i
EVALUASI KINERJA SISTEM PERUSAHAAN
DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED
SCORECARD PADA BALAI BESAR
PENGEMBANGAN PENANGKAPAN IKAN
SEMARANG
Disusun Oleh:
Nama
:Abdul Lukman Saleh
NIM
:A12.2011.04359
Program Studi
:Sistem Informasi - S1
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
ii
EVALUASI KINERJA SISTEM PERUSAHAAN
DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED
SCORECARD PADA BALAI BESAR
PENGEMBANGAN PENANGKAPAN IKAN
SEMARANG
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Dian Nuswantoro Disusun Oleh:
Nama
:Abdul Lukman Saleh
NIM
:A12.2011.04359
Program Studi
:Sistem Informasi - S1
HALAMANUDUL
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
iii
iv
NB: Halaman ini tidak perlu dihapus dan dicetak Silakan download halaman ini di siadin setelah ujian
v
vi
vii
NB: Halaman ini tidak perlu dihapus dan dicetak Silakan download halaman ini di siadin setelah ujian
viii
lagi maha penyanyang yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga laporan tugas akhir dengan judul”
EVALUASI KINERJA SISTEM PERUSAHAAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD PADA BALAI BESAR PENGEMBANGAN PENANGKAPAN IKAN SEMARANG” dapat
penulis selesaikan sesuai dengan dukungan dari berbagai pihak yang dapat tenilai. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro.
2. Dr. Abdul Syukur, selaku Dekan Fasilkom.
3. Affandy , M.Kom, Ph.D selaku Ka.Progdi Sistem Informasi.
4. Bapak Sudaryanto, M.kom selaku dosen pembimbing tugas akhir.
5. Keluarga tercinta:Bapak, Ibu, Kakak serta Adikku yang tercinta Arby Efrianto dan Risa Nur Indriani yang senantiasa membantu dan mencurahkan seluruh tenaga serta dorongan demi kelancaran studi saya selama ini.
6. Dito Arbyanto,Lia Ariestanti, Aditya Pradipta ,Samsul hadi, erna alfiyani terima kasih atas dukungan dan semangatnya selama mengerjakan tugas akhir. 7. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang terima kasih telah
memperkenankan saya melakukan penelitian untuk tugas akhir .
Semarang, Oktober 2015 Penulis
ix
Dewasa ini pengukuran kinerja secara finansial tidaklah cukup mencerminkan kinerja organisasi sesungguhnya, sehingga dikembangkan suatu konsep Balanced
Scorecard. metode Balanced Scorecard merupakan metode untuk memberikan kartu skor untuk penilaian terhadap kinerja perusahaan Penelitian ini menentukan tingkat kinerja perusahaan pada Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang dengan menggunakan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pespektif pelanggan, perspektif proses internal bisnis, dan proses pertumbuhan dan pembelajaran. Adapun hasil Dari keempat perspektif diatas maka akan diperoleh hasil untuk evaluasi kinerja sistem perusahaan seberapa sehat suatu perusahaan dalam melaksanakan kinerja dalam setiap tahunnya
.
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan mengalami kenaikan pada tahun 2013 meskipun sempat mengalami penurunan kinerja perusahaan masih dalam keadaan yang sangat sehat. Oleh sebab itu pentingnya mengevaluasi kinerja sistem perusahaan agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan di setiap tahunya.Kata kunci : BSC, Evaluasi,Kinerja,Perspektif, Bisnis
xvi + 77halaman; 12 gambar; 18 tabel Daftar Acuan: 20 (2000 – 2009)
x
not enough for reflect organisational performance, thus developed a concept balanced scorecard . A method of balanced scorecard is a method to give cards scores for an assessment of the company performance this research determining the rate of the company performance at Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan semarang using four perspective namely financial perspective,perspective customers, the perspective of an internal process of business, and the process of growth and learning.the result of the four perspective above so to be obtained the result for performance evaluation system company how healthy an enterprise in implementing the performance in every year.From a research conducted that in 2012 decrease from the previous year and has increased by 2013 in a serious though the decline in the company performance are in a a very healthy.There fore the importance of the system to evaluate the performance of the company to increase the company performance in every the information.
Keywords : BSC, evaluation , performance , perspective , business
xvi + 77pages; 12 images; 18 tables References: 20 (2000 – 2009)
xi
Persetujuan Laporan Tugas Akhir ... iv
Pengesahan Dewan Penguji ... v
Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ... vi
PernyataanPersetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis .. vii
Ucapan Terimakasih ... viii
Abstrak ... ix
Abstract ... x
Daftar Isi ... xi
Daftar Gambar... xv
Daftar Tabel ... xvi
Bab 1 Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Tujuan Penelitian ... 2
1.5 Manfaat Penelitian ... 2
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Tinjauan Pustaka ... 4
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 6
2.2.1 Pengertin Sistem ... 6
2.2.3 Pengertian Sistem Informasi ... 7
2.3 Pengertian Kinerja ... 7
2.3.1 Pengertian penilaian kinerja ... 7
2.3.2 Tujuan penilaian kinerja... 7
2.3.3 Manfaat Penilaian kinerja ... 8
2.4 Balanced Scorecard ... 8
2.4.1 Pengertaian Balance Scorcard ... 8
2.5 Konsep Balanced Scorecard ... 9
2.6 Empat perspektif Balanced Scorecard ... 9
2.6.1 Perspektif Financial ... 9
2.6.2 Perspektif Pelanggan ... 11
2.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal ... 12
2.6.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 13
2.6.5 Keunggulan Balanced Scorecard ... 14
2.6.6 Manfaat Balanced Scorecard ... 15
Bab 3 METODE PENELITIAN ... 17
3.1 Metode Pengumpulan Data ... 17
3.2 Metode Penelitian ... 17
3.2.1 Metode Analisis ... 17
3.2.2 Operasional Variabel Penelitian... 18
3.3 Kriteria Total Skor Kinerja ... 28
3.4 Metode Pengembangan Sistem ... 28
3.4.1 Metode Prototype ... 28
3.4.2 Kelebihan dan Kekurangan ... 30
3.4.4 Analisis Kebutuhan Sistem ... 31
3.4.5 Implementasi ... 34
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1 Diskripsi Objek Penelitian ... 35
4.1.1 Sejarah BPPI Semarang ... 35
4.1.2 Visi , Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis BPPI Semarang ... 36
4.1.3 Tujuan Pelayanan ... 37
4.2 Analisa SWOT ... 38
4.3 Tujuan Strategis ... 41
4.4 Hubungan Sebab-Akibat ... 41
4.5 Pengukuran dan Pembobotan ... 43
4.5.1 Perspektif Keuangan ... 44
4.5.2 Prespektif pelanggan ... 47
4.5.3 Perspektif Proses Bisnis ... 52
4.5.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 54
