• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengembangan desa wisata dalam upaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pengembangan desa wisata dalam upaya"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DESA WISATA DALAM UPAYA

MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT DI DESA WISATA SETANGGOR, KECAMATAN PRAYA BARAT

Oleh : IRAWAN NIM :170503102

JURUSAN PARIWISATA SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2022

(2)

ii

PENGEMBANGAN DESA WISATA DALAM UPAYA

MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT DI DESA WISATA SETANGGOR, KECAMATAN PRAYA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Isalam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi

Oleh : IRAWAN NIM :170503102

JURUSAN PARIWISATA SYARI’AH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2022

(3)

iv

(4)

v

(5)

vi

(6)

vii

(7)

viii MOTTO

Jadilah Dirimu Imanilah Pikiranmu Dan Cerdaskanlah Sahabat-Sahabatmu Karena Sebaik Baik Manusia Adalah Yang bermanfaat Sesama Manusia,

Irawan

(8)

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk, Keluargaku yang sangat aku Cintai dan sayangi, Inak Sri Fitriani, Amak Musmuliadi, Istri Susilawati, terutama anakku Muhammad Adzka Irawan, yang selalu mendukungku disaat aku sedang merasa lelah merekalah yang menjadi penyemangat untuk terus berjuang dititik akhir ini.

Sekali lagi terimakasih banyak kepada keluargaku tercinta, semoga dengan ini aku bisa membanggakan kalian. Dan juga untuk Almamater kebanggaanku Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram bapak Rektor, bapak Dekan, Dosen Pembimbing, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Dosen Pariwisata Syariah serta keluarga besar UIN Mataram yang telah membantu mewujudkan keinginanku dan keluargaku.

(9)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Aamiin

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sbb:

1. Bapak Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag, selaku rektor UIN Mataram yang telah memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberikan bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama dikampus tampa pernah selesai.

2. Bapak Dr. H. Ridwan Mas’ud, M.Ag., selaku dekan fakultas ekonomi dan bisnis islam (FEBI) Universitas Negeri Mataram

3. Bapak Muhammad Johari. selaku ketua Jurusan Pariwisata Syariah Universitas Islam Negeri Mataram.

4. Dosen Pembimbing I ( Bapak Dr. Muhammad Saleh Ending, M.A ) dan Dosen Pembimbing II ( Hj. Suharti, M.Ag ) yang memberikan bimbingan, motivasi, koreksi mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

5. Bapak atau ibu dosen fakultas ekonomi dan bisnis islam (FEBI) UIN Mataram yang telah mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan bantuan pada

(10)

xi

masa studi di UIN Mataram semoga dengan ilmu yang telah diajarkan bermanfaat bagi penulis, masyarakat, agama dan bangsa.

6. Semua keluargaku, terutama anakku yang selalu manja disaat kepulanganku sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan baik dukungan moril maupun material serta do’a yang kalian berikan 7. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang juga

telah memberikan kontribusi memperlancar penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan selanjutnya.Semoga amal kebaikan dari beberapa pihak tersebut mendapatkan pahala yang berlipatganda dari Allah SWT.

Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta.

Aamiin Ya Robbal Alamin.

.

Mataram, _____________2022 Penulis

IRAWAN Nim: 170503102

(11)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………..i

HALAMAN JUDUL……… ii

HALAMAN LOGO……….iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING……….iv

NOTA DINAS ……….v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………vi

HALAMAN PENGESAHAN………vii

HALAMAN MOTTO………viii

HALAMAN PERSEMBAHAN……… vii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI……….. xi

ABSTRAK……… xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6

D.Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian ... 7

E. Kerangka Teori ... 8

F. Penelitian Terdahulu ... 16

G.Metodologi Penelitian ... 21

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 33

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

B.Bentuk Pengembangan Desa Wisata Dalam upaya Memberdayakan Masyarakat ... 39

1. Segi Attractions ( Daya Tarik) ... 41

2. Segi Accesability ... 43

3. Segi Amenitas ... 44 C. Factor pendukung dan penghambat pengembangan desa wisata…47

(12)

xiii

BAB III PEMBAHASAN ... 52

A.Analisis Pengembangan Desa Wisata Dalam Memberdayakan Masyarakat ... 52

B.Analisis Upaya Upaya Dalam Memberdayakan Masyarakat Desa Setanggor Kecamatan Praya Barat. ... 54

BAB IV PENUTUP ... 57

A.Kesimpulan ... 57

B.Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN

(13)

xiv

PENGEMBANGAN DESA WISATA DALAM UPAYA

MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT DI DESA WISATA SETANGGOR, KECAMATAN PRAYA BARAT

Oleh IRAWAN NIM :170503102

ABSTRAK

Desa wisata adalah komunitas atau masyarakat yang terdiri dari para penduduk suatu wilayah terbbatas yang bisa saling berintraksi secara lansung dibawah sebuah pengelolaan dan memiliki kepedulian serta kesadaran untuk berperan bersama dengan menyesuaikan keterampilan individual berbeda. Desa wisata dibentuk untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan sebagai pelaku langsung dalam menyikapi potensi pariwisata atau lokasi daya Tarik wisata diwilayah mansing mansing desa, Salah satu desa yang mengembangkan desa untuk memberdayakan masyarakat adalah desa Setanggor. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan peneliti menyimpulkan bahwa untuk pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di Setanggor adalah adanya partisipasi aktif dari masyarakat secara lansung mulai dari perencanaan, pelaksanaann, hingga pemeliharaan desa wisata. Melalui kunjungan wisatawan di desa mereka akan mendatangkan pendapatan tambahan dan menciptakan lapangan kerja baru. Dengan seringnya berintraksi dengan orang lain , dalam hal ini adalah wisatawan, maka langsung akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai usaha untuk mengembangkan sector pariwisata khususnya desa wisata dalam upaya pemberdayaan masyarakat di desa wisata Setanggor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yang lebuh mengutamakan data yang bersipat kalimat dan bukan angka. Data ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah community enterprises (Tajjudin Noer Effendi), yakni setrategi yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat adalah dengan meningkatkan usaha usaha yang berbasis komunitas dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki . dalam penelitian ini jenis usaha yang berbasis komunitas adalah desa wisata yang memanfaatkan potensi wisata yang dimiliki untuk kepentingan bersama.

KATA KUNCI : Pengembangan, Pemberdayaan, Masyarakat

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia Merupakan Negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke, dimana sebagian besar penduduknya hidup di daerah pedesaan, karena desa merupakan satuan terendah dalam struktural pemerintahan Negara ini. Oleh karena itu, titik sentral pembangunan yang dilakukan pemerintah adalah di daerah perdesaan, dengan harapan mengurangi kesenjangan yang dimana dapat diwujudkan sebagai suatu langkah pemerintah mengentaskan daerah tertinggal dengan melakukan pembangunan dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan di desa. Dalam rangka menjalankan roda pemerintahan, Negara Indonesia terdiri atas daerah provinsi yang terdiri dari beberapa kabupaten atau kota, sedang daerah kabupaten atau kota terbagi lagi atas desa dan Kelurahan yang merupakan satuan pemerintahan terendah.1

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU No. 10 tahun 2009). Kabupaten Lombok Tengah memiliki banyak wisata yang menarik untuk di kunjungi salah

1 Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa,(Jakarta : Erlangga , 2011), hlm 19.

