• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fikih di Mts Negeri 1 Kota Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fikih di Mts Negeri 1 Kota Makassar"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FIKIH

DI MTS NEGERI 1 KOTA MAKASSAR

W

SKRIPSI

Oleh:

WAHIDA INDARWATI 20100117076

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wahida Indarwati

Nim : 20100117076

Tempat/Tgl. Lahir : Mamasa, 07-11-1998 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Jl. Mustafa Daeng Bunga, Romang Polong, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa

Judul : “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 4 Juni 2022 Penyusun

WAHIDA INDARWATI NIM : 20100117076

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR ِمي ِحَّرلا ِنمْحَّرلا ِالله ِمْسِب

Syukur alhamdulillah, tidak ada ungkapan yang maha dahsyat, yang lebih indah, untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Salawat dan salam penulis ucapkan kepada nabi besar Muhammad saw. yang dengannya manusia mampu berhijrah dari satu masa yang tidak mengenal peradaban menuju kepada satu masa yang berperadaban.

Karya ilmiah ini membahas tentang “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar”. Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir tidak luput dari segala kekurangan penulis sendiri maupun berbagai hambatan dan kendala yang sifatnya datang dari eksternal selalu mengiringi proses penulisan. Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu penulisan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Dengan penuh kesadaran dan dari dalam dasar hati nurani penulis menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada ayahanda Umar S dan ibunda Sawiah yang telah mengasuh, memelihara, membesarkan, serta mendidik penulis dengan sepenuh hati serta senantiasa memanjatkan doa-doanya untuk penulis.

Penulis menyadari tanpa pengorbanan, kerja keras dan doa-doa dari beliau, maka penulis tidak akan bisa sampai pada tahap ini. Semoga jasa serta pengorbanan dari beliau mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah swt.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada:

(5)

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M. A., Ph.D., Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr.

H. Mardan, M. Ag., Wakil Rektor I, Prof. Dr. Wahyuddin Naro, M. Hum., Wakil Rektor II, Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M. Ag., Wakil Rektor III, dan Dr. H.

Kamaluddin Abunawas, M.Ag., Wakil Rektor IV, yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar yang menjadi tempat bagi penyusun untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H A. Marjuni, M. Pd. I., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U, M. Ag., Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. M. Rusdi, M. Ag., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. H. Ilyas, M. Pd., M. Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, yang telah membina penulis selama proses penyelesaian studi.

3. Dr. H. Syamsuri, S. S., M. A. dan Dr. Muhammad Rusmin B, M. Pd. I., Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan petunjuk dan arahan selama penyelesaian studi.

4. Dr. M. Shabir U., M.Ag. dan Dr. Nuryamin, M.Ag., Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah memberikan arahan, koreksi dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai pada tahap penyelesaian.

5. Prof. Dr. H. Syahruddin, M.Pd. dan Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A., Penguji I dan Penguji II, yang telah memberikan arahan, koreksi dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta bimbingan penulis sampai pada tahap penyelesaian.

6. Dr. H. Andi Achruh, M.Pd.I. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd. I.. Validator I dan Validator II dalam memberikan arahan dan bimbingan instrumen penelitian.

7. Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf yang telah menyiapkan berbagai macam literatur dan memberikan kemudahan untuk memanfaatkan perpustakaan secara maksimal demi penyelesaian skripsi ini.

(6)

8. Para Dosen, Karyawan dan Karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara konkret memberikan bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

9. Kepala sekolah, para pendidik dan peserta didik pada kelas VII di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

10. Teman-teman Fakhriyah Awalia Rustam, Sarah, Sakinah, Muizzatuzzakiyah Abdullah, Andi Anis Magfiroh, yang telah mendoakan, membantu, memberikan motivasi dan mendorong untuk terus bersemangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2017 tanpa terkecuali, khususnya pada rekan PAI 3-4 yang telah banyak membantu dan memberikan pengalaman serta kenangan yang tidak dapat penulis lupakan selama mengemban pendidikan di UIN Alauddin Makassar.

Upaya penulisan dan penyusunan skripsi telah dilakukan secara semaksimal mungkin. Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang dapat membangun senantiasa penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca dan terkhusus kepada penulis sendiri. Aamiiin ya robbal alamin.

Gowa, 4 Juni 2022 Penulis

WAHIDA INDARWATI NIM : 20100117076

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL … ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... x

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Hipotesis ... 5

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ... 6

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 12

A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12

B. Hasil Belajar ... 18

C. Kerangka Pikir ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 24

B. Pendekatan Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 24

D. Metode Pengumpulan Data ... 26

E. Instrumen Penelitian ... 26

F. Validasi dan Reliabilitas Instrumen ... 28

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

B. Hasil Penelitian ... 39

C. Pembahasan ... 54

(8)

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 57

B. Implikasi ... 58

KEPUSTAKAAN ... 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 70

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi peserta didik kelas VII MTs Negeri 1 Kota Makassar ... 24

