• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Desa Pentingsari Sebagai Lokasi Wisata Berbasis Komunitas

N/A
N/A
dyah tri palupi

Academic year: 2024

Membagikan "Pengembangan Desa Pentingsari Sebagai Lokasi Wisata Berbasis Komunitas"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Desa Pentingsari Sebagai Lokasi Wisata Berbasis Komunitas 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Desa Pentingsari sebagai destinasi wisata dan pendidikan bukan hanya karena keindahan alamnya yang menawan, tetapi juga karena keberagaman budayanya yang masih sangat kental dan autentik. Dalam era modern ini, tempat-tempat yang mampu mempertahankan dan mempromosikan budaya lokal semakin langka, dan Desa Pentingsari adalah salah satu desa yang berhasil menjaga tradisi serta adat istiadatnya.

Hal ini memberikan nilai tambah yang signifikan bagi para wisatawan yang ingin merasakan pengalaman yang berbeda dari keseharian mereka.

Selain kekayaan budaya, Desa Pentingsari juga memiliki prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan wisata. Infrastruktur yang sudah tersedia, seperti homestay, fasilitas umum, dan akses transportasi yang baik, menjadikan desa ini siap menyambut pengunjung tanpa harus memulai pembangunan dari nol. Dengan fondasi yang sudah kuat ini, Desa Pentingsari mampu menawarkan berbagai aktivitas yang menarik dan beragam, baik untuk wisata alam, wisata budaya, maupun wisata pendidikan dan wisata hiburan.

Keputusan untuk memilih Desa Pentingsari juga didasarkan pada keunikan konsep wisata yang ditawarkan. Jarang bahkan sulit ditemukan lokasi wisata yang sekaligus menawarkan kegiatan hiburan dan pendidikan, apalagi pendidikan yang berbasis pengalaman dengan siswa aktif melaksanakan dan mengalami sendiri. Di sini, wisatawan tidak hanya menjadi penonton pasif tetapi juga terlibat langsung dalam berbagai kegiatan yang edukatif dan interaktif. Hal ini sangat berbeda dengan destinasi wisata lain seperti wisata berbasis komunitas Nglanggeran, di Gunung Kidul maupun Sangiran,di Sragen yang meskipun edukatif, cenderung membuat pengunjung menjadi pasif. Di Desa Pentingsari, pengunjung dapat belajar tentang alam, sosial, dan seni budaya secara langsung melalui pengalaman yang konkret. yang tidak kalah UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah : Wisata Berbasis Komunitas

Dosen Pembimbing : Sigit Pramono, MBA dan Dr.Koes Yuliadi Nama Mahasiswa : Dyah Tri Palupi

NIM : 2321539412

Program Studi : Seni (Pengkajian Seni/Seni Tari)

(2)

menariknya adalah wisatawan dapat tinggal bersama penduduk setempat di rumah- rumah tradisional dan merasakan kehidupan sehari-hari desa.

Dengan perpaduan antara keindahan alam, kekayaan budaya, dan pendekatan pendidikan yang interaktif serta tinggal bersama warga setempat, menjadikan Desa Pentingsari pilihan yang ideal bagi mereka yang mencari pengalaman wisata yang holistik dan mendalam. Keputusan untuk mengembangkan Desa Pentingsari sebagai destinasi wisata edukatif adalah langkah yang strategis dan visioner, yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi desa tetapi juga memberikan dampak positif bagi para pengunjung yang datang.

Pengembangan wisata berbasis komunitas akan mendorong pelestarian budaya lokal, seperti yang diungkapkan oleh (Telfer and Sharpley 2007) dan disampaikan ulang oleh (Pramono 2024a) bahwa Wisata Berbasis Komunitas adalah suatu pendekatan pariwisata yang menempatkan komunitas lokal sebagai pusatnya. Dalam model ini, komunitas berperan sebagai pengelola, pengusaha, dan penerima manfaat utama dari industri pariwisata. Pendekatan ini bertujuan untuk memberdayakan komunitas, melestarikan budaya dan lingkungan, serta menciptakan dampak positif secara ekonomi.

