yang bunting selama 2 bulan menjelang kelahiran. Induk yang diberi pakan yang berkualitas buruk akan melahirkan cempe dengan bobot lahir rendah (Sulastri dan Dakhlan, 2006).

F. Kebutuhan Nutrisi Selama Kebuntingan

Kebutuhan nutrisi induk pada masa kebuntingan ditentukan oleh keseimbangan metabolisme dalam darah dengan adanya keseimbangan nutrisi ransum (Rahardja, 2003). Direkomendasikan bahwa kebutuhan nutrisi trisemester pertama lebih banyak 1 kali pada sapi perah dan sapi potong sedang pada domba 2 kali lebih banyak pada induk yang beranak tiga dibandingkan yang beranak tunggal dan apabila kecukupan nutrisi

(23)

13

tidak terpenuhi pada masa kebutingan maka tidak optimalnya potensi genetik pertumbuhan anak tersebut.

Nutrisi induk yang tidak seimbang mempengaruhi endokrin janin dan sistem kardiovaskular kadang-kadang disertai dengan perubahan dalam pertumbuhan meskipun hal ini biasanya pada akhir kebuntingan, pada pertengahan kebuntingan bobot janin dan plasenta serupa pada semua kelompok makanan hal ini menunjukkan bahwa ketidak seimbangan protein yang terbatas terdapat pada domba betina (Nishina, dkk. 2003). Hasil penelitian (Trahair, dkk. (2006), menguji pengaruh pembatasan nutrisi induk pada pertumbuhan fetus setelah melewati setengah masa kebuntingan tidak adanya pengaruh yang besar pada tubuh fetus, pertumbuhan jaringan dan organ kecuali pada tractus gastrointestin. Induk kekurangan nutrisi dan kelebihan nutrisi mengurangi arus darah dari placenta sehingga akan menganggu pertumbuhan janin.

Hal ini membuktikan bahwa status gizi induk dapat mengubah keadaan epigenetik dari genom janin (Wu, dkk. 2004)

Kekurangan gizi pada awal pertumbuhan janin mengakibatlkan meningkatnya masalah kesehatan yang dialami oleh individu tersebut sampai dewasa. Jika bobot lahir rendah pada periode neonatal, ada kemungkinan bahwa hal itu akan tumbuh lebih lambat dengan bobot lahir normal pada semua tahap pertumbuhan postanal. Bobot lahir 35% lebih ringan karena gizi induk pembatasan selama 80 sampai 90 dari kebuntingan akan menyebabkan bobot lahir lebih rendah pada setiap usia

(24)

14

postnatal jika dibandingkan anak sapi yang kebutuhan nutrisi terpenuhi (Greenwood dan Cafe, 2007).

Pada awal kebuntingan, pertumbuhan janin yang minimal dan kebutuhan total pakan tidak berbeda dari pakan pemeliharaan. Betina bunting pada tahap ini harus menerima ransum mirip dengan hidup pokok dengan sedikit peningkatan dalam jumlah yang diberikan tingkat konsentrat harus ditingkatakan tergantung pada ukuran dan kondisi tubuh.

Induk pada akhir kebuntingan (4-6 minggu terakhir) tahap kebuntingan adalah periode paling kritis di mana makanan sangat penting. Betina bunting harus cukup diberi makanan yang berkualitas untuk cadangan menyusui dan untuk memelihara perkembangan janin (Hamito, 2010)

Kebutuhan nutrisi induk pada paruh pertama kebuntingan harus diikuti oleh nutrisi yang cukup dari pertengahan bobot lahir anak sehingga menghasilkan bobot lahir normal. Status nutrisi induk merupakan salah satu faktor program makanan terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan serta berfungsi disebagian besar organ (Caton dan Hess, 2010).

