• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemungutan Pajak dan Retribusi Reklame

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Pemungutan Pajak dan Retribusi Reklame"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK DAN RETRIBUSI REKLAME TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PENDAPATAN DAERAH

DI KOTA MAKASSAR

Hendriani1, Nurfaedah2, Abdul Sumarlin3

1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1Hendrianiadohar1@gmail.com, 2nurfaedahypup67@gmail.com, 3semmabdulsumarlin@gmail.com

ABSTRACT

The researcs aims to find and analysis whether the tax collection and advertisement fees on local revenue at Local Gevernment Revenue in Makassar in the year of 2016 to 2018 increase or not. The method used was qualitative descriptive to desribe and analysis the result of tax colletion in the year of 2016 to 2018 which increased 80,63%. While an advetisment fees in 2016 to 2018 increased 116,70%. The local reenue in the same years had increased 80,15% desribe and analysis the result of tax collection.

Keywords: tax collection, advertisement fees, and local revenue.

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan lebih bisa mengetahui potensi dan apa yang menjadi kebutuhan daerahnya. Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari masyarakat daerah yang bersangkutan.

Sehubungan dengan itu kebijakan pemerintah daerah tidak dapat dipungkiri lagi harus menitik beratkan pada peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat melalui manajemen keuangan daerah yang bertujuan selain ingin meningkatkan peran sertanya dalam pembangunan daerah, juga ditujukan bagi peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat. Konsekuensi dari penerapan otonomi daerah yaitu setiap daerah dituntut untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) guna membiayai urusan rumah tangganya sendiri. Peningkatan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga dapat menciptakan tata pemerintahan yang lebih baik (good governance). Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan penerimaan dari sumber-sumber

penerimaan daerah, salah satunya dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah beberapa pos pendapatan asli daerah harus ditingkatkan antara lain pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain (PAD) yang sah. Fenomena yang terjadi sesuai dengan pengamatan penulis teliti adalah:

Target dan realisasi penerimaan pemungutan pajak di badan pendatan daerah kota Makassar dari tahun 2016 s/d 2018 sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil

Tahun Pemungutan Pajak (X1) 2016 Rp.759.202.412.170,- 2017 Rp.938.796.384.191.06,- 2018 Rp.942.551.891.961,- Tahun Retribusi Reklame (X2)

2016 Rp.18.354.864.487,- 2017 Rp.41.663.920.073.00,- 2018 Rp.44.880.644.293,- Tahun Pendapatan Asli Daerah (Y)

2016 Rp.879.579.142.506,- 2017 Rp.949.677.704.216.06,- 2018 Rp.947.371.868.404,-

Sumber: Data diolah (2019)

Pemungutan Pajak dan Retribusi Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah pada Badan Pendapatan Daerah Di Kota

(2)

Makassar Dari Tahun 2016 s/d 2018 (Dalam Milyar)

Berdasarkan tabel di atas Tahun 2016, Pemungut Pajak sebesar Rp.759.202.412.170 sedangkan Retribusi Reklame Rp.18.354.864.487 sehingga Pendapatan Asli daerah Rp.879.579.142.506. Tahun 2017 Pemungut Pajak Rp.938.796.384.191.06 sedangkan Retribusi Reklame Rp.41.663.920.073.00 sehingga Pendapatan Asli daerah Rp.949.677.704.216.06 dan Tahun 2018 Pemungutan Pajak Rp.942.551.891.961 sedangkan Retribusi Reklame Rp.44.880.644.293 sehingga Pendapatan Asli daerah Rp.947.371.868.404 sesuai analisis tersebut dari data mengalami peningkatan dari tahun ketahun yaitu 2016 s/d 2018.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dihadapi sebagai berikut: Apakah Pemungutan Pajak dan Retribusi Reklame Terhadap Pendaptan Asli Daerah Pada Badan Pendapatan Daerah di Kota Makassar mengalami peningkatan dari tahun 2016 s/d 2018.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

untuk mengetahui dan menganalisis Pemungutan Pajak dan Retribusi Reklame Terhadap Pendaptan Asli Daerah Pada Badan Pendapatan Daerah di Kota Makassar mengalami peningkatan dari tahun 2016 s/d 2018.