4.6 Hasil Perhitungan dan Pembobotan Balance Scorecard ... 58
4.7 Aplikasi Perhitungan Balanced Scorecard ... 60
4.7.1 Halaman Login ... 60
4.7.2 Form Menu utama Perhitungan Balanced Scorcard ... 62
4.7.3 Form Menu Profil Perusahaan BBPPI Semarang ... 63
4.7.4 Form Menu Perhitungan Perspektif Keuangan( Balanaced Scorcard) 63 4.7.5 Form Menu perhitungan Perspektif Pelanggan (Balanced Scorcard) 65 4.7.6 Form Menu perhitungan Perspektif Proses Internal Bisnis (Balanced Scorcard) ... 66
4.7.7 Form Menu perhitungan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
(Balanced Scorcard) ... 67
4.7.8 Output perhitungan perspektif (Balanced Scorcard) ... 68
Bab 5 PENUTUP ... 69
5.1 Simpulan ... 69
5.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
xv
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Prototyping ... 31
Gambar 3.3 Spesifikasi Kebutuhan Sistem ... 32
Gambar 4.1 Hubungan Sebab-akibat ... 42
Gambar 4.2 Form login ... 61
Gambar 4.3 Form Menu Utama ... 62
Gambar 4.4 Menu Profil Perusahaan BPPPI Semarang ... 63
Gambar 4.5 Form Menu Perhitungan Perspektif Keuangan ... 64
Gambar 4.6 Form Menu Perhitungan Perspektif Pelanggan... 65
Gambar 4.7 Form Menu Perhitungan Perspektif Proses Internal Bisnis ... 66
Gambar 4.8 Form Menu Perhitungan Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 67
xvi
Tabel 2.1 Penelitian Terkait ... 4
Tabel 3.1 Kriteria Nilai ... 23
Tabel 3.2 kriteria total skor kinerja ... 28
Tabel 4.1 Matriks SWOT BBPPI Semarang ... 39
Tabel 4.2 Tujuan Strategis ... 41
Tabel 4.3ROI BBPPI Semarang Tahun 2011-2013 ... 44
Tabel 4.4 Rasio Efisiensi BBPPI Semarang Tahun 2011-2013 ... 44
Tabel 4.5Rasio Efektivitas BBPPI Semarang Tahun 2011-2013 ... 45
Tabel 4.6Rasio Ekonomi BBPPI Semarang Tahun 2011-2013 ... 45
Tabel 4.7Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan BBPPI Semarang tahun 2011-2013 ... 46
Tabel 4.8 Pelanggan Baru BBPPI Semarang Tahun 2011-2013 ... 48
Tabel 4.9Retensi Pelanggan BBPPI Semarang Tahun 2011-2013 ... 50
Tabel 4.10Pengukuran Kinerja Perspektif Pelanggan BBPPI Semarang ... 50
Tabel 4.11Pengukuran Kinerja Perspektif Proses Bisnis BBPPI Semarang tahun 2011-2013 ... 52
Tabel 4.12Retensi Karyawan BBPPI Semarang Tahun 2011-2013 ... 56
Tabel 4.13Tingkat Produktivitas Karyawan BBPPI Semarang Tahun 2011-2013 56 Tabel 4.14 Pengukuran Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran BBPPI Semarang Tahun 2011-2013 ... 57 Tabel 4.15Hasil Perhitungan dan Pembobotan Balanced Scorecard tahun 2011 . 59 Tabel 4.16Hasil Perhitungan dan Pembobotan Balanced Scorecard tahun 2012 . 59
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat, hampir setiap aktivitas manusia pada segala aspek kehidupan sangat bergantung pada kecepatan dalam memperoleh informasi. Internet bukanlah menjadi hal asing lagi pada zaman sekarang, segala macam informasi dapat mudah diakses melalu internet.
Menurut PP No. 46/2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS mulai tahun 2014 meliputi:
1. Menyiapkan diri, dan membiasakan diri untuk menilai dirinya sendiri secara jujur.
2. PNS harus membiasakan diri bekerja di bawah target, dan dengan jadwal yang ketat, kalau tak ingin nilainya merah.
Dalam proses evaluasi sistem yang dilakukan oleh atasan terhadap penilaian kinerja perusahaan pada Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang masih menggunakan tradisonal konvensional karena belum memanfaatkan media internet dalam pengambilan penilaian kinerja pegawai. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah website untuk membuat sistem pendukung keputusan oleh atasan untuk meningkatkan dan memberikan nilai terhadap penilaian kinerja secara efektif dan efisien.
Menurut Mulyadi (2001: 1-2) istilah Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu Balanced (Berimbang) dan Scorecard (Kartuskor)[1]. Kata berimbang (Balanced) dapat diartikan dengan kinerja yang diukur secara berimbang dari dua sisi, yaitu sisi keuangan dan non keuangan, mencangkup jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan bagian internal dan eksternal. Sedangkan pengertian kartu skor (Scorecard) adalah suatu kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja baik untuk kondisi sekarang maupun untuk perencanaan di masa datang.
evaluasi kinerja sistem perusahaan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard, karena Balanced Scorecard merupakan kinerja yang diukur secara berimbang dari dua sisi yaitu keuangan dan keuangan.
Dari latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil judul :“EVALUASI
KINERJA SISTEM PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE BALANCED SCORECARD PADA BALAI BESAR
PENGEMBANGAN PENANGKAPAN IKAN SEMARANG”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang telah diuraikan,maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “bagaimana mengevaluasi kinerja sistem perusahaan jika diukur dengan menggunakan metode Balanced Scorecard pada Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini batasan masalah yang akan digunakan adalah dengan membuat evaluasi kinerja sistem perusahaan pada Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang untuk menilai tingkat pencapaian kinerja yang di khususkan pada Balai Besar Penangkapan Ikan Semarang.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk membuat evaluasi kinerja sistem perusahaan Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang agar dapat meningkatkan kinerja pegawai dengan menggunakan metode Balanced Scorecard.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak antara lain :
1. Bagi Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semrang
Dapat memberikan kontribusi kepada BBPPI untuk membantu dalam evaluasi terhadap kinerja perusahaan, berbasis website dengan menggunakan metode Balanced Scorecard agar hasil dari kinerja pegawai dapat diakses kapanpun oleh karyawan BBPPI.
2. Bagi penulis
a. Guna melengkapi tugas dan syarat kelulusan strata-1 jurusan Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro.
b. Menambah wawasan, pengetahuan,pengalaman dan dapat menguji kemampuan peneliti dalam merancang dan membangun website dan menganalisa cara pengambilan keputusan terhadap kinerja pegawai oleh manager.
3. Bagi Pembaca
Sebagai tambahan penegtahuan dan wawasan bagi yang ingin merancang dan membagung website serta tambahan wawasan tentang Balanced Scorecard. 4. Bagi Universitas Dian Nuswantoro
Dapat digunakan untuk bahan informasi, referensi, arsip dan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam membimbing mahasiswa.
