• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Bahasa Inggris Pada Anak Usia Dini Melalui Tema Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengenalan Bahasa Inggris Pada Anak Usia Dini Melalui Tema Kesehatan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENALAN BAHASA INGGRIS PADA ANAK USIA DINI MELALUI TEMA KESEHATAN

Bambang Abdul Syukur1, Agnes Sri Harti2

1Program Studi Keperawatan Program Diploma 3, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta, Jalan Jaya Wijaya 11, Banjarsari, Surakarta

2Program Studi Keperawatan Program Diploma 3, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta, Jalan Jaya Wijaya 11, Banjarsari, Surakarta

1e-mail: [email protected]

Abstrak

Pengabdian kepada masyarakat bertujuan untuk mengenalkan bahasa Inggris kepada anak usia dini melalui tema kesehatan. Sasaran program pengabdian adalah anak usia dini dengan rentang usia 3-7 tahun di Desa Wisata Sumberbulu, Karanganyar. Pelaksana kegiatan adalah tim dosen dan dibantu oleh mahasiswa diploma tiga keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta. Metode pelaksanaan pengabdian menggunakan demonstrasi melalui musik dan gerak/tari.

Kegiatan dilakukan pada tanggal 27 Desember 2022 yang dihadiri 12 anak usia dini sebagai peserta. Tahapan kegiatan meliputi tahapan persiapan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi kegiatan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa adanya peningkatan keterampilan anak usia dini tentang kosakata dan frasa bahasa Inggris yang berkaitan dengan kesehatan dan gaya hidup sehat. Keberhasilan kegiatan ini dapat dilihat pada hasil evaluasi kegiatan menunjukkan bahwa semua peserta memahami dan mampu mengucapkan/melafalkan kosakata dan frasa bahasa Inggris dengan tema kesehatan dengan benar.

Kata Kunci: anak usia dini, kesehatan, pengenalan bahasa Inggris

Abstract

The community service aimed to introduce English to young learners with a health theme. The target was young learners with an age range of 3-7 years. The organizers were a team of lecturers and assisted by diploma three nursing students at the University of Kusuma Husada Surakarta. The method used demonstrations through music and movement/dance. The activity was performed on December 27, 2022, at Rumah Revolusi Mental in Sumberbulu Tourism Village of Karanganyar. It was attended by 12 young learners as participants.

The stages of the activity include preparation, implementation of activities, and evaluation of activities. The results presented an improvement in young learners' skills in English vocabulary and phrases related to healthiness and a healthy lifestyle. The success was noticed in the evaluation process which all participants comprehended and were competent to pronounce/pronounce English vocabulary and phrases accurately.

Keywords: young learners. health, English introduction

PENDAHULUAN

Desa Sumberbulu yang terletak di Dusun Pendem, Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah merupakan desa wisata yang mengusung konsep kearifan lokal, bertumpu pada tradisi budaya pelestarian alam dan pertanian dengan mengedepankan prinsip-prinsip wisata ramah serta berpedoman pada

(2)

Community-Based Tourism. Suasana desa yang dipenuhi semilir angin, riak air, lembah hijau yang luas, flora dan fauna khas pedesaan, serta tradisi kuat yang berbalut pola budaya masyarakat agraris menambah pesona dan daya tarik Desa Sumberbulu. Potensi yang dimiliki Desa Sumberbulu menjadikan desa tersebut menjadi desa wisata pada tahun 2019. Besarnya potensi desa wisata telah menarik banyak wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjunginya. Kunjungan wisatawan berkisar 100-150 orang perharinya. Website resmi portal berita pemerintah provinsi Jawa Tengah menuliskan bahwa Desa Wisata Sumberbulu menempati juara 1 kategori Suvenir dan masuk dalam 50 besar dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.

Jumlah kunjungan wisatawan masih tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan kawasan desa wisata lainya. Kunjungan wisatawan pada tahun 2018 sampai akhir tahun 2019 mencatatkan 490 wisatawan. Perkembangan pariwisata sangat tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik (Arum & Padmaningrum, 2022). Desa wisata akan terus berkembang dengan berbagai inovasi yang telah direncanakan oleh pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten sehingga desa wisata harus didukung oleh potensi yang ada, termasuk sumber daya manusianya. Keberadaan sumber daya manusia (SDM) berkontribusi besar dalam pengembangan pariwisata (Setiawan, 2016).

