Serambi Akademica
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora
Vol. 8, No. 8, Desember 2020
pISSN 2337–8085 eISSN 2657- 0998
1667
Hubungan Pendapatan Ibu Terhadap Status Gizi Balita di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam Nias Selatan
Winning Amintas Kartika Waruwu Akper Kesdam I/BB Medan [email protected]
ABSTRAK
Hasil analisis data Susenas 2000 terhadap status gizi balita di Indonesia dengan menggunakan metode z-score baku WHO-NCHS, ditemukan gizi baik 72,02%, KEP ringan/sedang 17,13%, dan KEP berat 7,53%. Adapun untuk wilayah Yogyakarta dengan metode z-score baku WHO-NCHS, ditemukan gizi baik 78,24%, KEP ringan/sedang 12,84%, dan KEP berat 4,73%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa kejadian KEP masih relatif tinggi di IndonesiaPrevalensi gizi kurang dan buruk di dunia khususnya di negara berkembang masih tinggi. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pendapatan ibu terhadap status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan pada bulan Oktober 2020. Jenis penelitian adalah survei dengan menggunakan desain cross Sectional Study Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita yang tinggal dalam wilayah kerja Puskesmas Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan yang berjumlah 1.225 orang. Sedangkan sampel penelitian ini sebanyak 85 orang ibu balita. Ada hubungan pendapatan ibu dengan status gizi balita(p value=0,001).Ibu lebih meningkatkan pola pengasuhan dan memperhatikan khususnya status gizi balita yang akan berdampak pada pertumbuhannya.
Kata kunci: Pendapatan Ibu, Kesehatan, Status Gizi Balita
PENDAHULUAN
Berdasarkan peringkat human development index (HDI), Indonesia berada pada tahun 2011 urutan 124 dari 187 negara, jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Singapore 26, Brunei (33), Malaysia (61), Thailand (103) dan Filipina (112). Faktor-faktor yang menjadi penentu HDI yang dikembangkan oleh UNDP (United Nations Development Program) adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi (Anonimous, 2018; Anonimous, 2018., Infodatin, 2016).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi balita nkurang gizi (berat badan kurang) sebesar 18,0 persen diantaranya 4,9 persen dengan gizi buruk dan prevalensi balita kurus (wasting) adalah 13,3 persen. Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2010, digambarkan penduduk mengkonsumsi makanan di bawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan tahun 2004 sebanyak 40,6 persen Keadaan ini banyak dijumpai pada anak usia sekolah (41,2%), remaja (54,5%), dan ibu hamil (44,2%) (Anonimous, 2013; Anonimous, 2019).
Winning Amintas Kartika Waruwu
1668
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak. Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh. Anak usia sekolah sangat memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk menunjang tumbuh kembangnya. Peran orang tua sangat berpengaruh terutama pada ibu, karena seorang ibu berperan dalam pengelolaan rumah tangga dan berperan dalam mementukan jenis makanan yang akan dikonsumsi keluarganya. Hasil penelitian Hadivian dan Sylvia, ada pengaruh pengetahuan, sikap praktek ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga terhadap tingkat kecukupan energi dan protein anak balita. Hasil penelitian Lutviana dan Budiono ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan status gizi balita (Putri, et.al., 2015; Devi, M., 2010; Zogara, A. U. &
Pantaleon, M. G., 2020; Fatimah, S., 2008).
Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan, gizi mempengaruhi kekebalan tubuh, kerentanan terhadap penyakit, serta pertumbuhan danperkembangan fisik dan mental. Gizi yang baik akan menurunkan kesakitan, kecacatan, dan kematian sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Anonimous, 2018; Anonimous, 2013).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan pendapatan ibu terhadap status gizi balita. Peneliti mengambil judul penelitian “Hubungan Pendapatan Ibu Terhadap Status Gizi Balita Di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan,” karena berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti menemukan banyak balita mengalami masalah gizi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan desain cross Sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita yang tinggal dalam wilayah kerja Puskesmas Sirombu Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat yang berjumlah 1.225 orang. Sedangkan sampel penelitian ini sebanyak 85 orang ibu balita.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada ibu yang memiliki anak balita di wilayah puskesmas Teluk Dalam. Responden pada penelitian ini 85 orang.
Serambi Akademica
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora
Vol. 8, No. 8, Desember 2020
pISSN 2337–8085 eISSN 2657- 0998
1669 Tabel 1. Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Sirombu Kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat Tahun 2020
Status Gizi Balita
No Pendapatan Ibu Kurang Baik Total P Value
N % N % N %
0,001 1
Tinggi(Rp.>1.690.00 0)
11 12,9 24 28,3 35 100%
2 Rendah(Rp.
<1.690.000)
47 55,3 3 3,5 50 100%
Total 58 68,2 27 31,8 85 100%
PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa status gizi balita rendah, lebih banyak ditemukan pada pendapatan ibu yang rendah sebanyak 47 orang (55,3 %) dibanding pendapatan keluarga tinggi sebanyak 11 orang (12,9%) Sedangkan status gizi balita baik lebih banyak ditemukan pada pendapatan ibu yang tinggi sebanyak 24 orang (28,3%) dibanding dengan pendapatan keluarga yang rendah sebanyak 3 orang (3,5
%).Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p value <0,001 yang artinya ada hubungan pendapatan ibu dengan status gizi balita.Semakin rendahnya pendapatan ibu menjadi faktor penyebab terpenting karena sangat mempengaruhi di dalam mengelola sumber daya untuk mendapatkan bahan makanan.
SARAN
Keluarga dapat lebih meningkatkan pola pengasuhan dan lebih memperhatikan khususnya status gizi balita yang akan berdampak pada tumbuh kembangnya balita.
REFERENSI
Anonimous, 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Anonimous, 2018. Buku saku pemantauan status gizi. Buku saku pemantauan status gizi tahun 2017.
Anonimous, 2018. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Anonimous, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Winning Amintas Kartika Waruwu
1670
Anonimous, 2013. MODEL PENENTUAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS. J.
Sarj. Tek. Inform. doi:10.12928/jstie.v1i1.2552.
Anonimous, 2019. Human development report 2019. United Nations Development Program.
Devi, M., 2010. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita di pedesaan. Teknol. dan Kejuru.
Fatimah, S., 2008. Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap Status Gizi. Fakt. yang berkontribusi terhadap status gizi.
Infodatin, 2016. Situasi Balita Pendek. ACM SIGAPL APL Quote Quad.
Putri, R. F., Sulastri, D. & Lestari, Y., 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. J. Kesehat.
Andalas. doi:10.25077/jka.v4i1.231.
Zogara, A. U. & Pantaleon, M. G., 2020. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita. J. Ilmu Kesehat. Masy.
doi:10.33221/jikm.v9i02.505.