4 2.1 Tinjauan Pustaka
Beberapa penenlitian yang terkait dengan evaluasi kinerja sistem perusahaan Untuk Menentukan evaluasi Kinerja perusahaan Barbasis Web pada Balai Besar Pengembangan Penagkapan Ikan Semarang Dengan menggunakan Metode Balanced Scorecard:
Penelitian yang dilakukan oleh Erlina (2014) [2]. Hasil penelitian bagaimana mengukur kinerja perusahaan dengan banyak perspektif dengan menggunakan metode Balanced Scorecard. Ni Pt Yessy Crhistina dan I Putu Sudana (2010) membahas tentang Penilian Kinerja pada Pt. ADHY KARYA dengan menggunakan pendekatan metode Balanced Scorecard[3]. Renny Octaviana (2010) Pengukuran dan Analisa kinerjaDengan menggunkan metode Balanced Scorecard pada PT “X”[4].
Oktaviani Nurwidanti (2011) hasil penelitian bagaimana Evaluasi Kinerja Perusahaan dengan Pendekatan Balanced Scorecard(Studi Kasus di PT Inti Luhur Fuja Abadi)[5]. Dengan batasan masalah hanya sampai pada penyusunan program dan tidak membahas penyusunan anggaran, implementasi, dan pemantauan.
Tabel 2.1 Penelitian Terkait
No Nama Peneliti
dan Tahun Masalah Metode Hasil
1. Erlina , 2009 BagaimanaMe ngukur kinerja perusahaan dengan
Metode yang digunakan
balanced scorcard
Kinerja perusahaan dari perspektif keuangan dan perspektif
No Nama Peneliti
dan Tahun Masalah Metode Hasil
menggunakan banyak perspektif dengan menggunakan balanced scorcard pertumbuhan dan pembelajaran sudah baik karena semua tolok ukur telahmemenuhi taget yang ditetapkan perusahaan 2. Hamzah, Suyoto, Paulus Mudjihartono, 2010 Mengembangk an Sistem penilaian kinerja dosen di Universitas Respati Yogyakarta
metode Penilaian Kinerja yang digunakan adalah
Balanced Scorecard
Penilaian kinerja dosen dengan metode Balanced Scorecard dengan hasil yang cukup baik 3. Yulisnawati, 2014 Bagaimana kinerja RSUD Sunan kalijaga demak dinilai dengan menggunakan Balanced Scorcard
metode Penilaian Kinerja yang digunakan adalah
Balanced Scorecard
Berdasarkan
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa RSUD Sunan Kalijaga Demak setelah di ukur dengan pengukuran kinerja balanced scorecard hasilnya sangat baik.
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.2.1 Pengertin Sistem
Sistem yaitu terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran dan tujuan. Secara sederhana sistem merupakan suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variable yang saling terkait, saling berhubugan dan saling bergantung satu dengan yang lainnya. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan sistem adalah kumpulan dari bagian yang saling berhubungan secara bersama membentuk kesatuan untuk mencapai sebuah tujuan bersama yang sudah ditetapkan.
2.2.2 Karakteristik Sistem
Untuk memahami dan mengembangkan sistem ,maka perlu membedakan unsur-unsur sistem. Karakteristik sistem yang memedakan antara sistem yang satu dengan sistem yang lainnya :
1. Batasan(boundary) penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk didalam sistem dan mana yang ada diluar sistem.
2. Lingkungan (environment) segala sesuatu diluar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala dan input terhadap sistem.
3. Masukan(input)sumber daya(data,bahan baku, peralatan dan energi) dari lingkunga yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
4. Keluaran(ouput) sumber daya atau produk(informasi,laporan, dokumen, tampilan pada layer komputer, barang jadi) yang disediakan lingkungan sistem oleh kegiatan didalam sistem.
5. Komponen(component) proses dalam suatu sistem yang merubah input menjadi bentuk setengah jadi (output) komponen ini merupakan subsistem dari sebuah sistem.
6. Penghubung(interface) tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungan yang saling berinteraksi.
7. Penyimpanan(storage) digunakan untuk menyimpan sementara dan tetap dari sebuah sistem informasi, energi, bahan baku, dan lain sebagainya.
Penyimpanan merupakan media diantara komponen tersebut untuk berkerja dengan berbagai tahapan yang ada dan memungkinkan komponen yang berbeda dari data yang sama.
2.2.3 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan sitm dengan komponen-komponen yang bekerja untuk mengolah data menjadi sebuah informasi. Tujuanya adalah untuk menyajikan informasi dalam pengambilan keputusan pada perencanaan, pemerkasaan,pengorganisasian, dan pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu perusahaan dan menyajikan sinergi organisasi pada proses.
2.3 Pengertian Kinerja
2.3.1 Pengertian penilaian kinerja
Ambar Teguh Sulistyani, Rosidah (2009)[6]. Pada Prinsipnya penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu dalam instansi yang dulakukan terhadap organisasi Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat kontribusi individu atau kinerja yang di ekspresikan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 2.3.2 Tujuan penilaian kinerja
Adapun tujuan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ujuan dan sasaran manajemen dan pegawai. 2. Memotivasi pegawai untuk memperbaiki kinerjanya.
3. Mendistribusikan reward dari organiasi/Instansi yang yang dapat berupa penambahan gaji/upah dan promosi yang adil.
2.3.3 Manfaat Penilaian kinerja
Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan-kebijakan organisasi. Kebijakan-kebijakan organisasi dapat menyangkut aspek individual dan aspek organisasional. Adapun secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organiasasi adalah sebagai berikut : 1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja
5. Untuk Kepentingan Penelitian pegawai
6. Membantu diagnosisi terhadap kesalahan desain pegawai Informasi penilaian kinerja tersebut oleh pimpinan dapat dipakai unutk mengelola kinerja pegawainya, dan mengungkapkan kelemahan kinerja pegawai sehingga manajer dapat menentukan tujuan maupun peringkat target yang harus diperbaiki. Tersedianya informasi kinerja pegawai, sangat membantu pimpinan dalam mengambil langkah perbikan program-program kepegawaian yang telah dibuat, maupun program-program organisasi secara menyeluruh. 2.4 Balanced Scorecard
2.4.1 Pengertaian Balance Scorcard
Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen,pengukuran, dan pengendalian yang secara capat, tepat, dan komperhensif dapat memberikan kepada manajer tentang performance bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat (cause and effect), perspektif keuangan menjadi perpektif utama yang dijelaskan oleh tolak ukur operasional pada tiga perspektif lainnya sebagai driver (lead indicators). (Sony Yuwono, Edy Sukarno dan Muhammad Ichsan, 2006,)[7].
