jasa pendidikan merupakan salah satu kelompok jasa yang tidak dikenai PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 4A ayat (3) huruf g UU PPN.
Dalam bagian Penjelasan Pasal 4A ayat (3) huruf g UU PPN, dinyatakan sebagai berikut:
“Jasa pendidikan meliputi:
1. jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional; dan 2. jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.”
Dengan kata lain, atas jasa pendidikan yang masuk ke kelompok jasa di atas bukan merupakan objek PPN atau tidak dikenai PPN. Selanjutnya, dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2012 (PP 1/2012) sebagai aturan pelaksana dari UU PPN menyatakan sebagai berikut:
1. Jenis barang dan jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 4A Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
2. Ketentuan mengenai kriteria dan/atau rincian barang dan jasa yang termasuk dalam jenis barang dan jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Silahkan lihat ke pasal 4 ayat (1) UU PPN Nomor 42/2009 Pasal 4
(1) Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23
1. Berdasarkan Pasal 1 angka (6) huruf b Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 141/PMK.03/2015 bahwa Jasa pelatihan dan/atau kursus termasuk dalam pengertian Jenis Jasa Lain sebagaimana dimaksud Dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf c Angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008. Namun demikian tidak diatur pengertian lebih lanjut mengenai jasa pelatihan dan/atau kursus.
2. Berdasarkan Angka 5 (lima) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 35/PJ/2010 tentang Pengertian Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan dengan Penggunaan Harta, Jasa Teknik, Jasa Manajemen, dan Jasa Konsultan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf C Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 bahwa:
“Jasa teknik sebagaimana dimaksud butir 1 huruf b merupakan pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yang berkenaan dengan pengalaman dalam bidang industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang dapat meliputi : 1.
pemberian informasi dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu, seperti pemetaan dan/atau pencarian dengan bantuan gelombang seismik; 2. pemberian informasi dalam pembuatan suatu jenis produk tertentu, seperti pemberian informasi dalam bentuk gambar-gambar, petunjuk produksi, perhitungan-perhitungan dan sebagainya; atau 3. pemberian informasi yang berkaitan dengan pengalaman di bidang manajemen, seperti pemberian informasi melalui pelatihan atau seminar dengan peserta dan materi yang telah ditentukan oleh pengguna jasa.”
3. Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) huruf C bahwa: “Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan: c. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas: 1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan 2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.”
4. Berdasarkan butir 2 dan 3 di atas, atas penghasilan yang diterima perusahaan PT. A terkait pemberian in-house training kepada karyawan PT. B terutang PPh Pasal 23. Hal itu disebabkan oleh jasa in-house training yang memiliki pengertian sebagai pelatihan dengan peserta dan materi yang telah ditentukan oleh pengguna jasa, merupakan Objek Pemotongan PPh Pasal 23 dengan tarif pajak sebesar 2%. Kemudian, dalam hal PT. A merupakan Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif 2% yaitu 4%.