Lebih lanjut pengaturan nutrisi dilakukan selama kebuntingan terutama selama dua dari trimester pertama. Morfometrik, metabolik dan perilaku modifikasi pada anak kambing setelah pembatasan nutrisi maternal pembatasan selama sepertiga kebuntingan terakhir. Anak yang lahir dibatasi memiliki lingkar perut lebih kecil dan indeks kepadatan yang

(25)

15

lebih kecil. Anak jantan memiliki bobot lahir yang lebih ringan dibandingkan anak betina namun tidak ada perbedaan ditemukan untuk berat sapih. Sebagai kesimpulan pembahasan pakan induk sepertiga terakhir kebuntingan mengakibatkan penurunan ukuran kelahiran pada anak jantan tetapi tidak memperlihatkan perubahan perilaku, morfologi dan metabolisme saat masa bertumbuh (Laporte-Broux, dkk. 2011).

(26)

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Mei 2017, tempat penelitian yang dilakukan di Desa Berutallasa, Kecamatan Biringbulu, kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Materi Penelitian

Penelitian menggunakan 27 ekor kambing peranakan Etawa (PE) bunting (1-5 bulan). Ternak diberi pakan ransum basal yaitu daun jati putih dengan rumput gajah mini dan penambahan pakan suplemen dengan kandungan protein yang berbeda berdasarkan status kebuntingan induk, dengan perbandingan 150-200 g/ekor/hari. Adapun komposisi pakan suplemen tertera pada tabel 1.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dirancang menggunakan pola faktorial 4X2 dengan 3 ulangan dan rancangan acak lengkap dengan jumlah kambing yang digunakan sebanyak 27 ekor, dimana:

Faktor I adalah tingkat protein pakan suplemen sebagai berikut :

P0 = Tanpa Protein Kasar

P1 = Protein kasar 20 %

(27)

17

P2 = Protein kasar 22 %

P3 = Protein kasar 24 %

Tabel.1. Komposisi Bahan(%) dan kandungan protein kasar (%) pakan suplemen Berdasarkan NRC berikut:

Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak Universitas Hasanudin, (2016)

Faktor II perlakuan pemberian pakan suplemen selama induk bunting adalah sebagai berikut

T1 : Induk kambing dengan umur kebuntingan 1-3 bulan diberi pakan suplemen (kebuntingan awal )

T2 : Induk kambing dengan umur kebuntingan 3-5 bulan diberi pakan suplemen (kebuntingan akhir)

No Bahan Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III Kom(%) PK Kom(%) PK Kom%) PK 1

2 3 4 5 6 7 8

Dedak Molases Mineral Mix Bungkil Kelapa Bungkil Kedelai Semen

Garam Urea

34%

30%

2%

10%

7%

5%

5%

5%

28%

30%

2%

10%

14%

5%

5%

5%

22%

30%

2%

10%

18%

5%

5%

5%

Total Protein Kasar 100% 20 100% 22 100% 24

(28)

18

D. Parameter Terukur

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan bobot badan Induk dan bobot lahir:

1. Pertambahan bobot badan = bobot akhir – awal Lama pemeliharaan

2. Bobot Lahir adalah jumlah bobot pada saat setelah anak dilahirkan baik jantan maupun betina

E. Analisis Data

Data diolah dengan bantuan SPSS 20 (2016). Induk kambing bunting dibagi ke dalam 3 kelompok berdasarkan status kebuntingan, sesuai dengan perlakuan pemberian pakan pakan suplemen dan level protein yang berbeda.

(29)

19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertambahan Bobot Badan Induk Kambing Peranakan Etawa (PE)

Pertambahan Bobot badan adalah Proses yang sangat kompleks, meliputi pertambahan bobot badan dan pembentukan semua bagian tubuh secara merata.

Tabel 2: Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Induk (kg) Kambing PE Berdasarkan Perlakuan

Umur Kebuntingan P0 P1 P2 P3

T1(1-3) bulan 0,11 0,16 0,19 0,12

0,05 0,36 0,24 0,13

0,09 0,21 0,23 0,1

Rata-Rata 0,083 0,243 0,220 0,117

T2 (3-5) bulan 0,05 0,09 0,24 0,13

0,7 0,15 0,01 0,03

0,8 0,06 0,05 0,06

Rata-Rata 0.517 0.100 0.100 0.073

Sumber : Data Primer yang sudah diolah, (2017

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemberian pakan suplemen dengan level protein yang berbeda dan fase kebuntingan yang berbeda pada kambing Peranakan Etawa Bunting tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap pertambahan bobot badan induk selama kebuntingan,

