47
PENGEMBANGAN STRATEGI OFFENSIFE DENGAN METODE PERMAINAN TRANSISI PADA PEMAIN FUTSAL
IRHASINDO FC
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan OLEH
MAUZUL FAHMI NIM : 190409036
Jurusan : Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi : Pendidikan Jasmani
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SAMUDRA
2024
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Olahraga Futsal adalah olahraga sepakbola dalam ruangan dengan kompetensi kemampuan teknik tinggi, dengan pemain sedikit waktu bermain cepat dan kesempatan mencetak skor lebih besar. Futsal adalah olahraga yang dinamis, dimana para pemainnya dituntut untuk selalu bergerak dan dibutuhkan keterampilan teknik yang baik serta mempunyai determinasi yang tinggi. Dilihat dari segi teknik keterampilan Futsal hampir sama dengan lapangan rumput, hanya perbedaan yang paling mendasar dalam Futsal banyak mengontrol atau menahan bola dengan menggunakan telapak kaki (sole), karena permukaan lapangan yang keras para pemain harus menahan bola tidak boleh jauh dari kaki, karena apabila jauh dari kaki dengan ukuran lapangan yang kecil pemain lawan akan mudah merebut bola (Syafarudin, 2020:1).
Seperti layaknya cabang olahraga beregu lainnya, futsal juga harus mempunyai visi bermain yang baik. Seperti yang dikemukakan oleh Tenang, J. D (2018: 15) bahwa dengan lapangan yang sempit, permainan ini menuntut teknik penguasaan bola tinggi, kerja sama antar pemain, dan kekompakan tim. Peneliti melakukan observasi pada Tim Futsal Irhasindo namun peneliti pada saat observasi menemukan bahwa atlet dalam tim ini masih sangat monoton dalam melakukan serangan. Setelah itu permainan lebih sering statis serta visi bermain mereka belum terarah, mereka bingung setelah passing akan bergerak kemana dan tidak ada support antar para pemain, padahal didalam futsal sangat di tuntut support antar
2
para pemain. Tujuannya adalah agar mempermudah pemain saat menguasai bola serta lebih banyak pilihan untuk mengoper bola kepada teman
Strategi dalam permainan futsal merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan berpikir, kreativitas, dan improvisasi untuk menentukan alternatif terbaik saat memecahkan masalah yang dihadapi dalam suatu pertandingan secara efektif, efisien, dan produktif dalam hal memperoleh hasil yang maksimal yaitu kemenangan dalam sebuah pertandingan. Strategi permainan futsal dapat digambarkan melalui posisi dan fungsi pemain masing-masing sesuai dengan kondisi pada saat pertandingan. Hal tersebut sangat penting karena perubahan peran antar pemain pada saat pertandingan memiliki mobilitas dan intensitas yang tinggi.
Pelatih dapat berganti strategi permainan pada saat pertandingan, jika strategi yang diterapkan tidak berjalan dengan baik (Ashari et all, 2019)
Olahraga futsal merupakan salah satu olahraga yang permainannya didasari dari olahraga sepak bola, namun perbedaan dengan sepak bola adalah karena futsal dimainkan oleh beberapa orang saja dan di tempat atau lapangan yang relatif lebih kecil dari lapangan sepak bola. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap tim juga diperbolehkan memiliki pemain cadangan. Dalam maksud lain futsal juga merupakan jenis sepak bola tertutup yang secara resmi disahkan oleh Badan Perkumpulan Antar Negara Sepak Bola, Fédération Internationale de Football Association (FIFA) (Prakoso, dkk, 2016:15)
Tim Irhasindo sangat mengandalkan strategi bertahan, kemudian melakukan serangan balik disaat pemain lawan melakukan kesalahan pada saat menyerang.
3
lebih sering memaksakan diri untuk melawati pemain lawan kemudian melakukan shooting kegawang. Setelah itu pemain masih terlalu sering mengandalkan skill individu untuk terus berusaha melawati pemain lawan sehingga serangan yang di bangun sangat mudah di patahkan oleh lawan, serta komunikasi antar pemain untuk membangun serangan tidak berjalan dengan baik.
Berdasarkan permasalahan di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti dengan judul “Pengembangan Strategi Offensive Dengan Metode Permainan Transisi Pemain Pada Pemain Futsal Irhasindo FC”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengembangan Strategi Offensive Dengan Metode Permainan Transisi Pemain Pada Pemain Futsal Irhasindo Kota Langsa dapat meningkatkan prestasi serta efektifitas serangan pada futsal?
2. Bagaimana rancangan pengembangan Strategi Offensive Dengan Metode Permainan Transisi Pemain Pada Pemain Futsal Irhasindo FC?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah pengembangan Strategi Offensive Dengan Metode Permainan Transisi Pemain Pada Pemain Futsal IrhasindoFC dapat meningkatkan prestasi serta efektifitas serangan pada futsal
4
2. Untuk mengetahui rancangan pengembangan Strategi Offensive Dengan Metode Permainan Transisi Pemain Pada Pemain Futsal Irhasindo FC
1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi tentang strategi offensive pemain Futsal Irhasindo FC Kota Langsa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penambahan wawasan dan pengetahun tentang bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan strategi offensive pada permainan futsal
2. Secara Praktis
a. Bagi pelatih Futsal Irhasindo penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang bentuk bentuk latihan offensive dalam permainan futsa;
b. Bagi pelatih futsal, menjadi suatu pengetahuan yang baru dan dapat di aplikasikan kepada para atlet dalam latihan, guna meningkatkan kemampuan menyerang dan dapat memberikan variasi yang bervaritif guna mengurangi kebosanan pada atlet.
c. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan mengenai variasi latihan menyerang pada olahraga futsal tahun 2018 serta menjadi suatu wadah dalam menerapkan kemampuan yang telah di dapatkan selama menjalani perkuliahan.
d. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi referensi dan masukan dalam melakukan penelitian sejenis.
5 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Model Pengembangan
Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll. (Sugiyono, 2018:122).
Penelitian pengembangan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif berupa materi pembelajaran, media pembelajaran, strategi pembelajaran untuk digunakan di sekolah, bukan untuk menguji teori.
Penelitian pengembangan bersifat analisis kebutuhan dan dapat menguji keefektifan produk yang dihasilkan supaya dapat berfungsi di masyarakat luas (Sugiyono, 2018). Ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :
1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
6
2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik.
4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2018: 9) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian dan pengembangan merupakan jembatan antara penelitian dasar (basic research) dengan penelitian terapan (applied research), di mana penelitian dasar bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk. Dengan demikian bedasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan penelitian pengembangan adalah penelitian yang menelaah suatu teori, konsep atau model untuk membuat suatu produk baru atau menyempurnakan
7
produk yang sudah ada yang dimulai adanya suatu kebutuhan dari suatu masalah yang dapat di pecahkan dengan produk tersebut.
