Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Abad 21: Perspektif Calon Guru dan Analisis Kebutuhan
Isti Oktaviani
Pendidikan Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia Email : [email protected]
Abstrak
Pendidikan di abad 21 menghadapi tantangan kompleks akibat perubahan cepat, kemajuan teknologi, dan kebutuhan akan keterampilan abad 21. Oleh karena itu, pengembangan instrumen penilaian keterampilan abad 21 menjadi esensial, terutama dalam konteks pendidikan calon guru. Penelitian dilakukan dengan metode kajian Pustaka dan hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa konsep keterampilan abad 21 dikaji melalui kerangka kerja seperti Framework 21-Century Education dan Assessment and Teaching of 21st Century Skills, serta disesuaikan dengan pendekatan nasional di Indonesia. Instrumen penilaian dikategorikan menjadi literasi dasar, kompetensi, dan pendidikan karakter. Tantangan dalam pengembangan instrumen melibatkan kompleksitas pengukuran aspek kreativitas, kolaborasi, dan inisiatif yang memerlukan validitas dan reliabilitas. Dampak revisi kurikulum 2013 dievaluasi, dan upaya konkret dalam sistem pendidikan untuk meningkatkan keterampilan abad 21 diidentifikasi. Studi awal ini menyimpulkan bahwa instrumen penilaian dalam bentuk e-assessment diperlukan untuk mengidentifikasi keterampilan abad 21 calon guru. Data penelitian menjadi landasan untuk pengembangan instrumen yang sesuai dengan kebutuhan teoritis dan praktis.
Kata Kunci : Abad 21, Keterampilan Abad 21, Instrumen Penilaian, E- Assessment, Pendidikan Calon Guru, Revisi Kurikulum 2013.
PENDAHULUAN
Penilaian memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan, mencakup serangkaian proses yang melibatkan pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai, dan hal ini menjadi dasar
pengambilan keputusan (Harry, 2013). Dalam implementasi pembelajaran, penilaian diarahkan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik, sehingga informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk langkah-langkah tindak lanjut yang sesuai.
Penting untuk memahami bahwa proses penilaian dapat dibagi menjadi dua kriteria utama, yaitu evaluasi dan asesmen. Evaluasi berkaitan dengan penilaian terhadap pencapaian program atau institusi secara menyeluruh, sementara asesmen fokus pada penilaian terhadap pencapaian individu. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat mengembangkan strategi penilaian yang lebih efektif dan relevan, memastikan bahwa penilaian tidak hanya mengukur hasil pembelajaran secara umum, tetapi juga memberikan wawasan mendalam terhadap kemajuan setiap peserta didik. Dengan demikian, penilaian tidak hanya menjadi alat evaluasi, tetapi juga menjadi sarana untuk memberikan umpan balik konstruktif dan mendukung pengembangan peserta didik secara holistik.
Penilaian hasil belajar peserta didik, seiring dengan standar penilaian Kurikulum 2013, memiliki cakupan yang luas, mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Aspek sikap melibatkan penilaian terhadap sikap religius dan kepribadian sosial peserta didik. Penilaian terhadap aspek ini diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran, mengakui bahwa sikap-sikap tersebut adalah fondasi utama dalam pembentukan karakter peserta didik.
Secara keseluruhan, penilaian terhadap ketiga aspek ini, termasuk keterampilan, bertujuan untuk menilai secara holistik dan menyeluruh kemajuan peserta didik. Dengan demikian, diharapkan bahwa hasil penilaian ini bukan hanya mencerminkan penguasaan materi, tetapi juga menciptakan dasar yang kokoh untuk pengembangan karakter dan keterampilan siswa.
Dalam era abad 21, kita dihadapkan pada kemajuan pesat di berbagai bidang, diiringi oleh perkembangan teknologi baru dan kehadiran kecerdasan buatan.
Transformasi ini menciptakan lingkungan di mana manusia, peralatan, dan mesin dapat berkomunikasi melalui teknologi dan internet. Untuk menyelaraskan diri dengan dinamika zaman ini, penting bagi individu untuk memiliki keterampilan (soft skill) sebagai landasan utama. Keterampilan ini bukan hanya menjadi faktor penentu kelangsungan hidup, tetapi juga kunci untuk pengembangan diri dan
pencapaian tujuan (Chu et al., 2016; Haviz et al., 2020; Martins-Pacheco et al., 2020). Istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada keterampilan ini adalah
"keterampilan abad 21." Dengan menguasai keterampilan abad 21, diharapkan seseorang dapat tidak hanya bertahan dalam lingkungan yang terus berubah, tetapi juga mampu berkembang dan mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam menghadapi dinamika abad ke-21 yang ditandai oleh percepatan perkembangan di berbagai sektor, kehadiran teknologi baru, dan berbagai bentuk kecerdasan buatan, keterampilan abad 21 menjadi esensial bagi Sumber Daya Manusia (SDM) agar mampu mengatasi permasalahan, menghadapi tantangan, serta berhasil dalam kehidupan dan karir. Para ahli dan lembaga internasional mengajukan berbagai konsep terkait keterampilan abad 21, yang umumnya terbagi menjadi tiga kelompok utama menurut Framework 21-Century Education: literasi dasar, kompetensi, dan pendidikan karakter.