(30)

20

hal ini disebabkan karena adanya peningkatan dalam penerimaan zat-zat makanan terutama protein kasar dan serat kasar dari pakan suplemen yang dikonsumsi ternak, pakan suplemen mengandung protein nitrogen (NPN) yang dalam rumen akan mengaktifkan mikroba rumen dan disintesis menjadi asam amino. Pakan suplemen merupakan campuran bahan dengan komponen –komponennya yang mempunyai fungsi spesifik masing-masing. Bila komponen –komponen dapat diberikan pada ternak ruminansia dapat mengoptimalkan peranan mikroba rumen dalam penggunaan pakan (Leng,1995)

Berdasarkan hasil analisis ragam kandungan level protein suplemen dan waktu pemberian tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan Induk kambing Peranakan Etawa, namun ditinjau dari hasil penelitian pemberian pakan suplemen dengan bobot timbangan tertinggi pada tingkat protein P3 diberikan pada akhir kebuntingan.

Hal lain menunjukan bahwa selama fase kebuntingan perlu mendapat perhatian utamanya diakhir kebuntingan akan tetapi belum diketahui apakah berpengaruh lebih lanjut pada fase pertumbuhan berikutnya, sebagaimana diungkapkan Aberle dkk (2001) bahwa 1/3 terakhir priode prenatal (sebelum kelahiran), proporsi pertumbuhan otot adalah karena hipertropi. Hal ini diungkapkan oleh Purbowati (2007) bahwa kandungan protein dari pakan yang dikonsumsi induk selama kebuntingan lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

(31)

21

Salah satu faktor pengaturan nutrisi terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan dan fungsi sebagian besar organ selama kebuntingan (Ari, 2010). Untuk memahami dampak nutrisi terhadap produktivitas periode postnatal, dimana nutrisi induk selama kebuntingan memainkan peran penting dalam perkembangan janin dan produktivitas dari anak, Bamualim (1995) Menurut Arora (1997), bahwa suplmen untuk meningkatkan produktifitas ternak melalui peningkatan sintesa protein oleh mikroba didalam rumen, peningkatan kecernaan pakan dan peningkatan konsumsi pakan yang semuanya itu akan memberikan keseimbangan yang lebih baik antara suplai asam amino dan energi dan kebutuhan ternak untuk tumbuh, berproduksi, hal ini meningkatkan populasi mikroorganisme rumen sehingga kebutuhan serat kasar sebagai media hidupnya akan meningkat pula, dan akan merangsang ternak untuk mengkonsumsi bahan pakan lebih banyak dari keadaan normalnya, dengan meningkatnya konsumsi pakan maka produksi ternak (daging) akan meningkat pula.

Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsumsi pakan, jenis ternak, umur, keadaan genetis, lingkungan, kondisi fisiologis ternak dan tata laksana pemeliharaan, ( NRC, 1985).

Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan selain pakan, bangsa, jenis kelamin, lingkungan, juga di pengaruhi oleh umur dan bobot badan awal ( Sugeng, 1992) Faktor – faktor yang memepengaruhi

(32)

22

pertambahan bobot badan adalah adalah bobot badan ternak dan lama pemeliharaan.

B. Bobot Lahir Kambing PE

Bobot lahir yang merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan prestasi produksi selanjutnya. Induk yang melahirkan dengan bobot yang tinggi perlu dipertahankan untuk meningkat produktifitas dari peternakan tersebut.

Tabel 3: Rata – rata bobot lahir (kg) Kambing PE

Umur Kebuntingan P0 P1 P2 P3

T1(1-3)bulan 2 2 2,3 3

2 3 3 2

2 2,55 2 3

Rata-Rata 2.00 2.51 2.44 2.66

T2(3-5) bulan 2 2,33 3 3

3 2 3 3

2 2,8 2,7 3

Rata-Rata 2.33 2.37 2.90 3.00

Sumber : Data primer yang sudah diolah, (2017)

Perlakuan pemberian pakan suplemen tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot lahir anak PE, hal ini dikarenakan bobot lahir pada kambing dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga dipengaruhi mutu pakan yang dikonsumsi induk selama bunting. Bobot lahir menunjukan kemampuan anak untuk hidup dan nutrien yang diperoleh induk selama kebuntingan, dari ketiga perlakuan mendapat pertambahan suplemen

(33)

23

dengan kualitas sama hanya berbeda pada kandungan sulfurnya sehingga meyebabkan bobot lahir rendah.