2.5 Konsep Balanced Scorecard
Konsep BSC pertama kali dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton(1996: ) dalam bukunya yang berjudul Translating Strategy Into Action: The Balanced Scorecard. Balanced Scorecard (BSC)[8], merupakan salah satumetode pengukuran danmanajemen performance untuk faktor internal dan eksternal dari suatu perusahaan. Saatini, kebanyakan perusahaan masih menggunakan pengukuran financial sebagai acuanpengukuran kinerja perusahaan, sehingga manajer tidak mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan akibat strategi yang mereka terapkan. Metode Balanced Scorecard melengkapai manajemen dengan framework yangmentranslasikan visi dan strategi ke dalam sistem pengukuran yang terintegrasi, yaitu: financial perspective, customer perspective, internal business process perspective, dan learning and growth perspective. Empat perspektif di dalam BSC menyatakan adanya saling keterkaitan untuk dapat menggambarkan strategi yang dimiliki perusahaan.
2.6 Empat perspektif Balanced Scorecard 2.6.1 Perspektif Financial
Balanced Scorecard memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Tolak ukur keuangan saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi danJ ohny Setyawan, 2001).Balanced Scorecard adalah suatu metode pengukuran kinerja yang di dalamnya ada keseimbangan antara keuangan dan non-keuangan untuk mengarahkan kinerja perusahaan terhadap keberhasilan. BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2001)[1] sebagai berikut:
1. Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan revenue).
2. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkanlaba (melalui peningkatan cost effectiveness).
3. Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi dalam proyek yang menghasilkan return yang tinggi. Di dalam Balanced Scorecard, pengukuran finansial mempunyai dua peranan penting, di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada pengukuran finansial yang menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah direncanakan dan yang kedua adalah akan memberi dorongan kepada tiga perspektif yang lainnya tentang target yang harusdicapai dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Kaplan dan Norton[8], siklus bisnis terbagi tiga tahap, yaitu: bertumbuh (growth), bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus tersebut mempunyai tujuan fmansial yang berbeda. Growth merupakan tahap awal dalam siklus suatu bisnis. Pada tahap ini diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang dirasa sangat potensial bagi bisnis tersebut. Untuk itu, maka pada tahap growth perlu dipertimbangkan mengenai sumber daya untuk mengembangkan produk baru dan meningkatkan layanan, membangun serta mengembangkan fasilitas yang menunjang produksi, investasi pada sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung terbentuknya hubungan kerja secara menyeluruh dalam mengembangkan hubungan yang baik dengan pelanggan. Secara keseluruhan tujuan fmansial pada tahap ini adalah mengukur persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan di pasar sasaran. Tahap selanjutnya adalah sustain (bertahan), di mana pada tahap ini timbul pertanyaan mengenai akan ditariknya investasi atau melakukan investasi kembali dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian yang mereka investasikan. Pada tahap ini tujuan fmansial yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh keuntungan. Berikutnya suatu usaha akan mengalami suatu tahap yang dinamakan harvest (menuai), di mana suatu organisasi atau badan usaha akan berusaha untuk mempertahankan bisnisnya.
Tujuan finansial dari tahap ini adalah untuk untuk meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran dana.
2.6.2 Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha. Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit opetasi dalam upaya mencapai target finansialnya. Selanjutnya apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan mereka (Kaplan, dan Norton, 1996)[8].Produk dikatakan bernilai apabila manfaat yang diterima produk lebih tinggi daripada biaya perolehan (bila kinerja produk semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan dipersepsikan pelanggan). Perusahaan terbatas untuk memuaskan potential customer sehingga perlu melakukan segmentasi pasar untuk melayani dengan cara terbaik berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang ada. Ada dua kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan, yaitu:
1. Kelompok pengukuran inti (core measurement group). Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mencapai kepuasan, mempertahankan, memperoleh, dan merebut pangsa pasar yang telah ditargetkan. Dalam kelompok pengukuran inti, kita mengenal lima tolak ukur, yaitu: pangsa pasar, akuisisi pelanggan (perolehan pelanggan), retensi pelanggan (pelanggan yang dipertahankan), kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan.
2. Kelompok pengukuran nilai pelanggan (customer value proposition). Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengukur nilai pasar yang mereka kuasai dan pasar yang potensial yang mungkin bisa mereka masuki. Kelompok pengukuran ini juga dapat menggambarkan pemacu kinerja yang menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi
pelanggan yang tinggi. Value proposition menggambarkan atribut yang disajikan perusahaan dalam produk/jasa yang dijual untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan. Kelompok pengukuran nilai pelanggan terdiri dari:
a. Atribut produk/jasa, yang meliputi: fungsi, harga, dan kualitas produk. b. Hubungan dengan pelanggan, yang meliputi: distribusi produk kepada
pelanggan, termasuk respon dari perusahaan, waktu pengiriman, serta bagaimana perasaan pelanggan setelah membeli produk/jasa dari perusahaan yang bersangkutan.
c. Citra dan reputasi, yang menggambarkan faktor intangible bagi perusahaan untuk menarik pelanggan untuk berhubungan dengan perusahaan, atau membeli produk.
2.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui flnancial retuns.Tiap-tiap perasahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum, Kaplan dan Norton (1996)[8] membaginya dalam tiga prinsip dasar, yaitu:
1. Proses inovasi
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi. Tetapi ada juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi. Di dalam proses inovasi itu sendiri terdiri atas dua komponen, yaitu: identifikasi keinginan pelanggan, dan melakukan proses perancangan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Bila hasil inovasi dari perusahaan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka produk tidak akan mendapat tanggapan positif dari pelanggan, sehingga tidak memberi tambahan pendapatan bagi perasahaan bahkan perasahaan harus mengeluarkan biaya investasi pada proses penelitian dan pengembangan.
2. Proses operasi.
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan, mulai dari saat penerimaan order dari pelanggan sampai produk dikirim ke pelanggan. Proses operasi menekankan kepada penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini, berdasarkan fakta menjadi fokus utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian besar organisasi.
3. Pelayanan purna jual
Adapun pelayanan purna jual yang dimaksud di sini, dapat berupa garansi, penggantian untuk produk yang rusak.
2.6.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang. Penting bagi suatu badan usaha saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk menghasilkan produk/jasa, tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber daya manusia, sistem dan prosedur. Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari manusia, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka suatu badan usaha harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan teknologi informasi, serta menata ulang prosedur yang ada. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup tiga prinsip kapabilitas yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:
Kapabilitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan. Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh manajemen:
1. Kepuasan pekerja
Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan produktivitas, tanggung jawab, kualitas, dan pelayanan kepada konsumen. Unsur yang dapat
diukur dalam kepuasan pekerja adalah keterlibatan pekerja dalam mengambil keputusan, pengakuan, akses untuk mendapatkan informasi, dorongan untuk bekerja kreatif, dan menggunakan inisiatif, serta dukungan dari atasan.
2. Retensi pekerja
Retensi pekerja adalah kemampuan imtuk mempertahankan pekerja terbaik dalam perusahaan. Di mana kita mengetahui pekerja merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan. Jadi, keluamya seorang pekerja yang bukan karena keinginan perusahaan merupakan loss pada intelektual kapital dari perusahaan. Retensi pekerja diukur dengan persentase turnover di perusahaan.
3. Produktivitas pekerja
Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah untuk menghubungkan output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang seharusnya untuk menghasilkan output tersebut.
