PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN AJARAN 2014/2015
Fuji Meilani*), Anny Sovia**), Tika Septia**)
*)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat
**)Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
The research caused by student’s participation on group was lacking and student’s learning outcome in mathematic very low. The aim of this research was to improve student’s learning outcome in mathematics was by implementing cooperative learning type Group Investigation technique. This research conducted in class X SMAN 1 Talamau. This research was experiment research with randomly design. The population of this research was students in class X SMAN 1 Talamau academic year 2014/2015. Experiment class was by applying cooperative learning type Group Investigation technique and Control class was by applying conventional learning technique. The instrument that used in this research was students mathematics test with description (essay) form. An one tail t-test was computed hypothesis test. The result showed that student’s learning outcome in mathematic by using cooperative learning type Group Investigation technique is better than conventional learning technique.
Keyword : Student’s Learning Outcome, Cooperative Learning, Group Investigation
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Matematika merupakan suatu ilmu yang menjadikan seseorang kritis dalam berpikir, bernalar, dan berlogika.
Pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat membentuk pola pikir siswa seperti logis, kritis, dan sistematis.
Pola pikir ini dapat terbentuk jika setiap siswa mampu memahami matematika
dengan baik. Untuk itu, guru yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dituntut dapat memilih strategi, metode, dan model pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Hasil observasi yang dilakukan di SMAN 1 Talamau pada tanggal 1 sampai 6 Desember 2014 diperoleh keterangan bahwa dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan materi, memberikan contoh soal dan memberikan soal latihan. Sikap tanggung jawab siswa dalam
mengerjakan latihan belum maksimal.
Siswa tidak memanfaatkan kesempatan untuk bertanya kepada guru terkait materi yang tidak dipahami. Siswa yang berkemampuan tinggi selalu mendominasi mengerjakan soal latihan, sehingga kontribusi siswa yang berkemampuan rendah menjadi tersisih.
Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok (Group Investigation). Model investigasi kelompok (Group Investigation), siswa bekerja sama dengan kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa.
Implementasi dari investigasi kelompok (Group Investigation) ini tersusun secara sistematis dimulai dari tahap perencanaan awal sampai akhir, sehingga siswa diharapkan dapat mengalami kemajuan hingga enam tahap. Tahap- tahap yang akan dilaksanakan yaitu dimulai dari pemilihan topik, perencanaan koooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi dan evaluasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok (Group Investigation) lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas X SMAN 1 Talamau. Hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok (Group Investigation) lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di kelas X SMAN 1 Talamau.
Penelitian relevan dalam penelitian ini adalah penelitiaan Anggia Murni (2013) dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok disertai LKS terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas IX SMPN 3 Bonjol Kabupaten Pasaman”. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini secara umum adalah penggunaaan model pembelajaran investigasi kelompok dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian random terhadap subjek.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II mulai dari tanggal 7 sampai 30 Mei 2015 di kelas X SMAN 1 Talamau. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Talamau Tahun Pelajaran 2014/2015 kecuali kelas karena kelas merupakan kelas unggul dan sampel adalah kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas sebagai kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar yang berbentuk tes uraian. Sebelum diadakan tes akhir dilakukan uji coba tes di kelas MAM Talu pada tanggal 26 Mei 2015. Hasil uji coba tes menunjukkan semua soal dipakai dan reliabel dengan reliabilitas 0,91. Kriteria pengujian berpedoman kepada kriteria yang dikemukakan oleh Depdiknas (2001: 26-28). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data tes akhir hasil belajar siswa dengan uji-t satu arah.
Sebelum menganalisis data hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya uji hipotesis menggunakan uji-t satu arah berpedoman pada Syafriandi (2001: 32).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data hasil belajar matematika siswa dapa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Sampel
Tabel 1. terlihat bahwa simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan simpangan baku kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa pada kelas eksperimen memiliki keragaman yang kecil, sehingga menyebabkan pada umumnya nilai siswa tersebar tidak terlalu jauh dari nilai rata- rata kelas. Semakin kecil keragaman suatu nilai maka kurva normal menjadi lebih tegak dan mendekati nilai rata-rata kumpulan data tersebut. Berdasarkan hal diatas, nilai rata-rata pada kelas eksperimen dapat mewakili secara representatif kumpulan data nilai tersebut. Selain itu, jika dilihat dari nilai maksimum dan nilai minimum yang diperoleh siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Kelas
Sampel ̅ Skor Max
Skor Min Eksperi
men
73, 70
15,8
8 100 49
Kontrol 59, 82
21,0
9 90 15
Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji-t satu pihak dengan bantuan Software MINITAB diperoleh P-value = 0,011 < α = 0,05, maka H0 di tolak dan H1 diterima, jadi hasil belajar matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok (Group Investigation) lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional di kelas X SMAN 1 Talamau.