(15)

satunya desa wisata Setanggor yang terletak di Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah.

Wisatawan yang masuk ke desa wisata akan dapat menikmati alam pedesaan yang masih bersih dan merasakan hidup dalam suasana desa dengan sejumlah adat istiadatnya. Selain menikmati keindahan alam pedesaan yang bersih dan asri. Wisatawan juga dapat menikmati atraksi seni bertani, budaya, adat istiadat dan lingkungan alam sekitar yang disediakan oleh masyarakat setempat. Warga dan pengelola desa wisata ini memang sangat antusias untuk dapat menjadikan Desa Setanggor menjadi salah satu desa wisata yang menarik.2 Berkembangnya kegiatan pariwisata di Desa Wisata Setanggor dapat memberikan dampak atau pengaruh yang luas baik itu dampak positif maupun negatif terhadap kondisi lingkungan fisik, kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat sekitar kawasan wisata tersebut, khususnya penduduk Desa Setanggor.3

Pengelolaan Desa Wisata Setanggor, Kecamatan. Praya Barat, Kabupaten. Lombok Tengah, ini meliputi aspek pemerintahan, swasta, maupun masyarakat guna untuk melestarikan potensi wisata yang melimpah yang dimiliki Desa Wisata Setanggor, baik dari bidang pertanian, peternakan, alam, maupun seni/budaya yang dikemas menjadi sebuah konsep Desa Wisata yang bertujuan untuk dapat mencapai kesejahteraan bagi desa dan masyarakatnya

2 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Rafika Aditama, 2017), hlm. 42

3 Dokumentasi, Desa Setanggor, Kec. Praya Barat Kab. Lombok Tengah

(16)

dengan mengkaitkan tata kelola pemerintahan desa wisata dengan dampaknya terhadap kualitas hidup masyarakat. 4

Tata kelola Desa Wisata Setanggor berjalan baik dikarenakan adanya kepemimpinan Kepala Desa dengan menjalankan Pemerintahan Desa Wisata berdasarkan mekanisme pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah desa, kegiatan pemetaan, serta kegiatan Zikir, dan dalam pelaksanaannya terdapat kendala berupa kurangnya partisipasi masyarakat karena kurangnya motivasi dan pemahaman mengenai Desa Wisata sehingga tidak semua potensi wisata di Desa Wisata Setanggor dapat dikembangkan secara maksimal. Adanya kendala tersebut mendorong Pemerintah Desa melakukan evaluasi dengan mengadakan penyuluhan serta sosialisasi mengenai Desa Wisata. Dengan adanya Desa Wisata Setanggor cukup memberikan dampak terhadap kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Desa, seperti adanya peningkatan penghasilan, serta berkurangnya pengangguran.5

Pengembangan kepariwisataan dapat membawa banyak manfaat dan keuntungan. Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menyaingi kegiatan ekonomi lainnya, termasuk kegiatan sektor lain yang terkait. Upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwistaan nasional untuk meningkatkan lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah dan pendapatan

4 Observasi, Tanggal, 12 Februari 2021.

5 Genam, Sekretaris Desa, Wawancara, Tanggal, 12 Februari 2021.

(17)

negara serta penerimaan devisa. Mengingat luasnya kegiatan yang harus dilakukan untuk mengembangkan kepariwisataan, maka perlu dukungan dan peran serta yang aktif dari masyarakat.

Keberadaan Desa Wisata Setanggor pada umumnya membawa dampak positif terhadap kehidupan masyarakat desa, antara lain adanya perbaikan fasilitas sarana dan prasarana. Misalnya perbaikan jalan, penerangan jalan, pembangunan fasilitas umum, dan lain-lain. Selain itu adanya desa wisata dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat di desa tersebut, seperti usaha warung makan, penginapan, guide, tempat penitipan kendaraan dan lain sebagainya. Sebelum dicanangkan desa wisata sebagian besar penduduk Desa Setanggor memiliki mata pencaharian sebagai petani dan buruh. Setelah Desa Setanggor dicanangkan sebagai desa wisata dapat diketahui bahwa penduduk Desa Setanggor mempunyai pekerjaan atau usaha di kawasan desa wisata tersebut yaitu 70 orang yang memiliki usaha tenun (wanita) dua orang memiliki keahlian guide. Adanya lapangan pekerjaan yang cukup luas di kawasan desa wisata dapat mempengaruhi pendapatan penduduk Desa Setanggor khususnya yang terlibat di sektor pariwisata.6 Dengan meningkatnya pendapatan penduduk maka akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi masyarakat Desa Setanggor.7

Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan suatu hal yang tidak habis-habisnya dibicarakan di suatu Negara, adapun tujuan dari pemberdayaan

6 Dokumentasi, Desa Setanggor, Kec. Praya Barat Kab. Lombok Tengah

7 Kamaruddin, Kepala Desa, Wawancara, Tanggal, 13 Februari 2021.

(18)

ekonomi masyarakat adalah untuk bagaimana Negara bisa mensejahterakan ekonomi masyarakat. sehingga pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan terus-menerus sebagai suatu indikator agar mampu menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat yang lebih baik dan produktif.

Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh kelompok-kelompok ekonomi tertentu tetapi dapat menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata dapat mendirikan berbagai kegiatan ekonomi misalnya tempat penginapan, layanan jasa (transportasi, informasi), warung dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini dapat menambah pendapatan masyarakat dan menekannya tingkat pengangguran.8

Berdasarkan hal di atas, maka perlu sekiranya untuk dilakukan sebuah studi penelitian mengenai pengembangan Desa Wisata. Tentunya dengan harapan adanya studi penelitian ini, pemerintah Desa dan Mayarakat dapat mengembangkan poteni desa menjadi lebih baik dengan tujuan awal yaitu pemberdayaan mayarakat, meningkatkan prekonomian Desa. Hal inilah yang menjadi ketertarikan dari pihak peneliti untuk melakukan studi penelitian dengan mengangkat judul “Pengembangan Desa Wisata Dalam Upaya Memberdayakan Masyarakat Di Desa Wisata Setanggor Praya Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

8 Nurudin Hidayah, Pemasaran Destinasi Pariwisata, Bandung: Alfabeta, 2018, hlm. 131

(19)

1. Bagaimana system Pengembangan desa wisata dalam memberdayakan masyarakat Desa Setanggor, Kec. Praya Barat, Kab. Lombok Tengah – NTB.. ?

2. Bagaimana Upaya Upaya Memberdayakan Masyarakat di desa wisata Setanggor, Kec. Praya Barat, Kab. Lombok Tengah – NTB..?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari beberapa rumusan masalah di atas yang diajukan oleh peneliti maka tujuan dari penelian ini sebagai berikut:

a. Memperoleh gambaran dan analisa tentang pengembangan yang dilakukan oleh Pemerintah desa dan Mayarakat dalam memberdayakan desa wisata Setanggor Kecamatan Praya Barat.

b. Mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan desa wisata dalam memberdayakan masyarakat desa Setanggor Kecamatan Praya Barat.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan wawasan pemikiran yang berupa teori-teori yang berkenaan dengan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melalui sector pariwisata desa.

(20)

b. Secara praktis

1) Bagi Pihak Akademisi,

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan refrensi serta bahan rujukan bagi mahasiswa yang akan meneliti dan mengangkat tema penelitian yang Sama terkait pengembangan desa wisata dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa.