Literasi dasar mencakup literasi teks dan bahasa, numerasi, literasi sains, literasi teknologi informasi, literasi keuangan, literasi budaya, dan hak-kewajiban warga negara. Kompetensi melibatkan berpikir kritis/pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Sedangkan pendidikan karakter mencakup rasa ingin tahu, inisiatif, manajemen diri, adaptabilitas, kepemimpinan, dan pemahaman serta respons terhadap keragaman sosial dan budaya.
Perspektif lain dari Assessment and Teaching of 21st Century Skills mengelompokkan keterampilan abad 21 menjadi empat kategori: ways of thinking, ways of working, tools of working, dan living in the world. Ways of thinking mencakup kemampuan berpikir kreatif, inovatif, kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan metakognisi. Ways of working berkaitan dengan cara bekerja, termasuk berkomunikasi dan berkolaborasi. Tools of working mencakup pengetahuan umum dan literasi teknologi komunikasi dan informasi. Living in the world mencakup kewarganegaraan, ketahanan dan adaptabilitas, tanggung jawab personal dan sosial, serta kompetensi dan kesadaran budaya.
Di Indonesia, penelitian mengenai keterampilan abad 21 masih terbatas, terutama dalam mengidentifikasi seluruh jenis keterampilan tersebut secara bersamaan. Revisi kurikulum 2013 di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar dan keterampilan abad 21 melalui standar isi dan standar penilaian.
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan abad 21 peserta didik masih perlu ditingkatkan. Identifikasi keterampilan tersebut, seperti berpikir kritis, telah banyak dilakukan, tetapi identifikasi terhadap keterampilan lainnya masih minim.
Untuk mengatasi permasalahan ini, perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan abad 21. Melalui pendekatan ini, diharapkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan berpikir kreatif dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, penilaian atau asesmen juga dapat menjadi sarana untuk mengembangkan keterampilan abad 21, sehingga kedua komponen ini dapat berjalan selaras.
Meskipun demikian, hingga saat ini belum terdapat instrumen penilaian keterampilan abad 21 yang diakui sebagai valid, reliabel, dan terstandar. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi awal untuk menganalisis kebutuhan instrumen penilaian keterampilan abad 21 bagi calon guru. Penelitian ini dianggap sebagai langkah awal dalam mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan, yang nantinya dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya dalam pengembangan instrumen tersebut.
METODE
Dalam penyelenggaraan penelitian ini, metode yang digunakan adalah kajian kepustakaan. Proses pengumpulan data dilaksanakan melalui mini riset terhadap berbagai buku, literatur, dan penelitian terdahulu yang relevan dengan topik
"Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Abad 21: Perspektif Calon Guru dan Analisis Kebutuhan ". Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menyusun kerangka kerja yang kokoh berdasarkan kontribusi dan perspektif yang telah diungkapkan dalam literatur-literatur terkait. Dengan mengakses sumber- sumber tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menyajikan tinjauan menyeluruh tentang instrument penilaian, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keterampilan abad 21 telah diajukan dalam literatur terdahulu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Abad 21
Abad ke-21 adalah era transformasi yang kental dengan dinamika perubahan yang sangat cepat. Perkembangan teknologi baru, terutama dalam ranah teknologi informasi dan komunikasi (TIK), menjadi katalisator utama perubahan ini. Seperti yang disoroti oleh Dede (2010), TIK memegang peranan sentral dalam mengubah paradigma bekerja, berkomunikasi, dan memecahkan masalah.
Dalam konteks ini, revolusi TIK menciptakan suatu lingkungan di mana perubahan tidak hanya bersifat cepat, tetapi juga mendalam, meresap ke berbagai sektor kehidupan. Adanya teknologi baru memengaruhi tidak hanya cara kita bekerja, tetapi juga bagaimana kita berinteraksi satu sama lain, mengakses informasi, dan menjawab tantangan kompleks dalam masyarakat global saat ini.
Dengan adanya dinamika ini, penting untuk memahami bahwa perubahan tidak terbatas pada satu aspek saja; melainkan, melibatkan transformasi menyeluruh dalam cara kita hidup. Mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, hingga interaksi sosial, dampak dari perkembangan teknologi menciptakan suatu konteks di mana keterampilan abad 21 menjadi semakin vital.
Dalam keseluruhan, perkembangan teknologi baru dan kebutuhan akan keterampilan abad 21 menjadi pusat perhatian di abad ke-21, menciptakan lingkungan yang menuntut adaptasi cepat dan pengembangan keterampilan yang relevan untuk menghadapi tantangan masa depan.
Dalam konteks pendidikan, Binkley et al. (2012) secara tegas menyoroti urgensi keterampilan abad 21 sebagai respons terhadap dinamika tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks. Mereka merinci bahwa paradigma tradisional yang mengutamakan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung tidak lagi mencukupi untuk mempersiapkan individu menghadapi realitas masa depan.
Sebaliknya, fokus kini tertuju pada keterampilan abad 21 yang mencakup kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan berkolaborasi.
Pentingnya keterampilan abad 21 dalam dunia pendidikan disusun sebagai respons terhadap dinamika perubahan yang semakin cepat, di mana kebutuhan masyarakat global mengalami transformasi signifikan. Binkley et al. (2012) menekankan bahwa pendekatan konvensional yang hanya menekankan pada literasi
dasar tidak mampu menciptakan lulusan yang siap menghadapi tantangan kompleks di era kontemporer.
