Latar Belakang
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam dunia pendidikan di Indonesia, dimana kebutuhan tersebut mulai merambah pada jenjang pendidikan dasar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa adalah dengan mengadakan tes atau kuis berdasarkan HOTS. Tentu saja kemampuan berpikir tingkat tinggi setiap siswa akan berbeda-beda karena siswa cenderung melakukan kegiatan belajar yang berbeda dengan siswa lainnya.
Rumusan Masalah
Namun penilaian untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia masih sangat terbatas bahkan bisa dibilang kurang tepat sasaran (DIKDAS, 2019).Mereka berpendapat bahwa alat ukur HOTS masih kurang di Indonesia bahkan kemampuan HOTS siswa Indonesia seperti penalaran, analisis dan evaluasi masih tergolong lemah. Selain itu perlu juga dilakukan analisis terhadap gaya belajar siswa, karena gaya belajar siswa juga merupakan salah satu faktor penentu tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka. Oleh karena itu, hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan bahan penilaian untuk memperbaiki proses pembelajaran guna mencapai tujuan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa khususnya pada tingkat dasar.
Tujuan
Memberikan informasi tingkat kemajuan belajar yang dicapai individu siswa sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukan. Edukatif yaitu evaluasi yang dilakukan dapat mengedukasi dan memberikan motivasi bagi penyelenggara dan peserta didik. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, masih banyak guru yang kesulitan melakukan penilaian siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa.
Assessment Belajar
- Pengertian Assessment
- Jenis Assessment
- Tujuan dan Fungsi Assessment
- Prinsip Assessmenet
- Prosedur Assessment
- Instrumen dalam Assessment
Penilaian formatif merupakan penilaian terhadap hasil belajar dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu. Penilaian sumatif merupakan penilaian hasil belajar yang dilakukan pada akhir masa pembelajaran dengan lebih dari satu topik pembahasan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Menentukan bimbingan yang tepat untuk mencocokkan minat belajar dengan keterampilan dan kemampuan siswa.
High Order Thinking Skills (HOTS)
- Pengertian HOTS
- Indikator HOTS
HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi menurut Arifin & Retnawati (2017) merupakan komponen sumber daya manusia yang mencakup keterampilan dan pengetahuan untuk ditingkatkan dan dikembangkan. HOTS adalah kemampuan yang diukur dengan menggunakan tugas-tugas yang mencakup analisis, evaluasi, pembangkitan pengetahuan konseptual dan prosedural, atau metakognisi. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) adalah kemampuan menganalisis, mengevaluasi, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Soal-soal berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) terdapat pada ranah kognitif C4 (analisis), C5 (evaluasi), dan C6 (penciptaan). Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan bagian dari keterampilan kognitif dimana HOTS terdapat pada ranah analisis, evaluasi, penjelasan dan pengaturan diri. Analisis adalah kemampuan mengidentifikasi hubungan dari informasi yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau pendapat.
Evaluasi adalah kemampuan untuk mengakses masuk akal suatu pernyataan atau representasi dan untuk dapat mengakses secara logis hubungan antara pernyataan, deskripsi, pertanyaan dan konsep. Inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk menarik suatu kesimpulan. Penjelasan adalah kemampuan menjelaskan atau menyatakan hasil berpikir berdasarkan bukti, metodologi dan konteks.
Oleh karena itu, penggunaan keempat indikator pada Tabel 2.2 merupakan indikator yang mudah diukur dengan tes evaluasi.
Pembelajaran Tematik Terpadu
- Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
- Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Terpadu
- Landasan Pembelajaran Tematik Terpadu
- Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik Terpadu
Ada beberapa indikator yang tidak terlihat atau sulit diukur dari respon tes siswa. Pembelajaran terpadu berbasis tema adalah pembelajaran yang menggabungkan beberapa materi pembelajaran dari standar kompetensi yang berbeda dan kompetensi inti dari satu mata pelajaran atau lebih, sehingga memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, secara aktif mengeksplorasi dan memperdalam konsep pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang kaya. siswa (Majid, 2017). Topik harus bermakna, artinya topik yang dipilih untuk dipelajari harus memberikan kondisi bagi siswa untuk pembelajaran lebih lanjut.
