• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

SISWA KELAS VIII SMPN 3 KOTO XI TARUSAN PESISR SELATAN

Lisa Afriana *), Zulfitri Aima **), Audra Pramitha Muslim**)

*)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

**)Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research was motivated by students understanding of mathematical concepts are still low because among most students are not able to do the exercises. The aim of this research is to determine whether the students understanding of mathematical concepts by applying cooperative learning model think pair square (TPSq) better than students understanding of mathematical concepts by applying conventional learning for class VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan. The type of research is experiment. The population is all students class VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan academic year 2016/2017. The sampling technique is done randomly, class VIII.5 as an exsperimental class and VIII.2 as the control class. The instruments used in this research is the final test understanding of the concept. The test from used is the essay whit a reliability test is = 0,846 based on the final test result obtained, and tne sample classes distribution whit normal and homogeneous. The test statistic used to test the hypothesis is one party t test. Hypothesis test result obtained ( ) , then reject and receive . So the hypothesis is accepted by the real level nyata . So, it can be concluded that the students understanding of mathematical concept by applying cooperative learning model think pair square (TPSq) better than students understanding of mathematical concept by applying conventional learing for class VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan.

Key word: TPSq Cooperative Learning Model, Student understanding of mathematical concept

PENDAHULUAN

Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai peranan besar dalam menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika juga berperan penting dalam membentuk pola pikir peserta didik, karena matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan jelas antara konsepnya sehingga memungkinkan mereka untuk berpikir logis, kritis dan sistematis. Pentingnya peranan matematika menjadikan matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran penentu kelulusan siswa.

Pentingnya peranan matematika, maka sistem pembelajaran matematika harus diperbaharui lagi agar peserta didik termotivasi dalam proses pembelajaran.

Guru sebagai orang terdepan dalam pelaksanaan proses pembelajaran diharapkan mampu menciptakan proses pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam belajar, menumbuhkan motivasi belajar, dan mampu membuat siswa lebih aktif. Pemahaman konsep yang baik tidak hanya diperlukan peran dari seorang guru tetapi juga dituntut peran dari siswa itu sendiri. Guru juga dituntut untuk menggunakan teknik yang bervariasi dan mampu meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

(2)

Siswa dikatakan memahami konsep matematika apabila siswa mampu mencapai indikator pemahaman konsep matematika dengan baik. Indikator pemahaman konsep matematika adalah (1) Menyatakan ulang konsep, (2) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru matematika SMPN 3 Koto XI Tarusan pada tanggal 15-20 Maret 2016 diperoleh informasi bahwa siswa kurang menguasai materi matematika, siswa jarang membentuk kelompok-kelompok pada saat belajar dan siswa juga kurang berminat dalam pembelajaran matematika. Apabila diberi latihan hanya beberapa dari siswa tersebut yang mampu mengerjakannya.

Permasalahan ini berakibat pada rendahnya pemahaman konsep matematis siswa kelas VII semester II yang terdaftar pada kelas VIII semester I SMPN 3 Koto XI Tarusa. Hal ini terlihat dari hasil ujian Mid pada semester I. Diketahui bahwa banyak siswa kelas VII yang terdaftar pada kelas VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan yang hasil ujian akhirnya di bawah KKM. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1

Kelas Ju ml ah Sis wa

Tuntas Tidak Tuntas Ju

ml ah

% Ju ml ah

% VIII.1 21 6 28,

57 15 71, 43 VIII.2 22 3 13,

64 19 86, 36 VIII.3 21 2 9,5

3

19 90, 47 VIII.4 22 2 9,0

9

20 90, 91 VIII.5 22 3 13,

64

19 86, 36 VIII.6 24 4 16,

67

20 83, 33

Adapun contoh kesalahan siswa dalam bentuk menyelesaikan materi persegi panjang, sebagai berikut:

Diketetahui sebuah taman berbentuk persegi panjang dengan luas 400cm 16cm. tentukan panjangnya?

jawaban siswa:

jawaban yang benar:

Kesalahan yang tampak pada jawaban siswa diatas, terjadi karena Siswa masih kurang mampu menyatakan ulang sebuah konsep pada materi persegi panjang. Siswa hanya bisa mengalikan angka yang ada tetapi siswa tidak melihat aturan untuk menyelesaikan soal tersebut.