Tabel 3.2 Sampel penelitian ... 25

Tabel 3.3 Skor item skala likert ... 27

Tabel 3.4 Kategori tingkat penguasaan materi ... 32

Tabel 4.1 Hasil perhitungan angket model pembelajaran berbasis masalah ... 40

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dari data angket pembelajaran berbasis masalah . 43 Tabel 4.3 Kategori model pembelajaran berbasis masalah ... 44

Tabel 4.4 Hasil belajar fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar ... 45

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar ... 48

Tabel 4.6 Kategori hasil belajar ... 50

Tabel 4.7 Uji normalitas kolmogrof smirnow (X – Y) ... 51

Tabel 4.8 Uji linearitas ... 52

Tabel 4.9 Hasil uji regresi linear sederhana ... 52

Tabel 4.10 Hasil signifikansi regresi (X – Y) ... 53

Tabel 4.11 Model summary (X – Y) ... 53

(10)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN DAB SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

أ alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب ba B Be

ت ta T Te

ث ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج jim J Je

ح ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ kha Kh ka dan ha

د dal D De

ذ żal Ż zet (dengan titik di atas)

ر ra R Er

ز zai Z Zet

ش sin S Es

ش syin Sy es dan ye

ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

ط ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

ع „ain „ apostrof terbalik

غ gain G Ge

ف fa F Ef

(11)

ق qaf Q qi

ك kaf K ka

ل lam L el

و mim M em

ٌ nun N en

و wau W we

ھ ha H ha

ء hamzah ᾿ apostrof

ً ya Y ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (᾿).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, literasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ ا fatḥah A A

َ ا Kasrah I I

َ ا ḍamah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ ي ى fathah dan yā’ Ai a dan i

َ و ى fathah dan wau Au a dan u

(12)

Contoh:

َ ف َ ك : kaifa

َ ل و ھ : haula 3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan Tanda Nama

َ ى… آ… fatḥah dan alif atau yā’ ā’ a dan garis di atas

يى kasrah dan yā’ ̅ i dan garis di atas

وى ḍamma dan wau ̅ u dan garis di atas

Contoh:

َ تا ي : māta ي ي ر : ramā

َ م َ ل :q ̅la

َ ت و ً ٍ : yam ̅tu 4. Tā’ marb ̅tah

Transliterasi untuk tā’ marb ̅tah ada dua, yaitu: tā’ marb ̅tah yang hidup atau mendapatkan harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t]. sedangkan tā’ marb ̅tah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marb ̅tah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’

marb ̅tah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

َ لا ف ط لا ا ة ض و ر : rauḍah al-aṭfal

(13)

َ ة ه ضا ف نا ة ُ ٍ د ً ن أ : al-madinah al- fādilah

َ ة ً ك ح ن ا : al-ḥikmah 5. Syaddah (Tasdid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid („), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

ا َُّب ر : rabbanā ا ُ ََّج َ : najjainā

َ ك ح ن ا : al-haqq

َ ى ع َ : nu”ima

َ و د ع : ‘aduwwun

Jika huruf ىَber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah َ ي ى maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i.

Contoh:

َ ٌ ه ع : „ali (bukan „Aliyy atau „Aly)

َ ٌ ب ر ع : „arabi (bukan „Arabiyy atau „Araby) 6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang diliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

َ ص ًَّشا ا : al-syamsu (bukan asy-syamsu)

(14)

َ ة ن س ن َّسن ا : al-zalzalah (bukan az-zalzalah)

َ ة ف س ه ف ن ا : al-falsafah

َ د لا ب ن ا : al-biladu 7. Hamzah

Aturan literasi huruf hamzah menjadi apostrof (᾿) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

َ ٌ و ر ي أ ت : ta’murun

َ ع وَُّن ا : al-nau’

َ ء ٌ ش : syai’un

َ ت ر ي أ : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata istilah atau kalimat Arab yang dileterasikan adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur‟an (dari al-Qur’an), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari suatu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh:

FiZilāl al-qur’ān

Al-Sunnah qabl al-tadwin

(15)

9. Lafz al-Jalalah ( هالّل)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

َ َّللََّ ٍ ٍَ د dinullāh َ َّللَّا ب billāh

Adapun tā’ marb ̅tah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al- jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t].

Contoh:

َ ة ً ح رَ ي فَ ى ھ

َ َّاللّ hum fi rahmatillāh 10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenakan huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD).

Huruf kapital misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului p;eh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).