2.1 Hakikat Futsal
2.1.1 Sejarah Singkat Futsal
Futsal berasal dari Uruguay pada tahun 1930, gagasan seorang guru dengan nama Juan Carlos Ceriani. Kata itu sendiri adalah singkatan dari istilah Spanyol Fútbol de Salón, yang berarti 'sepak bola dalam ruangan'. Olahraga ini muncul dari keinginan Ceriani untuk memberi anak-anak yang tidak memiliki akses ke lapangan terbuka kesempatan untuk bermain sepak bola di lapangan basket. Dia menemukan solusi untuk masalah yang telah dia identifikasi dengan memanfaatkan area bermain yang lebih kecil. Mengadaptasi aturan dari olahraga dalam ruangan lainnya seperti bola basket, polo air dan bola tangan, Ceriani menetapkan format dan dimensi area bermain, jumlah pemain, durasi permainan, dan aturan yang berkaitan dengan penjaga gawang, di antara peraturan lainnya. Olahraga baru ini menimbulkan sensasi di Uruguay, yang penggemar sepak bolanya masih berada di puncak setelah kemenangan negara mereka di Olimpiade 1928 dan Piala Dunia FIFA 1930. Tidak lama kemudian futsal menyebar dengan cepat ke seluruh Amerika Selatan (Lupescu, 2017:10)
Futsal adalah kata yang digunakan secara Internasional untuk permainan sepakbola dalam ruangan. (Aswadi dan Karimuddin (2015:40) Kata itu berasal dari kata futebol (dari bahasa Spanyol atau Portugal yang berarti permainan sepakbola) dan Salon atau Sala (dari bahasa Perancis atau Spanyol yang berarti dalam ruangan)”. Secara resmi, badan sepakbola dunia FIFA menyebutkan futsal pertama
8
kali dimainkan di Montevideo, Uruguay tahun 1930. Saat itu, Juan Carlos Ceriani memperkenalkan pertandingan sepakbola lima lawan lima untuk suatu kompetensi bagi remaja. Pertandingan itu dilakukan di lapangan basket. Pertandingan itu tidak menggunakan dinding pembatas, artinya ada kesempatan bola keluar lapangan dilakukan di dalam ruangan maupun di luar. .
2. 1. 2 Peralatan dan Sarana Permainan Futsal 1. Lapangan Futsal
Ukuran Panjang 25-42 m x lebar 15-25 meter. Kemudian garis batas selebar 8 cm, yakni garis sentuh di sisi garis gawang di ujung-ujung dan garis melintang tengah lapangan, 3 cm lapangan; 3 3 m lingkaran tengah; tidak ada tembok penghalang atau papan. Selanjutnya daerah penalty: busur berukuran 8 m dari setiap pos Garis penalty: 6 m dari titik tengah garis gawang. Garis penalty kedua:
12 m dari titik tengah garis gawang. Setelah itu zona pergantian: daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) pada sisi tribun dan tinggi gawang 2 meter x lebar 3 meter.
Gambar 2. 1. Lapangan Futsal Sumber: Baidaru, 2017:117 3. Gawang
Sama seperti permainan sepakbola, futsal juga memiliki gawang tetapi ukurannya jauh lebih rendah. Umumnya tinggi gawang yang ada di lapangan futsal
9
ialah sekitar 2 meter. Rata-rata panjang gawang pada lapangan futsal ialah sekitar 3 meter. Jika kamu bandingkan dengan gawang sepakbola biasa, tentu saja gawang futsal lebih pendek, karena umumnya panjang gawang pada lapangan sepakbola dapat mencapai 80 meter. Bentuk tiang pada gawang futsal dapat berupa kotak atau bulat. Biasanya dalam pertandingan, pihak penyelenggara menyarankan untuk menggunakan tiang gawang yang berbentuk bulat karena relatif lebih aman. Selain itu bentuk tiang bulat akan menghasilkan arah yang lebih akurat apabila terjadi benturan antara bola dan tiang tersebut. Ketebalan tiang gawang futsal kurang lebih 8 cm. Bagian atas pada interior gawang futsal biasanya berukuran 80 cm sedangkan bagian bawah berukuran sekitar 100 cm (Baidaru, 2017:121)
Gambar 2 Gawang Futsal Sumber: Baidaru, 2017:123 3. Bola
Ukuran: 4 Keliling: 62-64 cm. Kemudian Berat: 390-430 gram. Lambungan:
55-65 cm pada pantulan pertama. Setelah itu Bahan: Kulit atau bahan yang cocok lainnya (yang tidak berbahaya).
Gambar 3
Sumber: Baidaru, 2017:122
10 2.3 Hakikat Latihan
Bompa dalam Budiwanto (2012:16) mengemukakan pendapatnya bahwa latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas. Latihan adalah suatu program latihan fisik yang direncanakan untuk membantu mempelajari keterampilan, memperbaiki kesegaran jasmani dan terutama untuk mempersiapkan atlet dalam suatu pertandingan penting.
Menurut pendapat Fox, Bowers dan Foss dalam Budiwanto (2012:17), latihan adalah suatu program latihan fisik untuk mengembangkan kemampuan seorang atlet dalam menghadapi pertandingan penting. Peningkatan kemampuan keterampilan dan kapasitas energi diperhatikan sama. Bowers dan Fox dalam Winarno (2012:41) mengemukakan bahwa latihan adalah suatu program fisik yang direncanakan untuk memperbaiki keterampilan dan meningkatkan kapasitas energi seorang atlet untuk suatu pertandingan penting.
Pendapat Sharkey dalam Ambarukmi (2014:42) bahwa latihan adalah proses yang pelan dan halus, tidak bisa menghasilkan dengan cepat. Dilakukan dengan tepat, latihan menuntun timbulnya perobahan dalam jaringan dan sistem, perobahan yang berkaitan dengan perkembangan kemampuan dalam olahraga.
Menurut Venerando dalam Budiwanto (2012:43), latihan dengan mengulang-ulang secara sistematik bertujuan mencapai keterampilan yang lebih baik.
Latihan adalah suatu bentuk aktivitas untuk meningkatkan ketrampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya (Winarno, 2012:5). Seperti, susunan
11
materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan sebagai berikut:
(1) pembukaan/pengantar latihan, (2) pemanasan (warming up), (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5) penutup (cooling down). Sedangkan pengertian latihan dari kata training menurut Martin dalam Winarno (2012:33) yang dikutip oleh Winarno (2012: 6) adalah peningkatan dari suatu bentuk perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi, teori, praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
Budiwanto (2012:13) berpendapat bahwa latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun, sampai olahragawan atau olahragawati tersebut mencapai standard penampilan yang tinggi. Latihan dasar untuk pemula biasanya berlangsung selama dua tahun, tahap selanjutnya dua tahap lagi dan latihan lanjutan kira-kira dua sampai empat tahun, naik sampai kemampuan maksimal.
Menurut Pomatahu dalam Budiwanto (2012:42) latihan adalah proses yang dilakukan sistematik dan berkelanjutan dengan menambah jumlah beban untuk meningkatkan kinerja olahragawan dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Latihan juga merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas fungsional organ- organ tubuh serta psikis pelakunya. Oleh sebab itu latihan yng dilakukan harus disusun dan dilakukan secara tepat dan benar sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Menurut Pate dalam Bompa , dkk (2014:317), menyatakan bahwa latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan latihan. Latihan menuntun timbulnya perubahan dalam jaringan dan sistem, perubahan yang berkaitan dengan
12
perkembangan kemampuan dalam berolahraga. Setelah beberapa pendapat yang diungkapkan, dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang arti dan pengertian dari latihan yaitu suatu proses kerja yang dilakukan secara terus-menerus, berkesinambungan, dan dalam waktu yang cukup panjang, dilakukan secara tepat dan berulang-ulang dengan tujuan meningkatkan kesegaran dan kebugaran jasmani.
Oleh karena itu, latihan bukanlah upaya untuk menjadikan sempurna akan tetapi latihan adalah usaha untuk menjadikan permanen.
Menurut Pate dalam Roesdiyanto (2014:16), menyatakan bahwa latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan latihan. Latihan menuntun timbulnya perubahan dalam jaringan dan sistem, perubahan yang berkaitan dengan perkembangan kemampuan dalam berolahraga. Setelah beberapa pendapat yang diungkapkan, dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang arti dan pengertian dari latihan yaitu suatu proses kerja yang dilakukan secara terus-menerus, berkesinambungan, dan dalam waktu yang cukup panjang, dilakukan secara tepat dan berulang-ulang dengan tujuan meningkatkan kesegaran dan kebugaran jasmani.