2) Bagi Peneliti,

Dapat menambah wawasan peneliti terkait dengan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata.

3) Bagi Pemerintah Desa,

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan tambahan referensi dan evaluasi bagi Pemerintah Desa untuk memperbaiki hal yang dirasa kurang dalam kebijakan pengembangan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

D. Ruang Lingkup dan Setting penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penafsiran yang salah pada penelitian ini, maka peneliti menguraikan ruang lingkup atau batasan masalah meliputi :

Pengembangan desa wisata dalam memberdayakan masyarakat di Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah. Di mana peneliti hanya fokus membahas bagaimana mengembangkan desa wisata serta bisa memberdayakan masyarakat desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah

(21)

yang dalam hal ini memiliki potensi wisata baik dari segi Seni dan budaya, Wisata Religi, Wisata Alam.

2. Setting Penelitian

Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian ini adalah di kawasan desa wisata Setanggor, yang berlokasi di Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kode Pos 83572.

Alasan utama memilih lokasi ini adalah karena desa Setanggor merupakan satu – satunya desa wisata yang ada di dua kecamatan terdekat yakni kecamatan praya barat daya dan praya barat dan juga memiliki daya Tarik yang harus dikembangkan dan dipromosikan sehingga masyarakat mudah mendapatkan keuntungan dari keberadaan serta kemajuan desa wisata ini.

E. Kerangka Teori 1. Desa Wisata

a. Pengertian Desa Wisata

Desa wisata adalah komunitas atau masyarakat yang terdiri dari para penduduk suatu wilayah terbatas yang bisa saling berinteraksi secara langsung di bawah sebuah pengelolaan dan memiliki kepedulian serta kesadaran untuk berperan bersama dengan menyesuaikan keterampilan individual berbeda.9

9 Yudi Setiyadi, “Pengertian Desa Wisata Dan Konsep Pengembanganya” Jurnal Ilmu Sosial,Vol.10 No2, Oktober 2019, hlm.10-11

(22)

Desa wisata dibentuk untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan sebagai pelaku langsung dalam upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian kami dalam menyikapi potensi pariwisata atau lokasi daya tarik wisata di wilayah masing-masing desa.

b. Tujuan

Selain itu tujuan dari pembentukan desa wisata ini adalah untuk meningkatkan posisi dan peran masyarakat sebagai pelaku penting dalam pembangunan sektor pariwisata dan dapat bersinergi dan bermitra dengan pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan kualitas perkembangan kepariwisataan di daerah membangun dan menumbuhkan sikap dukungan positif dari masyarakat desa sebagai tuan rumah melalui perwujudan nilai-nilai sapta pesona bagi tumbuh.10 c. Fungsi

Fungsi desa wisata merupakan sebagai wadah langsung bagi masyarakat akan kesadaran adanya banyak potensi tempat - tempat wisata, yang di mana dapat menumbuh kembangkan ekonomi desa dan kesejahteraan masyarakat yang berada di dalam lingkup desa wisata tersebut.

10 Aditia Eka Trisnawati, “Pengembangan Desa Wisata Dalam Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Local” Jurnal Pendidikan, Vol.3 No.1, Oktober 2018, hlm 30

(23)

d. Konsep Pengembangan Desa Wisata

Konsep pengembangan desa wisata mengacu pada keberadaan unsur 3A dalam pariwisata dan community involvement atau keterlibatan masyarakat. 3A yang dimaksud adalah adanya Atraksi sebagai daya tarik utama desa wisata; Amenitas sebagai fasilitas pendukung yang dimiliki oleh desa wisata; Aksesibilitas yang dapat diartikan sebagai beragam hal yang berkaitan dengan akses wisatawan ketika hendak berkunjung ke desa wisata.

Unsur 3A ini penting dimiliki oleh desa wisata, karena akan berpengaruh pada tingkat kunjungan wisatawan, lama tinggal wisatawan (length of stay) dan minat wisatawan untuk berkunjung kembali.11

1) Atraksi

Atraksi dalam pariwisata merupakan daya tarik utama dari sebuah destinasi wisata. Atraksi wisata meliputi segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh wisatawan, seperti dapat dilihat, didengar, dirasakan atau dilakukan, baik berupa daya tarik alam, budaya maupun hasil kreativitas masyarakatnya. Daya tarik alam bisa berupa pemandangan alam, air terjun, sungai, keberadaan flora dan fauna atau yang lainnya. Daya tarik budaya dan kreativitas masyarakat bisa berupa museum, peninggalan sejarah atau

11 Indah Widowati, “Grand Desain Pengembangan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal (Studi Kasus Di Desa Salamrejo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo)” Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi, Vol.20 No.2, Desember 2019, hlm 188-200

(24)

purbakala, kesenian, wisata agro, taman rekreasi dan tempat hiburan.

2) Amenitas

Amenitas atau fasilitas pendukung dari sebuah destinasi wisata harus mampu menjawab kebutuhan wisatawan selama berada di lokasi wisata. Mulai dari fasilitas dasar seperti keberadaan toilet, tempat ibadah, tempat parkir, tempat istirahat dan tempat makan. Selain itu, keberadaan hotel atau penginapan, restoran atau tempat kuliner, tempat beli oleh-oleh dan segala daya dukung yang bisa menjadi pelengkap dari kegiatan pariwisata.

3) Aksesibilitas

Aksesibilitas dapat diartikan sebagai beragam hal yang berkaitan dengan akses wisatawan ketika hendak berkunjung ke sebuah destinasi wisata. Akses ini meliputi akses informasi dan akses transportasi.

e. Prinsip Pengembangan Desa Wisata

Menurut Agus Riadi (2020) dalam buku pengembangan masyarakat desa terpadu berbasis potensi local, prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternative yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip sebagai berikut:

1) Memamfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat.

2) Menguntungkan masyarakat setempat 3) Melibatkan masyarakat setempat

(25)

4) Menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan

5) Bersekala kecil untuk memudahkan terjalinnya timbal balik dengan masyarakat setempat.12

2. Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk membangun masyarakat agar mereka memiliki inisiatif melakukan aktivitas sosial agar mereka bisa membenahi situasi dan kondisi mereka sendiri.13 b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

1) Perbaikan kelembagaan (Better Institution)

Kegiatan atau tindakan yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat diharapkan bisa memperbaiki kelembagaan di wilayah pemberdayaan.

2) Perbaikan Usaha (Better Business)

Dengan adanya perbaikan pendidikan atau semangat untuk belajar, perbaikan aksesibilitas atau keterjangkauan, serta perbaikan kelembagaan diharapkan dapat memperbaiki usaha yang dijalankan.

12 Agus Riadi, Pengembangan Masyarakat Desa Terpadu berbasis Potensi Lokal, (Jawa Tenga: NEM-anggota IKAPI,2020), hlm. 21

13 Novira Kusrini, “Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemampaatan Sumber Daya Lokal Di Desa Jeruju Besar Kecamatan Sungai Kakap” Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Vol.2 No.2, November 2017, hlm.100

(26)

3) Perbaikan Pendapatan (Better Income)

Adanya aktivitas dalam rangka perbaikan bisnis atau usaha di area binaan maka diharapkan dapat juga meningkatkan pendapatan masyarakat binaan.