Contoh:

Wa mā Muhammadun illā rasul

Innna awwala baitin wudi’a linnāsi lallazi bi Bakkata mubarkan Nasir al-Din al-Tusi

(16)

Abu Nasr al-Farābi Al-Gazali

Al-Munqiz min al-Dalāl

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibn (anak dari) dan Abu (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

Abu al-Walid Muhammad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibn Rusyd, Abu al- Walid Muhammad (bukan: Rusyd, Abu al-Walid Muhammad Ibn)

Nasr Hāmid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hāmid (bukan: Zaid, Nasr Hamid Abu)

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subhānahu wa ta’ālā

saw. = ṣallallāhuu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-salām

H = Hijriah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

I. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w. = Wafat tahun

Qs…/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS Al „Imran/3: 4

HR = Hadis Riwayat

(17)

xvii ABSTRAK Nama : Wahida Indarwati

NIM : 20100117076

Fak/Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul : Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Fikih di Mts Negeri 1 Kota Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berbasis masalah di MTs Negeri 1 Kota Makassar, (2) Mendeskripsikan hasil belajar peserta didik di Mts Negeri 1 Kota Makassar dan (3) Menganalisis pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

Dalam penelitian ini digunakan penelitian kuantitatif, yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang suatu gejala pada penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII di MTs Negeri 1 Kota Makassar yang dengan jumlah 60 orang siswa. Teknik dalam pengambilan sampel menggunakan teknik simple random simpling (teknik sampling acak sederhana) yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan populasi itu. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1). Nilai rata-rata penerapan model pembelajaran berbasis masalah di MTs Negeri 1 Kota Makassar sebesar 53,3% berada pada kategori sedang, 2). Nilai rata-rata hasil belajar fikih peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar sebesar 58,3% berada pada kategori sedang, 3). Terdapat Pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar fikih peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar, yaitu bahwa kontribusi pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar fikih peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar yakni 6,7%, sedangkan sisanya 93,3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar dari variabel.

Implikasi dari penelitian ini adalah: 1). Adanya variasi model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, sehingga untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik, pendidik diharapkan untuk bisa memanfaatkan model- model pembelajaran yang ada agar peserta didik lebih mudah untuk menerima materi dan hasil belajarnya memuaskan atau sesuai dengan apa yang diharapkan, 2). Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal, peserta didik diharapkan untuk bisa lebih meningkatkan minat belajarnya dengan mencari model pembelajaran yang cocok untuk dirinya, sehingga apa yang diajarkan oleh pendidik mudah untuk dipahami.

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu system, teratur, dan mengemban misi yang cukup luas yaitu, segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan dan keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik di dalam berpikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.1

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain ke arah cita-cita tertentu. Pendidikan juga dimaknai sebagai sebuah proses pembentukan manusia seutuhnya yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor pendukung terciptanya suatu pendidikan yang sempurna. Salah satunya adalah keberadaan alat (media) pendidikan. Alat pendidikan dapat diartikan suatu tindakan atau segala sesuatu yang dapat menunjang proses pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka menjelaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

1Dapartemen Agama, Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001), h. 10.

(19)

2

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Dalam pendidikan kita juga perlu memahami model dan metode pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik guna meningkatkan softskilnya.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.3

Pendidikan dapat menjadikan individu memiliki derajat tinggi di sisi Allah swt. di dalam QS al Mujadilah/58: 11 Allah swt. berfirman sebagai berikut:

ِا َو ْْۚم ُ ك َ

ل ُ ه

للّٰا ِح َس فَي ا ْو ُح َس ْ فا ْ َ

ف ِسِل ٰج َم ْ

لا ىِف ا ْو ُح َّسَفَت ْمُك َ ل َ

لْي ِق ا َذِا آْْوُنَمٰا َنْي ِذ َّ

لا اَهُّي َ

َ آٰي لْي ِق ا َذ

ُ ه

للّٰا َو ٍۗ ت ٰج َر َد َمْل ِع ْ لا اوُت ْو ُ

ا َنْي ِذ َّ

لا َو ْْۙم ُ

كْن ِم ا ْوُن َم ٰ ا َنْي ِذ َّ

لا ُ ه

للّٰا ِع ف ْرَي ا ْو ُز ُش َ ْ

نا ف ا ْو ُز ُش َ ْ اَمِم نا

رْيِب َخ َنْوُلَم ْعَت

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.4

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang mukmin yang beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang

2Departemen Agama, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Jakarta: Dirjen Pendais, 2006), h. 8.

3Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 51.

4Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Nur Ilmi, 2017), h. 544.

(20)

disandangnya, melainkan juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan, tulisan maupun dengan keteladanan. Ilmu yang dimaksud, bukan saja ilmu agama melainkan juga ilmu apapun yang bermanfaat dengan tujuan membuat manusia yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan berusaha mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak bersikap seperti yang diharapkan menjadi bersikap seperti yang diharapkan. Kegiatan pendidikan ialah usaha membentuk manusia secara keseluruhan aspek kemanusiaannya secara utuh, lengkap, dan terpadu. Secara umum dan ringkas dikatakan pembentukan kepribadian.5

Mata pelajaran Fikih sangat berhubungan erat dengan dunia nyata peserta didik, misalnya taharah, salat, haji dan umrah, merawat jenazah, jual beli, warisan dan lain-lain. Untuk itu seorang pendidik harus kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran, menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, sehingga peserta didik merasa tertarik dan mampu memahami materi yang disampaikan oleh pendidik secara maksimal. Kerangka berpikir di atas menggambarkan bahwa mata pelajaran fikih merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan kepada peserta didik. Sehingga standar dari keberhasilan belajar biasanya ditetapkan dengan nilai hasil belajar peserta didik. Dari pengamatan di kelas terungkap bahwa umumnya peserta didik memperhatikan apabila pendidik menjelaskan materi pelajaran dan memberikan latihan soal-soal.