TINJAUAN LITERATUR

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor tahaun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara lansung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Ageos (2013), terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.

Menurut Pasal 141 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak dan daerah jenis retribusi perizinan tertentu adalah:

Retribusi Izin Memberikan Bangunan, Objek retribusi izin memberikan bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu

bangunan. Pemberian izin meluputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang dengan cara memperhatikan koefisien ketinggian bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menepati bangunan tersebut (Pasal 142 Undang-Undang Nomor 28 Tatun 2009).

Retribusi Izin Tempat Penjualan Minimum Beralkohol adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol disuatu tempat tertentu (Pasal 143 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/ kegiatan kepada orang pribadi atau badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/

atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertibaan, keselamatan, atau kesehatan umum, memilihara ketertiban lingkungan dan kesehatan kerja (Pasal 144 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu usaha atau beberapa trayek tertentu (Pasal 145 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Retribusi Izin Usaha Perikanan Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf e adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk malakukan kegiatan usaha penangkapan.

Halim et, al (2014) Mengemukakan pajak mempunyai dua fungsi yaitu: (1) Fungsi Budgetair (Penerimaan), pajak merupa ka salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. (2) Fungsi Regulereng (Mengatur), pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur masyarakat atau malaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara untuk membiayai semua

(3)

pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

Pemungutan pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara lansung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut pasal 1 Nomor 28 Undang- Undang 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Menurut Susyanti (2015) pengertian retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberi izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang peribadi atau badan.

Menurut Mahmudi (2010), pajak reklame merupakan pajak yang cukup pontesial. Pajak reklame sebagai pajak daerah juga memiliki beberapa keunggulan, antara lain lokasi objek pajak jelas dan mudah diindetifikasi, cukup mengambang (buoyant), relative muda untuk diimplementasikan, dan pertumbuhannya relative stabil. Namun disamping memiliki keunggulan, pajak reklame juga mengandung beberapa kelemahan, misalnya tarif pajak dan dasar pengenaan pajaknya cukup kompleks yaitu dihitung berdasarkan jenis, ukuran, lokasi, dan lama tampilannya.

Menurut Adriani (2014), pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang lansung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Sukardji (2014), pajak merupakan peralihan kekayaan dari sector swasta ke sector public berdasarkan undang-undang yang dapat di paksakan dengan tidak mendapat imbalan (terenpreatatie) yang secara langsung dapat ditunjukan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada diluar bidang keuangan Negara.

Menurut Dahlan (2015), syarat pemungutan pajak terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu: 1) Syarat Keadilan, pemungutan

pajak dilaksanakan secara adil baik dalam peraturan maupun realisasi pelaksanaannya. 2) Syarat Yuridis, pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang untuk menjamin adanya hukum yang menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk Negara maupun untuk warganya.

Sedangkan menurut Soemitro (2016), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang lansung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Resmi (2014) Dalam memungut pajak dikenal 3 sistem pemungutan pajak yaitu: a) Offocial Assessment System, Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada aparatur perpajakan). b) Self Assessment System, Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Asas pemungutan pajak dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu Mardiasmo (2016) 1) Asas Domisili (asas tempat tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negari.

Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negari. 2) Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 3) Asas Kebangsaan pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.

Herry (2013) dalam Mardiasmo, (2016) cara pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 (tiga) stesel yaitu: 1) Stesel Riil atau Nyata Merupakan cara pemungutan pajak yang didasarkan pada objek yang

(4)

sesungguhnya, yang benar-benar ada, dan dapat ditunjuk. Stesel nyata mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan adalah pajak yang dikenakan lebih realistis, sedangkan kelemahan stesel ini adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode. 2) Stesel Anggran/ Fiktif Pengenaa pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stesel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun, sehingga penerimaan pajak oleh pemerintah dapat diperoleh sepanjang tahun, sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya atau tidak realitas. 3) Stesel Campuran Stesel ini merupakan kombinasi antara stesel nyata dan stesel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah.

Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihan dapat di kurang. Tampubolon (2017) menjelaskan, bahwa teori pemungutan pajak mempunyai beberapa teori yaitu:

Teori Ansuaransi Teori ini mengibaratkan pembeyaran pajak separti perjanjian ansuransi. Pembayaran tersebut ditunjukkan untuk mengganti biaya yang dikeluarkan negara dalam melaksanakan kewajibannya, yaitu melindungi keselamatan dan harta serta warga negaranya.

Teori Asas Gaya Beli Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak, maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untukrumah tangga Negara. Selanjutnya Negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.

Teori bakti Dasar keadilan pemungut pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berkait, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai kewajiban.

Teori Kepentingan, teori ini memperhatikan pembagian beben pajak yang harus dipungut, dari seluruh penduduk yang didasarkan atas kepentingan setiap orang dalam tugas-tugas pemerintah (yang bermanfaat baginya), termasuk perlindungan atas jiwa dan harta bendanya.

Teori Asas Gaya Pikul Inti dari toeri adalah asas kaeadilan, yaitu beban pajak harus sama beratnya bagi setiap orang berdasarkan daya pikul masing-masing.

Pemungutan pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam rangka meningkatkan pelayana kepada masyarakat dan kemandirian daerah, daerah diperbolehkan melakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah dan pemberian diskresi dalam penetapan tarif perluasan objek pajak tersebut adalah perluasan objek pajak yang belum diusahakan oleh negara menurut (Samudra 2015).

Menurut Siahaan (2016), cara Peumungutan Pajak Reklame Pemungutan pajak reklame tidak dapat dibongkarkan.

Artinya, seluruh proses kegiatan pemungutan pajak reklame tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Walaupun demikian, dimungkinkan adanya kerja sama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak, antara lain percetakan formulir perpajakan, pengiriman surat-surat kepada wajib pajak, atau penghimpunan data subjek dan objek pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan yang besarnya, pajak yang terhutang, pengawasa penyetoran pajak, dan penagihan pajak.

Penetapan Pajak Reklame Berdasarkan SPTPD yang disampingkan oleh wajib pajak dan pendataan yang dilakukan oleh petugas dinas pendapatan daerah/ bupati atau walikota atau pejabat yang ditunjukan oleh bupati atau walikota menetapkan pajak reklame yang terutang dengan menerbitkan surat ketetapan pajak daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lambat tiga puluh hari sejak SKPD oleh wajib pajak atau jangka

(5)

waktu lain yang ditetapkan oleh bupati atau walikota.

Ketetapan Pajak dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, bupati/ walikota dapat menerbitkan surat ketetapan pajak daerah kurang bayar (SKPDKB), dan surat ketetapan pajak daerah kurang bayar (SKPDKBT), surat ketetapan pajak daerah nihil (SKPDN), surat ketetapan pajak diterbitkan berdasarkan pemeriksaan atas SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak.

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah, yang dimaksud pajak daerah adalah pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh pribadi atau badan yang bersifat mamaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara lansung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat (Haldenwang, al et 2015).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah di duga bahwa Pemungutan Pajak dan Retribusi Reklame berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Badan Pendapatan Daerah di Kota Makassar mengalami peningkatan dari tahun 2016 sampai dengan 2018.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskripsif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu fenomena atau melukiskan fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara sistematis, faktual, dan cermat.

Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Badan Pendapatan Daerah Di Kota Makassar yang berlokasi di JL. Urip Sumoharjo No.8 Makassar Sulawesi Selatan dengan waktu penelitian di lakukan kurang lebih 2 (dua) bulan.

Data kualitatif, yaitu data yang berupa keterangan, penjelasan dari hasil interview, wawancara, kuesioner dilapangan dan tidak berupa angka-angka dan oleh untuk mendukung pejelasan dalam analisis. Jenis data ini diperoleh dari sumber data primer.

Data Kuantitatif, yaitu data yang berupah angka-angka yang diperoleh dari sumber data sumber, antara lain dari dokumentasi/ tulisan, buku-buku, laporan

beserta dokumen dari perusahaan seperti dokumen, laporan-laporan ilmiah yang relavan.

Data Primer Yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lansung terhadap objek yang diteliti. Data tersebut diperoleh melalui metode wawancara, dan observasi dari responden.

