PPN DAN PPnBM
Disusun oleh kelompok 2
Pajak Pertambahan Nilai
01
Dari kelompok 2
Pajak Pertambahan Nilai
PPN (Pajak Pertambahan Nilai)PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi dalam negeri oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, Badan, dan
Pemerintah. Dalam penerapannya, Badan atau Perorangan yang membayar pajak ini tidak diwajibkan untuk menyetorkan langsung ke
kas negara, melainkan lewat pihak yang memotong/memungut PPN.
Pajak Pertambahan Nilai bersifat objektif, tidak kumulatif, dan merupakan pajak tidak langsung. Subjek pajaknya terdiri dari
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan non PKP.
Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia
1. PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP wajib memungut PPN dari pembeli/penerima BKP/JKP yang bersangkutan sebesar 10% dari Harga Jual atau penggantian, dan membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutannya.
2. PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak Keluaran bagi PKP Penjual BKP/JKP, yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (utang pajak).
3. Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yang dikenakan PPN, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan yang sifatnya sebagai pajak yang dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yang dibeli tersebut berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.
4. Untuk setiap Masa Pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Dan sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisih tersebut dapat dikompensasi ke masa pajak berikutnya.
Restitusi hanya dapat diajukan pada akhir tahun buku. Hanya PKP yang disebutkan dalam Pasal 9 ayat (4b) UU Nomor 42 Tahun 2009 saja yang dapat mengajukan restitusi untuk setiap Masa Pajak.
5. PKP di atas wajib menyampaikan SPT Masa PPN setiap bulan ke Kantor Pelayanan Pajak terkait paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
Objek Pajak Pertambahan Nilai
• Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
• Impor Barang Kena Pajak.
• Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
• Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
• Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Pengecualian objek PPN
Barang kebutuhan pokok
Makanan & minuman yg disajikan di restaurant
1. beras;
2. gabah;
3. jagung;
Uang dan emas batangan
Jasa pendidikan
Barang hasil
pertambangan atau pengeboran
Jasa pelayanan Sosial
1.Medis 2.Asuransi 3.keuangan
exception
B U
M J
J B
1. Termasuk surat berharga
Sesuai Pasal 7 UU No. 42 Tahun 2009
disebutkan besar tarif PPN adalah sebagai berikut:
1. Tarif umum 10% untuk penyerahan dalam negeri
2. Tarif khusus 0% diterapkan atas ekspor BKP berwujud maupun tidak berwujud, dan ekspor JKP.
3.Tarif Pajak sebesar 10% dapat berubah menjadi lebih rendah, yaitu 5% dan paling tinggi 15% sebagaimana diatur oleh
Peraturan Pemerintah.
Jika mengacu pada RUU KUP yang
tengah digodog antara pemerintah dan parlemen, maka dengan rencana kenaikan tarif pajak menjadi 12% ini masih di bawah dari ketentuan tarif PPN paling tinggi
sebesar 15%
SUBJEK PPN
pengertian PKP sesuai pasal 1 angka 15 disebutkan Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang PPN, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil tersebut memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP (Pasal 3, PMK 68/PMK.03/2010).
Syarat Pengusaha Kena Pajak ; Peredaran Bruto melebihi 4,8 Miliar
PENGUSAHA
KENA PAJAK
MEMUNGUT PAJAK TERUTANG
MELAPORKAN PERHITUNGAN PAJAK
MELAPORKAN USAHANYA UNTUK DIKUKUHKAN SEBAGAI
PENGUSAHA KENA PAJAK
MENYETORKAN PPN YANG MASIH HARUS DIBAYAR DALAM HAL PAJAK KELUARAN LEBIH BESAR DARIPADA
PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
KEWAJIBAN SUBJEK PAJAK
M a rk e t
CurrentNew
Product
SISTEM KREDIT PPN
PPN MASUKAN PPN KELUARAN
PPN yang dibayarkan PPN yang dipungut
PPN LEBIH BAYAR
Ketika PPN Masukan melebihi PPN Keluaran
PPN KURANG BAYAR
Ketika PPN Keluaran melebihi PPN Masukan
01 02
03 04
Pasal 9 Ayat (2), (3), (4), (4a) UU PPN
Rumus & Cara Perhitungan PPN
Perhitungan PPN yang terutang dilakukan dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
​Proses perhitungan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
PPN = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Contoh Kasus:
PT AAA menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp25.000.000.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x Rp25.000.000 = Rp2.500.000
PPN sebesar Rp2.500.000 tersebut merupakan Pajak Keluaran
yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak PT AAA.