Dengan demikian, keterampilan seperti berpikir kritis menjadi esensial untuk memberdayakan individu menghadapi situasi yang serba cepat dan berubah-ubah.
Berkomunikasi efektif diidentifikasi sebagai keahlian yang tidak hanya membantu individu menyampaikan ide dengan jelas tetapi juga beradaptasi dengan berbagai konteks komunikasi yang beragam. Selain itu, kemampuan berkolaborasi diakui sebagai unsur kunci, mengingat banyaknya tugas dan proyek yang memerlukan kerjasama tim dalam lingkungan kerja modern.
Dengan penekanan pada keterampilan abad 21, pendidikan diharapkan dapat lebih efektif mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian masa depan. Pendekatan ini mencerminkan upaya untuk memperluas konsep pendidikan yang melibatkan lebih dari sekadar transfer pengetahuan dasar, tetapi juga pengembangan kemampuan dan sikap yang relevan dengan kebutuhan global yang terus berkembang.
Dalam konteks perubahan ekonomi, World Economic Forum (WEF) dalam laporannya pada tahun 2018 mengemukakan bahwa Revolusi Industri 4.0 membawa dampak signifikan terhadap pasar tenaga kerja global. Keterampilan abad 21 seperti pemikiran kreatif, kecerdasan emosional, dan kecakapan berinovasi menjadi esensial dalam menghadapi transformasi ekonomi yang didorong oleh teknologi.
Dengan adanya perubahan ini, UNESCO (2015) menggarisbawahi pentingnya pendidikan untuk mengembangkan keterampilan abad 21 guna menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan kompleks masa depan.
Dengan dasar-dasar tersebut, konteks abad ke-21 menciptakan landskap di mana keterampilan abad 21 menjadi krusial untuk mencapai kesuksesan dan ketahanan dalam menghadapi perubahan yang cepat dan mendalam.
Konsep Keterampilan Abad 21 dan Kategorisasi Instrumen Penilaian
Dalam menjelajahi konsep keterampilan abad 21, berbagai kerangka kerja diperkenalkan untuk memberikan arahan dalam merancang kurikulum dan penilaian yang relevan. Salah satu kerangka kerja yang sangat signifikan adalah Framework 21-Century Education. Framework ini secara komprehensif
mengidentifikasi tiga kelompok utama keterampilan abad 21, yang disusun sebagai literasi dasar, kompetensi, dan pendidikan karakter (P21, 2018).
Literasi dasar, sebagai bagian integral dari konsep ini, mencakup serangkaian aspek seperti literasi teks dan bahasa, numerasi, literasi sains, literasi teknologi informasi, literasi keuangan, literasi budaya, dan pemahaman hak-kewajiban warga negara. Setiap aspek literasi dasar ini dianggap sebagai pondasi esensial yang harus dimiliki oleh individu dalam menghadapi kompleksitas abad 21.
Sementara itu, kelompok kompetensi dalam Framework 21-Century Education mencakup keterampilan berpikir kritis/pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Aspek-aspek ini ditempatkan sebagai kemampuan yang krusial untuk menghadapi tantangan abad 21, di mana pemikiran inovatif, kemampuan memecahkan masalah, komunikasi yang efektif, dan kolaborasi menjadi inti dari pengembangan sumber daya manusia.
Pendidikan karakter, sebagai pilar ketiga dalam konsep ini, merangkul aspek- aspek seperti rasa ingin tahu, inisiatif, manajemen diri, adaptabilitas, kepemimpinan, dan pemahaman serta respons terhadap keragaman sosial dan budaya. Pendidikan karakter ditempatkan sebagai elemen penunjang yang memperkaya dimensi pribadi dan sosial peserta didik.
Sebagai panduan holistik, Framework 21-Century Education memberikan kerangka yang komprehensif dalam pengembangan keterampilan abad 21, memastikan bahwa pendidikan dapat memberikan persiapan yang sesuai dan berkelanjutan untuk menghadapi dinamika perubahan dalam masyarakat kontemporer.
Assessment and Teaching of 21st Century Skills juga memberikan perspektif yang penting. Framework ini mengelompokkan keterampilan abad 21 menjadi empat kategori: ways of thinking, ways of working, tools of working, dan living in the world (Zubaidah, 2018). Ways of thinking melibatkan kemampuan berpikir kreatif, inovatif, kritis, memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan metakognisi. Ways of working berkaitan dengan cara bekerja dalam hal berkomunikasi dan berkolaborasi. Tools of working berkaitan dengan peralatan yang diperlukan untuk bekerja, termasuk pengetahuan umum dan literasi teknologi komunikasi dan informasi. Living in the world melibatkan kemampuan untuk hidup
berdampingan dengan yang lainnya, termasuk kewarganegaraan, bertahan dan beradaptasi, tanggung jawab personal dan sosial, serta kompetensi dan kesadaran budaya (Redhana, 2019).
Tantangan dalam Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Abad 21
Dalam mengembangkan instrumen penilaian keterampilan abad 21, terutama dalam konteks persiapan calon guru, beberapa tantangan kritis perlu diperhatikan.
Salah satu tantangan utama adalah kompleksitas dalam mengukur aspek-aspek keterampilan abad 21, seperti kreativitas, kolaborasi, dan inisiatif. Zubaidah (2018), dalam Assessment and Teaching of 21st Century Skills, menyatakan bahwa untuk mengukur kreativitas dan kolaborasi, diperlukan pendekatan penilaian yang melibatkan pengamatan kontekstual dan implementasi tugas-tugas autentik.