Namun komunikasi di kelas umumnya terjadi satu arah yang didominasi oleh pendidik. Dalam pembelajaran jarang ada peserta didik yang bertanya, baik terhadap pendidik maupun temannya. Bila menghadapi soal latihan yang sulit, hanya sebagian kecil peserta didik tertantang untuk menyelesaikannya. Siswa

5Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Cet. III; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 72.

(21)

lainnya hanya menunggu guru membahas soal tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa umumnya peserta didik bersifat pasif. Hal ini merupakan salah satu penyebab belum tercapainya standar keberhasilan yang ditetapkan kurikulum.

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dan materi kuliah atau materi pembelajaran6.

Berdasarkan latar belakang di atas, pentingnya model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran fikih, sebab materi fikih berisi tentang masalah ibadah, muamalah, mawaris dan jinayat. Maka diperlukan model pembelajaran yang mampu memberikan wawasan kepada peserta didik untuk berpikir kreatif dan kritis terhadap permasalahan masyarakat. Karena materi fikih ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini selalu menarik untuk di diskusikan dan mencari solusinya serta peserta didik dapat belajar secara mandiri dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Dengan demikian hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 14 oktober 2021 dengan mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik yaitu bapak Thamrin, S,Ag. Dari observasi diperoleh bahwa guru telah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah di sekolah. Sesuai informasi yang diperoleh, pada saat guru menerapkan model pembelajaran, terdapat kesulitan atau hambatan begitupun saat diterapkannya model pembelajaran dan masih sering dijumpai adanya permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaannya, khususnya dalam pembelajaran fikih.

6Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018) h. 297.

(22)

Dari hasil wawancara pendidik kelas VII mata pelajaran fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar bahwa pendidik telah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Dengan demikian, penulis berencana meneliti model pembelajaran berbasis masalah apakah model pembelajaran berbasis masalah ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik fikih sehingga penulis mengangkat judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Fikih Di MTs Negeri 1 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dan mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah kemudian melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Dari latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis masalah di MTs Negeri 1 Kota Makassar?

2. Bagaimana hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar?

3. Apakah ada pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar fikih peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar?

(23)

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap jawaban atas submasalah yang membutuhkannya. Tujuannya adalah untuk memberikan arah yang jelas bagi penelitian yang berupaya melakukan verifikasi terhadap kesahihan dan kesalahan suatu teori.7

Adapun hubungan hipotesis dari penelitian ini yaitu:

1. Ho: Tidak terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

2. H1: Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

D. Definisi Operasional Variabel dan Ruang Lingkup Penelitian

Definisi operasional yang dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan judul skripsi di atas, maka peneliti merasa perlu memperjelas dan mempertegas arti kata-kata yang dianggap sulit, sehingga setelah dirangkaikan dalam kalimat, sehingga maksudnya dapat dimengerti sebagai berikut:

1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (X)

Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir peserta didik melalui proses kerja kelompok atau individu, sehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Pembelajaran dengan model problem based learning (PBL) atau pembelajaran berdasarkan masalah secara umum menyajikan situasi masalah yang

7Universitas Islam Negeri Alauddin, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h.

12.

(24)

autentik dan bermakna kepada peserta didik sehingga dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan.8

2. Hasil Belajar Peserta Didik (Y)

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan penilaian-penilaian tertentu yang menunjukkan sejauh mana kriteria-kriteria penilaian yang telah dicapai. Penilaian ini dilakukan dengan melihat dari nilai raport. Hasil belajar yang dimaksud peneliti adalah skor (nilai) hasil belajar peserta didik kelas VII di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

No. Variabel Indikator

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (X)

a. Mengorientasikan peserta didik pada masalah b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar c. Membimbing penyelidikan individu atau

kelompok

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya e. Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah 2. Hasil Belajar Peserta

didik (Y)

a. Hasil Belajar Aspek Kognitif

E. Kajian Pustaka

8Trianti, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), h. 67.

(25)

1. Dalam skripsi Triyadi dengan judul Penerapan Model pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Kompetensi Sistem Bahan Bakar Kelas XI TKR SMK Muhammadiyah Prambanan.9 Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa terjadinya peningkatan nilai rata-rata kelas dan presentase ketuntasan belajar peserta didik. Data pra tindakan menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 71,8 dan presentase ketuntasan kelas sebesar 10,3%. Dengan data ini dapat diketahui bahwa pada pra tindakan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan kelas.

Dapat dikatakan rendah karena belum mencapai KKM. Pada siklus 1 diketahui rata-rata kelas meningkat menjadi 72,3 dan presentase ketuntasan menjadi 48%.