Hasil analisis tes akhir didapat bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen adalah 73,70 dan simpangan baku 15,88 dengan skor tertinggi 100 dan skor terendah 49, sedangkan pada kelas kontrol mempunyai skor rata-rata 59,82 dan simpangan baku 21,09 dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah 15.
Apabila dilihat dari tes akhir pada kelas eksperimen , siswa yang telah mencapai nilai 75 ke atas sebanyak 10 orang dan pada kelas kontrol sebanyak 5 orang.
Berarti ketuntasan belajar pada kelas eksperimen adalah 50% sedangkan kelas kontrol adalah 23%, dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Gambaran hasil tes akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari lembar jawaban siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah.
Bentuk lembar jawaban tes akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan berkemampuan tinggi dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Contoh hasil tes akhir siswa berkemampuan tinggi kelas eksperimen Gambar 1 terlihat bahwa siswa sudah mampu menguasai materi selama proses pembelajaran 4 kali pertemuan tentang dimensi tiga. Siswa sudah mampu menentukan jarak-jarak dalam bangun ruang dan mampu mengaplikasikan konsep ke soal dengan baik dan benar. Dari gambar terlihat bahwa, siswa sudah mampu menentukan jarak dua garis sejajar seperti soal nomor 1a, jarak garis dan bidang yang sejajar seperti soal nomor 2b, dan jarak dua bidang sejajar seperti soal nomor 3c.
Gambar 2. Contoh hasil tes akhir siswa berkemampuan tinggi Kelas kontrol
Sedangkan pada Gambar 2 terlihat bahwa siswa dikelas ini juga mampu menguasai materi tentang dimensi tiga selama proses pembelajaran selama 4 kali pertemuan. Namun pada hasil tes siswa ini ada sedikit kekurangan dalam soal nomor 2a, siswa ini belum mampu mengerjakannya dengan benar. Siswa belum bisa mengaplikasikan konsep jarak dua garis sejajar ke soal dengan baik dan benar seperti soal nomor 2a.
Jarak antara garis AB dan garis HG adalah AH atau BG bukan AE. Untuk mencari nilai AH atau BG diterapkan dalil phytagoras.
Contoh lembar jawaban tes akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan berkemampuan rendah dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 seperti berikut:
Gambar 3. Contoh hasil tes akhir siswa berkemampuan rendah Kelas eksperimen Gambar 3 terlihat bahwa siswa mampu menjawab soal nomor 3a tentang besar sudut antara dua garis bersilangan.
Namun, siswa belum menguasai materi tentang menentukan besar sudut antara dua bidang berpotongan seperti soal nomor 3b.
Gambar 4. Contoh hasil tes akhir siswa berkemampuan rendah Kelas kontrol Sedangkan pada Gambar 4 terlihat bahwa siswa masih kurang menguasai materi tentang dimensi tiga. Siswa belum mampu mengaplikasikan konsep jarak dan besar sudut. Hal tersebut terlihat dari lembar jawaban siswa pada gambar 4. Siswa belum mampu
menentukan jarak garis ke garis, jarak garis ke bidang dan jarak bidang ke bidang. Serta besar sudut antara garis dan bidang, dan antara dua bidang dalam ruang dimensi tiga, sehingga soal yang diberikan banyak yang tidak terjawab.
Dari uraian di atas terlihat bahwa hasil tes akhir siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah pada kelas eksperimen lebih baik daripada hasil tes akhir siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah pada kelas kontrol.
KESIMPULAN
Hasil dan pembahasan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok (Group Investigation) lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional di kelas X SMAN 1 Talamau.
KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. (2001). Penyusunan Butir- Butir Soal dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Diknasmen.
Murni, Anggia. (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Disertai LKS Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas IX SMPN 3 Bonjol Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Padang:
STKIP PGRI Sumatera Barat.
Syafriandi. (2001). Analisis Statistika Inferensial dengan Menggunakan Minitab. Padang: UNP.
Trianto. (2007). Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.