Oleh karena itu, latihan bukanlah upaya untuk menjadikan sempurna akan tetapi latihan adalah usaha untuk menjadikan permanen.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa latihan merupakan suatu bentuk aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Menurut Budiwanto dkk (2012:1) latihan merupakan proses yang sistematis digunakan untuk menyempurnakan kualitas kinerja olahragawan berupa: kebugaran, keterampilan,
13
dan kapasitas energi dengan memperhatikan aspek pendidikan dan menggunakan pendekatan secara ilmiah. Berdasarkan pada berbagai pengertian latihan di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu bentuk aktivitas olahraga yang sistematik, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri- ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk meningkatkan ketrampilan berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraga masing-masing. Menurut Bompa dalam Roesdianto (2014:17) ada beberapa prinsip dari latihan agar latihan mencapai hasil yang diinginkan, antara lain:
1. Prinsip aktif dan kesungguhan dalam melaksanakan latihan
Kesungguhan dan aktif berpartisipasi dalam latihan akan menjadikan latihan maksimal dalam mencapai target yang diinginkan, selain itu diskusi dan hubungan yang baik akan menghidupkan susana dalam latihan.
2. Prinsip pengembangan yang menyeluruh
Seorang pelatih harus mengembangkan latihan secara meluas, artinya pengembangan fisik yang luas serta mendasar, khususnya persiapan fisik secara umum merupakan salah satu dasar tuntutan yang penting untuk mencapai tingkat spesialisasi yang tinggi dari persiapan fisik dan penguasaan teknik.
3. Prinsip spesialisasi
Prinsip ini mengarahkan pada spesialisasi di masing-masing cabang olahraga yang diambil, spesialisasi yang dimaksudkan adalah latihan yang khusus untuk satu cabang olahraga.
4. Prinsip individualisasi
14
Dalam merespon latihan yang diberikan setiap olahragawan tentu akan berbeda-beda, maka dari pada itu sangat penting prinsip individualisasi ini diterapkan dalam proses berlatih untuk keberhasilan latihan.
5. Prinsip variasi
Pemberian program latihan pada olahragawan haruslah bervariasi agar tidak jenuh.
6. Prinsip model latihan
Pembuatan model latihan mengacu kepada spesifikasi suatu pertandingan yang akan di ikuti dan sesuai dengan frekuensi, intensitas, time, tipe.
7. Prinsip penambahan beban latihan secara progresif
Latihan bersifat progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakan secara ajeg, maju dan bekelanjutan.
Pekik dalam Budiwanto (2012:53) mengatakan ada beberapa komponen latihan yang dipergunakan untuk menentukan takaran latihan, meliputi:
1. Volume
Merupakan ukuran kuantitas dalam latihan, misalnya : waktu tempuh, jarak tempuh, jumlah beban, dan jumlah repetisi- set- seri.
2. Intensitas
Merupakan ukuran dari kualitas latihan meliputi, kinerja maksimum, detak jantung maksimal, dan kadar Vo2 max.
3. Densitas
15
Merupakan ukuran derajat kepadatan latihan yakni perbandingan antara kerja dengan istirahat
4. Kompleksitas
Merupakan tipe latihan atau keberagaman dalam latihan agar olahragawan tidak jenuh dan dapat mencapai prestasi maksimal.
5. Frekuensi
Diartikan sebagai banyaknya unit latihan persatuan waktu, seperti latihan untuk meningkatkan kebugaran dilakukan 3-5 kali/minggu. Perode latihan dapat di bagi menjadi 3 rencana latihan yaitu
a. Rencana jangka panjang: 6-12 bulan, sebagai acuan perencaan jangka menengah, yang memberikan gambaran tuJuan latihan yang dikehendaki, misalnya, peningkatan status k~buganin pada level tertentu' atau penyembuhan suatu penyakit
b. Rencana jangka menengah: 3-6 Bulan, sebagai acuan rencana jangka pendek.
c. Rencana jangka pendek 1-3 bulan terbagi menjadi rencana mingguan dan harian (sesi). Pada tabel II disajikan Contoh rencana latihan senam aerobik mingguan (Latihan 4 XlMinggu) dengan program penurunan berat badan, intensitas: Zona I: 60-65 % MHR, intensitas Zona II: 65- 70 % MHR, Intensitas Zona ill: 70-75 % MHR.
Menurut Bompa (2014:61) Faktor-Faktor yang perlu dipesriapkan dalam setiap program latihan pada setiap cabang olahraga adalah
16 1. Persiapan fisik
Persiapan latihan fisik dalam setiap latihan cabang olahraga sangat diperlukan dan di utamakan sebagai salah satu unsure terpenting guna pencapaian prestasi maksimal. Tujuan utama mempersiapkan fisik dalam latihan adalah meningkatkan potensi fungsional atlet dan mengembangkan kemampuan biomotorik
2. Latihan Teknik
Pada dasarnya yang membedakan antara olahraga satu dengan yang lainnya adalah struktur kekuatan biomotoriknya. Pada dasarnya semua teknik meliputi secara teknik dan elemen-elemen tergantung pada suatu nilai gerakan yang efesien melalaui usaha atlet untuk melaksanakan tugas pada olahraga yang dipilihnya. Untuk mencapai hasil yang baik dalam suatu cabang olah raga seorang atlet membutuhkan penyempurnaan teknik yang lebih efesien dan nyata prestasinya dalam latihan.
3. Latihan Taktik
Taktik adalah organisasi pelatihan bermain atau kompetisi yang di dasarkan pada folosofi atau cara mendekati masalah. Dalam kerangka strategi taktik atau pelatihan atau perencanaan permainan`
Dari berbagai pendapat ahli diatas dapat disimpulkan arti dan pengertian dari latihan adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara berulang-ulang, sistematis dan terencana untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
Rencana latihan yang sistematis perlu adanya pertimbangan komponen latihan seperti volume, intensitas, densitas, komplesitas, frekuensi dan juga kondisi fisik.
17 2.4 Hakikat Menyerang
Keterampilan dalam olahraga (Martens, 2004: 170) merupakan kecakapan untuk mengeksekusi teknik yang dibutuhkan pada waktu dan tempat yang tepat/sesuai. McMorris (2004:2) menyatakan bahwa keterampilan adalah hasil gerak yang berorientasi pada tujuan secara konsisten, sebagai hasil belajar/latihan dan untuk tugas yang spesifik. Knapp (1977) dalam Ali (2011:1) mendefinisikan keterampilan secara klasik sebagai kemampuan yang terlatih mampu menampilkan hasil maksimal melalui waktu dan energi yang minimal. Keterampilan merupakan kecakapan untuk menggunakan berbagai teknik secara konsisten sebagai hasil latihan dalam rangka menyelesaiakan tugas yang spesifik disesuaikan dengan waktu dan tempat secara efisien dan efektif.
Menyerang adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu yang bertujuan untuk melawan kelompok lainnya agar memenangkan suatu pertandingan yang sedang berlangsung. Menurut Lhaksana (2008:4) permainan futsal lebih banyak mengutamakan skill dibandingkan dengan fisik. Karena pemain lebih sering bersentuhan dengan bola dan menciptakan peluang dan mencetak gol dalam setiap pertandingan. Bagaimanapun juga permainan futsal memiliki satu tujuan yaitu menciptakan gol.
Menurut Asmar (2008: 59) control bola adalah kunci sukses dalam suatu penyerangan. Umpan-umpan bola serta kerja sama antar pemain dalam setiap tim merupakan element yang sangat penting dalam penyerangan. Pergerakan tanpa bola juga merupakan element penting lainnya. Cobalah untuk memberikan umpan kepada teman se-tim kita lebih dari satu cara sehingga umpan-umpan bola bisa lebih bervariasi. Ada banyak cara model penyerangan dalam futsal dan anda bisa
18
mencobanya. Jangan bermain terlalu kaku, gunakan imajinasi, spontanitas, skill dan kreativitas.
