• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Evaluasi Program Pangan dan Gizi Masyarakat menggunakan Metode Balanced Scorecard

N/A
N/A
Sijabat Ririn

Academic year: 2025

Membagikan "Pengembangan Evaluasi Program Pangan dan Gizi Masyarakat menggunakan Metode Balanced Scorecard"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN EVALUASI PROGRAM PANGAN DAN GIZI MASYARAKAT (PEPPGM)

EVALUASI PROGRAM GIZI MENGGUNAKAN 3 METODE

Dosen Pengampu:

Dr. Haripin Togap Sinaga, M.Kes

Disusun Oleh : Indah Sari Br. Sitohang

P01031222147 6C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

T.A 2025

(2)

1. Evaluasi Program Gizi dengan Metode Balanced Scorecard (BSC)

Balanced Scorecard (BSC) adalah metode evaluasi strategis yang menilai program tidak hanya dari hasil akhirnya (outcome), tetapi dari berbagai perspektif penting yang saling berkaitan. Metode ini sangat cocok untuk program gizi karena bisa mengintegrasikan data, proses, sumber daya, dan capaian masyarakat secara menyeluruh.

a. Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective)

Fokus: Hasil langsung bagi masyarakat (beneficiaries), seperti bayi, balita, dan ibu hamil.

Tujuan utama: Menurunkan masalah gizi seperti stunting, anemia, dan BBLR.

Contoh indikator:

o Prevalensi stunting (Target: 20% | Realisasi: 25%)

o Cakupan ASI eksklusif (Target: 70% | Realisasi: 65%)

o Anemia pada ibu hamil (Target: 25% | Realisasi: 30%)

o Kejadian BBLR (Target: 7% | Realisasi: 8%)

Analisis: Sebagian besar target belum tercapai. Masih ada hambatan seperti:

Pola asuh yang kurang baik

Akses air bersih dan sanitasi rendah

Edukasi gizi belum menyeluruh

b. Perspektif Proses Internal (Internal Process Perspective) Fokus: Pelaksanaan teknis kegiatan program gizi di lapangan.

Yang dievaluasi: Kualitas layanan di Posyandu, sistem rujukan gizi buruk, kunjungan rumah, dan koordinasi lintas sektor.

Contoh capaian:

o Posyandu aktif dan berkualitas (Target: 100% | Realisasi: 90%)

o Kasus gizi buruk ditangani sesuai SOP (Target: 100% | Realisasi: 85%)

o Kunjungan rumah untuk keluarga risiko tinggi (Target: 100% | Realisasi: 85%) Analisis:

Rasio tenaga gizi tidak ideal (1 orang menangani > 5000 penduduk)

Koordinasi antarsektor belum berjalan maksimal

Protokol kunjungan rumah belum baku dan merata

c. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective)

(3)

Fokus: Pengembangan kapasitas SDM, kader, dan teknologi pendukung.

Indikator penting:

o Pelatihan petugas gizi (Target: 100% | Realisasi: 80%)

o Kader terampil konseling gizi (Target: 100% | Realisasi: 75%)

o Penggunaan aplikasi digital Posyandu (Target: 80% | Realisasi: 50%)

o Inovasi program gizi baru (Target: 5 inovasi | Realisasi: 3 inovasi) Analisis:

Belum semua petugas gizi memiliki kompetensi optimal

Kader membutuhkan pelatihan lanjutan

Teknologi belum dimanfaatkan maksimal karena keterbatasan pelatihan dan infrastruktur

Minim ide kreatif/inovasi baru dalam program gizi

d. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

Fokus: Pengelolaan anggaran, efisiensi biaya, dan sumber pendanaan.

1. Contoh indikator keuangan:

o Penyerapan anggaran program gizi (Target: 100% | Realisasi: 93,8%) → Sudah baik

o Biaya per penerima manfaat (Target: ≤ Rp125.000 | Realisasi: Rp150.000) → Terlalu mahal

o Jumlah pendanaan non-APBD (Target: 3 sumber | Realisasi: 2) → Belum optimal

o Dana desa untuk gizi (Target: 100% desa | Realisasi: 60%) Analisis:

Efisiensi biaya belum maksimal

Masih bergantung pada APBD

Kontribusi masyarakat dan sektor swasta masih rendah

Diperlukan advokasi anggaran dan pelatihan perencanaan keuangan berbasis kinerja

(4)

2. Evaluasi Program Gizi dengan Metode POA (Plan of Action) Apa itu POA?

POA (Plan of Action) adalah alat bantu manajemen program yang disusun dalam format tabel sistematis untuk:

Merencanakan kegiatan program

Mengalokasikan sumber daya

Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala

Format ini sangat cocok digunakan dalam program gizi berbasis masyarakat karena mudah dipahami dan diimplementasikan oleh semua pemangku kepentingan, termasuk kader, petugas puskesmas, dan pemerintah desa.