Tantangan ini muncul karena sifat keterampilan abad 21 yang cenderung lebih kontekstual dan tidak selalu dapat diukur dengan pendekatan konvensional.
Diperlukan kerangka penilaian yang dapat memasukkan dimensi kontekstual dari kreativitas, kolaborasi, dan inisiatif agar dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kemampuan peserta didik dalam menghadapi tantangan abad 21.
Sebagai upaya mengatasi kompleksitas ini, para pengembang instrumen penilaian perlu terus berinovasi dan bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan praktisi untuk merancang metode penilaian yang lebih holistik dan kontekstual. Hal ini sejalan dengan pernyataan Zubaidah (2018), yang menunjukkan bahwa melibatkan pengamatan kontekstual dan tugas-tugas autentik dalam penilaian dapat menciptakan gambaran yang lebih mendalam dan relevan terhadap keterampilan abad 21.
Tantangan tambahan yang perlu diatasi adalah keharusan untuk mengembangkan instrumen penilaian yang tidak hanya memiliki validitas tinggi, tetapi juga reliabilitas yang dapat diandalkan. Carey et al. (2018), seperti yang diungkapkan dalam literatur, menyoroti bahwa untuk memastikan validitas instrumen penilaian keterampilan abad 21, pertimbangan menyeluruh perlu diberikan terhadap konten yang diukur, prosedur penilaian yang diterapkan, dan dampak interpretasi hasil penilaian. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus
terhadap desain instrumen penilaian agar dapat mencerminkan keberagaman konteks pembelajaran dan beradaptasi dengan beragam kemampuan peserta didik.
Pentingnya validitas dalam mengukur keterampilan abad 21 menuntut instrumen penilaian yang mampu mencakup esensi dari kreativitas, kolaborasi, dan inisiatif secara menyeluruh. Kehati-hatian dalam merancang instrumen ini menjadi kunci untuk memastikan bahwa pengukuran tersebut memadai dan dapat diandalkan dalam memberikan gambaran yang akurat terhadap keterampilan yang diinginkan.
Oleh karena itu, upaya peningkatan desain instrumen penilaian tidak hanya perlu menanggapi kompleksitas keterampilan abad 21 itu sendiri, tetapi juga harus mempertimbangkan keberagaman situasi pembelajaran dan kemampuan peserta didik.
Selaras dengan perspektif ini, Redhana (2019) menyoroti permasalahan dalam mengukur inisiatif dan kemampuan beradaptasi. Pengukuran atas aspek-aspek ini menuntut pendekatan yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap konteks pembelajaran dan melibatkan peserta didik secara aktif dalam situasi yang mencerminkan tantangan dunia nyata. Hal ini menegaskan pentingnya tidak hanya mengukur pengetahuan dan keterampilan konsep secara teoritis, tetapi juga menilai kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan dan mengadaptasi pengetahuan tersebut dalam konteks praktis. Tantangan ini menggarisbawahi perlunya instrumen penilaian yang dapat merefleksikan keterampilan praktis dan kemampuan beradaptasi peserta didik di dunia nyata, sehingga memberikan gambaran yang lebih holistik terhadap kesiapan mereka menghadapi kompleksitas abad ke-21.
Sumber daya manusia di sektor pendidikan perlu mempertimbangkan tantangan- tantangan ini agar pengembangan instrumen penilaian keterampilan abad 21 dapat memberikan gambaran yang akurat dan bermanfaat bagi calon guru. Dalam merespons tantangan ini, upaya perbaikan dan pengembangan harus ditekankan pada peningkatan validitas, reliabilitas, dan kontekstualitas instrumen penilaian.
Fokus ini sesuai dengan visi pengembangan pendidikan keterampilan abad 21 di Indonesia, yang menekankan perlunya instrumen penilaian yang sesuai dan efektif dalam mengukur kemajuan peserta didik.
Tantangan kompleks dalam mengukur aspek-aspek keterampilan abad 21, seperti kreativitas, kolaborasi, dan inisiatif, menuntut inovasi dalam desain
instrumen penilaian. Hal ini juga dikuatkan oleh penekanan pada validitas instrumen oleh Carey et al. (2018), yang menyoroti pentingnya mempertimbangkan konten yang diukur, prosedur penilaian, dan dampak interpretasi hasil penilaian.
Peningkatan validitas ini akan memberikan kejelasan lebih lanjut terhadap gambaran keterampilan peserta didik.
Selain itu, fokus pada reliabilitas instrumen penilaian menjadi esensial untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh dapat diandalkan dan konsisten. Redhana (2019) menyoroti tantangan dalam mengukur inisiatif dan kemampuan beradaptasi, yang menekankan perlunya pendekatan yang mencakup pemahaman mendalam terhadap konteks pembelajaran. Ini menunjukkan bahwa pengembangan instrumen perlu mempertimbangkan keragaman konteks pembelajaran dan kemampuan peserta didik.