Menurut Pardosi (2008: 90) permainan futsal butuh peran aktif dari seluruh pemain, disamping itu futsal pemainan yang cepat dan exciting, ketika pemain terus bergerak dari pada menunggu datangnya bola. Dengan kondisi lapangan yang kecil sering terjadi gol dalam jumlah yang banyak yang dihasilkan atau dicetak oleh pemain dalam permainan futsal. Penguasaan bola pada olahraga futsal lebih banyak di bandingkan dengan sepak bola. Pemain harus bisa menguasai teknik dasar pada olahraga futsal agar bisa mengangkat prestasi tim.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menyerang harus mempunyai teknik dasar yang baik, pergerakan tanpa bola, kerja sama tim dan juga pemain dituntut harus mempunyai imajinasi, spontanitas, skill dan kreativitas yang baik guna agar lebih mudah untuk mencetak gol sebanyak- banyaknya kegawang lawan serta dapat mengangkat prestasi tim.
2.5 Rancangan Pengembangan Variasi latihan Offensife
Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2018: 9) menyatakan bahwapenelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian dan pengembangan merupakan jembatan antara penelitian dasar (basic research) dengan penelitian terapan (applied research), di mana penelitian dasar bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Berikut adalah bagan
19
rancangan pengembangan variasi latihan offensife futsal yang akan peneliti kembangkan
Model latihan Offensife
Futsal
Formasi Serangan
Formasi Serangan
1-1-2-1
Formasi Serangan
1-2-2
Formasi Serangan
1-3-1
Formasi Serangan
1-4-0
MODEL LATIHAN VARIASI OFFENSIVE FUTSAL
20 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk menghasilkan strategi offensife dengan metode permainan transisi pada pemain Futsal Irhasindo Fc
3. 2 Jadwal Penelitian 3. 2. 1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Zalfie Sport Center 3. 2. 2 Wakktu Penelitian
Penelitian dilakukan satu bulan Jadwal pelaksanaan didari bulan Mei s/d Bulan Juni 2024.
3. 3 Karakteristik Model Yang Dikembangkan 3. 3. 1 Sasaran Penelitian
Pengguna yang menjadi sasaran dalam penelitian pengembangan strategi offensife dengan metode permainan transisi adalah pemain Futsal Irhasindo FC.
Karakteristik model latihan yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan menyerang pada pemain futsal.
1. Efisien, artinya strategi offensife dengan metode permainan transisi ini dapat memudahkan pelatih dalam meningkatkan kemampuan menyerang pemain futsal
21
2. Variatif, artinya strategi offensife dengan metode permainan transisi ini memiliki variasi-variasi yang bisa membuat pemain tidak bosan dalam menjalani proses latihan menyerang
3. Kesenangan, dengan menggunakan berbagai media yang sederhana diharapkan strategi offensife dengan metode permainan transisi ini dapat menimbulkan daya tarik sehingga kiper tidak terpaksa dalam melakukan proses latihan.
3. 4 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam pengembangan model variasi latihan offensive futsal adalah pemain futsal Irhasindo FC dan Pemain Futsal yang ada pada uji coba kelompok kecil, uji coba kelompok besar, dan uji efektivitas.
3.5 Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development), dengan langkah pengembangan nya mengadopsi dari teori Borg dan Gall yang memiliki 10 langkah atau tahapan pengembangan yang cukup jelas.
3. 6 Langkah-Langkah Pengembangan Model
Langkah-Langkah dalam penelitian ini mengadopsi dari langkah model Borg dan Gall yakni: (1) Research and Information Collection, (2) Planning, (3) Develop Preliminary Form of Product, (4) Prelimenary Field Testing, (5) Main Product Revision, (6) Main Field Testing, (7) Operational Product Revision, (8) Operational Field Testing, (9) Final Product Revision, (10) Disemination and
22
Implementasi. (Borg & Gall, 1983). Adapun skema langkah-langkah tersebut ditunjukan pada gambar berikut.
Desain Penelitian Pengembangan Model Borg & Gall
Sumber: Borg W. R & Gall M. D. Education Research: An Introduction,
Pengembangan strategi offensife dengan metode permainan transisi ini menggunakan langkah langkah pengembangan model yang dikembangkang oleh Borg and Gall yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Penelitian dan pengembangan model ini menggunakan langkah-langkah pengembangan model tersebut meliputi:
a. Studi Pendahuluan
Penelitian pendahuluan diawali dengan analisis kebutuhan dengan studi literatur, studi pengumpulan data lapangan, pengamatan proses, identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam latihan menyerang futsal. Hal ini dipergunakan untuk mengkaji keadaan lapangan dengan tujuan untuk mengetahui apakah produk
23
yang akan dikembangkan ini nantinya dipergunakan oleh subjek, artinya model model yang dikembangkan oleh penelitidiperlukan atau tidak. Peneliti juga akan melakukan penjajakan dengan subjek penelitian dan tempat penelitian dan pengembangan untuk memperoleh hasil dilapangan. Hasil tersebut akan dianalisis sehingga memperoleh kesimpulan data yang sudah terkumpul.
Temuan penting yang hendak dideskripsikan dan dianalisi adalah bagaimanakan model latihan kiper futsal yang saat ini dilaksanakan, serta apakah kelemahan dan kelebihannya berdasarkan model konseptual (karakteristik dan kriteria) model latihan kebugaran dalam penelitian dan pengembangan ini.
b. Perencanaan Pengembangan Model
Langkah selanjutnya adalah membuat produk awal berupa rangkaian pengembangan model yang nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk. Produk awal tersebut dituangkan dalam dalam model latihan.
Pengembangan model latihan diharapkan menjadi produk yang dapat dikembangkan secara sistematis dan logis. Sehingga produk ini mempunyai keefektifan yang layak digunakan pada pembuatan produk yang dikembangkan peneliti yang harus mengkonsultasikan produk pada expert judgement, teman sejawat, agar menghasilkan produk yang sempurna.
Adapun draft awal model latihan yang akan dikembangkan adalah:
Draft Model yang Dikembangkan No Nama Variasi Latihan
1. Formasi Srangan 1-1-2-1 2. Formasi Serangan 1-2-2 3. Formasi serangan 1-3-1
24 4. Formasi serangan 1-4-0
c. Validasi Desain
Langkah selanjutnya dalam penelitian dan pengembangan model latihan kiper futsal ini adalah validasi desain. Setelah pembuatan model latihan selesai maka tahap berikutnya adalah mengevaluasi model tersebut. Evaluasi ini dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan model latihan yang telah dibuat melalui telaah pakar dan evaluasi teman sejawat.
Telaah pakar dalam model latihan berguna untuk mengevaluasi bagian- bagian dari model latihan yang perlu diperbaiki, dihilangkan atau di sempurnakan, hal ini dilakukan pada hasil rancangan dalam bentuk rancangan tulisan, gambar maupun dari teknik peragaan langsung di lapangan saat perancangan model. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah ahli yaitu 1. Amir Fachra Alfaruqi sebagai pelatih futsal, 2. Rusdi Sinaga beliau merupakan pelatih futsal, 3. Ikrar Dinata beliau merupakan Atlet futsal senior, dan beberapa Akademisi dan praktisi lainnya.
d. Uji Coba Model Skala Kecil
Pelaksanaan uji coba kelompok kecil dilakukan pada salah satu klub Futsal di Kota Langsa. Data hasil uji coba kelompok ini dihasilkan dari catatan lapangan (Field Note) dan kuesioner yang diberikan. Hasil masukan dari uji coba kelompok kecil sebagai bahan untuk memperbaiki strategi offensife dengan metode permainan transisi sebelum diuji cobakan pada kelompok besar dengan tingkat responden yang lebih banyak.