4. Kapabilitas sistem informasi
Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sistem informasi adalah tingkat ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, serta jangka waktu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.
2.6.5 Keunggulan Balanced Scorecard
Komprehensif Sebelum konsep Balanced Scorecard ditemukan, perusahaan beranggapan bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk mengukur kinerja perusahaan. Setelah keberhasilan Balanced Scorecard, para eksekutif perusahaan baru menyadari output yang dihasilkan oleh perspektif
keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari tiga perspektif lainnya, yaitu pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran pertumbuhan. Dengan adanya perluasan pengukuran ini diharapkan manfaat yang diperoleh oleh perusahaan adalah pelipat gandaan keuangan di jangka panjang dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memasuki arena bisnis yang kompleks.
1. Koheren Balanced Scorecard mewajibkan personal untuk membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai sasaran yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Seimbang Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan dalam empat perspektif meliputi jangka pendek dan panjang berfokus pada faktor internal dan eksternal. Keseimbangan dalam Balanced Scorecard juga tercermin dengan selarasnya scorecard personal staf dengan scorecard perusahaan sehingga setiap personal yang ada dalam perusahaan bertanggung jawab untuk memajukan perusahaan.
3. Terukur Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya keyakinan bahwa “if we can measure it, we can manage it, if we can manage it, we can achieve it”. Sasaran strategik yang sulit diukur seperti pada perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan dengan menggunakan Balanced Scorecard dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan.
2.6.6 Manfaat Balanced Scorecard
Adapun manfaat Balanced Scorecard (BSC) bagi organisasi atau perusahaan menurut Kaplan dan Norton (Gultom, 2009)[8].antara lain :
1. Mengklarifikasikan dan mengkomunikasikan strategi keseluruh organisasi. 2. Menyelaraskan sasaran departemen dan individu dengan strategi organisasi. 3. Mengkaitkan sasaran strategis dengan target jangka panjang dan anggaran
4. Mengidentifikasikan dan menyelaraskan inisiatif strategi. 5. Melaksanakan peninjauan strategi secara periodik.
6. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk memperbaiki strategi. Sedangkan menurut Gunawan (2000)[9] keunggulan Balanced Scorecard: yaitu Adaptif dan responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis dan Fokus terhadap tujuan perusahaan Keunggulan Balanced Scorecard lainnya adalah: 1. Merupakan sekumpulan pengukuran yang memberikan pandangan bisnis yang
luas dan komprehensif kepada manajer puncak. 2. Memberitahukan akibat terjadinya kegagalan.
3. Meminimumkan kelebihan informasi yang membatasi jumlah pengukuran yang digunakan.
4. Menggabungkan pengukuran finansial dan pertumbuhan dan operasional pada kepuasan konsumen, proses internal, inovasi organisasi, dan pertumbuhan organisasi.
5. Mendorong manajer untuk melihat bisnis dari empat pandangan, yaitu keuangan, pelanggan, proses internal bisnis serta pembelajaran dan pertumbuhan.
17 3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada pihak terkait untuk mengambil informasi yang dibutuhkan pada Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang.
2. Kuesioner yaitu melakukan pengajuan kuisioner supaya memperoleh tingkat kepuasan karyawan maupun pelanggan pada Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang sebagai pelaku utama.
3. Studi literatur merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari dari berbagai sumber diantaranya buku, jurnal, paper atau website yang dapat menunjang informasi yang mendukung penelitian. Studi literatur berisi tentang teori, temuan dan penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Metode Analisis 1. Uji Validasi
Uji validasi digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuisioner.apabila kuisioner dianggap valid maka kuisioner mampu mengungkap sesutau yang akan dikur dengan kuisioner tersebut. Pengujian validasi menggunakan skala linkert yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai masing-masing butir pertanyaan dengan total nilai. Kriteria yang digunakan dalam untuk menentukan valid tidaknya dengan butir nilai pertanyaan nilai yang memiliki total nilai yang signifikan.
2. Diskriptif Kuantitatif
Analisa dari hasil penelitian yaitu dengan menggunakan perhitungan angka-angka atau pengukuran berdasarkan perhitungan angka-angka yang diperoleh dari rumusan tertentu. Metode kuantitatif ini digunakan untuk pengukuran kinerja perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses internal bisnis,dan perspektif pertumbuhan pembelajaran.
3.2.2 Operasional Variabel Penelitian
Dalam metode Balanced Scorecard terdapat empat perspektif yaitu : 1. Perspektif keuangan
Perspektif keuangan merupakan ukuran keuangan yang merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang dihasilkan dalam pengambilan keputusan. dalam aspek keuangan menunjukan apakah perencanaan,implementasi dan pelaksanaan dari strategi dapat memberikan perbaikan yang mendasar. Dalam penelitian ini menggunkan perhitungan ROI, dan Rasio Efisiensi, Rasio Ekonomi, dan Rasio Efektifitas yang bisa dihitung seperti dibawah ini :
a. ROI (Return On Investment)
Rasio yang digunakan pengukuran kemampuan dari modal yang diinvestasikan untuk keseluruhan. Aktiva dalam menghasilkan laba bersih. Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan laba usaha dengan total aktiva.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖
𝑅𝑂𝐼 = × 100 % 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
b. Rasio Efisiensi
Rasio yang bisa untuk mengukur seberapa efisien badan kepegawaian dalam mempergunakan aktivanya. Dalam pengukurannya dengan membandigkan penjualan dengan aktiva lancar.
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑙𝑚 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = × 100 %
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
c. Rasio Efektifitas
Rasio efektifitas yatu rasio yang menggambarkan berhasil atau tidaknya badan kepegawaian dalam mencapai tujuannya. Dengan cara membandingkan pengeluaran dengan anggaran yang ditetapkan.
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
d. Rasio Ekonomi
Rasio yang menunjukan kehematan dalam pengguna anggaran belanja. Dengan membandingkan pengeluaran dengan anggaran yang sudah ditetapkan.
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖= × 100% 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan Balanced Scorecard, manageman harus dapat mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing didalam segmen sasaran. Perspektif ini terdiri dari berbagai ukuran utama dalam keberhasilan perusahaan.
Ukuran utama tersebut adalah : a. Kepuasan Pelanggan
Mengukur kepuasan pegawai dengan cara menyebar kuesioner kepada pegawai yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pegawai atas sasaran kinerja pegawai yang telah dikerjakan, kuesioner yang disebar sebanyak 30 responden.
Untuk perhitungan kuesioner dengan menggunkan perhitungan sebagai berikut :
Mengukur kepuasan pelanggan dengan cara menyebar kuesioner kepada pelanggan yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan oleh BBPPI Semarang, jumlah kuesioner yang di sebar sebanyak 30 responden.