Pada penelitian ini Berdasarkan hasil analisis ragam kandungan level protein suplemen dan waktu pemberian tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot lahir kambing PE, namun ditinjau dari hasil penelitian pemberian pakan suplemen dengan bobot timbangan rata-rata tertinggi pada tingkat protein P3 diberikan pada akhir kebuntingan.

Menurut Sutardi (2001), bahan makanan yang diperoleh induk selama 2 bulan menjelang kelahiran dapat mempengaruhi bobot lahir dan pada 2 bulan akhir kebuntingan yang adalah proses mobilisasi zat–zat makanan kedalam sirkulasi untuk memproritaskan kebutuhan fetus, karena massa ini perkembangan fetus terjadi sangat cepat.

Apabila bobot lahir tinggi akan memperlihatkan pertumbuhan yang cepat karena mampu mengkonsumsi makanan yang lebih banyak sehingga menghasilkan bobot badan yang tinggi( Warwick,dkk.1995)

Potensi genetik kambing PE yang ada di indonesia bisa mencapai 3.7 kg (Sutama et al.1997) dan 3.74 (Adiati,dkk.1997). begitu pula hasil penelitian Atabany.dkk(2002) Di jawa barat bobot lahir anak kambing PE jantan 3.9 kg betina 3.37 kg, kembar 2 4.08 dan kembar 33.17 kg dan bobot lahir anak tunggal 4,26 kg. Rendahnya bobot lahir dipengaruhi oleh pemenuhan zat gizi selama massa kebuntingan. Peyaluran nutrisi induk selama kebuntingan telah terbukti mempengaruhi pertumbuhan

(34)

24

perkembangan janin, baik selama dikandungan kemudian kehidupan dewasa, Daklan dan sulastri (2006) 2,39 kurang lebih 0,36 kg. Perbedaan tersebut menunjukan bobot lahir dipengarui oleh faktor diantaranya genetik, liter size, jenis kelamin, pakan dan manejemn pemeliharaan.

(35)

25

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1) Pemberian level protein pakan suplemen yang berbeda dan waktu pemberian pada induk bunting kambing Peranakan Etawa (PE) tidak memperlihatkan pengaruh terhadap bobot badan induk, dan bobot lahir anak kambing PE.

2) Waktu pemberian pakan suplemen terutama pada akhir kebuntingan terdapat kecendrungan peningkatan pada pertambahan bobot badan induk dan bobot lahir anak.

B. Saran

Sebaiknya pemberian suplemen protein pada induk bunting kambing Peranakan Etawa (PE) dengan kandungan proteinnya yang berbeda belum memenuhi kebutuhan nutrisinya.

(36)

26 DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Ghani, AA.,Solouma, M.A., Abd. Elmory, A.K.I., Kassab. AY., and Soliman, E.B. 2011. Productive Performance and Blood Metabolites as. Affected by Protected in Sheep. Vol.1,NO.2,24-32 Open Jounal Of Animal Science Openly accessible at http://www.scirp.org/journal/OJS Abdaou, A.R.,Eid, E.Y., El-Essawy, A.M., Fayed,A.M., Helal, H.G., and El-

Shae Ameci ricanr, HM.2001. Effect of Feeding Differt Sources of Energy on Performance of Goats Fed in Sinai.J.American S 7(1):1040- 1050.

Aberle, E.D and Powel S. E 2001.Skletal Muscle and adipose tissue celularity in runt and normal brit.weight swine. J.anim SCL, 52: 748 - 758

Ali, M.,Saleh. ilmu makanan ternak (Jakarta:PT.Pembangunan, 2012) Alfiansyah, M.2011.Macan dan jenis tulang asarkan

bentuknya.http://www.sentrberdedukasi.Com/2011/07/macam jenis tulang berdasarkan bentuknya.html

Adiati,U., Hastono,RS.,Sianturi G.,Chaniago,T.D.,And Sutama,I.K 1997.Singkronisasi Birahi secara Biolois pada kambing PE.