Dalam penelitian ini Penulis akan menggunakkan metode Analisis deskriptif kualitatif yang merupakan jenis penelitian yang tujuannya untuk menyiapkan gambaran lengkap, menggambarkan atau menganalisis tentang data-data yang akan di peroleh sesuai dengan hubungan fenomena yang akan teruji maka metode deskripsi kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian (Sugiyono, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Target dan realisasi penerimaan pemungutan pajak badan pendapata daerah kota Makassar (Dalam

Milyar) dari tahun 2016 s/d 2018.

Tahun Target perubahan 2016 Rp.1.053.182.160.000 2017 Rp.1.063.441.478.000,00 2018 Rp.1.155.991.478.000 Tahun Realisasi

2016 Rp.759.202.412.170 2017 Rp.938.796.384.191,06 2018 Rp.942.551.891.961 Tahun Presentasi % 2016 72,09 2017 88,28 2018 81,54

Rata-rata/ Presentase (%) Rp.880.174.562.774, 80,63%

Sumber: data primer diolah (2019) Berdasarkan table 1 Hasil Menunjukan bahwa tahun 2016 target perubahan memperoleh data Rp.1.053.182.160.000, sedangakan realisasi memperoleh data Rp.759.202.412.170 dengan mengalami dalam memperoleh presentasi sebesar 72,09%.

Kemudian tahun 2017 target perubahan

memperoleh data sebesar

Rp.1.063.441.478.000 sedangkan realisasi

memperoleh data sebesar

Rp.938.796.384.191,06 dengan mengalami dalam memperoleh presentasi 88,28%.

Selanjutnya tahun 2018 target perubahan

memperoleh data sebesar

(6)

Rp.1.155.991.478.000sedangkan realisasi memperoleh data sebesar Rp.942.551.891.961 dengan mengalami dalam meeperoleh presentasi sebesar 81,54%.

Tabel 2. Hasil Target dan realisasi penerimaan retribusi reklame badan pendaptan asli daerah Kota Makassar (Dalam Milyar) dari tahun 2016 s/d 2018

Tahun Target perubahan 2016 Rp.25.590.346.000 2017 Rp.26.000.000.000.00 2018 Rp.38.000.000.000 Tahun Realisasi

2016 Rp.18.354.864.487 2017 Rp.41.663.920.073.00 2018 Rp.44.880.644.239.

Tahun Presentasi % 2016 71,73 2017 160,25 2018 118,11

Rata-rata/ Presentase (%) Rp.13.909.051.860.575, 116,70%

Sumber: Data Primer diolah (2019) Berdasarkan tabel 2 Hasil Menunjukan bahwa tahun 2016 target perubahan memperoleh data Rp.25.590.346.000 sedangakan realisasi memperoleh data Rp.18.354.864.487 dengan mengalami dalam memperoleh presentasi sebesar 71,73%

Kemudian tahun 2017 target perubahan

memperoleh data sebesar

Rp.26.000.000.000.00 sedangkan realisasi

memperoleh data sebesar

Rp.41.663.920.073.00 dengan mengalami dalam memperoleh presentasi 160,25%

Selanjutnya tahun 2018 target perubahan memperoleh data sebesar Rp.38.000.000.000 sedangkan realisasi memperoleh data sebesar Rp.44.880.644.239. dengan mengalami dalam meeperoleh presentasi sebesar 118,11%

Tabel 3. Hasil Target dan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah badan pendapatan daerah kota Makassar (Dalam

Milyar) dari tahun 2016 s/d 2018 Tahun Target perubahan

2016 Rp.1.193.018.343.000

2017 Rp.1.086.139.148.000,00 2018 Rp.1.194.753.148.000 Tahun Realisasi

2016 Rp.879.579.142.506 2017 Rp.949.677.704.216.06 2018 Rp.947.371.868.404 Tahun Presentasi % 2016 73,73 2017 87,44 2018 79,29

Rata-rata/ Presentase (%) Rp.925.545.905.042, 80,15%

Sumber: Data Primer diolah (2019) Berdasarkan tabel 3 Hasil Menunjukan bahwa tahun 2016 target perubahan memperoleh data Rp.1.193.018.343.000 sedangakan realisasi memperoleh data Rp.879.579.142.506 dengan mengalami dalam memperoleh presentasi sebesar 73,73%