Pada industri pariwisata, SDM memiliki hubungan langsung yang bersifat intangible (tidak berwujud) dengan konsumen yang sangat bergantung pada kemampuan individu dalam membangkitkan minat dan menciptakan kesenangan serta kenyamanan kepada para konsumen/pengunjung. Pengembangan SDM di industri pariwisata menghadapi tantangan global yang memerlukan solusi dengan menembus batasan-batasan negara, wilayah dan benua. Salah satu solusi yang perlu ditempuh adalah dengan meningkatkan kompetensi SDM melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan yang tepat. Pelatihan diberikan kepada generasi muda/anak-anak usia dini yang nantinya akan berperan dalam pengembangan desa wisata di masa depan melalui penguasaan keterampilan bahasa Inggris sejak usia dini.Pengenalan bahasa Inggris sejak dini dalam konteks

(3)

pengembangan desa wisata dapat membantu meningkatkan keterampilan komunikasi dan memperluas peluang kerja bagi penduduk setempat (Ariyani, 2021).

Tim pengabdian kepada masyarakat (PkM) Universitas Kusuma Husada Surakarta menggagas pembelajaran bahasa Inggris sebagai bekal untuk memandu wisata bagi anak-anak di Desa Wisata Sumberbulu sebagai bentuk pengembangan desa wisata. Anak-anak dipilih sebagai subyek pembelajaran karena mereka masih secara aktif belajar bahasa Inggris di sekolah. Usia yang produktif juga mendukung ketangkasan dan kreativitas bagi anak-anak untuk menyerap dan mengembangkan materi yang mereka dapat dari belajar bahasa Inggris.

Pengenalan bahasa Inggris bagi anak usia dini mengadopsi konsep pembelajaran bahasa Inggris bagi pembelajar muda atau Teaching English for Young Learners (TEYL). Berkembangnya TEYL di Indonesia dapat dilihat dari meningkatnya jumlah sekolah dasar yang menawarkan bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah. Tingginya jumlah anak yang belajar bahasa Inggris juga menjadikan Indonesia sebagai negara kedua setelah China yang memiliki jumlah anak belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing terbesar di sekolah dasar (Arumsari et al., 2017). Pengenalan bahasa Inggris sejak dini didasarkan pada filosofi pedagogik bahwa semakin dini dipaparkan bahasa sasaran, maka semakin cepat anak menguasainya (Anisarahma & Safrina, 2019).

Usia dini merupakan golden age untuk memperoleh dan mempelajari bahasa dimana anak memiliki daya tangkap atau pemahaman yang lebih cepat dalam phonetic dan phonology sehingga dapat memperoleh input secara cepat dalam penguasaan bahasa Inggris. Usia dua sampai tujuh tahun paling cepat memahami bahasa Inggris jika terbiasa menggunakan kosakata atau ungkapan dalam bahasa Inggris (Asmin, 2015). Menguasai bahasa Inggris menjadi prasyarat penting, terutama bagi generasi muda dalam menghadapi perkembangan teknologi dan kemajuan zaman.

Hadirnya kegiatan pengabdian kepada masyarakat di desa wisata Sumberbulu bertujuan untuk mengenalkan bahasa Inggris bagi anak usia dini melalui tema kesehatan. Tema kesehatan adalah cara yang baik untuk

(4)

memperkenalkan anak usia dini pada kosakata dan frasa yang berkaitan dengan kesehatan dan gaya hidup sehat. Melalui perpaduan pembelajaran bahasa dan kesadaran kesehatan, anak-anak dapat memahami pentingnya kesehatan sambil mengembangkan keterampilan berbahasa Inggris.

METODE

Pengabdian kepada masyarakat merupakan bagian dari kegiatan PkM bersama melalui kerja sama antara Program Studi Keperawatan Program Diploma 3 Universitas Kusuma Husada Surakarta, Puskesmas Mojogedang, dan Pemerintah Desa Sumberbulu yang dilaksanakan di Rumah Revolusi mental WCS di desa Sumberbulu pada Jumat, 23 Desember 2022 yang dimulai dari pukul 08:00-11:30 WIB. Kegiatan ini diikuti 12 peserta yang terdiri dari anak-anak usia TK dan sekolah dasar.