Dengan memahami tantangan-tantangan ini, pengembangan instrumen penilaian keterampilan abad 21 dapat lebih efektif dan relevan. Hal ini sejalan dengan komitmen untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan kompetensi keterampilan abad 21 pada calon guru, yang pada gilirannya akan mendukung perbaikan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Implementasi Kurikulum Merdeka dan Upaya Peningkatan Keterampilan Abad 21
Keterampilan Abad ke-21 merujuk pada serangkaian keterampilan yang dianggap sangat penting untuk menghadapi tantangan dunia modern yang terus berkembang dengan cepat. Dalam dunia pendidikan, fokus utama kini adalah pada pengembangan Keterampilan Abad ke-21 guna mempersiapkan siswa untuk menghadapi perubahan yang terjadi di era informasi, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun teknologi. Pendidikan di era globalisasi dan kemajuan teknologi tidak lagi hanya berpusat pada penguasaan materi pelajaran tradisional, melainkan juga menekankan pengembangan keterampilan yang relevan dengan tuntutan zaman.
Keterampilan Abad ke-21 menjadi landasan bagi individu untuk dapat beradaptasi, berinovasi, dan berkontribusi dalam masyarakat yang semakin kompleks dan terhubung. Diantara keterampilan penting yang termasuk dalam Keterampilan Abad ke-21 adalah kemampuan berpikir kritis. Keterampilan ini mencakup kemampuan siswa untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan
membuat keputusan yang didasarkan pada bukti yang ada. Selain itu, berpikir kritis juga melibatkan kemampuan mengidentifikasi serta memecahkan masalah dengan cara yang inovatif dan efektif (Bucher & Manning, 2021). Selain itu jenjang yang menerapkan kurikulum merdeka dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenjang Pendidikan Penerapan Kurikulum Merdeka
No Jenjang Jumlah Satuan Pendidikan
1 PAUD 24.159
2 SD 84.034
3 SMA 6.448
4 SMK 8636.
5 SLB 709
6 RA 62
7 MI 215
8 MTs 108
9 MA 64
10 MAK -
11 SKB/PKMB 1665
Jumlah: 143.265
Data ini melibatkan jumlah lembaga pendidikan yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka pada berbagai tingkat dan jenis pendidikan di Indonesia (Ihsan, 2022). Selain kemampuan berpikir kritis, kreativitas juga menjadi elemen yang signifikan dalam Keterampilan Abad ke-21. Kreativitas melibatkan kapasitas siswa untuk menghasilkan ide-ide baru, berpikir secara inovatif, dan menerapkan solusi yang kreatif dalam berbagai situasi. Kemampuan kreativitas juga mencakup kecakapan siswa untuk menggabungkan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu dan sudut pandang yang berbeda untuk menciptakan solusi yang inovatif dan relevan (Darling-Hammond, L dkk., 2020).
Kemampuan berkolaborasi juga memainkan peran kunci dalam konteks Keterampilan Abad ke-21. Siswa perlu memahami bagaimana bekerja dalam tim, berbagi ide, mendengarkan pandangan rekan-rekan mereka, dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Efektivitas dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, juga menjadi bagian integral dari keterampilan kolaborasi. Selain itu, di era digital ini, literasi digital menjadi suatu keterampilan yang sangat penting.
Siswa harus memiliki pemahaman dan penguasaan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan bijak, termasuk kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan menyajikan informasi secara digital. Literasi digital juga memasukkan kecakapan dalam menggunakan berbagai alat dan aplikasi digital
untuk berkomunikasi, mencari informasi, dan berkolaborasi secara efektif (Partnership for 21st Century Learning, 2022).
Tidak hanya itu, Keterampilan Abad ke-21 juga mencakup kemampuan dalam memecahkan masalah, berpikir kritis, adaptabilitas, kepemimpinan, keterampilan pembelajaran sepanjang hidup, serta kesadaran sosial dan budaya. Semua keterampilan ini memiliki keterkaitan dan saling mendukung satu sama lain untuk menghadapi tuntutan dan perubahan yang kompleks di masyarakat dan dunia kerja (Dede, C, 2021). Pendekatan pendidikan yang menitikberatkan pada Keterampilan Abad ke-21 bertujuan untuk membentuk siswa yang mandiri, kreatif, kolaboratif, dan mampu beradaptasi dengan perubahan. Dengan memperkuat keterampilan- keterampilan ini, siswa akan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan dan menjadi kontributor berharga dalam masyarakat global yang terus berkembang.
Kurikulum Merdeka terbukti memiliki keterkaitan erat dengan pengembangan dan peningkatan Keterampilan Abad ke-21 di dalam konteks pendidikan. Adanya hubungan ini dapat diidentifikasi melalui beberapa aspek yang menjadi fokus dalam Kurikulum Merdeka, sebagaimana dijelaskan oleh Darling-Hammond, L dkk.
(2020).
Pertama, pembaruan kurikulum menjadi poin sentral dalam desain Kurikulum Merdeka, dengan fokus khusus pada pengembangan keterampilan abad ke-21.
Melalui penyesuaian dan pembaruan kurikulum, tujuan utama dari Kurikulum Merdeka adalah mempersiapkan siswa dengan keterampilan yang relevan untuk menghadapi tantangan dunia modern.
Selanjutnya, pendekatan pembelajaran aktif menjadi landasan dalam Kurikulum Merdeka, mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran.
Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
Metode pembelajaran kontekstual juga diutamakan dalam Kurikulum Merdeka, memberikan siswa kesempatan untuk menerapkan keterampilan abad ke-21 dalam konteks kehidupan nyata. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, adaptabilitas, dan kepemimpinan.