25 e. Revisi Model Tahap 1
Hasil responden pada kelompok kecil merupakan evaluasi kedua setelah evaluasi para pakar. Masukan dan catatan lapangan pada uji coba kelompok kecil dipergunakan untuk merevisi produk. Hal ini dilakukan untuk penyempurnaan model. Hasil revisi produk pada langkah ini akan digunakan untuk uji coba kelompok besar.
f. Uji Coba Model Skala Besar
Pelaksanaan uji coba kelompok besar dilakukan pada dua klub Futsal yang ada di Kota Langsa. Pada langkah ini, model latihan-latihan yang telah di uji cobakan akan diberikan catatan kembali sebagai bahan perbaikan.
g. Revisi Model Tahap 2
Hasil kesimpulan dari uji coba kelompok besar merupakan landasan terakhir dari perbaikan dan penyempurnaan produk model. Hasil respon dari subjek penelitian setelah melakukan latihan secara langsung digunakan sebagai masukan evaluasi perbaikan produk pengembangan model. Evaluasi pada tahapan ini merupakan evaluasi terakhir pada strategi offensive dengan metode permainan transisi. Apabila produk dianggap layak maka dilanjutkan untuk disebarkan.
h. Operation Field Testing
Uji coba ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah desain model telah diterapkan dengan baik dan benar dan (2) seberapakah efektifkah hasil penerapan model latihan dengan subjek uji 3 klub Futsal.
26 i. Revisi Model Akhir
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan revisi berdasarkan hasil uji lapangan.
j. Diseminasi dan Implementasi Model
Kegiatan ini dilakukan dengan menyebarluaskan hasil penelitian melalui buku dan jurnal.
27 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN.
4.1 Hasil Pengembangan Model
4. 1. 1 Pengembangan Model Pembelajaran
Pengembangan model pada penelitian ini tertulis dalam bentuk naskah atau storyboard script yang menyajikan bentuk-bentuk latihan futsal yang dikembangkan sesuai dengan teori prinsip-prinsip menyerang untuk dijadikan bahan referensi bagi para pelatih futsal dalam menyusun program latihan. Sebelum dihasilkan sebuah model, dilakukan serangkain kegiatan yang akan dijabarkan berikut ini.
a. Analisis Kebutuhan
Dalam penelitian pengembangan model, ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan dengan kajian teori yang ada. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan analisis kebutuhan terhadap model yang akan dikembangkan.
Secara keseluruhan terdapat dua tujuan umum yang hendak diungkap dalam studi pendahuluan atau analisis kebutuhan, yaitu:
1) Untuk memberikan pemahaman kepada pemain tentang strategi menyerang yang sesuai dengan teori prinsip-prinsip menyerang yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan situasi pada saat pertandingan.
2) Untuk dapat dijadikan bahan referensi bagi para pelatih dalam membuat model latihan strategi menyerang yang sesuai dengan teori prinsip-prinsip menyerang ketika menyusun program latihan dengan memperhatikan kemampuan pemain yang dimiliki.
28
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development), yaitu dengan membuat item model latihan strategi menyerang pada cabang olahraga futsal. Teknik yang digunakan untuk menganalisis model ini adalah dengan cara memberikan model latihan strategi menyerang dalam bentuk naskah atau storyboard script. Kemudian para ahli mengevaluasi setiap model latihan yang telah dibuat oleh peneliti, apakah model latihan yang dibuat relevan dengan kejadian pada saat pertandingan. Setelah pakar mengevaluasi model latihan dalam bentuk naskah atau storyboard script, maka peneliti melakukan revisi model sesuai dengan hasil diskusi dan evaluasi yang diberikan oleh para ahli.
Berdasarkan hasil diskusi dan evaluasi yang telah dilakukan, maka diadakan uji coba kelompok kecil yang diadakan pada tanggal bertempat di Zalfi Futsal, Birem Puntong, Langsa Baro, Kota Langsa. Subjek uji coba kelompok kecil pada penelitian ini yaitu anggota klub futsal Irhasindo Langsa. Pada uji coba kelompok kecil, peneliti memutuskan setiap item model yang telah dibuat, apakah model latihan strategi menyerang yang dibuat layak dan dapat digunakan sebagai model latihan futsal.
b. Pelaksanaan Pengembangan Model
Setelah melakukan studi pendahuluan berupa studi literatur, studi pengumpulan data lapangan, pengamatan proses, serta identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam latihan menyerang futsal, maka peneliti membuat draft model yang akan dikembangkan. Bentuk-bentuk model pembelajaran yang dikembangkan merupakan model pengembangan strategi offensive pada materi bola futsal.
29
Berdasarkan studi pendahuluan dan analisis kebutuhan serta desain produk, maka dihasilkan sebanyak 4 variase pengembangan strategi offensive pada materi bola futsal.
No Nama Variasi Model Pembelajaran
Deskripsi Pelaksanaan
1 Formasi Serangan 1-1-2-1
Formasi ini terdiri dari satu pemain bertahan (1), satu pemain anchor (1), dua flank (2), dan satu pemain di posisi pivot atau ujung serangan (1). Formasi ini menekankan keseimbangan antara serangan dan pertahanan, dengan fleksibilitas dalam distribusi bola.
2 Formasi Serangan 1-2-2
Formasi ini memiliki satu pemain bertahan (1), dua anchor tengah (2), dan dua flank (2) yang lebih agresif. Formasi ini memberikan banyak opsi serangan, dengan fleksibilitas untuk melakukan penetrasi di kedua sisi lapangan
3 Formasi Serangan 1-3-1
Formasi ini menempatkan satu pemain sebagai kiper (1), tiga pemain anchor (3), dan satu pemain penyerang (1). Formasi ini lebih menekankan pada penguasaan bola dan kontrol permainan di lini tengah,
30
dengan serangan yang dibangun melalui kombinasi umpan-umpan cepat.
4 Formasi Serangan 1-4-0
Formasi ini terdiri dari satu pemain sebagai kiper (1), empat pemain anchor (4), dan tidak ada pergerakan (0). Formasi ini sangat fokus pada penguasaan bola dan dominasi di lini tengah untuk memanfaatkan berbagai peluang serangan, dengan anchor yang aktif melakukan penetrasi
4.1.2 Gambar Model Latihan yang Dikembangkan
Adapun dibawah ini merupakan beberapa Model Latihan yang sudah dikembangkan antara lain :
a. Formasi 1 – 1 – 2 – 1
Sumber : Desain Peneliti
Gambar 4. 1 Pengembangan Formasi Futsal 1 – 1 – 2 – 1
31
Posisi pemain pada formasi ini membentuk dimanod shape, dimana ada pemain yang melebar (width) ke sisi area permainan lapangan dan ada pemain yang menjaga kedalaman (depth). Pemain anchor menjaga kedalaman dengan pemain pivot dan dua pemain flank membuka ruang dengan melebar ke sisi area permainan.
Formasi ini memudahkan pemain yang sedang menguasai bola, karena memiliki banyak pilihan ketika ingin melakukan passing, dimana pemain yang sedang menguasai bola dapat melakukan passing ke depan (passing forward), passing diagonal, atau passing ke belakang (back pass).
Pemain anchor pada formasi ini bertugas untuk mendistribusikan bola ke pemain flank dan pivot. Pemain anchor harus memiliki kualitas passing yang baik agar tidak mudah di intercept oleh pemain lawan. Pemain anchor juga harus memiliki awareness yang baik untuk mengetahui situasi pemain yang memberikan support dan defence pemain lawan, sehingga dapat mengambil keputusan untuk melakukan passing ke depan, passing diagonal, atau passing ke belakang.
Pemain flank dalam formasi ini bertugas untuk melakukan penetrasi ke area circle penalty lawan atau melakukan kombinasi permainan dengan pemain D dan menciptakan peluang untuk mencetak gol, dibutuhkan pemain yang memiliki kecepatan untuk bertugas sebagai pemain flank. Posisi badan 66 (body shape) pemain flank harus terbuka dengan melihat pemain yang sedang menguasai bola dan gawang tim lawan.