Untuk perhitungan kuesioner dengan menggunakan perhitungan Skala Linkert sebagai berikut :
1) Sangat Baik bernilai 5 poin 2) Baik bernilai 4 poin
3) Kurang Baik C bernilai 3 poin 4) Tidak Baik bernilai 2 poin
5) Sangat Tidak Baik bernilai 1 poin
Kriteria interpretasi berdasarkan interval : 1) Angka 0% - 20% = sangat tidak baik 2) Angka 20% - 40% = tidak baik
3) Angka 40% - 60% = cukup baik 4) Angka 60% - 80% = baik
5) Angka 80% - 100% = sangat baik Rumus : T x Pn
Dimana :
T = total jumlah responden yang memilih Pn =pilihan angka skor linkert
Interpretasi skor perhitungan :
Y = skor tertinggi linkert x jumlah responden X = skor terendah linkert x jumlah responden Rumus index % = total skor / Y x 100 Rumus interval = 100 / jumlah skor linkert
b. Jumlah Pelangan Baru
Melihat jumlah pelanggan yang berhasil diperoleh oleh perusahaan.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑟𝑢
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑟𝑢 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
c. Retansi Pelanggan
Tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan kondumen.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑚𝑎
𝑅𝑒𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛 = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
3. Perspektif Proses bisnis /internal ( Internal Process Perspective)
Fokus dalam perspektif ini adalah proses internal dari manajemen perusahaan yang harus dilakukan. Proses internal yang harus dilakukan adalah proses yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa sehingga dapat menarik dan mempertahankan pelanggan di pasar yang akhirnya dapat memuaskan ekspektasi pemegang saham. Perbedaan fundamental antara pendekatan tradisional dan Balanced scorecard sebagai berikut pendekatan tradisional bertujuan untuk memantau dan meningkatkan proses bisnis yang telah ada. Sementara pendekatan Balanced scorecard akan selalu mengindentifikasi keseluruhan proses yang baru dimana perusahaan harus memenuhi tujuan keuangan dan pelanggannya. Sasaran strategis dari perspektif proses bisnis ini adalah organizational capital seperti meningkatnya kualitas proses layanan kepada customer, komputerisasi proses layanan kepada customer, dan penerapan insfrastruktur teknologi yang memudahkan pelayanan kepada customer.Adapun beberapa proses internal bisnis dalam penyusuan SKP diantaranya :
a. Penilaan capain SKP diukur dari aspek kuantitas dilakukan dengan membandingkan antara realisasi output (RO) dengan target output (TO)
dikalikan 100. Hasil dari perhitungan ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi realisasi output dari target output yang direncanakan, menunjukan tingkat prestasi kerja yang semakin baik atau sebaliknya semakin rendah realisasi output yang direncanakan, menunujukan tingkat prestasi kerja yang semakin buruk.
Perhitungan capaian SKP berdasarkan aspek kualitas,dengan rumus :
𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑅𝑂)
𝑆𝐾𝑃 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘(𝐾𝑢𝑎𝑛) = × 100 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑇𝑂)
b. Penilaian capaian SKP diukur dari aspek kualitas dilakukan dengan membandingkan antara realiasasi kualitas (RK) dengan target kualitas (TK) dikalikan 100. Hasil dari perhitungan ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi realisasi kulaitas dari target kualitas yang direncananakan, menunjukan tingkat prestasi kerja yang semakin baik, atau sebaliknya semakin rendah realisasi kualitas dari target kualitas yang direncananakan menunjukan tingkat prestasi kerja yang semakin buruk. Perhitungan capaian SKP berdasarkan aspek kualitas, dengan rumus :
𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠(𝑅𝐾)
𝑆𝐾𝑃 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘(𝐾𝑢𝑎𝑙) = × 100 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐾𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠(𝑇𝐾)
Untuk mengukur apakah ouput berkualitas atau tidak dengan menggunakan pedoman penilaian sebagai berikut :
Tabel 3.1Kriteria Nilai
KRITERIA NILAI KETERANGAN
91-100
Hasil kerja sempurna tidak ada kesalahan, tidak ada revisi dan pelayanan diatas standar yang ditentukan dan lain-lain.
76-90
Hasil kerja mempunyai 1 atau 2 kesalahan kecil tidak ada kesalahan besar, revisi dan pelayanan sesuai standar yang telah ditentukan dan lain-lain.
61-75
Hasil kerja mempunyai 3 atau 4 kesalahan kecil, dan tidak ada kesalahan besar, revisi dan pelayanan cukup memenuhi standar yang ditentukan dan lain-lain.
51-60
Hasil kerja mempunyai 5 kesalahan kecil dan ada kesalahan besar, revisi dan pelayanan tidak cukup memenuhi standar yang ditentukan dan lain-lain.
50 kebawah
Hasil kerja mempunyai lebih dari 5 kesalahan kecil dan ada kesalahan besar, kurang memuaskan, revisi, pelayanan dibawah standar yang ditentukan dan lain-lain.
c. Penilain capaian SKP diukur dari aspek waktu dihitung dari nilai tertimbang (NT= 1,76) dikalikan dengan target waktu (TW) dikurangi Realisasi Waktu (RW) dibagi target waktu (TW) dikalikan 100. Hasil dari perhitungan ini dapat diartikan bahwa semakin lama reaslisasi waktu yang dipergunakan dari target waktu yang direncanakan, menunjukan tingkat prestasi kerja yang semakin buruk atau sebaliknya semakin cepat realisasi waktu dari target waktu yang direncanakan (maksimal efisiensi
waktu sampai dengan 24 %), menunujukan tingkat prestasi kerja yang semakin baik atau sangat baik.
Aspek waktu perhitungan sebagai berikut :
1) Dalam penilaian aspek waktu, untuk mengetahui persentase efisiensi waktu dari target waktu yang ditentukan
perhitunganya menggunakan rumus :
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢(𝑅𝑊)
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 = 100%− × 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢(𝑇𝑊)
2) Dalam hal kegiatan tidak dilakukan maka realisasi waktu 0 (nol) perhitunganya menggunakan rumus :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛
𝑆𝐾𝑃 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 1,76×𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢− 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑈𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐾𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎 𝑛 = × 0 × 100 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝐷𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛
3) Dalam hal tingkat efisiensi waktu ≤ 24% (kurang dari atau sama dengan dua puluh empat persen) dari target yang ditentukan maka untuk menghitung nilai capaian SKP dengan menggunakan rumus :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑆𝐾𝑃 1,76× 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢− 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 = × 100 ( 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖) 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
≤ 24%
4) Dalam hal tingkat efisiensi waktu ≥ 24% ( lebih dari dua puluh empat persen dari target yang ditentukan maka untuk menghitung nilai capaian SKP dengan menggunakan rumus :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑆𝐾𝑃 1,76×𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 − 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 =76 − × 100 −100 (𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖) 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
d. Penilaian capaian SKP diukur dari aspek biaya dihitung dari nilai tertimbang ( NT = 1,76 ) dikalikan dengan target biaya (TB) dikurangi realisasi biaya (RB) dibagi target biaya ( TB) Dikalikan 100. Hasil dari perhitungan ini dapat diartikan bahwa semakin besar realisasi biaya yang dipergunkan dari target biaya yang direncanakan,menunjukan tingkat prestasi kerja yang semakin buruk atau sebaliknya semakin kecil realisasi biaya dari target biaya yang direncanakan ( maksimal efisiensi biaya samapi dengan 24%), menunjukan tingkat prestasi kerja yang semakin baik.