Pentingnya literasi digital dan penggunaan teknologi diakui oleh Kurikulum Merdeka sebagai elemen penting dalam pendidikan. Dalam rangka mengembangkan keterampilan abad ke-21, Kurikulum Merdeka mendorong penggunaan teknologi secara bijak dan meningkatkan literasi digital siswa.
Selain itu, Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pengembangan keterampilan metakognitif, yang mencakup pemahaman diri, pemantauan diri, dan pengaturan diri dalam proses belajar. Keterampilan metakognitif ini dianggap membantu siswa menjadi pembelajar mandiri yang mampu mengelola dan mengembangkan keterampilan abad ke-21 mereka.
Melalui strategi pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum Merdeka, diharapkan siswa memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 yang esensial dalam menghadapi perubahan dan tuntutan zaman modern.
Analisis Kebutuhan Instrumen Penilaian Keterampilan Abad 21 bagi Calon Guru
Keterampilan abad ke-21 menjadi aspek krusial yang perlu dikuasai oleh calon guru. Dalam konteks pendidikan modern, di mana tuntutan dan perubahan terus berkembang, keterampilan abad ke-21 menjadi fondasi esensial bagi para pendidik.
Calon guru dituntut untuk tidak hanya menguasai pengetahuan akademis, tetapi juga memperoleh keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Keterampilan tersebut mencakup berbagai aspek, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, literasi digital, dan kemampuan adaptasi. Berada di era di mana teknologi dan informasi mengalami perkembangan pesat, calon guru harus mampu menggunakan dan mengintegrasikan teknologi secara bijak dalam proses pembelajaran. Keterampilan abad ke-21 membekali calon guru untuk menjadi fasilitator pembelajaran yang inovatif, mampu menghadapi dinamika masyarakat modern, dan mempersiapkan generasi muda dengan keterampilan yang relevan untuk sukses di masa depan. Oleh karena itu, pemahaman dan penguasaan keterampilan abad ke-21 oleh calon guru menjadi pondasi utama dalam memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan pendidikan dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman. Dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Pernyataan Keterampilan Abad 21 Penting Dikuasai oleh Guru Penyataan diatas membuktikan bahwa 100% guru setuju bahwa keterampilan abad ke-21 merupakan kompetensi krusial yang harus dimiliki oleh calon guru. Hal ini disebabkan oleh peran guru sebagai pendidik yang bertanggung jawab untuk membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menghadapi dinamika perkembangan zaman. Guru tidak hanya perlu memiliki pengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan abad ke-21 yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Pandangan ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menegaskan bahwa keterampilan abad ke-21 menjadi kebutuhan esensial bagi SDM agar dapat mengikuti dan mengatasi tantangan kehidupan di era ini (Martins-Pacheco et al., 2020; Sulistyaningrum et al., 2019).
Pada Gambar 2 ditunjukan bahwa pernyataan bahwa keterampilan abad ke-21 pada calon guru perlu dievaluasi menggarisbawahi pentingnya penilaian terhadap kemampuan yang relevan dengan tuntutan zaman. Evaluasi keterampilan abad ke- 21 pada calon guru menjadi esensial dalam mengukur sejauh mana mereka dapat memenuhi peran dan tanggung jawabnya di dalam lingkungan pendidikan yang terus berkembang. Keterampilan abad ke-21 mencakup aspek seperti kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, literasi digital, dan adaptabilitas, yang semuanya merupakan kompetensi krusial dalam membimbing, mengajar, dan berinteraksi dengan siswa di era modern ini. Evaluasi ini memastikan bahwa calon guru memiliki kemampuan untuk memberdayakan siswa dengan keterampilan yang tidak hanya mencakup materi kurikulum tradisional, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi. Oleh karena itu, penilaian keterampilan abad ke-21 pada calon guru bukan hanya sebatas
pemahaman akan kurikulum, tetapi juga refleksi atas kesiapan mereka menghadapi tantangan kompleks dalam dunia pendidikan yang terus bertransformasi.
Gambar 2. Pernyataan Keterampilan Abad 21 Perlu Dievaluasi
Pada gambar 3, tergambar bahwa belum pernah dilakukan penilaian yang spesifik terkait keterampilan abad ke-21. Artinya, tidak ada evaluasi atau pengukuran khusus yang telah dilakukan untuk menilai sejauh mana individu atau kelompok tersebut memiliki keterampilan yang dianggap penting dalam konteks abad ke-21. Keterampilan abad ke-21 mencakup berbagai aspek seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan literasi digital, yang semuanya menjadi sangat relevan dalam menghadapi dinamika zaman modern. Kekurangan penilaian yang spesifik terhadap keterampilan ini dapat menjadi hambatan dalam memahami sejauh mana seseorang atau sekelompok orang telah mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan era saat ini. Oleh karena itu, adanya kebutuhan untuk melakukan penilaian yang lebih terfokus terkait keterampilan abad ke-21 menjadi suatu hal yang mendesak agar dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan keterampilan tersebut.