Pemain pivot pada formasi ini yang bertugas untuk menjadi goal getter, pemain pivot harus memiliki kekuatan ketika sedang menguasai bola di daerah pertahanan lawan agar tidak mudah di intercept oleh pemain lawan. Pemain pivot selain bertugas sebagai goal getter juga dapat bertugas sebagai pemain yang
32
menciptakan ruang di area pertahanan lawan dengan cara melebar ke sisi area pertahanan lawan, sehingga jika pemain lawan mengikuti pemain pivot yang membuka ruang dengan melebar, maka terdapat ruang kosong di area tengah lapangan yang dapat dimanfaatkan oleh pemain flank atau pivot untuk melakukan penetrasi dan mencetak gol. Posisi badan (body shape) pemain pivot sebaiknya tidak membelakangi gawang tim lawan, namun tetap harus melihat gawang tim lawan ketika sedang menguasai bola dengan cara satu kaki di depan yang berada dengan bola, jika pemain lawan berada di sisi kiri, maka bola berada di kaki kanan dan apabila pemain lawan berada di sisi kanan, maka bola berada di kaki kiri.
Formasi ini sangat ideal untuk digunakan ketika tim sedang menguasai bola dan akan melakukan serangan, karena di dalam formasi ini terdapat pemain yang menjaga kedalaman (depth) dan pemain yang membuka ruang dengan melebar (width) sehingga memberika banyak pilihan passing bagi pemain yang sedang menguasai bola.
b. Formasi 1 – 2 – 2
Sumber : Desain Peneliti
Gambar 4. 2 Pengembangan Formasi Futsal 1 – 2 – 2
33
Formasi ini bertujuan agar defence pemain lawan ikut melebar sehingga terdapat ruang kosong di area tengah pertahanan lawan dan dapat dimanfaatkan untuk mencetak gol. Posisi pemain pada formasi ini terbagi menjadi, dua pemain anchor dan pivot. Formasi ini juga tetap memperhatikan width dan depth.
Pemain anchor yang memanfaatkan lebar lapangan dengan berada di sisi area permainan bertujuan untuk membangun serangan dari bawah. Pemain pivot yang melebar di sisi area pertahanan lawan menjaga kedalaman dengan dua pemain anchor. Posisi dua pemain anchor dan pivot tidak berdiri sejajar namun salah satu dari masing-masing pemain anchor dan pivot sedikit lebih di belakang. Hal ini bertujuan agar tetap membentuk team shape yang ideal dengan adanya width, depth, dan support, sehingga memudahkan pemain untuk merencanakan serangan ke pertahanan lawan.
Posisi dua pemain anchor yang diagonal bertujuan agar tidak terjadi passing parallel di daerah pertahanan sendiri, karena sangat membahayakan apabila bola berhasil di intercept oleh pemain lawan dan tidak ada pemain yang melakukan cover, dan akan langsung berhadapan dengan penjaga gawang. Kedua pemain anchor memiliki tugas yang sama yaitu mendistribusikan bola ke dua pemain pivot.
Pemain anchor pada formasi ini harus memiliki kualitas passing yang baik karena jarak antar pemain yang melebar di sisi area permainan. Pemain anchor pada formasi ini harus saling melakukan cover ketika salah satu dari pemain anchor sedang menguasai bola, sehingga apabila terjadi kesalahan masih ada pemain yang cover.
Pemain anchor pada formasi ini juga harus memiliki kualitas shooting yang baik karena tujuan dari formasi ini adalah memaksa defence pemain lawan menjadi
34
melebar, sehingga terdapat ruang kosong di area tengah pertahanan lawan yang dapat diisi oleh pemain anchor lain untuk menerima cute back dari pemain pivot dan dapat melakukan shooting ke gawang untuk menciptakan gol.
Pemain pivot pada formasi ini bertugas menjadi goal getter. Posisi pemain pivot yang berdiri diagonal bertujuan agar defence pemain lawan menjadi melebar, sehingga membuat ruang kosong di area tengah pertahanan tim lawan dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan kombinasi permainan antara pemain pivot dan anchor. Pemain pivot pada formasi ini juga bertugas untuk memanfaatkan ruang yang berada di area tengah pertahanan lawan, sehingga terdapat ruang kosong di sisi pertahanan lawan yang dapat dieksploitasi oleh pemain anchor untuk melakukan finishing.
c. Formasi 1 – 3 – 1
Sumber : Desain Peneliti
Gambar 4. 3 Pengembangan Formasi Futsal 1 – 3 – 1
35
Formasi 1 – 3 – 1 ini secara garis besar sama dengan formasi 1 – 1 – 2 – 1 yang membedakan adalah jarak dua pemain flank yang berada dalam satu lini dengan pemain anchor dan pemain flank yang berada di formasi ini memiliki kemampuan yang sama baiknya dengan pemain anchor. Formasi ini diterapkan untuk memaksa lawan keluar dari daerah pertahanan sendiri untuk melakukan pressure, sehingga terdapat ruang kosong yang ditinggalkan oleh pemain lawan ketika melakukan pressure, dan dimanfaatkan oleh pemain pivot untuk melakukan kombinasi dengan pemain flank atau melakukan penetrasi sendiri.
Pemain anchor pada formasi ini harus memiliki kemampuan passing yang baik agar alur bola tetap berjalan dengan baik. Pemain anchor juga harus cepat memindahkan bola dengan cepat antar flank agar lawan tidak mudah untuk melakukan intercept. Pemain anchor pada formasi ini harus memiliki kemampuan support yang baik kepada dua pemain flank agar pemain flank ketika di pressure tetap memiliki pilihan passing.
Pemain flank pada formasi ini harus memiliki kemampuan yang sama dengan pemain anchor, dimana pemain flank juga harus memiliki kemampuan passing satu dua sentuhan yang baik untuk mempertahankan area ketika di pressure agar tidak dapat di intercept oleh pemain lawan. Pemain flank pada formasi ini juga harus memiliki awaraness yang baik untuk melihat ruang kosong di sisi flank yang lain agar dapat melakukan through pass ke area pertahanan lawan dan melihat pergerakan pemain pivot agar dapat melakukan kombinasi. Pemain flank juga harus mememiliki kecepatan agar dapat melakukan penetrasi ke daerah pertahanan lawan
36
dan cepat memberikan support ketika bola sudah berada di daerah pertahanan lawan.
Pemain pivot pada formasi ini harus memiliki kualitas kontrol yang baik ketika menerima bola dari pemain anchor dan flank. Pemain pivot pada formasi ini juga harus memiliki kekuatan ketika sedang menguasai bola, karena jarak yang cukup jauh membutuhkan waktu bagi pemain anchor atau flank untuk memberikan support ke pemain pivot. Kemampuan individual offence yang baik juga harus dimiliki oleh pemain pivot pada formasi ini, karena ketika pemain bertahan lawan melakukan pressure kepada pemain anchor dan flank serta bola berhasil diberikan kepada pemain pivot, maka pemain pivot akan berhadapan satu lawan satu dengan pemain bertahan lawan, sehingga dibutuhkan kemampuan individual offence yang baik oleh pemain pivot untuk memanfaatkan peluang dan mencetak gol.
Formasi 1 – 3 – 1 ini cenderung statis dan tidak banyak melakukan rotasi karena hanya melakukan passing di daerah pertahanan sendiri antara pemain anchor dan flank untuk memaksa pemain lawan melakukan pressure. Ketika pemain lawan sudah melakukan pressure, maka akan terdapat ruang kosong di area pertahanan lawan yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan peluang dan mencetak gol.
37 d. Formasi 1 – 4 – 0
Sumber : Desain Peneliti
Formasi 1 – 4 – 0 dapat digunakan jika pemain lawan melakukan pressure.