4) Perbaikan Lingkungan (Better Environment)

Adanya usaha untuk memperbaiki pendapatan maka diharapkan masyarakat juga bisa memperbaiki lingkungan. Karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan.

5) Perbaikan Kehidupan (Better Living)

Ketika pendapatan dan lingkungan sudah membaik maka diharapkan pola hidup masyarakat juga membaik.

6) Perbaikan Masyarakat (Better Community)

Pada akhirnya diharapkan terjadi perbaikan secara keseluruhan di setiap elemen masyarakat.14

c. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat empat prinsip yang berfungsi agar pemberdayaan yang dilakukan dapat sukses.

1) Kesetaraan

Ini adalah prinsip utama yang harus dipegang. Pada prinsip ini ada keseteraan dan kesejajaran kedudukan antara masyarakat

14 Nana Karida Tri Martuti, Peran Kelompok Masyarakat Dalam Rehabilitas Ekosistem Mangrove Di Pesisir Kota Semarang” Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, Vol.6 No.2, Agustus 2018, hlm.100-102

(27)

dengan lembaga yang melakukan program-program pemberdayaan masyarakat.

2) Partisipasi

Program yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah program yang bersifat partisipatif.

3) Kemandirian

Prinisip ini adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Dalam prinsip ini tidak melihat orang miskin sebagai objek yang tidak mampu tetapi sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit.

4) Berkelanjutan

Pada dasarnya program pemberdayaan harus memiliki tujuan yang berkelanjutan. Ia harus secara perlahan memberikan masyarakat peran yang dominan terhadap pemberdayaan bukan lagi pendamping yang berperan dominan.15

d. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat 1) Persiapan

Pada tahap ini ada dua hal yang harus dilakukan yaitu penyiapan petugas/SDM dan penyediaan lapangan. Penyiapan petugas dapat dilakukan oleh community worker. Kemudian penyediaan lapangan yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.

15 Ibid, hlm.49

(28)

2) Pengkajian (assesment)

Ini merupakan tahap dalam penilaian suatu daerah yang akan dibina. Tahap ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi masalah yang diperlukan dalam daerah yang akan dibina.

3) Perencanaan Alternatif Program

Tahap selanjutnya adalah bahwa pihak yang akan melakukan pemberdayaan melibatkan masyarakat untuk berpikir masalah yang mereka hadapi dan mencari solusinya.

4) Formalisasi Rencana Aksi

Pihak yang akan melakukan pemberdayaan membentuk kelompok dan melakukan rancangan program-program apa saja yang akan dilaksanakan guna memecahkan masalah.

5) Pelaksanaan Program

Ini masuk ke dalam tahap eksekusi. Program-program yang sudah dirancang mulai dieksekusi alias diterapkan pada masyarakat yang diberdayakan.

6) Evaluasi

Usai melaksanakan program, tentu ada saja kesalahan yang terjadi. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi evaluasi agar program ke depannya bisa lebih baik lagi. Dalam tahap evaluasi juga sebaiknya melibatkan warga untuk melakukan pengawasan terhadap program yang berjalan.

(29)

7) Terminasi

Tahap terakhir dalam pemberdayaan masyarakat adalah terminasi. Tahap ini adalah tahap dimana pihak yang memberdayakan melakukan pemutusan hubungan secara formal dengan masyarakat yang dibina. 16

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan mengindentifikasi pengetahuan, atau hal-hal yang telah ada untuk mengetahui apa yang ada dan yang belum ada. Penulisan proposal skripsi ini ditunjang dengan kajian pustaka terdahulu.

1. Dalam skripsi yang disusun oleh Popy Oktiana pada tahun 2020, dengan judul “Dampak Pengembangan Desa Wisata Setanggor Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi di Desa Setanggor Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)”17

Fokus Kajiannya di Desa Setanggor berawal dari gagasan pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kemudian dikelola oleh masyarakat setempat atau Pokdarwis desa Setanggor. Adapun tantangan yang dihadapi dari pihak-pihak yang kurang mendukung adanya desa wisata ini menjadi motivasi pihak pengelola untuk terus mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. Dengan kata lain, pemerintah

16 Adu Margarita, “Implmentasi Pelatihan Tenun Ikat Dalam Pemberdayaan Perempuan di Desa Vokasi Rumah Pintar Kota Kupang” Jurnal Pemberdayaan, Vol.2 No.1, Oktober 2017, hlm.78-80

17 Popy Oktiana,“ Dampak Pengembangan Desa Wisata Sukarara Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah”

(Skripsi. Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Mataram, 2020).

(30)

membangunkan tidur panjang masyarakat dengan mendorong dan memfasilitasi adanyan Desa Wisata Ketenger Baturraden. Adapun Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Kualitatif.

Hasil yang digapai adalah Terwujudnya Pengembangan Desa Wisata Setanggor yang berdampak pada bidang ekonomi, meliputi peningkatan pendapatan masyarakat serta penciptaan lapangan pekerjaan baru.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Popy Oktiana terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan. Persamaanya adalah sama sama mengkaji tentang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, metode penelitian sama yaitu kualitatif, perbedaannya lokasi penelitian dan mekanisme pengumpulan data.

2. Dari penelitian yang dilakukan oleh Nurul Ainun yang berjudul “Potensi Aik Bukak Sebagai Destinasi Obyek Wisata Di Lombik Tengah”.18

Fokus kajian dalam skripsi ini adalah pengembangan dan pengelolaan potensi wisata, dengan adanya tempat wisata ini masyarakat akan lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan, pertumbuhan ekonomi masyarakat yang semakin meningkat maka kesejahtraan masyarakat bisa dilihat. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian Kualitatif.

Hasil yang digapai adalah kesadaran untuk mengelola tempat wisata agar tercapai sebuah kesejahtraan masyarakat di desa Aik Bukak.

18 Nurul Ainun “Potensi Aik Bukak Sebagai Destinasi Obyek Wisata di Lombok Tengah”. (Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Mataram, 2021).

(31)

Dari hasil penelitian tersebut terdapat suatu persamaan yakni sama- sama mengkaji tentang pengembangan dan potensi wisata yang ada di kalangan masyarakat. Perbedaannya adalah penelitian yang saya lakukan lebih kepada pemberdayaan masyarakat melalui desa wisata.

3. Dari penelitian yang dilakukan oleh Tyas Arma Rindi yang berjudul

“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata”.19 Fokus kajian dalam skripsi ini lebih kepada pengembangan desa wisatanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Setiap kegiatan pasti membuahkan hasil. Sama halnya dengan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa wisata tembi ini. Hasil yang dicapai dalam pemberdayaan ekonominya melalui homestay, kerajinan tenun, kuliner dan kesenian musik ini adalah perekonomian masyarakat semakin meningkat di banding sebelumnya. Masyarakat sekarang mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya bahkan yang bersifat sekunder maupun tersier.

Persamaannya Mengenai pemberdayaan masyarakat dan dari hasil yang digapai oleh peneliti di atas yaitu tergapainya pemberdayaan masyarakat.

Adapun perbedaanya adalah bagian pengelolaan.

19 Tyas Arma Rindi, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata ( Studi Kasus Desa Wonokarto, Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur)”. (Skripsi. Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Metro. Bandar Lampung. 2019.)