Aspek biaya perhitunganya sebagai berikut ;
1) Dalam penilaian aspek biaya, untuk mengetahui presentase efisiensi biaya dari target biaya yang ditentukan perhitunganya menggunakan rumus :
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎(𝑅𝐵)
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 = 100%− × 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
2) Dalam hal kegiatan tidak dilakukan maka realisasi biaya 0 (nol) perhitunganya menggunkan rumus :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 1,76×𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎−𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑆𝐾𝑃 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 = ×0× 100
𝐾𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛
3) Dalam hal tingkat efisiensi biaya ≤ 24 % ( kurang dari atau sama dengan dua puluh empat persen ) dari target yang ditentukan maka untuk menghitung nilai capaian SKP dengan menggunakan rumus :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 1,76×𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 – 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑆𝐾𝑃 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘 = × 100 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡) 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
4) Dalam hal tingkat efisiensi biaya > 24 % (lebih dari dua puluh empat persen) dari target yang ditentukan maka untuk
menghitung nilai capaian SKP dengan menggunakan rumus :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 1,76 × 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎– 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑆𝑃𝐾 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑘 = 76− ×100 −100 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡) 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝐸𝑓𝑒𝑠𝑖𝑛𝑠𝑖>24 %)
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Komponen untuk mengukur prespektif Pembelajaran dan Pertumbuhan yang digunakan adalah :
a. Produktivitas Karyawan
Digunakan untuk mengetahui produktivitas karyawan dalam bekerja dalam periode tertentu. Dengan menggunakan pengukuran membandingkan antara laba operasi dengan jumlah karyawan.
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = ×100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛
b. Retensi Karyawan
Digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah karyawan keluar dengan total karyawan tahun yang berjalan.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑅𝑒𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = ×100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 c. Kepuasan Karyawan
Mengukur kepuasan karyawan dengan cara menyebar kuesioner kepada karyawan yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan karyawan atas pelayanan yang diberikan oleh BBPPI Semarang, jumlah kuesioner yang di sebar sebanyak 30 responden.
Untuk perhitungan kuesioner dengan menggunakan perhitungan Skala Linkert sebagai berikut :
1) Sangat Baik bernilai 5 poin 2) Baik bernilai 4 poin
3) Kurang Baik C bernilai 3 poin 4) Tidak Baik bernilai 2 poin
5) Sangat Tidak Baik bernilai 1 poin Kriteria interpretasi berdasarkan interval : 1) Angka 0% - 20% = sangat tidak baik 2) Angka 20% - 40% = tidak baik
3) Angka 40% - 60% = cukup baik 4) Angka 60% - 80% = baik 5) Angka 80% - 100 = sangat baik Rumus : T x Pn
Dimana :
T = total jumlah responden yang memilih Pn =pilihan angka skor linkert
Interpretasi skor perhitungan :
Y = skor tertinggi linkert x jumlah responden X = skor terendah linkert x jumlah responden Rumus index % = total skor / Y x 100
3.3 Kriteria Total Skor Kinerja
Tabel 3.2 kriteria total skor kinerja
Keterangan Total Skor Kriteria
Sangat Sehat AAA ≥ 95 AA 80 < TS < 95 A 65 < TS < 80 Kurang Sehat BBB 50 < TS < 65 BB 40 < TS < 50 B 30 < TS < 40 Tidak Sehat CCC 20 < TS < 30 CC 10 < TS < 20 CC TS < 10 1
3.4 Metode Pengembangan Sistem 3.4.1 Metode Prototype
Proses pengembangan sistem seringkali menggunakan pendekatan prototype (prototyping). Metode ini sangat baik digunakan untuk menyelesaikan masalah kesalahpahaman antara user dan analis yang timbul akibat user tidak mampu mendefinisikan secara jelas kebutuhannya (Mulyanto, 2009)[10].
Sebagian user kesulitan mengungkapkan keinginannya untuk mendapatkan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Kesulitan ini yang perlu diselesaikan oleh analis dengan memahami kebutuhan user dan menerjemahkannya ke dalam bentuk model (prototype). Model ini selanjutnya diperbaiki secara terus menerus sampai sesuai dengan kebutuhan user.
Berikut adalah gambar dari model prototype :
Gambar 3.1 ilustrasi model Prototype Keterangan proses–proses dalam ilustrasi model prototype diatas :
1. Pengumpulan kebutuhan user: devoleper dan klien bertemu menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran- gambaran serta bagian-bagian yang akan dibutuhkan.
2. Perancangan: perancangan dilakukan cepat dan rancangan mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype.
3. Evaluasi prototype yaitu klien mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas kebutuhan software.
3.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan prototype adalah :
1. Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
2. Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
3. Pelanggan berperan aktif dalam pengembangan sistem. 4. Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
5. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkannya.
Kelemahan prototype adalah :
1. Pelanggan tidak melihat bahwa perangkat lunak belum mencerminkan kualitas perangkat lunak secara keseluruhan dan belum memikirkan pemeliharaan dalam jangka waktu yang lama.
2. Pengembang biasanya ingin cepat menyelesaikan proyek sehingga menggunakan algoritma dan bahasa pemrograman sederhana.
3. Hubungan pelanggan dengan komputer mungkin tidak menggambarkan teknik perancangan yang baik.
3.4.3 Langkah-langkah Pembuatan Prototype
Proses pembuatan prototype merupakan proses yang interaktif dan berulang-ulang yang menggabungkan langkah-langkah siklus pengembangan tradisional. Prototype dievaluasi beberapa kali sebelum pemakai akhir menyatakan prototype tersebut diterima. Gambar di bawah ini mengilustrasikan proses pembuatan prototype :
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Prototyping
3.4.4 Analisis Kebutuhan Sistem
Selanjutnya melakukan studi kelayakan (feasibility study) untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan pemakai akhir, kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat dan kelayakan proyek yang diusulkan (Mulyanto, 2009)[10].Analisis kebutuhan sistem sebagai bagian dari studi awal bertujuan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan spesifik sistem. Kebutuhan spesifik sistem adalah spesifikasi mengenai hal-hal yang akan dilakukan sistem ketika diimplementasikan (Mulyanto, 2009)[10].
Analisis kebutuhan sistem harus mendefinisikan kebutuhan sistem yang spesifik antara lain :
1. Masukan yang diperlukan sistem (input) 2. Keluaran yang dihasilkan (output) 3. Operasi-operasi yang dilakukan (proses) 4. Sumber data yang ditangani
5. Pengendalian (kontrol)
Gambar 3.3 Spesifikasi Kebutuhan Sistem
Tahap analisis kebutuhan sistem memerlukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan sistem dengan mendefinisikan apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh sistem tersebut kemudian menentukan kriteria yang harus dipenuhi sistem. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi adalah pencapaian tujuan, kecepatan, biaya, kualitas informasi yang dihasilkan, efisiensi dan produktivitas, ketelitian dan validitas dan kehandalan atau reliabilitas (Mulyanto, 2009).