Formasi ini diterapkan jika sebuah tim memiliki empat pemain yang mampu bermain secara all around. Pada formasi ini semua pemain harus bisa bermain sebagai anchor, flank, atau pivot karena tidak ada posisi tetap. Keempat pemain pada formasi ini juga harus memiliki kualitas passing satu dua sentuhan yang baik agar tidak dapat di intercept ketika sedang di pressure oleh pemain lawan. Formasi ini juga mengharuskan pemain untuk memiliki fisik yang baik, karena karakteristik dari formasi ini cenderung dinamis dan cepat yang mengharuskan pemain untuk terus bergerak dan berotasi setiap saat.
4. 2. Validasi Ahli
Tahap pertama yang telah dilalui oleh peneliti adalah melakukan studi pendahuluan, merencanakan penelitian dan pengembangan desain. Langkah Selanjutnya adalah melakukan validasi model oleh ahli. Validasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pelatihan yang telah dirancang memenuhi kriteria kelayakan untuk dijadikan sebuah model pelatihan nantinya.
Gambar 4. 4 Pengembangan Formasi Futsal 1 - 4 - 0
38
Setelah validasi ahli maka dilakukan revisi tahap I terhadap masukan dan saran yang diberikan. Setelah direvisi dilanjutkan dengan uji coba. Berdasarkan uji coba ini, diperoleh beberapa masukan dari validator pertama, setelah uji coba pemakaian kemudian dilakukan revisi tahap II. Tahap selanjutnya adalah uji coba produk, kemudian peneliti melakukan revisi tahap III untuk kesempurnaan model ini.
Setelah validasi ahli maka dilakukan revisi tahap I terhadap masukan dan saran yang diberikan. Setelah direvisi dilanjutkan dengan uji coba. Berdasarkan uji coba ini, diperoleh beberapa masukan dari validator pertama, Setelah uji coba pemakaian Kemudian dilakukan revisi tahap II. Tahap Selanjutnya adalah uji coba produk, Kemudian peneliti melakukan revisi tahap III untuk kesempurnaan model ini.
Berikut ini ahli (expert judgment) yang dipilih dalam melakukan validasi terhadap model yang telah disusun:
1) Bapak Amir Fachra Alfaruqi sebagai ahli validasi bagiah pelatih.
2) Bapak Ikrar Dinata, S. Pd., sebagai ahli bagian materi.
3) Bapak Aris Juanda sebagai ahli bagian desain produk.
Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan sampai menghasilkan model final:
a. Validasi Ahli Revisi I
Revisi tahap I dilakukan berdasarkan hasil validasi ahli terhadap model yang telah disusun. Validasi dilakukan oleh expert judgment. Ahli yang dipilih
39
untuk melakukan validasi terhadap model yang disusun ini merupakan orang yang berkompeten dibidangnya dan memiliki pengetahuan baik secara akademik maupun secara ilmu kepelatihan.
Dari validasi ahli yang dilakukan terhadap model pelatihan, ada beberapa bentuk model pelatihan yang direkomendasikan dan utuk dilanjutkan. Berikut ini rekapitulasi hasil validasi ahli I.
No
Nama Variasi/Bentuk
Latihan
Penerapan
Saran dan Masukan Validasi 1 1 Formasi 1 – 1 – 2
– 1
Dalam formasi ini, pemain bertahan mengalirkan bola ke anchor yang mengatur serangan. Dua flank bergerak aktif untuk menciptakan ruang, sementara salah satu flank bertindak sebagai pivot untuk menahan bola dan memberi umpan.
Serangan difokuskan pada pergerakan cepat dan eksploitasi celah di pertahanan lawan.
Variasi ini baik dan dapat digunakan, variasi ini
disempurnakan dengan adanya check in-check out.
2 Formasi 1 – 2 – 2 Dalam formasi ini, Pemain bertahan mengalirkan bola ke dua anchor tengah yang mengatur serangan. Dua flank bergerak check in check out untuk mencari ruang, sementara flank memberikan umpan terobosan atau silang untuk menciptakan peluang gol. Serangan dibangun dengan kecepatan dan koordinasi antar lini.
Variasi ini baik dan dapat digunakan untuk tim futsal Irhasindo FC
3 Formasi 1 – 3 – 1 Dalam formasi ini, kiper mengalirkan bola ke tiga anchor yang mengontrol permainan. anchor sayap lebar memberi opsi umpan, sementara pemain pivot menjadi titik akhir serangan. Fokus serangan adalah pada umpan cepat dan pergerakan terkoordinasi antar lini.
Variasi ini baik digunakan bila tim lawan menggunakan pressing/man to man.
40
3 Formasi 1 – 4 – 0 Dalam formasi ini, kiper mengalirkan bola ke empat anchor yang bergerak dinamis untuk menyerang. Tanpa pergerakan, flank bertanggung jawab untuk menciptakan peluang dan mencetak gol melalui tembakan atau umpan silang. Serangan berfokus pada pergerakan cepat dan variasi dalam distribusi bola.
Variasi ini baik dan dapat digunakan saat tim dipresing ketat oleh tim lawan.
b. Validasi Ahli II
Revisi tahap II hampir sama dilakukannya seperti validasi ahli I berdasarkan hasil validasi ahli terhadap model yang telah disusun. Validasi dilakukan oleh expert judgment. Ahli yang dipilih untuk melakukan validasi terhadap model yang telah disusun ini merupakan orang yang berkompeten dibidangnya dan memiliki pengetahuan baik secara akademik maupun ilmu kepelatihan.
Dari hasil validasi II yang dilakukan terhadap model strategi latihan, ada beberapa bentuk model formasi yang harus diperbaiki pada deskripsi model strategi latihan yang dibuat oleh peneliti. Berikut ini rekapitulasi validasi ahli II.
41 No
Nama Variasi/Bentuk
Latihan
Penerapan
Saran dan Masukan Validasi 1 1 Formasi 1 – 1 – 2
– 1
Dalam formasi ini, pemain bertahan mengalirkan bola ke anchor yang mengatur serangan. Dua flank bergerak aktif untuk menciptakan ruang, sementara salah satu flank bertindak sebagai pivot untuk menahan bola dan memberi umpan.
Serangan difokuskan pada pergerakan cepat dan eksploitasi celah di pertahanan lawan.
Latihan variasi baik dan dapat digunakan sebagai latihan maupun saat pertandingan untuk menciptakan gol melalui flank disini flank harus lebih aktif dalam bergerak.
2 Formasi 1 – 2 – 2 Dalam formasi ini, Pemain bertahan mengalirkan bola ke dua anchor tengah yang mengatur serangan. Dua flank bergerak check in check out untuk mencari ruang, sementara flank memberikan umpan terobosan atau silang untuk menciptakan peluang gol. Serangan dibangun dengan kecepatan dan koordinasi antar lini.
Pada variasi ini usahakan diminimkan dalam penguasaan bola karna bola harus cepat dialirkan kepertahanan lawan dan pemain harus melakukan rotasi secara cepat.
3 Formasi 1 – 3 – 1 Dalam formasi ini, kiper mengalirkan bola ke tiga anchor yang mengontrol permainan. anchor sayap lebar memberi opsi umpan, sementara pemain pivot menjadi titik akhir serangan. Fokus serangan adalah pada umpan cepat dan pergerakan terkoordinasi antar lini.
Pada variasi ini diusahakan untuk memancing pemain lawan agar dapat terpancing ke depan, usahakan flank cepat support Ketika pivot sudah menguasai bola.
3 Formasi 1 – 4 – 0 Dalam formasi ini, kiper mengalirkan bola ke empat anchor yang bergerak dinamis untuk menyerang. Tanpa pergerakan, flank bertanggung jawab untuk menciptakan peluang dan mencetak gol melalui tembakan atau umpan silang. Serangan berfokus pada pergerakan cepat dan variasi dalam distribusi bola.