(32)

4. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sigit Nurdianto yang berjudul

“Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi Di Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung kidul)”20

Fokus kajian dari sekripsi ini ialah lebih kepada partisipasi masyarakatnya. Metode penelitian yangdigunakan adalah penelitian kualitatif, dan hasil yang di gapai dalam penelitian ini adalah masyarakat terlibat dalam empat tahap partisipasi yaitu, tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap pengambilan manfaat, dan tahap evaluasi.

Terdapat dua bentuk partisipasi masyarakat yaitu pertisipasi yang berwujud (nyata) yang meliputi partisipasi uang, partisipasi tenaga, dan partisipasi keterampilan, dan partisipasi yang tidak berwujud (abstrak) yaitu partisipasi ide, dan partisipasi pengambilan keputusan. Keikutsertaan masyarakat dalam pengembangan desa wisata didorong oleh beberapa faktor yaitu, motivasi dan manfaat yang diharapkan masyarakat.

Terdapat sebuah persamaan yang berkaitan dengan desa wisata yang didalamnya terdapat partisipasi masyarakat. Perbedaanya adalah kajian metode pengumpulan data, lokasi penelitian yang berbeda.

20 Sigit Nurdianto “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata (Studi Di Desa Wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul)” (Skripsi. Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Yogyakarta 2015).

(33)

5. Dari jurnal yang ditulis oleh Itah Masitah yang berjudul “Pengembangan Desa Wisata Oleh Pemerintah Desa Babakan Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran”21

Fokus kajian dalam jurnal ini adalah pengembangan masyarakat dalam desa, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil yang di peroleh adalah dalam pengembangan desa wisata di Desa Babakan Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran kurang ditunjang kegiatan promosi kebanggaan masyarakat padahal keberadaan desa wisata merupakan salah satu kebanggaan masyarakat yang harus diberikan perhatian baik dalam bentuk promosi, perhatian maupun dukungan. Promosi pariwisata yang diadakan untuk memberitahukan, membujuk atau meningkatkan konsumen atau wisatawan supaya wisatawan yang bersangkutan mempunyai keinginan untuk datang berkunjung ke daerah yang telah dipromosikan. Oleh karena itu promosi harus dilakukan melalui media komunikasi yang efektif, sebab orang-orang yang menjadi sasaran promosi mempunyai selera dan keinginan yang berbeda-beda.

Persamaan dengan peneliti yang saya lakukan adalah pengembangan potensi desa, perbedaanya adalah metode penelitian yang berbeda dan lokasi yang berbeda.

21 Itah Masitah, “Pengembangan Desa Wisata Oleh Pemerintah Desa Babakan Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran” Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara e-ISSN 2614-2945 Volume 6 Nomor 3, Bulan September Tahun 2019, hlm.50-57

(34)

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis, logis dan berencana, untuk mengumpulkan, mengolah data menganalisis data serta mengumpulkan data menggunakan metode atau teknik tertentu untuk mencari jawaban atas permasalahan yang timbul.

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian ke lapangan (Field Research) secara langsung dari masyarakat melalui wawancara , dokumentsi dan alat lainya dan merupakan data primer. Data primer diperoleh sendiri secara mentah-mentah dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih lanjut lagi.

Berdasarkan pengertian di atas, penelitian lapangan merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk meneliti suatu hal yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam hal ini lokasi yang akan diteliti berada di Daerah Lombok Tengah, tepatnya di Kec. Praya Barat, Desa Setangor.

b. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang dipakai peneliti adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pengertian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan suatu pemecahan masalah yang ada

(35)

sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan menginterpretensi.22

Penelitian ini dilakukan peneliti untuk menjelaskan kejadian sesungguhnya di lapangan yang berhubungan tentang “Pengembangan Desa Wisata dalam upaya Memberdayakan Masyarakat di Desa Wisata Setanggor, Kec. Praya Barat, Kab. Lombok Tengah.

2. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian Tentang Pengembangan Desa Wisata Dalam Upaya Memberdayakan Masyarakat Desa Wisata Setangor, Kec. Praya Barat, Kab. Lombok Tengah ini dilakukan pada bulan Februari 2022 hingga bulan Mei 2022.

b. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah di Desa Wiata Setanggor, Kec.Praya Barat, Kab.Lombok Tengah.

Alasan saya mengambil lokasi ini karena potensi yang ada di Desa Wisata Setanggor sangat unik untuk dikembangkan, baik Budayanya, Alamnya, Religinya dan lokasi yang strategis tidak jauh dari perkotaan.

22 Moh. Kasiran, Metodelogi Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Yogyakarta: UIN Maliki Press 2010), hlm. 36

(36)

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa sumber data, baik berupa data primer maupun data sekunder :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data baik secara individual atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

Data primer ini digunakan oleh peneliti untuk melakukan wawancara secara langsung tentang melalui pengembangan Desa Wisata dalam upaya pemberdayan masyarakat di Desa Setangor kec.Praya Barat.

Adapun yang menjadi informan adalah sekretaris Desa Setangor, ketua kelompok sadar wisata (pokdarwis), ketua karang taruna, dan Masyarakat Desa Setanggor.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah rangkaian kerja analisis yang dilakukan untuk interprestasi dan penarikan kesimpulan atau untuk mendapatkan pengetahuan tambahan yang berbeda dengan pengumpulan dan analisis data sebelumnya.23

Adapun tambahan data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah melalui Jurnal, Skripi, Buku, Internet, dan lain lain.

23 Sofian Efendi Dan Tukiran, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3ES 2012), hlm. 11

(37)

4. Instrumen Penelitian

Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia (seperti; angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan sebagainya) dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti adalah mutlak, karena peneliti harus berinteraksi dengan lingkungan baik manusia dan non manusia yang ada dalam kancah penelitian. Kehadirannya di lapangan peneliti harus dijelaskan, apakah kehadirannya diketahui atau tidak diketahui oleh subyek penelitian. Ini berkaitan dengan keterlibatan peneliti dalam kancah penelitian, apakah terlibat aktif atau pasif.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa teknik. Teknik yang digunakan adalah:

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog lansung dengan sumber data, dan dilakukan secara tak bersturuktur, di mana responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural.24

24 Lexy Moleong. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994.

hlm. 139.

(38)

Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara tidak terstruktur, karena peneliti belum tahu jawaban apa yang akan diperoleh dari informan, sehingga jawaban-jawaban itu akan menjadi titik berangkat pengembangan pertanyaan yang akan ditindak lanjuti dalam bentuk wawancara terstruktur

Wawancara akan dilakukan kepada Pengelola Desa Wisata Setanggor, yang meliputi struktur kepengurusan. Ini dilakukan utuk memperoleh data informasi mengenai potensi apa saja yang dimiliki Desa Wisata Setanggor sehingga keberadaannya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya.

Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, khususnya di bidang kepariwisataan Lombok Tengah. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah dalam memberikan dukungan terhadap pengembangan sektor pariwisata, melalui desa wisata dalam upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

Tokoh masyarakat yang meliputi kepala desa, Kepala Dusun, dan ketua POKDARWIS. Wawancara ini dilakukan dalam rangga menggali informasi mengenai peranan desa wisata dalam memberdayakan masyarakat. Orang-orang ini dipilih karena dianggap yang mempunyai kekuasaan dan peranan penting dalam masyarakat desa Setanggor, yang dipilih secara acak. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kontribusi apa saja yang telah

(39)

mereka dapat dengan berubahnya status desa mereka menjadi desa wisata.

b. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan lansung terhadap subjek (patner penelitian) di mana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya.