Guru mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran tematik mempunyai potensi dan kedudukan yang strategis bagi keberhasilan proses pendidikan di sekolah negeri. Secara teoritis dan praktis pembelajaran tematik sangat bergantung pada psikologi belajar.Psikologi perkembangan sangat diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik bagi siswa, agar mempunyai keluasan dan kedalaman yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa.
Bagaimana psikologi belajar berkontribusi terhadap bagaimana isi/materi pembelajaran berbasis mata pelajaran disampaikan kepada siswa dan bagaimana hal itu diajarkan. Dalam terminologi Rawita, landasan hukum pembelajaran terpadu berbasis mata pelajaran di SD/MI terdiri atas tiga tingkatan, yaitu tingkat kebijakan umum, tingkat kebijakan khusus, dan tingkat kebijakan teknis. Landasan hukum pembelajaran tematik dikaitkan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik pada usia prasekolah.
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Penelitian Terdahulu
Tingkat kesukaran soal yang dihasilkan cukup baik dengan sebaran tingkat kesukaran soal yang cukup merata yaitu 11 soal sedang, 4 soal mudah, dan 5 soal sulit. Keefektifan instrumen penilaian efikasi diri siswa SMP berupa tes soal dalam pembelajaran IPA terlihat dari uji korelasi yang dibangun secara umum antara produk pengembangan dengan produk pembanding mempunyai korelasi positif. nilai, dengan nilai korelasi Pearson sebesar 0,154. Masitoh LF dan Aedi WG Pengembangan Instrumen Penilaian Higher Order Mathematics Skills (HOTS) di Kelas VII Sekolah Menengah.
Instrumen penilaian HOTS dinyatakan valid berdasarkan expert judgement dengan skor rata-rata 36,5 dan dalam kategori sangat baik. Instrumen penilaian HOTS mempunyai tingkat kesukaran sedang dengan rata-rata indeks kesukaran 0,5 dengan kategori sedang dan daya diskriminasi baik dengan rata-rata indeks. Seluruh soal pilihan ganda valid dengan nilai 0,80 dan soal deskriptif valid dengan nilai 2,05 yang berarti mempunyai reliabilitas tinggi.
Karena soal-soal ini dibuat sesuai dengan indikator, kaidah penulisan soal pilihan ganda dan soal deskriptif yang telah melalui tahapan proses. Instrumen penilaian literasi sains yang dikembangkan layak digunakan berdasarkan nilai korelasi (r) rumus product moment. Berdasarkan tingkat kesukaran soal, instrumen penilaian literasi sains termasuk dalam kategori soal baik, dengan kategori soal sulit, soal sedang, dan soal mudah.
Dari segi pembedaan, Instrumen Penilaian Literasi Sains berdasarkan Indeks Diskriminasi menunjukkan bahwa rata-rata soal tidak dapat membedakan kemampuan siswa.
Kerangka Berpikir
Produk yang dikembangkan dalam artikel ini adalah penilaian soal tes berbasis kemampuan berpikir kritis (HOTS) dalam pembelajaran tematik terpadu. Permasalahan yang dihadapi adalah pada saat proses penilaian pembelajaran, guru tidak melakukan penilaian, apalagi dalam melaksanakan penilaian. penilaian) yang mengukur pemikiran kritis siswa. Selain itu, penilaian Tematik Terpadu yang diberikan pihak sekolah belum dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Dimana untuk mengetahui segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan asesmen untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Setelah seluruh tahapan selesai dan tidak ada revisi lebih lanjut, maka produk jadinya adalah Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis (HOTS). Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari pengujian produk asli soal dan produk utama soal berpikir kritis siswa yang dikembangkan.
Lembar validasi disiapkan untuk melakukan penilaian berdasarkan kemampuan berpikir kritis untuk memperoleh penilaian validator dan kelayakan penilaian berpikir kritis. Kuesioner validasi ilmu materi digunakan untuk memperoleh data kelayakan produk ditinjau dari kebenaran konsep. Angket ini akan berisi tanggapan siswa mengenai kemudahan, daya tarik dan manfaat penilaian berdasarkan kemampuan berpikir kritis tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungan.
Pengembangan instrumen penilaian berpikir kritis dalam pembelajaran tematik untuk sekolah dasar kelas IV di kabupaten Tumijajar.
Jenis Pengembangan
Pengembangan penilaian pada artikel ini menggunakan teknik penulisan penelitian berjenis Research and Development.