Akan tetapi hasil siklus I ini masih belum mampu mencapai KKM, sehingga berlanjut pada siklus II. Pada siklus II rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 77,8 dan presentase ketuntasan menjadi 72%. Meskipun rata-rata kelas sudah mencapai KKM, akan tetapi presentase ketuntasan belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah di tentukan, sehingga penelitian berlanjut lagi pada siklus III. Pada siklus III rata-rata kelas terjadi peningkatan lagi menjadi 80,7 dan presentase ketuntasan menjadi 86%. Hasil pada siklus III menunjukkan bahwa rata-rata kelas dan ketuntasan peserta didik sudah mencapai KKM dan kriteria keberhasilan yang telah di tentukan. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari pra tindakan ke siklus I sebesar 0,5 kemudian dari siklus I ke siklus II sebesar 5,5 sedangkan dari siklus II ke siklus III sebesar 2,9. Ketuntasan kelas juga terjadi peningkatan pada setiap siklusnya dari pra tindakan ke siklus I sebesar 37,7%.

Kemudian dari siklus I ke siklus II meningkat lagi dengan selisih sebesar 24%.

Sedangkan dari siklus II ke siklus III meningkat kembali dengan selisih sebesar

9Triyadi, “Penerapan Model pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik Peserta Didik Pada Kompetensi Sistem Bahan Bakar Kelas XI TKR SMK Muhammadiyah Prambanan”, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2018), h. 1.

(26)

14%. Peningkatan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan peserta didik yang terjadi pada setiap siklusnya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI TKRB pada kompetensi memahami sistem bahan bakar bensin. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa model pembelajaran problem based learning dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2. Dalam skripsi Achmad La Roibafih dengan judul Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Guna Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fikih di MA Bilingual Krian Sidoarjo.10 Berdasarkan hasil dari analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di MA Bilingual Krian Sidoarjo. Hal ini terbukti dari hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan rumus product moment diperoleh hasil 0,6568 lebih besar daripada r tabel, baik pada taraf signifikansi 5%

dengan nilai 0,2732 maupun pada taraf signfikansi 1% dengan nilai 0,3542. Dan selanjutnya diuji dengan tes t dengan df = 40 dihasilkan t hitung = 5,5083 dengan taraf signifikansi 5% didapatkan t tabel = 2,00856 dan pada tarif signifikansi 1 % di dapatkan t tabel = 2,6779. Setelah dibandingkan hasilnya menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel. Dengan demikian menunjukkan bahwa hipotesa kerja (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Dengan kata lain bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik di MA Bilingual Krian Sidoarjo.

10Achmad La Roibafih, “Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PROBLEM BASED LEARNING) Guna Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Fikih Di MA Bilingual Krian Sidoarjo”, Skripsi (Surabaya: Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel, 2018), h.1.

(27)

3. Dalam skripsi Nur Afifah dengan judul penelitian Efektivitas Penerapan Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI Pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Manongkoki Kab. Takalar.11 Dengan hasil penelitian menunjukan penggunaan metode diskusi efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fiqih di madrasah aliyah manongkoki kab. Takalar. Dengan rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelas yang diajar menggunakan metode ceramah adalah 66 dan masuk ke dalam kategori sedang dari 18 peserta didik. Sedangkan hasil belajar peserta didik pada kelas yang diajar menggunakan metode diskusi adalah 77,88 dan masuk ke dalam kategori tinggi dari 17 peserta didik. Hasil statistik inferensi menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh yaitu thitung 3.460> ttabel 1.692 dan signifikansi (0,002 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fiqih di madrasah aliyah manongkoki kab. Takalar.

4. Dalam skripsi Dina Yesica dengan judul penelitian Efektifitas Model Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Memproduksi Teks Deskripsi Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 9 Medan.12 Dengan hasil penelitian berdasarkan analisis data di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) lebih efektif dibandingkan model pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan kemampuan memproduksi teks deskripsi pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 9 Medan Tahun Ajaran 2016/2017.

11Nur Afifah, “Efektivitas Penerapan Metode Diskusi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI Pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah Manongkoki Kab.

Takalar”, Skripsi (Makassar: Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin, 2017), h.1.

12Dina Yesica, “Efektifitas Model Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Memproduksi Teks Deskripsi Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri 9 Medan”, Skripsi (Tasikmalaya: Fak. Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2017), h .1.

(28)

5. Dalam jurnal Yoni Sunaryo dengan judul penelitian Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa SMA Di Kota Tasikmalaya13. Dengan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan berpikir kritis dan kreatif matematik peserta didik serta angket skala sikap yang digunakan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap terhadap model pembelajaran berbasis masalah. Analisis data menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir dan kreatif matematik peserta didik yang pada pembelajarannya menerapkan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari peningkatan kemampuan berpikir kritik dan kreatif matematik peserta didik yang pada pembelajarannya menerapkan model pembelajaran. Sikap peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran berbasi masalah menunjukkan sikap positif. Assosiasi antara sikap peserta didik pada penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik peserta menunjukkan assosiasi yang cukup kuat.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berbasis masalah di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

b. Untuk mendeskripsikan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fikih di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

c. Untuk menganalisis pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar peserta didik di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

13Yoni Sunaryo, “Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa SMA Di Kota Tasikmalaya”, Jurnal Penelitian Vol. 1 No. 2 (2014), h.1.