Contoh Evaluasi POA: Program GEMAR PANGIZI LOKAL

Kegiatan Target Capaian Evaluasi Pelatihan kader

gizi desa

25 kader 100%

tercapai

Efektif: nilai post-test meningkat 30%

Pembentukan kebun gizi keluarga

100 kebun

100%

tercapai

Baik: sesuai rencana, perlu monitoring berkala

Demonstrasi olahan pangan lokal

250 ibu 75%

mampu praktik

Cukup: Perlu penguatan pendampingan dan media praktik

Kampanye digital

"Cinta Pangan Lokal"

5.000 views

4.000 views Kurang: Strategi promosi perlu diperbaiki

Evaluasi Berdasarkan Dimensi Penting POA

1. Proses

Pertanyaan: Apakah semua kegiatan dilaksanakan sesuai rencana?

Contoh: Semua pelatihan dan pembentukan kebun gizi dilakukan sesuai jadwal.

Catatan: Kegiatan digital campaign masih kurang optimal dalam jangkauan.

2. Output

Pertanyaan: Apakah target kegiatan tercapai secara kuantitatif?

Contoh: Jumlah kebun gizi dan kader yang dilatih tercapai 100%.

(5)

Catatan: Hanya 75% ibu yang dapat mempraktikkan pengolahan pangan lokal.

3. Outcome

Pertanyaan: Apakah ada perubahan perilaku masyarakat?

Contoh: Ada peningkatan pemanfaatan pangan lokal di keluarga yang terlibat.

Catatan: Perubahan perilaku konsumsi belum menyeluruh karena sebagian masyarakat masih mengandalkan pangan instan.

4. Impact

Pertanyaan: Apakah ada dampak jangka panjang terhadap status gizi atau ekonomi?

Contoh:

• Penurunan prevalensi stunting di beberapa desa (data sedang dikompilasi)

• Peningkatan pendapatan dari hasil kebun gizi dan produk olahan pangan lokal Catatan: Dampak penuh belum terlihat karena program masih berjalan < 1 tahun.

Kelebihan Metode POA:

Aspek Penjelasan

Sederhana Mudah dibuat dan dipahami oleh pelaksana di lapangan (kader, petugas desa)

Terstruktur Memuat informasi lengkap mulai dari kegiatan, indikator, target, hingga sumber daya

Fleksibel Bisa diadaptasi sesuai jenis program dan kondisi daerah Monitoring

mudah

Setiap capaian bisa dilacak, dievaluasi, dan diperbaiki dengan cepat

Berbasis partisipatif

Mendorong pelibatan masyarakat, desa, dan multisektor dalam pelaksanaan program

Rekomendasi Perbaikan dari Evaluasi POA:

1. Perkuat strategi promosi digital (gunakan influencer lokal, video pendek)

2. Pendampingan intensif bagi ibu rumah tangga untuk praktik olahan pangan lokal 3. Integrasi dengan program lain (PKH, dana desa, UMKM) untuk mendukung

keberlanjutan

4. Monitoring dan supervisi kebun gizi secara berkala agar hasil tetap optimal

(6)

3. Evaluasi Program Gizi dengan Metode HIPOPOC Apa itu HIPOPOC?

HIPOPOC adalah singkatan dari:

H: Health Inputs (Sumber daya program)

I : Processes (Kegiatan atau pelaksanaan program)

O: Outputs (Hasil langsung dari kegiatan)

O: Outcomes (Hasil jangka menengah pada masyarakat)

C: Coverage (Cakupan layanan/program)

C: Challenges/Opportunities (Tantangan dan peluang)

Kerangka ini sangat sistematis dan logis, serta memudahkan dalam mengevaluasi semua komponen penting dari sebuah program gizi.