Untuk mengatasi masalah diatas sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

Peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square (TPSq).

Penerapan model kooperatif tipe TPSq ini diharapkan siswa mencapai suatu pemahaman konsep yang maksimal pada materi pembelajaran matematika.

Pembelajaran kooperatif tipe TPSq ini merupakan suatu bentuk model pembelajaran yang mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TPSq, awalnya guru memperkenalkan materi kepada siswa kemudian siswa saling bekerja sama dengan berdiskusi pada kelompoknya yang dibentuk secara heterogen untuk

menemukan, memahami dan

memperdalam konsep-konsep yang diberikan pada siswa. Setelah itu siswa mengaplikasikan konsep yang mereka pahami dengan mengerjakan latihan secara berpikir, berpasangan, dan berempat. Disini diharapkan siswa mau mencoba mengerjakan latihannya sendiri tanpa menuggu pekerjaan temannya.

(3)

Model pembelajaran kooperatif tipe TPSq, siswa saling berdiskusi untuk menemukan atau memahami konsep dan memikirkan pekerjaannya satu sama lain”. Dengan adanya saling berbagi terhadap pekerjaan teman satu kelompoknya, diharapkan jika ada kesalahan siswa dalam memahami suatu konsep maka akan cepat teratasi.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPSq lebih menekankan pada kelompok, dan kesempatan yang sama untuk berbagi hasil bagi setiap anggota.

Penekanan terhadap hal tersebut diharapkan dapat mendorong siswa berusaha memberikan yang terbaik dalam kelompoknya. Selain itu dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang membanggakan dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan selama mengikuti pembelajaran tipe TPSq dan apakah pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPSq lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran biasa

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui perkembangan dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan selama penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPSq apakah ada peningkatan atau tidak dan untuk melihat dampak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPSq terhadap pemahaman konsep matematis siswa apakah lebih baik dari pembelajaran biasa. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPSq lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional pada kelas VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan.

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah pemahaman konsep siswa. Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu mendefinisikan konsep dengan benar baik secara lisan maupun tulisan secara benar dan lengkap, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep, memberikan contoh dan non contoh yang relevan dengan masalah dengan lengkap dan benar, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis dengan benar dan jelas, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep dengan lengkap, benar dan tepat, dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dengan tepat, jelas dan terstruktur dengan baik. Serta siswa dikatakan memahami prosedur jika mampu mengenali prosedur (sejumlah langkah-langkah dari kegiatan yang dilakukan) yang didalamnya termasuk aturan algoritma atau proses menghitung yang benar.

Mengukur pemahaman konsep matematika siswa dilakukan dengan menggunakan indikator pemahaman konsep matematika. Indikator-indikator pemahaman konsep matematika dapat diukur menggunakan rubrik penskoran.

Indikator pemahaman konsep yang digunakan pada penalitian ini adalah menyatakan ulang konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat–

sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 3 Koto XI Tarusan dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan, sedangkan sampelnya dipilih secara acak.

Selnjutnya, melalui pengundian dipilih

(4)

dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas VIII.5 adalah kelas eksperimen dan kelas VIII.2 adalah kelas kontrol.

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah random terhadap subjek. Pada rancangan penelitian ini sampel dipilih secara acak untuk ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kedua kelas sampel diberikan instrumen berupa tes pemahaman konsep

matematika.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan yang terdaftar pada semester I tahun pelajaran 2016/2017.