(29)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dan penelitian ini di antaranya adalah:

a. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai model pembelajaran berbasis masalah serta penelitian ini menjadi salah satu cara dalam dunia pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

b. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan referensi berupa bacaan serta diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman berharga secara langsung dengan melakukan penelitian mengenai model pembelajaran berbasis masalah.

(30)

13 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan menghadapkan peserta didik pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan. Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dalam konteks pengajaran “Model” dimaksudkan sebagai daya upaya pendidik dalam menciptakan proses mengajar. Agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil, pendidik dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga terjamin keterkaitan fungsi antara komponen pembelajaran yang dimaksud.1

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual/operasional, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Guna mencapai hasil belajar peserta didik di sekolah yang maksimal dan memadai, diperlukan kreativitas pendidik dalam menjalankan proses pembelajarannya. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan pendidik dalam meninggalkan gagasan, ide, dan hal yang dinilai mapan, rutinitas, usang dan beralih untuk mengasilkan atau memunculkan gagasan, ide, dan hal yang

1Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 296.

(31)

14

baru, dan menarik.1 Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dan materi kuliah atau materi pembelajaran.2

Istilah- istilah yang sering digunakan dalam pembelajaran a. Pendekatan-pendekatan

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

b. Strategi-strategi

Strategi adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pendidik untuk menyampaikan materi pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam menerima dan memahami materi pelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasai di akhir kegiatan pembelajaran.

c. Teknik-teknik

Teknik adalah serangkaian cara, upaya, dan siasat yang dilakukan seorang pendidik untuk melaksanakan proses belajar mengajar secara optimal kepada para peserta didik.

1M. Hosnan, Dipl.Ed, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, h. 20.

2Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2018) h. 297.

(32)

15

d. Model-model

Model adalah kerangka dalam suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan efektif dan efesien.

e. Metode-metode

Metode adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik kepada peserta didik pada saat proses pembelajaran.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Proses pembelajaran berbasis masalah dapat dijalankan bila setiap kelompok menjalankan proses yang sering dikenal dengan proses 7 langkah.

a. Mengklarifikasi istilah-istilah yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam setiap masalah. Langkah pertama ini adalah tahap yang membuat peserta didik cara memandang yang sama atas istilah-istilah yang atau konsep yang ada pada masalah.3

b. Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan- hubungan apa yang terjadi diantara fenomena itu. Ada sub masalah yang harus diperjelas terlebih dahulu. Dengan sub masalah yang diperjelas terlebih dahulu maka akan mempermudah peserta didik untuk membaca fenomena dan merumuskan masalah.

c. Menganalisis masalah

Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah) dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.

3M. Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melelui Problem Based Learning (Jakarta:

Kencana, 2009), h. 24.

(33)

16

d. Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya

Dalam kaitannya dengan gagasan secara sistematis menganalisis pada model pembelajaran berbasis masalah yaitu bagian yang sudah dianalisis dapat dilihat keterkaitannya satu sama lain dikelompokkan, mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu dan menjadi bagian-bagian yang membentuknya.

Tujuan pembelajaran dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat dan menjadi dasar gagasan untuk membuat laporan.4

e. Memformulasikan tujuan pembelajaran

Dalam kaitannya memformulasikan tujuan pembelajaran pada model pembelajaran berbasis masalah setiap kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran agar kelompok yang sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas.

f. Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok).

Setiap anggota harus mampu belajar secara efektif untuk mendapatkan informasi yang relevan. Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan dan dibahas dalam presentasi. Setiap anggota juga harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini. Agar mendapatkan tahapan yang relevan diantaranya pemilihan topik, penulis, dan publikasi dari sumber pembelajaran.

g. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk pendidik atau kelas.

Dari laporan-laporan individu/subkelompok, yang harus dipresentasikan dihadapan anggota kelompok lain, kelompok lain akan mendapatkan informasi- informasi baru. Anggota mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang

4M. Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melelui Problem Based Learning (Jakarta:

Kencana, 2009), h. 25.

(34)

17

disajikan pada langkah 7 ini kelompok sudah dapat membuat sintesis.

Menggabungkannya dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan. Di tahap ini keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk disajikan dalam bentuk laporan. Dapat dilihat dari kemampuan menulis (komunikasi tertulis) dan kemudian mempresentasikan (komunikasi oral) sangat dibutuhkan dan sekaligus dikembangkan.5

David Jhonson dan Jhonson mengemukakan ada 5 langkah dalam strategi pembelajaran berbasis masalah melalui kegiatan kelompok, yaitu:

1) Mendefinisikan peseta didik pada masalah

Pada tahap ini, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, sehingga peserta didik menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini pendidik bisa meminta mendapat dan penjelasan peserta didik tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecah.