Desa Pentingsari merupakan pusat edukasi budaya sekaligus hiburan (edutaiment) bagi wisatawan. Kegiatan seperti membajak sawah, memetik kopi, workshop batik, membuat wayang suket dan bermain alat musik tradisional memberikan pengalaman autentik kepada wisatawan dan menjaga budaya lokal tetap lestari. Wisata berbasis komunitas menawarkan peluang ekonomi merata dengan menciptakan berbagai usaha seperti homestay, kuliner, kerajinan tangan, dan pemandu wisata. Hal ini meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi ketergantungan pada sektor ekonomi yang kurang stabil, serta membuka lapangan pekerjaan bagi generasi muda. Dengan demikian Desa Pentingsari dapat menarik wisatawan tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga wisatawan mancanegara sehingga dapat menjadi model pengembangan pariwisata berkelanjutan bagi desa-desa lain. Ini adalah langkah strategis yang membawa manfaat bagi masyarakat lokal dan wisatawan, menciptakan sinergi antara pelestarian budaya, pemberdayaan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

(3)

Desa Pentingsari mempunyai potensi alam yang sangat luar biasa tetapi belum sepenuhnya dimaksimalkan dengan baik produk-produk yang dihasilkan, pengelolaan manajemennya dan pemasarannya.

1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan :

• Mengembangkan Desa Pentingsari menjadi lokasi wisata berbasis komunitas unggulan DIY yang mempunyai ciri khas Pendidikan dan Hiburan

1.3.2. Manfaat:

• Bagi penduduk Desa Pentingsari dapat meningkatkan kesejahteraan

• Bagi wisatawan memperoleh pengalaman berkesan melalui kegiatan-kegiatan terkait pendidikan dan hiburan (edutaiment)

• Bagi Pemerintah Daerah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, meningkatkan citra jogja sebagai kota pendidikan dan wisata terpadu

2. Pembahasan

2.1 Kondisi Saat Ini

Masyarakat Dusun Pentingsari mayoritas berprofesi sebagai petani dan hidup dalam garis kemiskinan. Namun, melalui program desa wisata yang dikenal sebagai Desa Wisata Pentingsari atau Dewiperi, kondisi mereka berubah menjadi lebih sejahtera (Novia and Asnawi 2014). Desa wisata ini berhasil meningkatkan kondisi infrastruktur dan memberdayakan warga desa dalam pengelolaan wisata, sehingga mereka aktif mengembangkan potensi alam dan keragaman budaya yang dimiliki (Lestari 2016).

Pada awal berdirinya Dewiperi pada bulan April 2008, pendapatan yang diperoleh mencapai Rp 80 juta per tahun. Pendapatan ini terus meningkat hingga pada tahun 2016 mencapai sekitar Rp 2 miliar, dan stabil di sekitar Rp 1 miliar per tahun hingga tahun 2018 (Tanuwijaya n.d.). Pada tahun 2019 sampai 2020 semua kegiatan berhenti karena adanya COVID-19, mulai menggeliat kembali pada tahun 2022 sampai tahun 2023 pendapatan pertahun meningkat menjadi Rp 1,5 miliar (Anon n.d.). Semua pendapatan didapat dari paket-paket wisata yang di tawarkan diantaranya paket atraksi, studi banding, live in, lava tour, dan kuliner.

Wisatawan yang paling banyak mengunjungi Desa Pentingsari adalah siswa dan mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh kekayaan sumber daya alam yang memadai, yang

(4)

memungkinkan siswa dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah Atas menggunakan desa ini sebagai laboratorium konkret untuk pembelajaran. Mereka dapat belajar secara langsung dan mendapatkan pengalaman nyata dari apa yang dipelajari secara konseptual di kelas. Selain belajar, siswa juga mendapatkan hiburan dari berbagai kegiatan yang ada di Desa Pentingsari. Oleh karena itu, ciri khas Desa Wisata Pentingsari adalah sebagai laboratorium pendidikan dan hiburan yang berbasis alam dan budaya.

Namun demikian, pengelolaannya masih menggunakan metode semi tradisional karena masyarakat setempat berkomitmen untuk menjunjung tinggi budaya lokal dan juga karena terbatasnya sumber daya manusia. Masyarakat memahami dan mempertahankan keaslian budaya lokal yang unik dan khas melalui pengelolaan pariwisata. Optimalisasi potensi budaya dalam pengelolaan pariwisata berbasis komunitas (CBT) dilakukan dengan menggali identitas dan potensi budaya lokal. Oleh sebab itu, optimalisasi potensi melalui paket atraksi budaya tidak dimaksudkan sebagai eksploitasi budaya, tetapi sebagai eksplorasi budaya.