Metode yang digunakan dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat adalah demonstrasi melalui musik dan gerak/tari. Pelaksanaan kegiatan pengabdian terdiri dari beberapa tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi. Tahap perencanaan yang terdiri dari survei dan sosialisasi program PkM, koordinasi dengan Kepala Dusun Sumberbulu tentang rencana program pengenalan bahasa Inggris kepada anak-anak usia dini, memberikan undangan kepada warga masyarakat, dan mendata anak-anak di Dusun Sumberbulu sebagai peserta.

Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan pengenalan bahasa Inggris pada anak usia dini melalui metode ceramah dan demonstrasi dengan mempresentasikan kosakata, frasa, klausa, kalimat serta ekspresi bahasa Inggris yang relevan dengan tema kesehatan. Anak-anak usia dini cenderung belajar dengan baik melalui permainan dan kegiatan yang menyenangkan. Pengenalan bahasa Inggris dilakukan melalui permainan, lagu, dan gerak/tari.

Tahap terakhir adalah tahap evaluasi kegiatan yang dilakukan melalui diskusi untuk mendapatkan kritik dan saran demi keberlanjutan kegiatan serta manfaat kegiatan PkM yang telah dilaksanakan. Hasil diskusi menjadi bahan evaluasi tim PkM dalam rangka mensosialisasikan pentingnya keterampilan berbahasa Inggris

(5)

di era globalisasi, khususnya pada anak usia dini. Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap pengalaman dan sikap peserta. Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada partisipan. Selain wawancara, tim pengabdi juga memperoleh data tambahan melalui pendokumentasian selama proses pengenalan bahasa Inggris pada anak usia dini. Kemudian, guna mengukur ketercapaian tujuan dalam pengabdian masyarakat, digunakan checklist ketercapaian peserta dalam memahami bahasa Inggris.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan kegiatan, tim pengabdi melakukan rapat koordinasi, survei lokasi dan menyiapkan alat dan bahan pendukung kegiatan. Persiapan meliputi persiapan proposal dan rapat koordinasi persiapan kegiatan. Rapat koordinasi dipimpin oleh ketua pelaksana untuk membahas strategi dan perencanaan program pengabdian pada masyarakat yang akan dilaksanakan.

Survei lokasi dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2022. Dalam kegiatan survei lokasi ini dikomunikasikan mengenai waktu pelaksanaan kegiatan dengan perangkat desa Sumberbulu dan Puskesmas 1 Mojogedang yang membawahi wilayah Desa Sumberbulu. Setelah memastikan perizinan terhadap lokasi kegiatan, selanjutnya tim melakukan identifikasi dan persiapan alat dan bahan pendukung kegiatan seperti surat tugas, media presentasi, media publikasi dan informasi, alat tulis, dan materi yang akan disampaikan dalam kegiatan.

Pelaksanaan Kegiatan

Pada tahap pelaksanaan kegiatan, tim peneliti melakukan perkenalan diri dan menyampaikan secara singkat maksud dan tujuan kedatangan tim PKM UKH di Desa Sumberbulu beserta tahapan kegiatannya. PKM dimulai dengan paparan pentingnya bahasa Inggris pada era globalisasi dimana teknologi informasi berkembang secara masif kepada peserta. Kemudian, dilanjutkan dengan penyampaian materi yang bersifat concrete object serta bahasa Inggris dasar yang mempermudah peserta (anak usia dini) memahami materi yang disampaikan.

Tahapan kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

(6)

Tabel 1 Tahapan Kegiatan PKM Waktu Tahapan Kegiatan PKM

08:30-09:30 WIB Pembukaan PkM, perkenalan dan sosialisasi maksud dan tujuan kegiatan PkM.

09:30-11:00 WIB Pelaksanaan PkM, pengenalan bahasa Inggris untuk anak usia dini di Rumah Revolusi Mental (WCS).

11:00-11:30 WIB Penutupan PkM, penyampaian hasil dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.