Gambar 3. Pernyataan Belum Pernah Ada Penilaian Khusus Terkait Penilaian Keterampilan Abad 21
Pada Gambar 4, menggambarkan kebutuhan akan instrumen penilaian keterampilan abad 21 khususnya bagi calon guru. Pentingnya instrumen penilaian ini muncul sebagai respons terhadap perubahan dan tuntutan di bidang pendidikan, di mana Keterampilan Abad ke-21 menjadi kunci dalam membekali calon guru agar dapat memberikan kontribusi yang relevan dan efektif dalam menghadapi dinamika dunia modern. Instrumen penilaian ini diharapkan dapat mengukur sejauh mana calon guru memiliki kemampuan dalam berbagai aspek keterampilan abad 21, seperti berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, kreativitas, literasi digital, serta kemampuan beradaptasi dan kepemimpinan. Dengan adanya instrumen penilaian yang terstruktur dan terstandar, calon guru dapat secara lebih objektif dinilai dalam hal kesiapan mereka mengembangkan keterampilan abad 21 baik dalam proses pembelajaran maupun dalam membimbing peserta didik. Sebagai tahap awal, penyusunan instrumen penilaian ini menjadi landasan penting untuk memastikan bahwa calon guru memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan pendidikan di era modern ini.
Gambar 4. Perlu Adanya Instrumen Penilaian
Penggunaan instrument penilaian keterampilan abad ke-21 melalui metode penilaian elektronik atau e-assessment merupakan salah satu pendekatan yang sesuai dan relevan dengan perkembangan zaman. Penilaian dengan menggunakan instrument elektronik memungkinkan integrasi teknologi dalam proses evaluasi, yang sejalan dengan tuntutan Keterampilan Abad ke-21, terutama literasi digital.
Dengan e-assessment, para peserta didik dapat diuji dalam konteks yang lebih dinamis dan interaktif, yang mencerminkan situasi kehidupan nyata. Keunggulan lainnya adalah fleksibilitas waktu dan ruang, memungkinkan peserta didik untuk mengakses dan menyelesaikan penilaian tanpa terkendala oleh faktor lokasi atau waktu tertentu. Dengan demikian, penerapan penilaian elektronik tidak hanya memberikan gambaran yang lebih holistik terhadap keterampilan abad ke-21, tetapi juga memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa, menggugah kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah dalam penggunaan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Adanya E-Assesment SIMPULAN
Dalam konteks abad 21 yang ditandai oleh dinamika perubahan cepat, perkembangan teknologi baru, dan kebutuhan akan keterampilan abad 21, pengembangan instrumen penilaian menjadi sangat penting. Penilaian keterampilan abad 21 memiliki relevansi yang krusial dalam konteks pendidikan, terutama bagi calon guru yang berperan penting dalam membentuk dan membimbing generasi mendatang. Konsep keterampilan abad 21, seperti yang diuraikan dalam kerangka kerja seperti Framework 21-Century Education dan Assessment and Teaching of 21st Century Skills, menyoroti literasi dasar, kompetensi, dan pendidikan karakter sebagai aspek utama. Pengkategorian instrumen penilaian berdasarkan tiga kelompok ini menjadi suatu landasan untuk mengukur secara holistik kemampuan peserta didik.
Namun, tantangan dalam pengembangan instrumen penilaian keterampilan abad 21 juga harus dihadapi. Kompleksitas dalam mengukur aspek-aspek seperti kreativitas, kolaborasi, dan inisiatif melalui instrumen penilaian yang valid dan reliabel menjadi perhatian utama, terutama dalam konteks kebutuhan calon guru.
Meskipun telah terjadi revisi kurikulum 2013, perlu dievaluasi dampaknya terhadap peningkatan hasil belajar dan keterampilan abad 21 di Indonesia. Upaya konkret dalam sistem pendidikan perlu diidentifikasi untuk lebih menonjolkan dan mengembangkan keterampilan abad 21.
Dalam rangka mengatasi tantangan ini, implementasi instrumen penilaian dalam bentuk e-assessment menjadi solusi yang dapat diandalkan. Penggunaan instrumen elektronik dapat memberikan keunggulan dalam pengukuran keterampilan abad 21, memberikan gambaran yang lebih dinamis dan terkini. Simpulannya, hasil penelitian dan pengembangan instrumen penilaian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian lanjutan dalam upaya menghasilkan instrumen yang sesuai dengan kebutuhan teoritis dan praktis, khususnya dalam mendukung persiapan calon guru menghadapi tuntutan abad 21.
DAFTAR PUSTAKA
Afdareza, M. Y., Yuanita, P., & Maimunah, M. (2020). Development of Learning Device Based on 21st Century Skill with Implementation of Problem Based Learning to Increase Critical Thinking Skill of Students on Polyhedron for Grade 8th Junior High School. Journal of Educational Sciences, 4(2), 273.
Artnership for 21st Century Learning. (2022). Framework for 21st Century Learning. https://www.p21.org/our-work/p21-framework.
Binkley, M., Erstad, O., Herman, J., Raizen, S., Ripley, M., Miller-Ricci, M., &
Rumble, M. (2012). Defining twenty-first century skills. In P. Griffin, B.
McGaw, & E. Care (Eds.), Assessment and teaching of 21st century skills (pp.
17–66). Springer.
Bucher, R., & Manning, M. L. (2021). 21st Century Skills: Rethinking How Students Learn.
Care, E., Kim, H., Vista, A., & Anderson, K. (2018). Education system alignment for 21st century skills: Focus on assessment. Center for Universal Education. at The Brookings Institution., January, 1-40. https://cutt.us/0EekQ
Chu, S. K. W., Reynolds, R. B., Tavares, N. J., Notari, M., & Lee, C. W. Y. (2016).