Desain Pengembangan
Dalam hal ini Sprint Backlog adalah kumpulan item Product Backlog yang telah dipilih untuk dikerjakan dalam Sprint dan mewujudkan Sprint Goal (tujuan yang ingin dicapai). Tingkatan ini diwujudkan dalam bentuk pengembangan jaringan lengkap model evaluasi yang dikembangkan untuk teknik tes dan non tes. Tujuan sprint dalam penelitian ini adalah untuk mengukur kemampuan menganalisis contoh, grafik, dan gambar dalam kaitannya dengan suatu topik terpadu.
Sprint merupakan jantungnya Scrum, yang berisi batasan waktu selama periode yang ditentukan oleh tim pengembangan dimana suatu produk awal yang dikembangkan sudah lengkap, berfungsi dan berpotensi untuk dirilis dan dikembangkan. Fase ini diwujudkan dalam pengembangan butir soal untuk penilaian tes dan diujikan secara terbatas di sekolah. Pada fase ini, tim pengembangan menggunakan Scrum Harian untuk meninjau kemajuan menuju Sprint Goal dan meninjau tren kemajuan menuju penyelesaian pekerjaan di Sprint Backlog.
Di akhir sprint, diadakan sprint review untuk meninjau produk pengembangan dan memodifikasi atau merevisinya jika diperlukan. Pada saat sprint review dilakukan analisis kuantitatif dan kualitatif dengan diskusi tim scrum (developer) dengan para pemangku kepentingan, dalam hal ini sekolah, untuk mendiskusikan apa yang telah dilakukan pada sprint yang baru saja selesai. Tim pengembang mengkaji apa yang telah dibuat melalui analisis kuantitatif dan kualitatif sehingga dihasilkan produk berupa evaluasi tes dan non tes yang valid.
Tujuan dari Sprint Retrospective dalam penelitian pengembangan ini adalah untuk mempersiapkan peluncuran produk (rollout) termasuk dokumentasi dan pengujian.
Prosedur Pengembangan
Tujuan dari langkah ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang dibuat mengenai produk asli kemudian divalidasi oleh tim ahli sehingga kita dapat mengetahui produk tersebut apa. Validasi ahli dilakukan oleh validator untuk keperluan instrumen yang digunakan untuk mengukur validitas produk yaitu ahli penilaian, ahli guru dan siswa, ahli bahasa, ahli materi dan praktisi. Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para ahli dan pakar lainnya, maka akan diketahui kelemahannya.
Selain mencari jawaban siswa, langkah ini juga mencari jawaban guru yang diukur menggunakan angket. Tes ini dilakukan untuk mengetahui penilaian oleh siswa dan guru. Pada tes keterbacaan, aspek yang dinilai oleh guru adalah aspek yang dinilai berdasarkan konstruksi, kebahasaan, dan kaidah penulisan, sedangkan pada respon siswa aspek yang dinilai adalah isi dan bahasa. Berdasarkan pengujian produk dalam bentuk kelompok kecil, data hasil penilaian kemudian dijadikan acuan untuk revisi produk.
Jenis Data
Teknik Pengumpulan Data
- Angket Validasi Assessment
- Angket Tingkat Kepraktisan Assessment
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
Soal selidik pengesahan linguistik digunakan untuk mendapatkan data dalam bentuk kelayakan produk pertama dari segi kebenaran dalam bahasa yang digunakan. Kandungan soal selidik yang dikemukakan kepada ahli bahasa mempunyai beberapa aspek utama yang dikemukakan. Kandungan soal selidik yang disampaikan kepada pakar bahan ini mempunyai beberapa aspek utama yang telah dikemukakan.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan belajar mengajar serta pada saat penilaian untuk mengetahui kondisi pada saat pengajaran berlangsung. Wawancara menggunakan angket kebutuhan guru dan siswa untuk memperoleh informasi dari guru dan siswa mengenai soal-soal ujian Tematik Terpadu yang digunakan serta kendala-kendala selama ini dalam pembuatan soal-soal ujian tersebut. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa arsip, surat, silabus, RPP buatan instruktur, soal ujian, dan gambar kegiatan pengembangan produk yang dilakukan.
Teknik Analisis Data
- Hasil Validasi Assessment
- Hasil Respon Pengajar dan Peserta Didik
Instrumen Tes Berpikir Kritis (HOTS)
- Validitas
- Reabilitas