Setelah memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan PkM, tim pengabdi memberikan edukasi kepada orang tua peserta (anak usia dini) tentang alasan anak perlu dikenalkan bahasa Inggris sejak dini. Tim pengabdi menjelaskan bahwa periode paling sensitif terhadap bahasa dalam kehidupan seseorang adalah antara usia dua sampai tujuh tahun di mana pada rentang usia tersebut anak memiliki memori yang sangat baik dalam menyerap berbagai macam sumber informasi termasuk bahasa. Inggris sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal (Gambar 1). Dalam penjelasan tersebut, disampaikan juga teori-teori yang memperkuat pentingnya pengenalan bahasa Inggris sejak dini. Anak usia dini juga memiliki kemampuan belajar dan menyerap informasi yang lebih baik daripada anak yang lebih tua (Ghetti &

Bunge, 2012). Berdasarkan teori tersebut, merupakan waktu yang tepat apabila anak usia dini mulai diperkenalkan bahasa Inggris. Bahasa Inggris sebagai bahasa asing tentunya memiliki perbedaan dengan bahasa Indonesia ataupun bahasa asal peserta sehingga keberhasilan proses pembelajarannya harus dilakukan secara bertahap dengan pemilihan materi yang disesuaikan dengan usia anak dalam perkembangan kognitif bahasa anak serta situasi belajar yang menyenangkan.

Gambar 1Pembukaan dan Sosialisasi Kegiatan PkM

(7)

Usia dini adalah masa bermain bagi anak dimana setiap anak memiliki kepribadian yang unik dan berbeda sehingga pendekatan yang sesuai dengan dunia bermain anak akan mempermudah proses penyampaian materi menjadi lebih menarik serta menyenangkan tanpa meninggalkan kaidah-kaidah bahasa yang benar. Peserta diberikan pengenalan bahasa Inggris tentang kosakata (vocabularies) dengan pelafalan yang sesuai dengan native speaker dengan tema kesehatan khususnya kegiatan mencuci tangan/personal hygiene. Waktu atau kesempatan menirukan pengucapan kosakata yang dikombinasikan dengan lagu dan praktik melalui alat peraga sederhana juga diberikan untuk meningkatkan motivasi dan keikutsertaanya. Adapun topik materi yang diberikan adalah part of the body, part of hands, dan handwashing. Kemudian, lagu berbahasa Inggris yang digunakan adalah Head-Shoulder-Knees-and-Toes dan Wash Your Hand Song.

Pengenalan bahasa Inggris melalui tema kesehatan merupakan pendekatan yang efektif dalam mengembangkan keterampilan bahasa dan juga mempromosikan kesadaran terhadap kesehatan. Hasil pembelajaran menunjukkan beberapa perkembangan sebagai berikut: (1) mempelajari kosakata bahasa Inggris dengan tema kesehatan dapat memperluas perbendaharaan kosakata dan memperkenalkan konsep personal hygiene secara menyenangkan. (2) mendengarkan pelafalan yang sesuai dengan native speaker melalui lagu dan praktik dapat membantu anak terbiasa dengan pengucapan yang benar sehingga dapat mengasah kemampuan berbicara dan mengurangi kesalahan pelafalan. (3) musik dan gerak/tari dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan karena anak-anak terlibat secara aktif. (4) Tema kesehatan yang disampaikan dapat membantu anak dalam mengembangkan kesadaran terhadap Kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit. Pembelajaran tidak lepas dari budaya/bahasa setempat sehingga budaya asal juga harus diungkapkan dalam proses pembelajaran untuk mengenalkan anak-anak tentang multikulturalisme dalam proses pengembangan kesadaran budaya terhadap bahasa asing yang dipelajarinya (Putra, 2018).

(8)

Penyampaian materi menggunakan pendekatan yang sejalan dengan tujuan pengenalan bahasa yaitu anak dapat menggunakan bahasa tersebut sesuai kaidah bahasa yang digunakan, percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya dan mengomunikasikan kepada orang lain sehingga musik dan gerakan berperan penting dalam proses pembelajaran bahasa Inggris yang mampu menyajikan materi secara menarik dan menyenangkan yang menumbuhkan rasa senang belajar yang mempermudah anak dalam memahami suatu materi ajar. Musik dan gerakan adalah metode yang sangat efektif terutama untuk anak-anak dalam proses pembelajaran bahasa Inggris (Khairani, 2019). Anak dibawa untuk menirukan dan memperagakan suatu gerakan yang sesuai dengan makna lagu yang dinyanyikan sehingga belajar menjadi suatu aktivitas yang sangat menyenangkan dan mengarah pada autonomous learning atau belajar secara alami (Gambar 2).