21st century skills development through inquiry-based learning. From theory to practice. 21st Century Skills Development Through Inquiry-Based Learning:
From Theory https://doi.org/10.1007/978-981-10-2481-8 Practice, January, 1- 204.
Darling-Hammond, L, Flook, L, Cook-Harvey, C, Barron, B, & Osher, D. (2020).
Implications for the Development of 21st-Century Skills. Annual Review of Psychology, 71, 471-499.
Dede, C. (2010). Comparing frameworks for 21st century skills. In J. Bellanca &
R. Brandt (Eds.), 21st century skills: Rethinking how students learn (pp. 51–76).
Solution Tree Press.
Dede, C. (2021). 21st Century Skills: Research & Practice. Education Development Center.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. (2022). Pedoman Pengembangan Kurikulum Merdeka. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Erdogan, V., Yang, J., Dahl Olli, Bondeson, D., Mathew, A. P., Oksman, K., Ferreira, F. V., Dufresne, A., Pinheiro, I. F., Souza, D. H. S., Gouveia, R. F., Mei, L. H. I., Lona, L. M. F., Wilsdon, J., Wang, N., Ding, E., Cheng, R., Fortunati, E., Armentano, I., Anwar, S. (2019). KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OLIMPIADE ΜΑΤΕΜΑΤΙΚΑ BERDASARKAN LEVEL METAKOGNISL. Alifmatika: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Haviz, M., Maris, I. M., Adripen, Lufri, David, & Fudholi, A. (2020). Assessing pre-service teachers' perception on 21st century skills in Indonesia.
Hermawati S, S. (2017). What Makes Effective Teaching in the 21 st Century. Ist English Language and Litearture International Conference (ELLiC).
http://103.97.100.145/index.php/ELLIC/article/viewFile/2472/2498
Ihsan, D. (2022, Agustus 12). Kemendikbud: 143.000 Satuan Pendidikan Terapkan Kurikulum Merdeka. Kompas.com.
Kemendikbud. (2021). Modul Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Peningkatan Keterampilan Abad ke-21. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Keterampilan Abad ke-21. Jurnal Pendidikan Inovatif, 08(02), 120-135. Wijaya, A.,
& Pratiwi, I. N. (2021). Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran Abad ke-21. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 27(2), 183-198.
Martins-Pacheco, L. H., Degering, L. P., Mioto, F., von Wangenheim, C. A. G., Borgato, A. F., & Petri, G. (2020). Improvements in bASES21: 21st-Century skills assessment model to K12. CSEDU 2020 Proceedings of the 12th International Conference on Computer Supported Education, I(Csedu), 297- 307. https://doi.org/10.5220/0009581702970307
Matematika, 1(1), 1-14. https://doi.org/10.1109/MTAS.2004.1371634 Harry, F.
(2013). Evaluasi Pembelajaran Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPL Miftianah, Nofia Nur., A. P. A. dan F. (2017). Analisis keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran SETS kelas X pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.. Seminar Nasional Pendidikan Sains Dan Teknologi FMIPA UMS.
Nusantara, 5(1), 142. https://doi.org/10.29407/jpdn.v5i1.13068 Winaryati, E.
(2018). Penilaian Kompetensi Siswa Abad 21. Seminar Nasional Edusainstek
FMIPA UNISMUS 2018, 6(1), 6-19.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/viewFile/4070/37 82 Oktariani, O., Febliza, A., & Fauziah, N. (2020). Keterampilan Berpikir Kritis Calon Guru Kimia sebagai Kesiapan Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Journal of Natural Science and Integration, 3(2), 114.
https://doi.org/10.24014/jnsi.v3i2.8791
P21. (2018). Framework for 21st Century Learning. Partnership for 21st Century Learning.
R. Kelley, T., Geoff Knowles, J., Han, J., & Sung, E. (2019). Creating a 21st Century Skills Survey Instrument for High School Students. American Journal of Educational Research, 7(8), 583-590.
Redhana, I. W. (2019). A Framework for 21st Century Skills Development: An Indonesian Context. Journal of Education and Learning, 13(2), 168-179.
Sahin, A., Yoon, M., & Kim, M. (2019). The Development and Validation of a 21 st Century Skills Instrument: Measuring Secondary School Students Skills.
Journal of Research in Science, Mathematics and Technology Education, 2(2), 85-103. https://doi.org/10.31756/jrsmte.223
Septikasari, R., & Frasandy, R. (2018). Keterampilan 4C Abad 21 Dalam Pembelajaran Pendidikan Dasar. Jurnal Tarbiyah Al Awlad, VIII, 107-117.
Sulistyaningrum, H., Winata, A., & Cacik, S. (2019). Analisis Kemampuan Awal 21st Century Skills Mahasiswa Calon Guru SD. Jurnal Pendidikan Dasar UNESCO. (2015). Education for Sustainable Development Goals: Learning
Objectives.
Usilo, A. (2022). Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Kurikulum Merdeka untuk Pengembangan
World Economic Forum. (2018). The Future of Jobs Report 2018.
Zubaidah, S., (2019). MENGENAL 4C: LEARNING AND INNOVATION SKILLS UNTUK MENGHADAPI October 2018, 0-18.
Zubaidah. (2018). 21st Century Skills in Curriculum. Journal of Education and Practice, 9(6), 17-21.