Adapun dimensi ketahanan sosial budaya yang terbentuk dalam pengelolaan CBT di Dewi Peri terdiri atas perlindungan sosial terhadap masyarakat, partisipasi masyarakat dan pemeliharaan kearifan lokal. Perlindungan sosial yang terbentuk berupa peningkatan ekonomi yang berkontribusi langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Partisipasi aktif dalam kegiatan sosial termasuk pengelolaan CBT terbukti mampu melestarikan nilai budaya rukun di masyarakat. Untuk memperjelas uraian di atas dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Siklus Peningkatan Ketahanan Sosial Budaya Melalui Pengelolaan CBT di Dewi Peri Sumber: (Lestari 2016)

2.2 Perancangan Produk

(5)

Produk dapat berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan (Pramono 2024b). Produk secara konseptual, yaitu pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Produk-produk Desa Pentingsari berupa tangible maupun intangible. Konsep produk yang terdiri dari lima level membantu memahami berbagai lapisan yang membentuk nilai dan persepsi produk di mata konsumen (Kotler and Keller 2009). Berikut adalah penjelasan mengenai lima level produk Desa wisata Pentingsari menurut Kotler:

Lima Level Produk Desa Wisata Pentingsari Analisis diolah penulis

Potential Product adalah pengembangan jangka panjang yang membutuhkan dukungan prasarana yang memadai misalkan glamping, jungle tracking, penelitian bibit, pengawetan, pemasaran batik (menciptakan motif2 baru), pemnfaatan computer untuk pembuatan batik. Augmented Product adalah produk2 yang dihasilkan dari kegiatan pada expeted dan generic contohnya pemilihan bibit dan pembenihan, pemeliharaan, panen, pemilihan bahan, membuat motif, teknik membatik, pencelupan, pengeringan pemilihan bahan (suket), taknik melipat, pengawetan, pewarnaan , pengemasan, pemilihan biji kopi, memetic biji kopi, mengupas, mengeringkan, menyangrai,

(6)

menumpuk, mencampur. Expected produk produk yang diharapkan yang dapat direalisasikan saat ini dan mengajarkan cara2 terkait pengelolaan alam dan budaya seperti belajar cara membajak sawah, belajar cara membatik, cara membuat wayang suket cara mengolah biji kopi, cara bertutur, cara memainkan alat musik tradisional sedangkan Generic product adalah produk yang sifatnya general yang berupa kegiatan- kegiatan pendidikan dan hiburan terpadu berbasis alam dan budaya, generic produk ini adalah perluasan dari expected products dan yang merupakan core product adalah pendidikan dan hiburan terkait budaya dan alam Desa Pentingsari.

2.3 Analisis Pasar

Sebagian orang yang menganggap pemasaran sama dengan penjualan atau periklanan, padahal periklanan dan penjualan hanyalah bagian dari pemasaran.

Pemasaran perlu dipahami dalam arti yang lebih luas, yaitu suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler and Keller 2009). Desa Wisata Pentingsari mempunyai modal alam dan budaya yang sangat luar biasa dan produk unggulan yang dihasilkan adalah laboratorium pendidikan sekaligus hiburan bagi wisatawan.seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang. untuk memudahkannya antara modal yang dimiliki dan produk yang dihasilkan dapat di analisis seperti yang ditunjukkan pada skema dibawah ini dan akan dirinci pada analisis SWOTnya.

Kekuatan, Kelemahan, Ancaman dan Tantangan Desa Pentingsari Analisis Penulis

(7)

2.3.1 Strengths (Kekuatan)

Keberagaman Atraksi Wisata: Desa Pentingsari menawarkan berbagai atraksi wisata, termasuk homestay, wisata pertanian, kegiatan budaya, trekking, dan wisata pendidikan lingkungan.

Sumber Daya Alam yang Kaya: Alam yang indah dan lingkungan yang asri menyediakan pengalaman wisata alam yang menarik.

Keterlibatan Komunitas: Partisipasi aktif dari masyarakat lokal dalam mengelola dan mengembangkan desa wisata meningkatkan keberlanjutan dan otentisitas.

Pengalaman Otentik: Wisatawan mendapatkan pengalaman langsung kehidupan desa, belajar dari masyarakat setempat, dan merasakan budaya asli.