Pros.seminari Nasional Peternakan Veteriner II:411-416

Anggorodi,R,Ilmu makanan Ternak umum ( Jakarta : PT.Gramedia 1997) Ari, K.J. 2010. Materi Nutrisi Pakan Ternak Kambing Perah, Pelatihan

Beternak Kambing Perah. Kandang Bamboo Management.

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

.

Atabany, A.,I.K. Abdulghani, A.Sudono dan K. Mukdikjo 2002 performa reproduksi,reproduksi dan nilai ekonomi Kambing Peranakan Etawa Dipeternakan Baroka .Med.Pet.Vol 24 No.2

Bamualim. 1995. Nutrition of draught animal with special reference to Indonesia. In Copland, J.W. (Ed.) Draught Animal Power for

Production : Proc. of an International Workshop Held at James Cook Univ., 10 – 16 July 1995. Australian Centre for Internatonal Agricultural Research Proc. No. 10 : 64 – 68.

(37)

27 Blakely, J dan D.H Bade, 1991.Ilmu Peternakan,Gajah Mada University

Press,Yogyakarta

Caton, J. S. and Hess, B.W. 2010. Maternal Plane of Nutrition: Impacts on Fetal Outcomes and Postnatal Offspring Responses. Invited Review. Pages 104-122 in Proc. 4th Grazing Livestock Nutrition Conference Department of Animal Sciences, 185 Hultz Hall, North Dakota State University

Darmadi,Tri.”Pelestarian dan Pengembangan Kambing Peranakan Etawa (PE) Di Jawah Tengah “ Plasma Nutfah Hewani Indonsia,(Bogor :Komisi Plestarian Plasma Nutfah Nasional, 1990)

Davendra,C dan M.Burn.1994. Produksi Kambing di Daera Tropis.ITB Gatenby, R.R.1991.Seep mc milan education ltd,London

Geisert RD, Schmitt RAM. 2002. Early embryonic survival in the pig:

Can it be improved? J Anim Sci 80:54-85.Anim. 1:1283-1296 Greenwood, P. L. and Café, L.M. 2007. Prenatal and Pre-weaning Growth and Nutrition of Cattle: Long-term consequences for

BeefProduction. J

Hamito, D. 2010. Feeding Different Classes of Sheep and Goats.

Techinal Bulletin No. 34. Ethophia Sheep and Goat Productivity Improvement Program.

Hatmono ,H dan Hastoro,I.1997.Urea Molases Blok,Pakan Suplemen Ternak Ruminansia. PT.Trubus Agriwidya, Ungaran

Hardjosubroto, W. 1984. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan Gradisindo.Jakarta

Kartadisastra, H. R 1997. Pemeliharaan dan pengolahan pakan ternak ruminansia Kanisius Yogyakarta

Laporte-Broux, B., Roussel, S., Ponter, A.A., Perault, J., Chavatte-Palmer, P and Duvaux-Ponter, C. 2011. Short-term Effect of Maternal Feed Restriction During Pregnancyon Goat Kid Morphology, Metabolism and behavior. J. Anim. Sci. 89:2154-2163.

Leng, R.A. 1995. Applied Research and Blance Nutrition Approach To Maxinita The Utilijation of Low Quality Forage.FAO,Roma.

Manalu W, Sumaryadi MY. 1998b. Maternal serum

progesteroneBconcentration during gestation and mammary gland

(38)

28

growth and development at parturition in japanese thin-tail ewes a carryingsingle or multiple fetuses. Small Rumin Res 27:131-136 Mathius,I. W. M. Martawidjaja, A.Wilson,dan T. Manurung.1996. Strategi

kebutuhan energi-protein untuk kambing lokal : Fase Pertumbuan Ilmu ternak dan Vateriner.2:84-91.

Murtidjo, 1993. Memelihara kambing sebagai ternak potong dan perah.

Kanisius Yogyakarta

National Reserch Councill, 1985. Nutrient Riquirement of Sheep.Six received editon. National Academy of Science. Washington DC.