Mengaitkan gerakan fisik dengan informasi tertentu dapat membantu meningkatkan daya ingat dan pemahaman pada anak. Di dalam prosesnya, anak usia dini menggunakan indera pendengaran dan penglihatan yang dapat memperkuat proses belajar. Anak-anak yang belajar melalui gerakan fisik yang terkait lagu-lagu tertentu memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik daripada anak yang hanya mendengarkan lagu saja (Purwanti, 2020). Gerak tari juga memberikan elemen interaktif yang meningkatkan rasa senang dalam belajar karena termotivasi untuk terlibat secara aktif. Musik dan gerak/tari juga mengembangkan keterampilan motorik. Anak-anak yang belajar melalui gerak dan musik menunjukkan keterampilan motorik halus dan tingkat motivasi yang lebih tinggi serta berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Ulfah et al., 2021).

Gambar 2 Penyampaian Materi Melalui Gerak/Tari

(9)

Hasil observasi selama kegiatan berlangsung menunjukkan bahwa peserta telah memahami materi yang disampaikan. Kegiatan telah menggugah antusias peserta mengenal dan mempraktikkan bahasa Inggris. Hasil pengabdian dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan rasa percaya diri pada anak. Peserta menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk menambah kosakata baru dengan tema dan topik lainya. Beberapa kelebihan penerapan metode musik dan gerak/tari adalah kegiatan belajar menjadi lebih menarik, aktif dan menyenangkan, materi lebih mudah tersampaikan sehingga tujuan pengenalan bahasa Inggris bagi anak usia dini dapat tercapai secara nyata, gerak/tari juga mampu meningkatkan kepercayaan diri dan kebebasan anak. Selain kelebihan yang diberikan oleh metode musik dan gerak/tari, terdapat beberapa kelemahan seperti perlunya imajinasi/kreatifitas pemateri dalam membuat kosakata yang sesuai dengan musik maupun gerakannya. Apabila pemateri kurang bersemangat atau artikulasi yang tidak tepat, maka tujuan dalam sebuah pembelajaran tidak dapat tercapai.

Evaluasi Kegiatan

Secara umum, ketercapaian tujuan pengenalan bahasa Inggris pada anak usia dini tergolong baik dengan materi telah tersampaikan kepada peserta sesuai perencanaan. Para peserta juga berkesempatan untuk mempraktikkan bahasa Inggris secara lisan dan praktik. Keterbatasan waktu yang disediakan membuat tidak semua peserta mempraktikkan materi yang disampaikan untuk menjadi autonomous learning. Observasi kepada peserta selama proses kegiatan pembelajaran menunjukkan bahwa peserta telah memahami dan mampu menggunakan kosakara, frasa, atau kalimat yang berkaitan dengan tema kesehatan dalam bahasa Inggris. Contohnya kosakata dan frasa wash your hands, Let the bubbles do their dance, now you're in the clean hands club. Evaluasi juga dilaksanakan secara kualitatif melalui percakapan informal dengan peserta.

Evaluasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

(10)

Gambar 3 Evaluasi Kualitatif Melalui Percakapan Informal

Gambar 4 Kegiatan Tanya Jawab dan Diskusi Peserta

Ketercapaian target materi pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pengenalan bahasa Inggris pada anak usia dini di Rumah Revolusi Mental (WCS) Karanganyar tergolong baik. Materi telah diberikan secara utuh dan dipahami dengan baik oleh peserta yang dibuktikan dengan partisipasi aktif dan munculnya beberapa pertanyaan atau materi lain yang masih berhubungan dengan tema/topik yang ada. Keberhasilan juga diukur berdasarkan feedback atau respons peserta baik verbal maupun nonverbal setelah mengikuti kegiatan. Beberapa peserta menyatakan senang dan bersemangat selama mengikuti proses kegiatan.

Metode penyampaian materi kegiatan pengabdian yang memadukan musik dan gerak/tari mempermudah peserta memahami dan menyerap bahasa Inggris dengan lebih baik. Penggunaan media audio (musik) dan visual (gerak/tari) mampu meningkatkan kemampuan anak dalam mengulang/menyebutkan kosakata (Ariyani, 2021).