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
Disusun Oleh kelompok 2
02
PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah)
merupakan Pajak yang dikenakan selain Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk penjualan barang-
barang yang tergolong sebagai barang mewah &
dilaporkan dengan menggunakan SPT Masa PPN
1111.
Tujuan Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Berikut penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU PPN No. 42 TAHUN 2009:
• Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
• Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah;
• Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional;
• Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.
Mekanisme pengenaan PPnBM sedikit berbeda dengan PPN.
Mekanisme pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dilakukan dengan faktur pajak sebagaimana diisyaratkan dalam pemungutan PPN. Hanya saja, bagi PPnBM tidak dikenal istilah pajak masukan, sehingga tidak dikenal sistem pengkreditan seperti dalam PPN.
Mekanisme Pengenaan PPnBM
DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)
HARGA JUAL Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak.
NILAI PENGGANTIAN
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
NILAI IMPOR Nilai Impor adalah uang yang digunakan sebagai dasar penghitungan Bea Masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak.
NILAI EKSPOR Nilai Ekspor adalah uang atau biaya yang diminta oleh eksportir.
NILAI LAIN Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak yang diatur oleh Menteri Keuangan
Nilai impor
Sejalan dengan ketentuan dalam peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai, nilai impor dihitung dengan formula sebagai berikut:
Nilai Impor = Harga Impor (CIF) + Bea Masuk PPN impor = 10% x Nilai Impor
Keterangan: Harga Impor (CIF) = C + I + F C = Cost/Harga FOB
I = Insurance F = Freight
Apa Saja Barang
yang Dikenakan
Pajak?
BARANG KENA PAJAK (BKP)
Berdasarkan Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan terhadap beberapa barang berikut:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) tergolong mewah dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan BKP tergolong mewah di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
2. Impor barang kena pajak yang tergolong mewah.
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah lain nya
Barang tersebut di konsumsi oeh
masyarakat tertentu Barang kebutuhan pokok
barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status
Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat Pada umumnya
barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
serta mengganggu ketertiban masyarakat.
COMPANY LOGO
HERE
BARANG MEWAH
20/05/2022
01
02
03
04
05
06
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian
Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli/sewa guna usaha (leasing)
Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
Pemakaian sendiri/pemberian cuma-cuma atas BKP
Penterahan BKP secara konsinyasi
Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka
perjanjian pembiayaan
FAKTUR
Adalah bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP/JKP
Pembuatan Faktur Pajak
02 03
01
saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran
terjadi sebelum penyerahan BKP/JKP
saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan, Dan saat lain yang diatur/berdasarkan peraturan
menteri keuangan Saat penyerahan
BKP/JKP
TARIF PPnBM %
TARIF KETERANGAN
10% Kendaraan umum kategori tertentu, alat rumah tangga, alat pendingin, hunian mewah, televisi, dan minuman non-alkohol.
20% Kendaraan bermotor kategori tertentu, alat fotografi, berbagai jenis permadani, peralatan olahraga impor,
25% endaraan bermotor berat dan berbahan bakar solar, misalnya combi, pick up, dan minibus.
35% inuman bebas alkohol, bahan berbahan kulit impor, batu kristal, bus, dan barang pecah belah
RUMUS
PPnBM terutang = DPP PPnBM X tarif pajak
Rumus PPNBM
PPnBM terutang = DPP PPnBM X tarif pajak Contoh kasus:
Harga jual sedan diesel 1800 cc oleh PKP Produsen Rp260.000.000,00
PPN (10% X Rp260 juta) = Rp 26.000.000,00
PPnBM (40% X Rp260 juta) = Rp104.000.000,00
Total Harga jual termasuk PPN dan PPnBM = Rp390.000.000,00 Perhatikan bahwa DPP PPnBM = DPP PPN
CONTOH KASUS
PT A merupakan produsen mobil. Dalam menghasilkan mobil, PT A juga membeli AC yang akan dipasang pada mobil yang dihasilkannya. Atas perolehan AC tersebut, PT A telah membayar PPnBM senilai Rp350.000. Kemudian, berapa besaran PPN dan PPnBM yang seharusnya dibayarkan PT A?
Jawaban:
Apabila harga produksi mobil senilai Rp110.000.000 dan keuntungan yang diinginkan PT A senilai Rp40.000.000 maka harga jual mobil tersebut senilai Rp150.350.000. Dengan
demikian, DPP atas mobil tersebut adalah senilai Rp150.350.000. Selanjutnya, tarif PPnBM atas mobil yang diproduksi oleh PT A ialah sebesar 20%.
Pajak yang terutang atas penyerahan BKP yang tergolong mewah tersebut.
A. PPN = 10% x 150.350.000 = 15.350.000 B. PPnBM = 20% x 150.350.000
= 30.070.000