Pengelolaan Tradisional yang Kuat: Menjunjung tinggi dan melestarikan budaya lokal memberikan nilai tambah unik bagi desa wisata ini.

2.3.2 Weaknesses (Kelemahan)

Keterbatasan Sumber Daya Manusia: Terbatasnya keterampilan dan pengetahuan dalam manajemen wisata modern dapat membatasi pengembangan lebih lanjut.

Fasilitas yang Terbatas: Infrastruktur dan fasilitas wisata seperti akomodasi dan penandaan jalur trekking masih perlu ditingkatkan.

Promosi yang Kurang: Kegiatan promosi dan pemasaran yang masih terbatas mengurangi daya tarik bagi wisatawan luar daerah.

Pengelolaan Semi Tradisional: Penggunaan metode pengelolaan yang masih semi tradisional dapat membatasi efisiensi dan profesionalisme pengelolaan wisata.

2.3.3 Opportunities (Peluang)

Potensi Pengembangan Wisata Edukasi: Mengembangkan program pendidikan yang lebih komprehensif tentang lingkungan dan budaya dapat menarik lebih banyak institusi pendidikan.

Kemitraan dengan Pihak Eksternal: Kerjasama dengan pemerintah, NGO, dan sektor swasta dapat meningkatkan dukungan finansial dan sumber daya.

(8)

Peningkatan Promosi Digital: Menggunakan platform digital dan media sosial untuk mempromosikan desa wisata dapat memperluas jangkauan pasar.

Pengembangan Produk Wisata Baru: Mengembangkan paket wisata baru yang inovatif dan menarik sesuai dengan tren wisata terbaru.

Dukungan Pemerintah: Dukungan dari program pemerintah terkait pariwisata dan pemberdayaan masyarakat dapat dimanfaatkan untuk pengembangan lebih lanjut.

2.3.4 Threats (Ancaman)

Persaingan dengan Destinasi Wisata Lain: Meningkatnya persaingan dengan desa wisata lainnya yang menawarkan pengalaman serupa.

Perubahan Iklim dan Bencana Alam: Risiko bencana alam seperti letusan gunung berapi dan perubahan iklim dapat mempengaruhi kelangsungan wisata alam.

Ketergantungan pada Wisatawan Domestik: Ketergantungan yang tinggi pada wisatawan domestik bisa menjadi masalah jika terjadi penurunan kunjungan wisatawan lokal.

Ekspoitasi Budaya: Risiko eksploitasi budaya jika pengembangan wisata tidak dilakukan secara hati-hati dan berkelanjutan.

Fluktuasi Ekonomi: Ketidakstabilan ekonomi dapat mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk berinvestasi dalam pengembangan pariwisata dan daya beli wisatawa

2.4 Perencanaan Strategis

Desa Wisata Pentingsari dikelola oleh masyarakat melalui lembaga Pokdarwis.

Selain mengoptimalkan potensi internal desa, Pokdarwis Desa Wisata Pentingsari juga aktif menjalin kerjasama dengan pihak eksternal seperti pihak pemerintah, perusahaan swasta dan lembaga pendidikan untuk mengatasi persoalan pembangunan yang mereka hadapi. Beberapa persoalan meliputi kapasitas SDM khsususnya dalam hal kemampuan mengingat mayoritas masyarakat Pentingsari yang bermatapencaharian bertani dan berkebun sehingga awam dalam pengelolaan wisata dan juga persoalan dana untuk pengembangan desa. Beberapa efek dari kerjasama dengan eksternal itu adalah adanya pelatihan SDM dan tambahan dana program untuk membenahi infrastuktur desa seperti aula, lapangan parkir, dan akses jalan (Andrianto and Damayanti 2018).

(9)

Selain Pokdarwis organisasi yang mengelola adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mengelola keuangan dan administrasi dari berbagai kegiatan dan produk wisata termasuk menyediakan dukungan logistik dan operasional untuk homestay dan kegiatan wisata pendidikan dan hiburan. Keterlibatan masyarakat lokal mendorong partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat desa dalam pengembangan dan pelaksanaan program wisata dan membentuk komite atau tim khusus untuk setiap produk wisata yang dikembangkan.