2) Mendiagnosa masalah

Pada kegiatan ini, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya peserta didik dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis hambatan yang diperkirakan.

3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Pada tahap ini, pendidik membimbing dan menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini peserta didik didorong untuk berpikir untuk mengemukakan pendapat dan mengargumentasikan tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.

5 M. Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, h. 26.

(35)

18

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada tahap ini, pendidik mengamati peserta didik dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah yang diberikan. Pendidik meminta peserta didik dari salah satu kelompok untuk menyajikan hasil pemecahan masalah dan membimbing bila ada kesulitan. Kemudian pendidik juga memberikan pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi yang disampaikan.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada kegiatan ini, pendidik mengevaluasi proses pemecahan masalah yang mereka selesaikan dan mendorong peserta didik untuk mengkaji ulang kegiatan dari fase pertama sampai keempat.6

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah a. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Sebagai suatu model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:

1) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

2) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan yang baru bagi peserta didik.

3) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.

4) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Oleh karena itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil belajar maupun proses belajarnya.

6) Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperhatikan kepada peserta didik bahwa setiap mata pelajaran fikih, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekedar belajar dari buku-buku saja.

6 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 100.

(36)

19

7) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.7

b. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Selain keunggulan, pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kelemahan, antara lain:

Apabila peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

Tanpa pemahaman mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Sedangkan metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan yang seharusnya bisa diatasi oleh setiap pendidik agar tidak mendapatkan kendala dan hambatan dalam proses pembelajaran dan tujuannya bisa tercapai dengan baik.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu “hasil”

dan “belajar”. Antara kata “hasil” dan “belajar” mempunyai arti yang berbeda.

Oleh karena itu, sebelum pengertian “hasil belajar” dibicarakan ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masalah pertama untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata “hasil” dan “belajar”. Hal ini juga untuk memudahkan memahami lebih mendalam tentang pengertian “hasil belajar” itu sendiri.8

7Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beriontasi Standar Proses Pendidikan (Kencana:

2009), h. 218.

8Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 2012), h. 19.

(37)

20

Menurut Morgan, dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman.9 Dari beberapa pengertian belajar tersebut dapat dipahami bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dari interaksi dengan lingkungannya.

Pada hakikatnya hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif menetap.10 Jadi, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.11 Pada hakikatnya hasil belajar yaitu berubahnya perilaku peserta didik meliputi kognitif, afektif, serta psikomotoriknya. Sehingga setiap pendidik pastinya akan mengharapkan agar hasil belajar peserta didiknya itu meningkat setelah melakukan proses pembelajaran.

2. Kriteria Hasil Belajar

Mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melaui tes hasil belajar. Kemudian dari tes-tes yang telah diadakan, ada beberapa alternatif norma pengukuran hasil belajar sebagai indikasi keberhasilan belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Di antara norma-norma pengukuran tersebut adalah:

a. Norma skala angka dari 0 sampai 10 b. Norma skala angka dari 0 sampai 100 c. Norma skala angka dari 0,0-4,0

9Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 84.

10Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 37.

11Dimyati dan Midjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 3.

(38)

21

d. Norma skala huruf A sampai E.12

Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60, untuk skala 0,0-0,4 adalah 1,0 atau 1,2, dan untuk skala untuk huruf adalah D. Apabila peserta didik dalam ujian dapat menjawab atau menyelesaikan lebih dari separuh soal-soal ujian (tugas-tugas) dianggap telah memenuhi syarat target minimal keberhasilan belajar. Namun demikian, perlu dipertimbangkan oleh para pendidik atau sekolah tertentu penepatan passing grade yang lebih tinggi misalnya 70 atau 75 untuk pelajaran-pelajaran ini.

Selain tersebut, kriteria keberhasilan belajar dibagi atas beberapa taraf atau tingkatan-tingkatan, tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Istimewa atau maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh peserta didik.

b. Baik sekali atau optimal: apabila sebagian besar (76% s/d 99%) bahan pelajaran yang di ajarkan dapat dikuasai oleh peserta didik.

c. Baik atau minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%

s/d 75% saja yang dikuasai peserta didik.

d. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% yang dikuasai oleh peserta didik.13

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa taraf atau tingkat keberhasilan belajar dapat dimanfaatkan berbagai upaya, salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan pembelajaran itu sendiri antara lain: apakah pembelajaran berikutnya adalah pokok baru, mengulang sebagian pokok bahasan yang baru saja diajarkan, kemudian apabila75% bahan pelajaran yang dikuasai oleh peserta didik mencapai taraf keberhasilan maksimal maka dapat membahas pokok yang baru. Sedangkan apabila 75% atau lebih jauh peserta didik mencapai

12Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h. 159.

13Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, h. 160.

(39)

22

taraf keberhasilan minimal (kurang), maka pembelajaran berikutnya hendaknya bersifat perbaikan.

3. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Hasil Belajar

Perubahan yang terjadi sebagai akibat kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu perubahan itu adalah hasil yang dicapai dari sebuah proses pembelajaran. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan dari luar individu. Proses di sini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis kecuali bila seseorang telah berhasil dalam belajar. Maka seseorang itu telah mengalami proses tertentu dalam belajar. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya karena aktivitas belajar yang telah dilakukan.14

Proses belajar tentunya tidak lepas dari berbagai faktor yang dapat memengaruhi sejauh mana keberhasilan belajar, beberapa faktor yang dapat memengaruhi belajar dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal ini meliputi dua faktor, yaitu: faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Begitu juga dengan belajar membaca al-Qur‟an.

Seorang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang keadaan kelelahan. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagian melihat, dan telinga sebagian mendengar.

14Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta Rineka Cipta, 2002), h. 141.

(40)

23

2) Faktor Psikologis

Diantara faktor psikologis yang mempengaruhi membaca al-Qur‟an adalah faktor intelegensi, bakat, minat, dan motivasi.20

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri peserta didik.

Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca al-Qur‟an yaitu sebagai berikut:

1) Faktor instrumental yang terdiri dari pendidik, kurikulum, sarana dan fasilitas, serta lingkungan masyarakat.

2) Faktor keluarga yang dapat berupa cara orang tua mendidik, pengertian orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

3) Faktor masyarakat sekitar yang merupakan salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap peserta didik. Pengaruh ini terjadi karena peserta didik dalam suatu lingkungan masyarakat dalam hal ini berupa kegiatan peserta didik dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat, dan lingkungan sosial budaya.21

C. Kerangka Pikir

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada situasi orientasi pada masalah. Model ini merupakan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuan sendiri.

20Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Edisi Revisi (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.

189.

21Slameto, Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 60-70.

(41)

24

Model pembelajaran berbasis masalah juga dapat diterapkan pada mata pelajaran fikih. Hal tersebut disebabkan karena mata pelajaran fikih berisi tentang masalah ibadah, mu‟amalah, munakahat, mawaris dan jinayat, maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang mampu memberikan wawasan kepada peserta didik untuk berpikir kreatif dan krisis terhadap permasalahan yang ada. Dengan demikian, dengan diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran fikih diharapkan peserta didik akan lebih memahami materi-materi yang tentang dalam mata pelajaran tersebut sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mereka.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Model pembelajaran berbasis masalah:

1. Mengorientasikan peserta didik pada masalah.

2. Mengorginasi peserta didik untuk belajar.

3. Membimbing penyelidikan individual atau kelompok.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Hasil Belajar Peserta didik.

(42)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena (penelitian yang menggambarkan apa adanya yang terjadi dilapangan dalam bentuk angka-angka dan didukung dengan data kuantitatif.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan penelitian ex post facto yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.

Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang dimana variable bebas telah terjadi saat peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian.1

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di MTs Negeri 1 Kota Makassar, di Jl. A.P Pettarani No. 1, Kota Makassar. Alasan peneliti memilih lokasi ini dikarenakan peneliti telah mengenal karateristik dari madrasah ini, sehingga memudahkan penelitian di MTs Negeri 1 Kota Makassar.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau

1V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019), h.

8.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pikir  Model pembelajaran berbasis masalah:
Tabel 3.2 Sampel Penelitian  Kategori Kelas  Jumlah Peserta
Tabel 3.3 Skor Item Skala Likert  Skala Pernyataan  SS  S  TS  STS
Tabel 3.4 Kategori Tingkat Penguasaan Materi   Tingkat penguasaan (%)  Kategori hasil belajar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, kemudian uji hipotesis data postes diperoleh bahwa t hitung &gt; t

Pangkep karena hasilnya tinggi dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fikih di MTS DDI Bowong Cindea dapat dipertahankan karena hasilnya baik, serta hasil

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas diperoleh kesimpulan bahwa data kemampuan personal hasil belajar kognitif mata pelajaran IPA Biologi pada siswa

Pada pertemuan kedua Silus II dapat dilihat persentase tindakan aktivitas siswa mengalami peningkatan mendapatkan skor 80 dengan kategori baik dimana dapat dilihat tabel

Berdasarkan Uji beda yang dapat dilihat pada Tabel 7, data hasil belajar ranah afektif siswa yang mengguna- kan modul berbasis inkuiri terbimbing dan menggunakan modul

Data sikap ilmiah siswa setiap siklusnya berdasarkan kategori sangat baik, baik, cukup dan kurang (tabel 7). Berdasarkan data dalam tabel 7, sikap ilmiah mengalami

Berdasarkan Uji beda yang dapat dilihat pada Tabel 7, data hasil belajar ranah afektif siswa yang mengguna- kan modul berbasis inkuiri terbimbing dan menggunakan modul

Dengan terpenuhinya uji prasyarat yaitu uji homogenitas dan uji normalitas maka selanjutnya dapat dilanjutkan menggunakan uji independent sample t-test dan uji