1. Desain Sistem
Analisis sistem (system analysis) mendeskripsikan apa yang harus dilakukan sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai. Desain sistem (system design) menentukan bagaimana sistem akan memenuhi tujuan tersebut. Desain sistem terdiri dari aktivitas desain yang menghasilkan spesifikasi fungsional. Desain sistem dapat dipandang sebagai desain interface, data dan proses dengan tujuan menghasilkan spesifikasi yang sesuai dengan produk dan
metode interface pemakai, struktur database serta pemrosesan dan prosedur pengendalian (Ioanna et al., 2007)[11].
Desain sistem akan menghasilkan paket software prototype, produk yang baik sebaiknya mencakup tujuh bagian :
a. Fitur menu yang cepat dan mudah. b. Tampilan input dan output. c. Laporan yang mudah dicetak.
d. Data dictionary yang menyimpan informasi pada setiap field termasuk panjang field, pengeditan dalam setiap laporan dan format field yang digunakan.
e. Database dengan format dan kunci record yang optimal.
f. Menampilkan query online secara tepat ke data yang tersimpan pada database.
g. Struktur yang sederhana dengan bahasa pemrograman yang mengizinkan pemakai melakukan pemrosesan khusus, waktu kejadian, prosedur otomatis dan lain-lain.
2. Pengujian Sistem
Paket software prototype diuji, diimplementasikan, dievaluasi dan dimodifikasi berulang-ulang hingga dapat diterima pemakainya. Pengujian sistem bertujuan menemukan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada sistem dan melakukan revisi sistem. Tahap ini penting untuk memastikan bahwa sistem bebas dari kesalahan (Mulyanto, 2009)[10].
Menurut Sommerville (2001)[12] pengujian sistem terdiri dari :
a. Pengujian unit untuk menguji komponen individual secara independen tanpa komponen sistem yang lain untuk menjamin sistem operasi yang benar.
b. Pengujian modul yang terdiri dari komponen yang saling berhubungan. c. Pengujian sub sistem yang terdiri dari beberapa modul yang telah
d. Pengujian sistem untuk menemukan kesalahan yang diakibatkan dari interaksi antara subsistem dengan interface serta memvalidasi persyaratan fungsional dan non fungsional.
e. Pengujian penerimaan dengan data yang dientry oleh pemakai dan bukan uji data simulasi.
f. Dokumentasi berupa pencatatan terhadap setiap langkah pekerjaan dari awal sampai akhir pembuatan program.
3.4.5 Implementasi
Setelah prototype diterima maka pada tahap ini merupakan implementasi sistem yang siap dioperasikan dan selanjutnya terjadi proses pembelajaran terhadap sistem baru dan membandingkannya dengan sistem lama, evaluasi secara teknis dan operasional serta interaksi pengguna, sistem dan teknologi informasi.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Diskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah BPPI Semarang
Berdirinya BBPPI diawali dengan berdirinya Pangkalan Armada Survei dan Eksplorasi Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian RI bertempat di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang tahun 1975, berdasarkan Surat KeputusanMenteri Pertanian Nomor : 190/Kpts/Org/5/1975,tanggal 2Mei 1975. Sesuai dengan beban tugas yang diberikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 308/Kpts/Org/1978, tanggal 1 April 1978 maka ditetapkan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang perikanan lingkup Direktorat Jenderal Perikanan dengan nama Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI) Semarang.Seiring dengan perkembangan tugas yang di emban, serta dengan berdirinya Departemen Kelautan dan Perikanan, maka terbitlah Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Kep.26G/MEN/2001, tanggal 01 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang. BPPI Semarang mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan penerapan dan pengembangan teknik penangkapan dan pengawasan serta kelestarian sumberdaya hayati perairan.Pada tahun 2006 BPPI Semarang meningkat statusnya yaitu dari Eselon III/A menjadi Eselon II/B dengan nama Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI). Perubahan tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : Per.03/MEN/2006, tanggal 12 Januari 2006, tentang Susunan Struktur Organisasi Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan.Dan pada tahun 2014 BBPPI Semarang berubah menjadi Balai Besar Penangkapan Ikan dengan menghilangkan kata Pengembangan, hal tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : 19/PERMEN-KP/2014, tanggal 15 Agustus 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Penangkapan Ikan.
4.1.2 Visi , Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis BPPI Semarang 1. Visi
“Pembangunan kelautan dan perikanan adalah pembangunan kelautan dan perikanan yang Berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.”
2. Misi
a. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. b. Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Kelautan dan
Perikanan.
c. Memelihara Daya Dukung dan Kualitas Lingkungan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
3. Tujuan
a. Meningkatkan Produksi dan Produksivitas Usaha Kelautan dan Perikanan.
b. Meningkatkan peran sektor kelautan dan perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
c. Meningkatkan kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan.
d. Meningkatkan pendapatan.
e. Berkembangnya Diversifikasi dan Pangsa Pasar Produk Hasil Kelautan dan Perikanan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan.
f. Meningkatkan ketersediaan hasil kelautan dan perikanan.
g. Meningkatkan branding produk perikanan dan market share di pasar luar negeri.
h. Meningkatkan mutu dan keamanan produk perikanan sesuai standar. i. Terwujudnya Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara
Berkelanjutan. Pencapaian tujuan ini ditandai dengan.
j. Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara berkelanjutan. k. Meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil.
l. Meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia yang diawasi oleh aparatur pengawas Kementrian Kelautan dan Perikanan.
4.1.3 Tujuan Pelayanan
1. Meningkatnya peranan sektor kelautan dan perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya persentase pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan.
2. Meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya produksi perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan garam rakyat.
3. Meningkatnya pendapatan. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya Nilai Tukar Nelayan/Pembudidayaan Ikan.
4. Meningkatnya ketersediaan hasil kelautan dan perikanan. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya konsumsi ikan per kapita.
5. Meningkatnya branding produk perikanan dan produk perikanan dan market share di pasar luar negeri. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan.
6. Meningkatnya mutu dan keamanan produk perikanan sesuai standar. Indikator Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah menurunnya jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra. 7. Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara berkelanjutan. Indikator
Kinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah tugas 8. Kawasan Konservasi Perairan yang dikelola secara berkelanjutan.
9. Meningkatnya nilai ekonomi pulau-pulau kecil. Indikator nKinerja Utama (IKU) pencapaian sasaran strategis ini adalah jumlah pulau-pulau kecil, termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola.
10. Meningkatnya luas wilayah perairan Indonesia yang diawasi oleh aparatur pengawas Kementrian Kelautan dan Perikanan. Indikator Kinerja Utama