Nishina, H., Lucy, R, Green, H., McGarrigle, H.G., David, E, Poston, Land Harson, M.A. 2003. Effect of Nutrional Restriction in early Pregnancy on Isolated Femoral artery Fuction in Mid-gestation Fetal sheep.

Physiol, 553.2: 637-647. The Physiological Society.

NRC. 1985 Nutrient Requirement of sheep sixth Revised Edition National Academic Press of science, Washington DC. P. 9 -10,47-68

Pinekerto, F and Pinekerto,B.2013 Suplement Winter Feeding of Goat.

Goatworld.com.diakses 6mei 2014

Powell, S.E., and Aberle, E.D. 2001. Skeletal muscle and adipose tissue cellularity inrunt and normal birth weight swine. J.Anim.Sci., 52 : 748- 756.

Purbowati, E. 2007. Kajian Perlemakan sKarkas Domba Lokal Dengan Pakan Komplit Dari Jerami Padi Dan Konsentrat Pada Bobot Potong Yang

Rahardja,P.D. 2003. Functional Relationship Between Nutrition and Reproduction System in Ruminants. Kursus singkat Teknik in vitro dan in sacco pakan ruminansia dalam upaya meningkatkan produksi ternak di Kawasan Timur Indonesia. Universitas Hasanuddin

Makassar.

Sarwono,B. 2010. Beternak Kambing Unggul.Penebar Swadaya. Jakarta Siregar, M.E. 2003. Pengawetan pakan ternak Jakarta: Penebar Swadaya Siregar,S,B.1990 Ransum Ternak Ruminansia.Penebar Swadaya ,

Jakarta

Sudono,A.dan l.K. Abdulgani.2002. Budidaya Aneka Ternak Perah. Diktat Kulia .Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,Malang

(39)

29 Sugeng , YB .1992 Beternak sapi potong CV Penebar Swadaya Jakarta

Daera Tropis Gadjah mada University press, Yogyakarta.

Kartadisastra, HR. 1997 Peyediaan pengolahan pakan Ternak Ruminansia. Cetakan Kesatu penerbit Kanisius Yogyakarta Suparyanto, Agus,” Cara Pemeliharaan Kambing”,(Bogor: Penelitian

Ternak Ciawi, 1995)

Sulastri dan A. Daklan.2006.Comparation on does productivity index between boerawa and ettawa grade goat at Campang

Village,Tanggamus,Lampung. Proceeding at the 4 International seminar on Tropical Animal Production.Gadjah Mada

University,Yogyakarta.

Sulastri.2001.Estimasi Prameter Genetik Sifat Pertumbuhan dan

Hubungan antara sifat kualitatif dengan kuantitatatif pada kambing PE di Unit Pelaksananan TeknisTernak Singosari.Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Sumaryadi and Manalu.1995.Contribution of materal ofserum progesterone and estradiol concentration or corpora luteal ewes during pregnancy. Bull Anim.Sci.Special Edition.2:242-247.

Sumopraswoto, R.M. 2000. Beternak Domba Pedaging dan Wol. Bharata.

Jakarta.

Sutama,I .,Setiadi K.B.,Budiarsana I.G.M dan Adiatai ,U 1997. Aktivitas seksual setelah beranak dan kambing pe dengan tingkat produksi susus yang berbeda.Pros smeinar Nasional peranakan dan Veteriner.

18-19 November 1997 pusat penelitian dan pengembngan peternakan 402-409 Placenta

Sutardi, T., N. A. Sigit, T. Toharmat. 2001. Standarisasi Mutu Protein Bahan Makanan Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh Mikroba Rumen. Fapet IPB Bekerjasama dengan Direktur

Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Trahair, J.F, Delbarro, T.M., Robinson, J.S, and Owens, J. 2006.

Restriction of nutrisi in utero selectively inhibits gastrointestinal grwoth in fetal sheep. http//www.nutrition.org.diakses 10 Maret 2006.

Warwick, E.J., dan W. Hardjosubroto. 1990 Pemulian Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Wu, G., Bazer, F.W., Cudd, T.A., Melninger, C.J and Spencer, T.E. 2004.

Maternal Nutrion and Fetal Development. J. Nutr. 134:2169-2172.