Masukan pada variasi ini upayakan pemain untuk minim dalam pengerjar bola karna harus dengan satu sampai dua sentuhan saja bola harus cepat dialirkan ke area permainan lawan.
42 c. Validasi Ahli III
Pada validasi ahli III yaitu validasi ahli desain strategi menyerang pada permainan bola futsal adalah berdasarkan hasil validasi ahli terhadap model yang telah disusun. Validasi dilakukan oleh expert judgment. Ahli yang dipilih untuk melakukan validasi terhadap model yang telah disusun ini merupakan orang yang berkompeten dibidangnya dan memiliki pengetahuan baik secara akademik maupun secara ilmu kepelatihan.
Dari hasil validasi ahli III yang dilakukan terhadap model strategi, terdapat beberapa penjelasan dan perbaikan yang harus diperbaiki pada desain strategi menyerang yang dibuat oleh peneliti. Berikut ini rekapitulasi hasil validasi ahli III.
No
Nama Variasi/Bentuk
Latihan
Penerapan
Saran dan Masukan Validasi 1 1 Formasi 1 – 1 – 2
– 1
Dalam formasi ini, pemain bertahan mengalirkan bola ke anchor yang mengatur serangan. Dua flank bergerak aktif untuk menciptakan ruang, sementara salah satu flank bertindak sebagai pivot untuk menahan bola dan memberi umpan.
Serangan difokuskan pada pergerakan cepat dan eksploitasi celah di pertahanan lawan.
Dalam pelaksanaan pada variasi ini diupayakan ada pergerakan check in dan check out sebelum melakukan variasi ini agar dapat menipu lawan.
2 Formasi 1 – 2 – 2 Dalam formasi ini, Pemain bertahan mengalirkan bola ke dua anchor
Pada variasi formasi 1-2-2 ini coba
43
tengah yang mengatur serangan. Dua flank bergerak check in check out untuk mencari ruang, sementara flank memberikan umpan terobosan atau silang untuk menciptakan peluang gol. Serangan dibangun dengan kecepatan dan koordinasi antar lini.
berikan Batasan untuk sentuhan bola terhadap pemain agar melalui bola passing pemain sudah sampai kea rah pertahanan lawan.
3 Formasi 1 – 3 – 1 Dalam formasi ini, kiper mengalirkan bola ke tiga anchor yang mengontrol permainan. anchor sayap lebar memberi opsi umpan, sementara pemain pivot menjadi titik akhir serangan. Fokus serangan adalah pada umpan cepat dan pergerakan terkoordinasi antar lini.
Pada variasi ini pivot jorgan jangan hanya stay di tengah area pertahanan lawan.
tapi harus aktif mencari ruang kosong agar pemain lain dapat dengan mudah memberikan umpan.
3 Formasi 1 – 4 – 0 Dalam formasi ini, kiper mengalirkan bola ke empat anchor yang bergerak dinamis untuk menyerang. Tanpa pergerakan, flank bertanggung jawab untuk menciptakan peluang dan mencetak gol melalui tembakan atau umpan silang. Serangan berfokus pada pergerakan cepat dan variasi dalam distribusi bola.
Pada formasi ini usahakan pemain dapat mencari ruang kosong diarea lapangan lawan.
44
Berdasarkan saran dan masukan dari ahli menyatakan bahwa variasi strategi ini telah sesuai dengan tujuan pengembangan strategi menyerang offensive berbentuk permainan transisi pemain pada tim futsal, tujuannya untuk memanfaatkan perubahan cepat antara serangan dan bertahan, guna menciptakan peluang gol yang efektif.
Diusahakan materi untuk disesuaikan dengan analisis kebutuhan dan perkembangan, sejalan dengan hal tersebut, ahli juga menyatakan bahwa materi harus lebih ritmis dengan menyempurnakan strategi menyerang. Dalam hal penentuan materi, peneliti telah mengidentifikasi materi berdasarkan analisis kebutuhan pemain dimana materi sudah sesui dengan kebutuhan pemain. Dari saran yang ada para ahli menyarankan agar kedepannya variasi strategi menyerang ini dikembangkan lagi kepada tim-tim futsal agar bisa membantu pelatih dalam proses melatih para pemain dalam tim.
45
DAFTAR PUSTAKA
Aji, (2016). Buku Olahraga Lengkap. Jakarta: Ilmu
Ambarukmi, dkk. (2014). “Pelatihan pelatih fisik level 1”
Jakarta: Asdep Pengembangan Tenaga dan Pembinaan Keolahragaan Deputi
Bidang Peningkatan Prestasi dan IPTEK Olahraga Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga.
Arikunto, Suharsimi, (2017). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Anwar, Desi (2017) Kamus Pelajar. Jakarta: Gramedia
Aswadi, Nyak Amir dan Karimuddin, (2015). Penelitian Perkembangan cabang Olah raga futsal. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UnsyiahVolume 1, Nomor 1: 38 –44
Ashari, R. F. , & Adi, S. (2019). Pengembangan model latihan menyerang futsal menggunakan formasi 3-1. Sport Science and Health, 1(2), 110-115.
Badaru. 2(017). Latihan Taktik BEYB Bermain Futsal Modern. Bekasi: Cakrawala Cendiki
Bafirman dan Asep Sujana (2018) Pembentukan Kondisi Fisik. Depok:
RajaGrafindo Perkas
Bompa, T. O. and Harf, G. G. (2014). Periodization Training for Sports: Theory and Methodelogy of Training, 2009–2010.
Budiyato. (2012). Metode Latihan Olahraga: Malang: Universitas Negeri Malang Hasyim dan Saharullah (2019) Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan. Makasar: UNM Hugiono dan Purwanta, (2016) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Iman, dkk (2018) Survei Kebugaran Pemain Fustsal. Juenal Penjaskes
Jayakesima (2017) Kamus Populer Bahasa Indonesia. Jakarta: Media Elekkomputindo
Lhaksana, J. D. (2018). Mahir Bermain Futsal. Jakarta: Dar Mizan Lopescu. (2017). UEFA. Futsal Coaching Manual. Switzerland: UEFA
Novriza (2015 Hubungan Kecepatan dengan Keteampilan Passing Bola Atlet Futsal Klub Airlanga Kabupaten Sijunjung.
Prakoso, dkk. (2013). Minat Bermain Futsal di jenis Lapangan Vinyl, Parquette di Semarang. Jurnal JSSF. Vol (2), No (2)
46
Roesdiyanto (2014). Dasar-dasar Kepelatihan Olahraga. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rohman (2016). Analisis Ketepatan Passing Pemain Futsal SMA Negeri 2 Bengkulu. Jurnal Vol (1) (2)
Royana. (2016). Analisis Kondisi Fisik Pemain Futsal UPgris. Semarang:
Univeritas PGRI
Sajoto. (2012). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: IKIP Santos (2019). Pengaruh Latihan Passing Berpangangan Terhadap Dribilling.
Jurnal Penjasrek vol (2) (3)
Soekatamsi, (2001). Teknik Dasar Bermain Sepakbola. Surabaya: Tiga Serangkai Sudjana. (2016). Metode Statistika, Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatf dan RD. Bandung:
Alfabetha
Syafarudin (2020) Tinjauan Olah Raga Futsal. Jurnal Penjasrek , Vol (2) (1) Wibowo, Antonius (2019) Keterampilan Dasar Permainan Futsal. Yogyakarta:
MBrige Press
Winarno. (2012). Tes Dan Pengukuran Olahraga. Malang”UIN
Yasa (2019) Hubungan Kelentukan, kecepatandan Kelincahan dengan dengan Kemmapuan mengiring bola dan passing dalam permainan futsal pada siswa SMP Negeri 1 Plemahan. Univ Kediri