Observasi lansung ini penulis pergunakan untuk mengetahui tentang situasi dan kondisi dari lokasi tempat meneliti. Dari segi proes pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:25 1) Participant observation

Participant observation (observasi berperanserta), dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang sedang digunakan sebagai sumber data penelitian.

2) Non participant observation

Observasi non partisipan adalah di mana peneliti tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya.

Dalam observasi ini, peneliti tidak terlibat aktif dan hanya sebagai pengamat independen.

25 Sugiono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017). hlm. 73

(40)

Tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi non participant. Adapun data yang diperoleh dari hasil observasi adalah:

1) Keadaan lokasi peneltian, situasi dan kondisi fisik tempat penelitian.

2) Perkembangan singkat terkait pengelolaan desa wisata setanggor.

3) Jumlah masyarakat yang memiliki usaha dalam bidang pariwisata tahun 2011-2020 berjumlah 35 orang.

4) Keunggulan paket wisata yang disediakan berupa wisata alam dan budaya.

c. Dokumentasi

Tidak kalah penting dengan metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti notulen rapat, lengger agenda, dan lain sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah.50 Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan judul yang diteliti, sehingga peneliti mendapatkan informasi mengenai kegiatan yang dilakukan di desa wisata Setanggor.

Dalam hal ini data dokumentasi yang dimaksud peneliti adalah data mengenai desa Wisata Setanggor, data perkembangan desa wisata

(41)

Setanggor, data pelayanan desa wisata Setangggor, data jumlah kunjungan pertahun dan data pendapatan masyarakat sekitar lingkungan desa wisata Setanggor.

6. Teknik analisis Data

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.26 Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis dengan metoode induktif yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau kenyataan yang didapatkan serta dapat dikembangkan dari hasil penelitian.

Untuk menyajikan data agar mudah dipahami, maka langkah- langkah anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkahlangkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions).27

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan

26 Imam Gunawan, Metode Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), hlm. 210.

27 Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992, hlm.16.

(42)

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat ditarik dan diverifikasi.

Banyak sekali data yang didapat dari lokasi kejadian, sehingga perlu dilakukan pencatatan yang cermat dan detail seperti yang telah disebutkan sebelumnya, semakin lama seorang peneliti berada di lapangan, semakin banyak datanya dan semakin kompleks. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis data dengan segera melalui reduksi data. Mengurangi data berarti meringkas, memilih hal yang pokok, fokus pada hal yang penting, mencari tema dan polanya. Oleh karena itu, data yang direduksi akan memberikan gambar yang lebih jelass dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan dan pencarian data lebih lanjut bila diperlukan. Dengan memberikan aspek tertenut dari kode, perangkat seperti computer kecil dapat digunakan untuk membantu menguraangi jumlah data.

b. Penyajian Data

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phi, chard, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akanmudah dipahami. Dengan mendisplaykan data, maka akan mudah memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebu.

(43)

c. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan dan memverifikasi. Kesimpulan yang awal yang disajikan masih bersifat sementara, dan jika tidak ditemukan bukti yang kuat yang untuk mendukung kesimpulan pada pengumpulan data tahap selanjutnya, esimpulan tersebut akan diubah. Namun jika kesimpulan sebelumnya didukung oleh bukti yang valid dan konsisten ketika peneliti kembali ke lokasi untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang disajikan merupakan kesimpulan yang kredibel. Oleh karena itu, kesimpulan dari penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dari awal, tetapi mungkin juga tidak, karena beberapa orang berpendapat bahwa pertanyaan dan pernyataan-pernyataan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan 7. Validitas Data

Untuk menemukan data yang valid maka perlu dilakukan pemeriksaan agar mendapatkan temuan-temuan dari informasi yang absah maka perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut:Tringulasi

a. Ketekunan Pengamatan

Agar mendapatkan data atau informasi yang valid maka peneliti melakukan pengamatan di lapangan terkait dengan potensi

(44)

yang dimiliki desa wisata Setanggor, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah.

Dalam hal ini peneliti mengamati potensi yang terdapat di sekitaran desa wisata Setanggor dan mengamati pelayanan yang diberikan oleh pemerintah desa dan para pengelola tempat wisata yang ada di desa wisata Setanggor terhadap kenyamana wisatawan yang datang berkunjung ke desa wisata ini.

b. Triangulasi data

Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan dari data berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi teknik pengumpulan data, triangulasi sumber dan triangulasi waktu.28 Dalam penelitian ini mencakup triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi sumber.

Triangulasi ini dilakukan terhadap informassi yang diberikan oleh penanggung jawab di lokasi penelitian dan masyarakat yang ada di sekitar kawasan lokasi penelitian.

Dalam tehnik pemeriksaan keabsahan data, metodologi yang digunakan yakni trigulasi tehnik. Proses yang dilakukan dalam tehnik ini dengan melakukan pengecekan kembali informasi melalui tahap observasi, wawancara, maupun dokumentasi kepada informan.

Sehingga sesuai dengan kenyataan dengan apa yang peneliti teliti yaitu

28 Prof. Dr. I. Gusti Arjana, M.Si. Geografi Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif (Depok : Pt Rajagrafindo Persada, 2017), Cetakan Ketiga, hlm 31.

(45)

Pengembangan Desa Wisata Dalam Upaya Memberdayakan Masyarakat.

(46)

34 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Desa Wisata Setanggor

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) meresmikan Desa Wisata Setanggor, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Maret 2019 lalu Peresmian itu dilakukan Sekjen Kemendes PDDT Anwar Sanusi.

Desa wisata Setanggor merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah. Desa wisata Setanggor memiliki jumlah penduduk sebanyak 4090 jiwa yang tersebar diantara 14 dusun dengan luas wilayah sebesar 676 H dengan jarak dari pusat pemerintahan kecamatan sekitar 5 km, jarak dari pusat pemerintahan kabupaten antara 25 km sedangkan jarak dari pemerintahan propinsi yaitu 93 km. Adapun batas wilayah desa wisata Setanggor adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Batujai b. Sebelah Selatan : Bonder c. Sebelah Barat : Tanak Rarang d. Sebelah Timur : Penujak

Desa wisata Setanggor merupakan salah satu desa yang memiliki potensi yang cukup besar terutama di bidang pariwisata seperti kerajinan

(47)

tangan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa dan kelompok sadar wisata (PODARWIS) desa wisata Setanggor.29

Balutan konsep wisata budaya dengan ragam potensi alam pedesaan menjadi daya tarik tersendiri bagi desa ini untuk menarik wisatawan.

2. Visi dan Misi Desa Wisata Setanggor a. Visi

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Visi desa Setanggor adalah terwujudnya masyarakat Setanggor yang bertaqwa, mandiri, sejahtera serta mampu bersaing dalam perkembangan teknologi.

b. Misi

1) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui produksi pertanian, peternakan, pembibitan tanaman sebagai produk unggulan desa.