Setelah dilakukan beberapa prosedur dalam penarikan sampel, maka terpilih siswa kelas VIII.5 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq dan pada kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional. Variabel terikat yaitu hasil tes pemahaman konsep matematika siswa

Data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil tes pemahaman konsep matematika di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data sekunder yaitu data nilai ujian Mid semester I siswa kelas VII yang terdaftar pada kelas VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan. Prosedur penelitian dibagi atas tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

Pada tahap persiapan dilakukan penentuan jadwal dan materi pelajaran matematika siswa kelas VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan , mempersiapkan surat izin penelitian, menentukan kelas sampel dan kelas kontrol, mempersiapkan RPP dan mengenai pokok bahasan Teorema Pythagoras, menvalidasi RPP. Pada tahap pelaksanaan terpilih kelas VIII.5 sebagai

kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPSq dan kelas VIII.2 sebagai kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Pada tahap penyelesaian siswa kelas sampel diberikan tes pemahaman konsep matematika.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematika.Tes pemahaman konsep digunakan untuk melihat pemahaman konsep siswa.

Tes dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran berupa soal essay.

Penyusunan soal tes disesuaikan dengan materi yang diberikan selama penelitian dan memuat indikator pemahaman konsep. Materi yang diujikan berupa materi yang diberikan selama penelitian berlangsung yaitu Teorema Pythagoras.

Sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, soal tes diuji cobakan terlebih dahulu di SMPN 2 Bayang. Setelah dilakukan analisis hasil tes uji coba tes.

Analisis data tes akhir bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian agar dapat menarik kesimpulan tentang pemahaman matematis siswa. Pengujian hipotesis dilakukan di bawah taraf signifikan a = 0,05. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan homogenitas variansi. Uji normalitas sebaran data diuji msenggunakan uji Anderson-Darling, sedangkan uji homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan uji- F.Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t.Semua uji yang dilakukan adalah uji manual.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan diperoleh hasil penelitian yaitu pemahaman konsep matematis siswa. Data diperoleh melalui tes akhir yang dilakukan pada akhir penelitian.

skor pemahaman konsep yang diperoleh dari hasil tes akhir pada kedua kelas sampel dilakukan perhitungan rata-rata

(5)

( ̅), simpangan baku (S), nilai tertinggi (Xmaks) dan nilai terendah (Xmin). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 2. Nilai rata-rata ( ̅), simpangan baku (S), skor tertinggi ( ) dan skor terendah ( ) tes pemahaman konsep matematis siswa pada kelas sampel

Kelas Eksperimen Kontrol

N 22 22

Max 100 95

Min 42 26

̅ 73,32 61,82

Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata hasil tes akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil tes akhir siswa kelas kontrol. Simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan simpangan baku kelas kontrol, hal ini menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen memiliki keragaman yang kecil, sehingga menyebabkan nilai siswa tersebar tidak terlalu jauh dari nilai rata-rata kelas. Jadi kelas sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen, maka untuk uji hipotesis digunakan uji t dengan rumus statistik diperoleh dan

, karena maka tolak dan terima . Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMPN 3 Koto XI Tarusan.

Proses pembelajaran di kelas eksperimen sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square.

Bentuk lembar jawaban tes akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar

Gambar 1. Lembar Jawaban Tes

Akhir Kelas eksperimen

Gambar 2. Lembar Jawaban Tes Akhir Kelas Kontrol

Gambar 1 terlihat bahwa siswa kelas eksperimen sudah mampu menyatakan ulang sebuah konsep objek , dengan menuliskan jawaban yang benar yang diminta oleh soal. Sedangkan pada Gambar 2 pada kelas kontrol siswa belum mampu menyatakan ulang sebuah konsep.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa: pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

________________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2001. Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penilaian.

Jakarta: Depdiknas.

Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja.Yogyakarta: Depdiknas.

(6)

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning.

Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana.

Muliyardi. 2002. Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: UNP.

Santoso, Singgih. 2010. Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Shadiq, Fajar. (2009). Kemahiran matematika. Yogyakarta. depdiknes Sudjana. 2005. Metoda Statistika.

Bandung: Tarsito.

Suherman, Erman, dkk. 2003.strategi pembelajaran matematika komptemporer. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis penelitian adalah “pemahaman konsep matematis siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division STAD lebih baik daripada