Contoh Evaluasi Program Gizi Menggunakan HIPOPOC

Komponen Uraian Evaluasi

Health Inputs - Dana program: Rp 750 juta/tahun - 25 petugas gizi, 40 kader

- 10 Puskesmas & 50 Posyandu aktif - 50 timbangan digital & kit antropometri - 10.000 TTD, 5.000 PMT ibu hamil Processes - 100% kader dilatih

- 85% rumah balita stunting dikunjungi - 75% ibu hamil mendapat konseling gizi - 90% distribusi TTD

- Pertemuan lintas sektor bulanan Outputs - 1.200 ibu hamil diperiksa (90% target)

- 3.500 balita dipantau pertumbuhan (85%) - 4.800 keluarga menerima edukasi gizi - 45 Posyandu aktif dari 50 (90%)

Outcomes - Anemia ibu hamil turun dari 45% → 30%

- BBLR turun dari 12% → 8%

- ASI eksklusif naik dari 40% → 65%

- Stunting turun dari 30% → 25%

Coverage - TTD: 85% ibu hamil menerima - K4 (kunjungan kehamilan 4x): 78%

(7)

- Imunisasi dasar lengkap: 90%

- Pemantauan pertumbuhan balita: 85%

- Konseling gizi: 75%

Challenges - Kepatuhan minum TTD rendah (hanya 65% patuh) - Rendahnya keterlibatan ayah

- Akses air bersih di 3 desa terpencil terbatas - Kendala geografis (medan sulit)

Opportunities - Kolaborasi dengan UMKM lokal untuk MP-ASI lokal - Integrasi dengan program sosial (PKH, BPNT)

- Pemanfaatan aplikasi digital untuk pemantauan pertumbuhan - Pelibatan tokoh agama dan tokoh adat

Kelebihan Metode HIPOPOC:

Aspek Penjelasan

Holistik Menganalisis seluruh alur program mulai dari input hingga hasil di masyarakat

Struktural dan logis

Menyediakan kerangka berpikir sistematis dan mendalam Berbasis data Setiap elemen dievaluasi dengan data kuantitatif dan

kualitatif Cocok untuk

laporan besar

Ideal digunakan dalam laporan ke pemerintah, donor, atau lembaga internasional

(8)

Kesimpulan Perbandingan 3 Metode Evaluasi Program Gizi

Metode Evaluasi

Fokus Utama Komponen yang Dievaluasi Kelebihan Utama

Balanced Scorecard (BSC)

Strategi, dampak jangka panjang

Perspektif: 1) Pemangku kepentingan, 2) Proses internal, 3) Pembelajaran &

pertumbuhan, 4) Keuangan

Menyelaraskan seluruh elemen program dengan visi strategis; visual dan data-driven

Plan of Action (POA)

Perencanaan dan realisasi kegiatan

Masalah gizi, tujuan, kegiatan, indikator, waktu, PIC, sumber daya, monitoring & evaluasi

Praktis, terstruktur, mudah

diimplementasikan di lapangan

HIPOPOC Evaluasi sistemik dari awal sampai hasil

Health Inputs, Processes, Outputs, Outcomes, Coverage, Challenges/Opportunities

Analisis logis dan menyeluruh; cocok untuk laporan berbasis bukti

Referensi

Dokumen terkait

Abdul Chalik: Penerapan balanced scorecard sebagai metode pengukuran kinerja..., 2004... Abdul Chalik: Penerapan balanced scorecard sebagai metode pengukuran

internal dengan metode Balanced Scorecard pada Rumah Sakit. Umum

Perumusan strategi perusahaan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard memang memiliki manfaat yang cukup besar bagi perusahaan, terlebih dipadukan dengan

Evaluasi Kinerja Rumah Sakit X Periode 1998-2001 Menggunakan Modifikasi Balanced Scorecard, Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengukur kinerja aplikasi menggunakan metode IT Balanced Scorecard adalah melakukan penyelarasan terhadap visi, misi, dan tujuan

Bahtera Utama dengan melakukan pengukuran kinerja menggunakan metode Balanced Scorecard melalui empat perspektif yang diukur, yaitu perspektif keuangan , perspektif

Berdasarkan penelitian dan analisa pengukuran kinerja pada RSUD Sunan Kalijaga Demak dengan metode Balanced Scorecard, sehingga mendapatkan beberapa kesimpulan yang

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan café kopi bisang dengan menggunakan metode balanced scorecard menghasilkan