2) Meningkatkan sumber daya masyarakat dibidang IPTEK

3) Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pembinaan home industry

4) Meningkatkan keamanan ketentraman ditingkat masyarakat 5) Meningkatkan infrastruktur pedesaan

29 Mahrup, ketua pokdarwis, Wawancara, Tanggal 19 Februari 2022

(48)

6) Meningkatkan kehidpuan sosial budaya kegotongroyongan dan keagamaan ditingkat masyarakat

7) Peningkatan pelayanan masyarakat oleh aparatur pamong desa.30 3. Potensi Desa Wisata Setanggor

Desa Setanggor merupakan salah satu desa di kecamatan Praya Barat Lombok Tengah yang memiliki potensi yang cukup besar terutama di bidang pariwisata. Potensi desa Setanggor di antaranya wisata Seni dan Budaya, Wisata Religi, Wisata Alam.

Desa Setanggor mulanya adalah sebuah desa pada umumnya dan tak banyak aktivitas yang bisa dilakukan di sana. Namun, beberapa tahun terakhir, Desa Setanggor menjelma menjadi desa wisata seni dan budaya yang menawarkan alam sejuk dengan bentangan sawah begitu luas, sungai yang bersih dan jauh dari polusi kendaraan. 31

Selain menyaksikan atraksi wisata seni dan budaya, seperti pertunjukan musik gendang beleq khas suku sasak, wisatawan bisa terlibat langsung memainkan alat-alat musik gendang beleq, atau menari bersama kelompok seni tari dan drama tradisional. Sama halnya dengan menenun atau nyesek kain songket, wisatawan juga bisa langsung memperaktiknya di tempat sehingga ketertarikan para tamu dalam memperoses hasil tenun dapat menimbulkan keinginan untuk menggunakan tenun tersebut, jelas

30 Hamzah, Staf Desa Setanggor, Wawancara, Tanggal 20 Februari 2022

31 Mahrup, Ketua Pokdarwis, Wawancara, Tanggal 19 Februari 2022

(49)

ini adalah suatu cara mempromosikan hasil karya masyarakat melalui komunikasi dan praktik dengan tamu.

Tak sampai di situ, wisatawan akan diajak berkebun, wisata edukasi, berternak dan bertani. Serta diajak merasakan sensasi bersantap di tengah area sawah yang begitu luas dengan sajian kuliner khas masyarakat sasak.

Potensi unggulan yang ada di Desa Setanggor untuk meningkatkan peanngan pangan adalah dengan mengolah wilayah persawahan yang cukup luas didaerah desa Setanggor, untuk tanaman padi sendiri hanya bisa panen antara satu atau dua kali per tahun tergantung dari cuaca, jika curah hujan bagus maka akan ditanami padi, dan jika curah huja relatif ber ubah-ubah, maka petani akan menanami persawahan dengan kedelai atau jagung, sedangkan jika akan terjadi kemarau cukup panjang maka petani akan menanam tembakau, namun tidak semua dari lahan akan ditanami tembakau karena banyak juga yang menanam umbi-umbian ketika akan terjadi kemarau panjang.

Kemudian untuk masalah peternakan, kebanyakan dari masyarakat setanggor beternak kerbau dan sapi, karena keadaan alam yang mungkin bisa dikatakan cocok, karena masih banyak ilalang-ilalang yang tumbuh lebat di bentangan persawahan yang diamana itu adalah makanan pokok bagi ternak, kemudian di susul oleh kambing, kemudian ada juga peternak ayam potong dan juga ternak ikan kolam.

“Jika menanyakan zaman dahulu, kami kebanyakan memelihara kerbau dan sapi, karena jika memelihara kerbau dan

(50)

sapi bisa dapat keuntungan yang banyak, dan juga memeliharanya tidak terlalu sulit, makanannya banyak, kita pergi mengembala dar pagi sampai sore, kita tidak hanya menggembala di area persawahan saja, kita juga mengembalanya sampai naik ke atas bukit-bukit, intinya kami hanya membawa induk kawan saja, kemudian yang lain pasti ikut di belakang, nggak harus semuanya di ikat kalau menggembala kerbau itu, jadinya mudah dan bisa menghasilkan uang lumayan banyak jika di jual per ekornya.”32

Keanekaragaman potensi yang ada di desa Setanggor sudah seharusnya dikelola dengan tepat dan bijaksana sehingga dapat menjadi salah satu sektor penompang perekonomian daerah pada umumnya dan masyarakat pada khusunya.

Berikut merupakan daftar potensi wisata yang terletak di desa Setanggor kecamatan Praya Barat:

a. Wisata Seni dan Budaya

Menurut pak Sukarman Wisata seni dan budaya adalah salah satu tradisi yang ada di suku sasak Lombok, hubungan budaya dan Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Adapun di desa Setanggor ini seni yang masih aktif dimainkan atau ditunjukkan adalah : Seni Tari, Seni Musik, Seni teater atau pertunjukan. Ketiga jenis seni

32 Wawancara dengan amak derus, warga desa Setanggor 16 February 2022

(51)

inilah yang masih dilestarikan di desa Setanggor Sebagai bahan promosi desa wisata Setanggor.33

Setiap adanya tamu yang berkunjung di desa wisata ini di ajarkan cara untuk bermain music, memperkenalkan alat alat music, 1) Seni Tari

Untuk seni tari itu sendiri sering dimainkan dan diberi nama seni ASIH TRASNE, Tari Asih Trasne merupakan tarian penyambutan tamu dengan bentuk gerak terdiri gerak Sembah yang maknanya lebih menyerupai adat terhadap tamu, Nuding yang maknanya sopan dan santun terhadap tamu, Simpuh yang maknanya mengisyaratkan adanya sikap rendah diri yang harus melekat kepada jiwa seseorang. Yang menjadi pimpinan atau pengarah sekaligus penggerak di bidang tari ini adalah Ida Wahyuni yang mengkawal para pemain tari dalam setiap latihan, latihan yang dilakukan adalah 2 kali dalam satu minggu di aula seni Gong Tua setanggor, waktu latihannya sama dengan seni music yang dimana tarian tersebut diiringi oleh lantunan lantunan music yang dimainkan. Adapun Jumlah penarii 4 – 10 orang dalam sekali pentas, dari jumlah peserta tari ini sampai 25 orang yang mana mereka adalah kebanyakan dari siswi SMP & SMA. Untuk latihan tari ini sendiri dibiayai sama pengelola desa guna untuk meningkatkan kekereatifitasan masyarakat dalam bidang seni.

33 Sukarman, Penanggung Jawab Sanggar Seni, Wawancara, Tanggal, 19 Februari 2022

(52)

2) Seni Musik

Seni musik yang merupakan suatu karya yang menghasilkan bunyi sebagai unsur utamanya. Di dalam seni musik terdapat unsusr melodi, harmonisasi, dan juga perpaduan bunyi yang memberikan efek keindahan bagi yang mendengarnya salah satunya adalah Gendang Belek yang sampai hari ini masih dimainkan oleh masyarakat desa Setanggor. Music gendang belek yang di mainkan oleh masyarakat melibatkan 40-50 orang untuk memainkan music tersebut. Nama komunitas seni di desa wisata setanggor ini adalah “Sanggar Seni Mertak Mi” yang dipimpin oleh Bapak Sukarman yang dimana beliau juga berperan sebagai pemain seruling dalam setiap agenda dan pertunjukan pentas yang ada.

Untuk latihan para pemain ini 2 kali pertemuan dalam satu minggu, lokasi latihannya berada di aula seni Gong tua Setanggor.