Kegiatan pengabdian dapat menambah pengetahuan dan update informasi bagi anak dan orang tua untuk memiliki keterampilan berbahasa Inggris sehingga akan mengubah perspektif negatif masyarakat bahwa bahasa Inggris sulit

(11)

dipelajari. Bahasa Inggris terus berkembang dengan adanya perkembangan teknologi. Melalui pengabdian, anak usia dini dan orang tua memperoleh informasi terbaru tentang bahasa Inggris termasuk perkembangan terbaru dalam kosakata, frasa, slang dan tren komunikasi bahasa Inggris. Metode pembelajaran yang inovatif dan menarik melalui musik dan gerakan/tari dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan lebih mudah dalam menerima informasi.

Ketika anak dan orang tua berhasil meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris melalui kegiatan pengabdian, maka akan terjadi perubahan sikap dan keyakinan terhadap bahasa Inggris. Para peserta menjadi lebih percaya diri dalam berbicara atau berkomunikasi dengan pelafalan yang benar. Keterlibatan orang tua dan anak dalam pengabdian yang berfokus pada keterampilan berbahasa Inggris dengan tema kesehatan berimplikasi dalam mengubah perspektif negative masyarakat dan mempromosikan pemahaman yang lebih positif tentang bahasa Inggris. (Wati, 2016).

SIMPULAN

Kesimpulan dari program kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang pengenalan bahasa Inggris bagi anak usia dini melalui tema kesehatan adalah bertambahnya keterampilan anak usia dini tentang kosakata dan frasa bahasa Inggris yang berkaitan dengan kesehatan dan gaya hidup sehat. Keberhasilan kegiatan ini dapat dilihat pada hasil evaluasi kegiatan di mana semua peserta memahami dan mampu mengucapkan/melafalkan kosakata dan frasa bahasa Inggris dengan tema kesehatan dengan benar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Program Studi Keperawatan Program Diploma 3 Universitas Kusuma Husada Surakarta atas dukungan finansial terhadap kegiatan pengabdian dalam surat Nomor: 078/UKH.L02/ST/XII/2022.

DAFTAR PUSTAKA

Anisarahma, S., & Safrina, R. (2019). Mencari identitas Indonesia : Perspektif

(12)

guru bahasa Inggris anak. Jurnal Penelitian Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 19(3), 422-433.

Ariyani, E. (2021). Pelatihan bahasa Inggris dasar bagi anak usia dini di Pesisir Pantai Ampenan - NTB. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Radisi.

Volume 1 No 3, 240–248.

Arum, D. S., & Padmaningrum, D. (2022). Kajian dimensi community-based tourism dalam pengembangan Desa Wisata Sumberbulu. Journal of Agricultural Extension. Jilid 46 (1), 45-55.

Arumsari, A. D., Arifin, B., & Rusnalasari, Z. D. (2017). Pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini di Kec Sukolilo Surabaya. Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini. 4 (2), 133.

Asmin, A. I. (2015). Pengenalan dan peningkatan minat anak usia dini untuk mempelajari bahasa Inggris. Prosiding Seminar Nasional, 02, 191–197.

Universitas Cokroaminoto Palopo, Sulawesi Selatan 9-10 Juni 2016.

Khairani, A. I. (2016). Pendidikan bahasa inggris untuk anak usia dini. Jurnal bastra (bahasa dan sastra), 1(1).

Purwanti, R. (2020). Pembelajaran bahasa Inggris untuk anak usia dini melalui metode gerak dan lagu. Jurnal Ilmiah Potensia. 5(2), 91–105.

Putra, I. D. G. R. D. (2018). Pembelajaran bahasa inggris untuk anak usia dini: 15 prinsip pendekatan dan metode pembelajaran oleh professor jack c. richard.

Jurnal pendidikan anak usia dini. Jilid 3 (1), 1–11.

Setiawan, I. R. (2016). Pengembangan sumber daya manusia di bidang pariwisata:

perspektif potensi wisata daerah berkembang. Jurnal Penelitian Manajemen Terapan, 1(1), 23–35.

Ulfah, A. A., Dimyati, D., & Putra, A. J. A. (2021). Analisis penerapan senam irama dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 5(2), 1844–1852.

Wati, S. (2016). Parental involvement and English language teaching to young learners: parents’ experience in Aceh. Prosiding ICCTTE FKIP Universitas Sebelas Maret, 1, 527–533, Surakarta, 1-2 Maret 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran bahasa Arab dapat dimulai sejak usia dini karena anak usia dini cenderung lebih kuat ingatannya akan sesuatu. Anak usia dini secara umum adalah anak-anak