Kemudian tahun 2017 target perubahan

memperoleh data sebesar

Rp.1.086.139.148.000sedangkan realisasi

memperoleh data sebesar

Rp.949.677.704.216.06 dengan mengalami dalam memperoleh presentasi 87,44%

Selanjutnya tahun 2018 target perubahan

memperoleh data sebesar

Rp.1.194.753.148.000 sedangkan realisasi memperoleh data sebesar Rp.947.371.868.404 dengan mengalami dalam meeperoleh presentasi sebesar 79,29%.

Analisis deskriptif kualitatif merupakan suatu teknik yang mengganbarkan dan menginterprestasikan arti dari data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Data yang telah diperoleh dan dikumpulkan dan di analisisis berdasarkan kriteria/metode untuk mendapatkan hasil. Pemungutan Pajak terhadap Pendapatan Asli Daerah, merupakan usaha yang dilakukan pemerintah daerah melalui badan pendapatan daerah Kota Makassar dalam rangka meningkatkan pemungutan pajak.

Retribusi Reklame terhadap pendapatan asli daerah, merupakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan upaya meningkatkan pendapatan asli daerah.

PENUTUP

(7)

Berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan dan diolah, maka disimpulkan sebagai berikut: 1). Pemungutan pajak tahun 2016 s/d 2018 mengalami peningkatan, rata- rata peningkatan pemungutan pajak sebesar 80,63%. Sedangkan retribusi reklame tahun 2016 s/d 2018 mengalami peningkatan, rata- rata peningkatan retribusi reklame sebesar 116,70%. 2). Pendapatan asli daerah tahun 2016 s/d 2018 mengalami peningkatan, rata- rata peningkatan pendapatan asli daerah sebesar 80,15%

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakaukan peneliti maka sebagai bahan referensi dan pertimbangan khususnya mengenai pemungutan pajak dan retribusi reklame terhdap pendapatan asli daerah, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut: 1). Di harapkan kepada Badan Pendaptan Asli Daerah di Kota Makassar, perlu melekukan sosialisasi agar adanya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.

2). Untuk peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan dapat melakukan penelitian lebih teliti dan akurat baik dari data-data yang diperoleh maupun dari data yang diolah.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani. (2014). Penagihan Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Bogor: Ghalia

Ageos, S. (2014). Akuntansi Perpajakan.

Jakarta: Salemba Empat

Aziz S.A. (2015). Perpajakan di indonesia:

Keuangan, pajak dan retribusi daerah.

Jakarta: Rajawali Perss

Dahlan, A. (2015). Perpajakan untuk Akuntansi dan Akademis. Malang: ISBN Herry, P. (2013). Dasar-Dasar Perpajakan

dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Mitra Wacana Media

Halim, A., & Icuk, R. (2014). Perpajakan Konsep Aplikasi: Contoh dan Studi Kasus.

Jakarta: Salemba Empat

Kamagi, G., & Cornelin. (2015). Analisis kontribusi pajak daerah terhadap pendaptan asli daerah (PAD) di kabupaten minahasa Mahmudi. (2010). Manajemen Keuangan

Daerah. Yogyakarta: PT GLORA AKSARA UTAMA

Mardiasmo. (2016). Perpajakan. Yongyakarta:

CV ANDI OFFSET

Rochman, S. (2016). Asas dan Dasar Perpajakan. Bandung: Alfabeta

Resmi, S. (2014). Perpajakan di Indonesia, keuangan, pajak dan retribusi daerah.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Susyanti, J. (2015). Perpajakan. Malang:

Empatdua Media

Sukardji, U. (2014). Pajak Pertambhan Nilai (PPN). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Siahaan, P. (2016). Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja GarfindoPersada

Tompubolon, K. (2017). Praktek gugatan dan Kasus-Kasus Pemeriksaan Pajak. Jakarta.

Indeks

Tompubolon, K. (2017). Praktek gugatan dan Kasus-Kasus Pemeriksaan Pajak. Jakarta:

Indeks

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dilakukan untuk menindak lanjuti Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang mengamanatkan kepada pemerintah