Pendanaan dalam setiap ada kegiatan yang melibatkan sanggar seni ini diminta sekitar 4 juta rupiah untuk menghibur tamu undangan dalam jangka waktu 1 hari.

Desa Wisata Setanggor yang menggunakan alat musik tradisional Sasak Gendang Belek sebagai icon wisata mereka, maka BUMDES, Pokdarwis dan segenap masyarakat Setanggor telah membangun aula Seni, yang dimana mereka namakan sebagai Sanggar Seni Gong Tua Setanggor, disanalah pelestarian alat musik dilakukan, karena di aula tersebut alat musik gendang belek di

(53)

simpan, dimainkan dan dipreknalkan kepada wisatawan yang hendak mengetahui atau mencoba memainkan alat musik gendang belek tersebut. Bukan hanya aula saja, fasilitas pendukung yang wajib dimiliki oleh pelaku wisata juga sudah ada di desa Setanggor, antaralain Fasilitas infrastruktur yang cukup bagus untuk menuju desa Setanggor.

3) Seni Teater

Seni teater yang merupakan suatu seni yang memvisualisasikan imajinasi atau menggambarkan sebuah kejadian yang nyata atau tidak nyata. Seni teater juga bisa digabungkan dengan seni musik dan seni gerak bahkan seni rupa.

Seni teater yang dimiliki desa wisata setanggor ini melibatkan berbagai elemen seni, seperti seni Tari, seni Musik, sehingga alur cerita menggambarkan suatu kejadian tersebut yang diiringi oleh lantunan music. Tempat latihan seni teater ini di aula seni Gong Tua Desa Setanggor, yang menjadi pengurus ketiga seni di atas adalah Bapak Sukarman dan Ibu Wahyuni.

Perpaduan seni ini melibatkan 80-100 orang pemain, yang dimana pemimpin melibatkan para masyarakat setempat untuk menjadi pemain, mengingat ketiga jenis tari ini membutuhkan banyak sekali pemain baik pemain yang tetap maupun pengganti, pengganti ini sendiri terkadang detempatkan sebagai pemain dalam

(54)

setiap jenis tari, yang dimana kehawatiran mereka adalah ketika para pemain ada yang gak datang mudah untuk mencari penggantinya sehingga memerlukan banyak sekali tenaga dalam setiap acara pentas.

b.Wisata Religi

Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya beberapa tempat ibadah yang memiliki kelebihan. Ini misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya.

Wisata religi memanfaatkan alam pedesaan dan kearifan lokal yang menghadirkan seribu keunikan dan keistimewaan serta pelayanan masyarakat yang ramah tamah dan juga disugukan makanan khas Lombok yang sudah pasti halal.34

Wisata religi yang dikembangkan di desa wisata Setanggor yakni majlis zikir yang dimana memiliki jadual di setiap dusunya, dan juga memiliki rutinitas keislaman, seperti pengajian mingguan.

Meskipun objek wisata yang bertajub seni dan budaya, namun desa wisata setanggor juga tidak lupa menyediakan pasilitas akomodasi dan kuliner yang tentunya sudah halal dalam tinjauan masyarakat, contohnya mulai dari harga Rp250.000,00 hingga Rp500.000,00 kita bisa mendapatkan layanan home stay yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap, itu adalah harga yang cukup

34 Mahrup, Ketua Pokdarwis, Wawancara, Tanggal 19 Februari 2022.

(55)

murah untuk menyewa penginapan jika wisatawan ingin bermalam atau menginap dan juga untuk tamu yang muslim sudah jelas dan sangat lengkap untuk alat peribadahan dana rah kiblat, kemudian dari akomodasi transportasi, di sana kita bisa menyewa transportasi tradisional yaitu Cidomo atau biasa diseut andong dengan harga Rp 50.000,00 untuk satu hari, Cidomo tersebut bisa disewa jika wisatawan memang ingin berkeliling desa wisata Setanggor dengan menggunakan Cidomo, kemudian dari segi kuliner, wisatwan bisa mencicipi makanan ataupun minuman khas Lombok dengan harga yang beragam, tergantung pesanan wisatawan, tapi mulai dari menu termurah yaitu mulai dari Rp20.000,00 kita bisa mendapatkan menu lengkap beserta minumannya.

c. Wisata Alam

Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Amir Hamzah Selaku Ketua Staf desa wisata Setanggor ketika ditanya tentang wisata Alam.

Wisata alam sendiri adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam yang menyugukan berbagai keindahan.35

Peneliti jugak melakukan wawancara dengan salah satu Staf desa wisata Setanggor terkait wisata alamnya.

35 H. Amir Hamzah, Kepala Staf Desa Setanggor, Wawancara, Tanggal 20 Februari 2022

(56)

Desa setanggor ini sangat kaya akan alamnya, dimana wisatawan dapat berkunjung di kawasan sawah tani sehingga bisa bergaul dengan para petani, bisa merasakan bagaimana lingkungan sekitaran pedesaan.36

Wisata alam ini lebih sering dilakukan di wilayah outdor, seperti di persawahan, perbukitan dan di sungai, wisata ini menyuguhkan kepada wisatawan tentang keseharian atau aktivitas masyarakat suku Sasak, mulai dari menanam padi, menggembala, memandikan ternak di sungai, memancing ikan atau belut, memanen hasil alam, dan masih banyak lagi, wisata ini bersifat multiful choice atau pilihannya berbeda beda, tergantung kondisi alam saat itu. Dari kondisi yang peneliti temui adalah musim penanaman padi, dimana wisatawan diajak untuk membaur dengan masyarakat petani dengan ikutserta dalam membantu para petani dalam menanam padi di sawah, sehingga para wisatawan bisa merasakan keseharian para petani.

B. Bentuk Pengembangan Desa Wisata Dalam upaya Memberdayakan Masyarakat

36 Hamzah, Staf Desa Setanggor, Wawancara, Tanggal 20 Februari 2022.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang sudah dilaksanakan bertujuan untuk menganalisis hubungan pengembangan wisata di Taman Nasional Karimunjawa, khususnya di Desa Karimunjawa terhadap

Hal ini terjadi, karena (1) gagasan pengembangan desa wisata dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan tanpa melibatkan masyarakat sebagai pemilik sumber daya, sehingga

Kriteria Prioritas pada pengembangan Desa Slopeng sebagai desa wisata adalah atraksi wisata yang menghubungkan pengembangan desa wisata dengan objek wisata Pantai Slopeng,

Strategi pengembangan desa wisata pendidikan di Desa Cibodas melalui enam strategi yaitu (a) peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengemabagan desa wisata mulai dari

Pengembangan desa wisata ini berangkat dari persoalan dan harapan masyarakat dalam pengelolaan desa wisata, dalam inovasi dan integrasi wisata budaya wayang wong

“Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Tanjung” pada tahun 2018. Dari penelitian ini bertujuan menjelaskan bagaimana partisipasi masyarakat

Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk-bentuk (wujud) partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata ini ada tiga dari buku Talizidhuhu Ndraha, yang berjudul

Objek Wisata Limbuhang Haliau Strategi Analisis Pengembangan ODTW Objek dan Daya Tarik Wisata di Desa Haliau Sikap dan tingkah laku masyarakat sekitar objek wisata sangat