(40)

30 Vohmanen, K. A 2007 . Nutrien during gestation anemer fetal programing

nutrion .proceedings, The Rangge Beef Cow Symposius XX De 11, 12 and 13, 2007 Fort Collis,Colorado

(41)

31

LAMPIRAN

Lampiran 1

Pertambahan Bobot Badan Induk Kambing PE

P0 P1 P2 P3

T1 (1-3) 0,11 0,16 0,19 0,12

0,05 0,36 0,24 0,13

0,09 0,21 0,23 0,13

Sub Total 0,25 0,73 0,66 0,38

Rata-Rata 0,083 0,243 0,22 0,126 T2(3-5) 0,05 0,09 0,24 0,13

0,7 0,15 0,01 0,03

0,8 0,06 0,05 0,06

Su Total 1,55 0,3 0,3 0,22

Rata-Rata 0,517 0,100 0,100 0,073

Total 1,8 1,03 0,96 0,58

Rata-Rata 0,3 0,17 0,16 0,095

(42)

32

Lampiran 2

Pertambahan Bobot Lahir Kambing PE

P0 P1 P2 P3

T1 (1-3) 2 3 2,3 3

2 2 3 2

2 2,55 2 3

Sub Total 6,00 7,55 7,3 8,00

Rata-Rata 2,00 2,51 2,44 2,66

T2(3-5) 2 2,33 3 3

3 2 3 3

2 2,8 2,7 3

Su Total 7,00 7,13 8,7 9,00

Rata-Rata 13 14,68 2,90 3,00

Total 2,16 2,35 11,14 5,66

Rata-Rata 0,3 0,17 2,67 2,83

(43)

33

Lampiran 3

Pertamabahan Bobot Badan Induk Kambing

Between-Subjects Factors

Value Label N

LEVEL PROTEIN 1 P0 6

2 P1 6

3 P2 6

4 P3 6

UMURKEBUNTINGAN 1 1SAMPAI3 12

2 3SAMPAI5 12

Descriptive Statistics

Dependent Variable:PBB LEVEL

PROTEIN UMURKEBUNTINGAN Mean Std. Deviation N

P0 1SAMPAI3 .0833 .03055 3

3SAMPAI5 .5167 .40723 3

Total .3000 .35077 6

P1 1SAMPAI3 .2433 .10408 3

3SAMPAI5 .1000 .04583 3

Total .1717 .10647 6

P2 1SAMPAI3 .2200 .02646 3

(44)

34

3SAMPAI5 .1000 .12288 3

Total .1600 .10315 6

P3 1SAMPAI3 .1167 .01528 3

3SAMPAI5 .0733 .05132 3

Total .0950 .04135 6

Total 1SAMPAI3 .1658 .08522 12

3SAMPAI5 .1975 .26633 12

Total .1817 .19406 24

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:PBB

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .469a 7 .067 2.704 .047

Intercept .792 1 .792 31.944 .000

PROTEIN .133 3 .044 1.781 .191

UMURKEBUNTINGAN .006 1 .006 .243 .629

PROTEIN *

UMURKEBUNTINGAN .331 3 .110 4.448 .019

Error .397 16 .025

Total 1.658 24

Corrected Total .866 23

(45)

35

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:PBB

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .469a 7 .067 2.704 .047

Intercept .792 1 .792 31.944 .000

PROTEIN .133 3 .044 1.781 .191

UMURKEBUNTINGAN .006 1 .006 .243 .629

PROTEIN *

UMURKEBUNTINGAN .331 3 .110 4.448 .019

Error .397 16 .025

Total 1.658 24

a. R Squared = ,542 (Adjusted R Squared = ,342)

Estimated Marginal Means

LEVEL PROTEIN * UMURKEBUNTINGAN

Dependent Variable:PBB

LEVEL PROTE IN

UMURKEBUNTING

AN Mean Std. Error

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 1SAMPAI3 .083 .091 -.109 .276

3SAMPAI5 .517 .091 .324 .709

P1 1SAMPAI3 .243 .091 .051 .436

(46)