2.5 Perancangan Organisasi dan Manajemen

Dalam mengelola sebuah desa wisata, diperlukan visi dan misi yang jelas untuk mengetahui serta merencanakan arah pengelolaan desa tersebut. Visi dan misi ini menjadi landasan bagi pengelola dalam merumuskan strategi pengelolaan dengan memanfaatkan berbagai aset yang ada.yang telah dipetakan sebelumnya.

Visi Dewiperi adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat Pentingsari dibidang ekonomi yang berbasiskan kepada alam, budaya, dan pertanian. Sedangkan misi Dewiperi adalah: 1) pemberdayaan masyarakat Desa Pentingsari dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi alam dan lingkungan; dan 2) pemberdayaan masyarakat Desa Pentingsari dengan memaksimakan pemanfaatan sosial budaya, adat istiadat, dan peninggalan sejarah masyarakat Desa Pentingsari dengan memaksimalkan potensi pertanian dan perkebunan.

Visi dan misi tersebut adalah rumusan hasil dari musyawarah desa wisata sebelumnya. Pada musyawarah sebelumya, masyarakat banyak yang pesimis akan keberhasilan desa wisata, masyarakat masih belum menyadari nilai dari aset yang mereka miliki dan bahkan ada yang tidak mau berpartisipasi. Warga yang masih ragu dan tidak berpartisipasi terus diberikan pemahaman dan terus didekati. Mereka diberikan pemahaman jika dibentuknya desa wisata ini akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam hal ekonomi. Setelah masyarakat mau untuk bekerjasama dan mewujudkan mimpi untuk bisa sejahtera, barulah kemudian disepakati bersama bahwa tujuan dari Dewiperi adalah meningkatkan taraf ekonomi masyarakat yang berbasis masyarakat, alam, budaya, dan pelestarian lingkungan.

Harapannya, kegiatan ini dapat memberikan nilai tambah pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat desa namun tetap mempertahankan kearifan lokal dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat kemudian mulai mengembangkan daya tarik wisata yang ada di dusun. Harapan masyarakat untuk memperbaiki perekonomian dengan membangun desa wisata merupakan gambaran kasar. Setelah disetujui oleh

(10)

pemerintah sebagai desa wisata pada tahun 2008, struktur kepengurusan Dewiperi dibentuk sebagai Pokdarwis Pentingsari. Pokdarwis inilah yang mempresentasikan gambaran umum mengenai harapan/mimpi masyarakat menjadi visi misi.

Dengan ditetapkannya visi misi tersebutlah yang menjadi arah dari gerak pemberdayaan serta pengembangan desa. Pelaksanaan tahap ini dapat dikatakan melalui dua proses yakni proses musyawarah yang melibatkan masyarakat secara umum hingga menghasilkan gambaran umum mimpi masyarakat. Hasil musyawarah ini kemudian ditindaklanjuti oleh Pokdarwis menjadi rumusan visi dan misi Desa Wisata Pentingsari (Dewiperi). Hal ini menjadi temuan tambahan dalam hal pelaksanaan tahap Memimpikan Masa Depan (Visioning). Pada konteks masyarakat desa yang memiliki keterbatasan dalam hal pengalaman dan pemamahan dalam mengelolaan aset lokal menjadi Desa Wisata, proses perumusan visi dan misi dilakukan oleh Pokdarwis yang merupakan kelompok internal desa yang memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai konsep desa wisata. Adanya eksistensi pokdarwis ini menjembatani antara partisipasi masyarakat dalam menggambarkan mimpi pembangunan yang akan dilakukan dengan hasil perumusan visi yang lebih kongkrit dan mendetail. (Aini and Wulandari 2021)

3 Kesimpulan

Desa Pentingsari layak untuk dikembangkan sebagai desa wisata berbasis komunitas karena memiliki modal dasar yang kuat dan potensi pengembangan yang menjanjikan.

Keberagaman atraksi wisata yang ditawarkan, seperti homestay, wisata pertanian, kegiatan budaya, trekking, dan wisata pendidikan lingkungan, memberikan variasi produk yang menarik bagi berbagai segmen wisatawan. Keterlibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian budaya lokal menambah nilai unik dan autentik yang sulit ditemukan di tempat lain. Dengan sumber daya alam yang melimpah dan kekayaan budaya, Desa Pentingsari memiliki fondasi yang kokoh untuk menjadi destinasi wisata unggulan.

Dari sisi pasar, Desa Pentingsari menunjukkan daya tarik yang kuat, terutama di kalangan siswa, mahasiswa, dan wisatawan yang mencari pengalaman wisata edukatif dan rekreatif. Potensi pasar ini terus berkembang seiring dengan meningkatnya minat terhadap wisata berbasis komunitas dan edukasi. Kegiatan promosi yang lebih intensif, baik melalui media digital maupun kemitraan strategis, dapat lebih mengoptimalkan kunjungan wisatawan dan memperluas jangkauan pasar. Pengembangan produk baru dan inovatif

(11)

sesuai tren wisata juga dapat menambah daya tarik desa ini sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan dan terus berkembang.

Namun demikian, penelitian ini memiliki keterbatasan, khususnya dalam analisis finansial untuk menilai profitabilitas pengembangan desa wisata ini. Mengingat latar belakang penulis bukan dari bidang ekonomi, aspek keuangan belum dianalisis secara mendalam. Oleh karena itu, diperlukan studi lanjutan yang mencakup analisis finansial untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai potensi keuntungan dan keberlanjutan ekonomi dari pengembangan Desa Pentingsari sebagai desa wisata berbasis komunitas. Dengan demikian, keputusan pengembangan dapat didasarkan pada data yang lebih lengkap dan akurat.

Daftar Pustaka

Aini, Putri Noer, and Sri Dewi Wulandari. 2021. “Tahapan Pemberdayaan Berbasis Aset Komunitas Pada Desa Wisata Pentingsari Yogyakarta.” Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS) 4(1):37–49. doi: 10.34007/jehss.v4i1.572.

Andrianto, R. H., and M. Damayanti. 2018. “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata, Studi Kasus : Desa Wisata Pentingsari, DIY.” Jurnal Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Dan Kota) 7(4):242–50.

Anon. n.d. “E-CATALOG PENTING SARI-2 (1).”

Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. 4th ed. Jakarta: Erlangga.

Lestari, Gina-. 2016. “PARTISIPASI PEMUDA DALAM MENGEMBANGKAN

PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN

KETAHANAN SOSIAL BUDAYA WILAYAH (Studi Di Desa Wisata Pentingsari, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, D.I. Yogyakarta).” Jurnal Ketahanan Nasional 22(2):137. doi: 10.22146/jkn.17302.

Moscardo, Gianna. 2012. Building Capacity For Tourism Development. Vol. 40.

Novia, Purbasari, and Asnawi. 2014. “KEBERHASILAN COMMUNITY BASED TOURISM DI DESA WISATA KEMBANGARUM, PENTINGSARI DAN NGLANGGERAN.”

Jurnal Teknik PWK V 3.

Pramono, Sigit. 2024a. Definisi , Pengertian Komunitas Dan Pariwisata.

Pramono, Sigit. 2024b. “Konsep Produk Wisata Berbasis Komunitas Konsep Produk.”

Tanuwijaya, Cresencia. n.d. “Seribu Satu Alasan Untuk Jatuh Cinta Pada Dewi Peri.”

Telfer, David J., and Richard Sharpley. 2007. Tourism and Development in the Developing World.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menganalisis strategi pengembangan Desa Wisata Tamkesi, Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai destinasi wisata berbasis budaya.. Alasan penelitian ini dilakukan

(3) Model pengembangan desa wisata berbasis komoditas lokal di Kabupaten Bantul: (a) Desa Wisata Wukirsari dijadikan model pengembangan desa wisata wayang kulit dan

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa maksud dari judul Pengembangan Desa Plumbon sebagai Desa Wisata berbasis Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu cara

Atraksi menjanur menjadi salah satu atraksi yang diandalkan di desa Pentingsari. Atraksi ini banyak menarik minat wisatawan karena menggunakan bahan baku tradisional yaitu

Sampel lokasi yang dipilih yaitu Eco Wisata Boon Pring yang dikelola oleh BUMDes Kerto Raharjo milik Desa Sanankerto dengan pertimbangan bahwa BUMDes tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit ialah 1 Model pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal dan terdapat usaha pengembangan desa

Model Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kerarifan Local Bali Van Java Di Desa Patoman, Blimbingsari, Banyuwangi Desa wisata adalah suatu daerah wisata yang menyajikan keseluruhan

Dokumen ini membahas strategi pengembangan seni budaya berbasis wisata di desa Nagasepaha