36

3SAMPAI5 .100 .091 -.093 .293

P2 1SAMPAI3 .220 .091 .027 .413

3SAMPAI5 .100 .091 -.093 .293

P3 1SAMPAI3 .117 .091 -.076 .309

3SAMPAI5 .073 .091 -.119 .266

(47)

37

Lampiran 4

Bobot Lahir Anak Kambing

Between-Subjects Factors

Value Label N

LEVEL PROTEIN 1 P0 6

2 P1 6

3 P2 6

4 P3 6

UMURKEBUNTINGAN 1 1SAMAPAI3 12

2 3SAMAPAI5 12

Descriptive Statistics

Dependent Variable:BOBOTLAHIR

LEVEL PROTEIN

UMURKEBU

NTINGAN Mean Std. Deviation N

P0 1SAMAPAI3 2.0000 .00000 3

3SAMAPAI5 2.3333 .57735 3

Total 2.1667 .40825 6

P1 1SAMAPAI3 2.5167 .50083 3

3SAMAPAI5 2.3767 .40204 3

(48)

38

Total 2.4467 .41336 6

P2 1SAMAPAI3 2.4433 .50954 3

3SAMAPAI5 2.9000 .17321 3

Total 2.6717 .42239 6

P3 1SAMAPAI3 2.6667 .57735 3

3SAMAPAI5 3.0000 .00000 3

Total 2.8333 .40825 6

Total 1SAMAPAI3 2.4067 .46971 12

3SAMAPAI5 2.6525 .44002 12

Total 2.5296 .46247 24

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:BOBOTLAHIR

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2.182a 7 .312 1.822 .152

Intercept 153.571 1 153.571 897.573 .000

PROTEIN 1.506 3 .502 2.934 .065

UMURKEBUNTINGAN .363 1 .363 2.119 .165

PROTEIN *

UMURKEBUNTINGAN .313 3 .104 .610 .618

Error 2.738 16 .171

(49)

39

Total 158.490 24

Corrected Total 4.919 23

a. R Squared = ,444 (Adjusted R Squared = ,200)

Estimated Marginal Means

LEVEL PROTEIN * UMUR KEBUNTINGAN

Dependent Variable:BOBOTLAHIR

LEVEL PROTEIN

UMURKEBUNTIN

GAN Mean Std. Error

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

P0 1SAMAPAI3 2.000 .239 1.494 2.506

3SAMAPAI5 2.333 .239 1.827 2.840

P1 1SAMAPAI3 2.517 .239 2.010 3.023

3SAMAPAI5 2.377 .239 1.870 2.883

P2 1SAMAPAI3 2.443 .239 1.937 2.950

3SAMAPAI5 2.900 .239 2.394 3.406

P3 1SAMAPAI3 2.667 .239 2.160 3.173

3SAMAPAI5 3.000 .239 2.494 3.506

Gambar

Tabel 2: Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Induk (kg) Kambing PE  Berdasarkan Perlakuan
Tabel 3: Rata – rata bobot lahir (kg) Kambing PE

Referensi

Dokumen terkait

Hijauan makanan ternak (HMT) merupakan sumber utama pakan serat untuk ternak ruminansia, dan dapat disubstitusi dengan pakan serat lainnya yang berasal dari

Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan

Sumber protein yang masuk abomasum ruminansia adalah: a) protein pakan dan saliva yang lolos dari aktivitas mikrobia dari retikulo-rumen, b) protein mikroba yang dapat

5 menentukan produktifitas ruminansia dan ukuran tubuh ternak sangat mempengaruhi konsumsi pakan (Aregheore, 2000), karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat

Tongkol jagung merupakan produk samping pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak ruminansia. Nilai nutrisi serta

Meningkatnya viskositas dadih seiring dengan meningkatnya pemberian daun sing- kong ke pakan ternak kerbau, karena daun singkong mengandung protein yang dapat

Setelah pengabdian dilakukan 85 % sangat puas terhadap penambahan wawasan tentang teknologi pengolahan pakan ternak, 75 % dapat membedakan antara pakan ternak

Upaya peningkatan produktivitas ternak ruminansia untuk memenuhi standar ke- cukupan gizi masyarakat Indonesia perlu dilakukan dengan: (1) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya